Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KINERJA PROGRAM KESEHATAN ANAK 2021

(Januari – November)

Disusun Oleh :
Penanggungjawab Program Kesehatan Anak
Iin Shalawaty Str.Keb

UPT PUSKESMAS TANJUNGBATU


BAB 1
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Program Kesehatan Anak merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan
di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi neonatus,
neoantus, dan balita. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit pada anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan anak.di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 kematian
per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neoantus (AKB) sebesar 40 kematian per 1000
kelahiran hidup. Ankga Kematian Balita (AKABA) sebesar 32 per kelahiran hidup. Hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa kematian balita (0-59 bulan) masih tinggi. Untuk itu, diperlukan
kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut.

Selaian itu pertumbuhan dan perkembangan neoantus balita perlu mendapatkan perhatian
khusus anak mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupn social
serta memiliki intelegensi sesuai dengan potensi genetiknya.

Oleh sebab itu Program Kesehatan Anak Puskesmas Tanjungbatu menjalankan beberapa
program kerja untuk menurunkan Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Neoantus
(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), serta meningkatkan kualitas hidup anak diataranya ;
Pelayanan Neonatus, Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN), Pelayanan Kesehatan Bayi,
Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Pelayanan Kesehatan MTBS, dan Kelas Ibu Balita.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Program Kesehatan Anak adalah sebagai pelaporan
kinerja dan bentuk pertanggungjawaban untuk menilai tingkat keberhasilan dalam mencapai
sasaran program yang wajib dipenuhi, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan.

Tujuan

1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang
telah dan seharusnya dicapai .
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Direktorat Kesehatan Keluarga untuk
meningkatkan kinerjanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya.

Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi
dalam keadaan sehat, yang meliputi :

1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir


 Perawatan Tali pusat
 Melaksanakan ASI Eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri
 ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan
bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus


adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
2.2 Pelayanan neonatus dengan komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin
dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada
kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat
memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian.
Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan
pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu
PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat)
puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang
memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu
ditangani. Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu
melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan
neonatus level II serta transfusi darah. Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan
RS mampu PONEK maka kasus kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat
ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
2.3 Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari
sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga
cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuhkembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1. .Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi
adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan
perawat.

2.4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah
yang lebih berat .
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti
dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan
lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan
teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkan ManajemenTerpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan
dasar.Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi
Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan
kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket
pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di
Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah
mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yangtercatat dalam
Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita
setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2
bulan berturutturut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanankesehatan)
maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS

2. 5. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita


Kelas Ibu Balita Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai
anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat,
tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA
(Kemenkes RI, 2009b).
Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak
diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam
perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar
partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga
belajar.
Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama,
sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar.
Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas ia
dapat menjadi sumber belajar (Kemenkes RI, 2009a). Tujuan secara umum pelaksanaan
kelas ibu balita yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan
menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
BAB III

SITUASI DERAJAT KESAHATAN

3.1 Pelayanan Kesehatan Neonatus

3.1.1. Kunjungan Neonatus KN1, KN2, KN 3.

Sasaran Bayi di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbat adalah sebanayak 440
bayi. Bayi baru lahir (neonatus) hars mendpatkan pelayanan kunjungan neonatus KN 1,
KN 2, KN. Dimana berdasarkan target resnstra capaian kunjungan neonatus harus
mencapai 100%. Selama tahun 2021 capaian program kesehatan anak di bidang
kunjungan neonatus tergambar dalam table berikut:

Tabel. 3.1.1. Kunjungan Neonatus KN 1, KN 2, KN 3

KN 1 KN 2 KN 3
No Nama
. Kelurahan/Desa
L P T L P T L P T

72 82 154 72 82 154 72 79 151


1. Tanjungbatu Kota
41 34 75 41 34 75 41 35 76
2. Tanjungbatu Barat
16 10 26 16 10 26 16 10 26
3. Gading Sari
19 18 37 19 18 37 19 15 34
4. Sei Sebesi
26 16 42 25 16 41 25 15 40
5. Sei Ungar
22 20 42 21 20 41 22 17 39
6. Lubuk
196 180 376 194 180 374 195 171 366
Total
Grafik Kunjungan Neonatus KN 1, KN 2, KN 3

CAKUPAN NEONATUS I, II, III


120
UPT PUSKESMAS TANJUNG s/d NOV 2021

100

80

KN I
60
KN 2
40 KN 3

20

0
Tg. Batu Kota Tg. Batu Gading Sari Sei. Sebesi Sei. Ungar Lubuk Puskesmas
Barat

ABS KN 1 154 75 26 37 41 41 374


% 87.5 79.8 72.2 72.5 89.1 110.8 85.5
ABS KN 2 154 75 26 37 41 41 374
% 87.5 79.8 72.2 72.5 89.1 110.8 85.5
ABS KN 3 151 76 26 34 40 39 366
% 85.8 80.9 72.2 66.7 87 105.4 83.2

Grafik diatas menggambarkan jumlah kunjungan neonatus KN 1,2, dan 3.


Persentase kunjungan neonatus tersebut didapatakan dari perbandingan dengan sasaran
bayi di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu. Target KN yang diberikan oleh
RENSTRA adalah 100%. Sedangankan capaian program kesehatan anak pada indikator
KN ada yang kurang bahkan ada yang berlebih dari target dikarenakan data yang menjadi
pembanding adalah asumsi bukan data riil. Sedangkan apabila data pembanding adalah
data riil bayi bar lahir maka kunjngan KN di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu
rata – rata telah mencapai 100%.
3.1.3. Penanganan Komplikasi Neonatus

Sasaran penanganan komplikasi neonatus adalah 66 bayi. Selama tahun 2021 di


wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu telah melakukan penangan komplikasi neonatus
sebanyak 40 bayi terdiri dari, 23 bayi laki – laki, dan17 bayi perempan. Dengan sebaran
komplikasi sebagaimana tergambar dalam tabel di bawah ini ;

BBLR (Berat Badan Asfiksia Persentase Absolut


No Nama Lahir Rendah)
. Kelurahan/Desa
L P T L P T L P T

10 6 16 1 0 1 84,6 46,2 65,4


1. Tanjungbatu Kota
% % %
3 1 4 0 0 0 42,9 14,3 28,6
2. Tanjungbatu Barat
% % %
2 1 3 1 0 1 100% 33,3 66,7
3. Gading Sari
% %
3 1 4 0 1 1 75% 50% 62,5
4. Sei Sebesi
%
0 1 1 0 0 0 0 33,3 16,7
5. Sei Ungar
% %
3 9 12 0 0 0 100% 200% 150%
6. Lubuk
21 16 37 2 1 3
Total
Grafik Penanganan Komplikasi Neonatus

CAKUPANPENANGANAN KOMPLIKASI
NEONATUS
160 UPT PUSKESMAS TANJUNG BATU s/d NOV 2021
140
120
100
80
Column1
60
40
20
0
Tg. Batu Tg. Batu Gading Sari Sei. Sebesi Sei. Ungar Lubuk Puskesmas
Kota Barat

ABS 17 4 4 5 1 9 40
% 65.4 28.6 66.7 62.5 16.7 150 60.6

Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa komplikasi neonatus tertinggi
ada pada kasus BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dengan angka tertinggi terdapat pada Desa
Lubuk yaitu sebanyak 12 bayi. BBLR perlu perhatian khusus melihat tingginya angka
kejadiannya. Perlu kerjasama lintas program dalam upaya menekan kasus BBLR. Dari data
BBLR yang ada kasus BBLR rata – rata didominasi oleh kasus KEK dan Anemia dalam masa
kehamilan yait sebanyak 32 kasus. Sehingga kerjasama lintas program, program gizi dan
program KIA (Ibu) pada khususnya agar dapat menekan kasus BBLR kedepannya.

Penanganan Komplikasi neonatus yang dilakukan oleh Program Kesehatan Anak


UPT Puskesmas Tanjungbatu dilakukan dengan melaksanakan pelayanan kesehatan pada kasus
- kasus komplikasi untuk mencegah angka kematian dan kecacatan. Diharapakan bidan desa bisa
lebih aktif lagi dalam menemukan kasus komplikasi pada neonatus, melihat masih kurangnya
capaian dibandingkan target renstra yait 80% penanganan komplikasi neonatus

3.1.4. Jumlah Kematian Neonatus

Berdasarkan target renstra yang ditetapkan oleh kemenkes, jumlah kematian


neonatus dalam satu tahun adalah 18/1000 kelahiran hidup. Selama tahun 2021 jumlah kematian
neonatus di wilayah kerja UPT Tanjungbatu sebanyak 5 kematian dengan asumsi 13/1000
Kelahiran hidup. Dengan data sebagai berikut:

Tabel. Data Kematian Neonatus 2021

No. Nama Nama Nama Orang Tua Alamat Tgl Kematian Penyebab Tempat
Kematian Kematian
1. By. M. Yandi Novi/Apriyandi Tg.Batu 24/02/2021 Asfiksia RSUD Tg.Batu
Kota
2. By. Ny.Nurlinda Nurlinda/Sunarto Jl.Parit 14/03/2021 Asfiksia RSUD M.Sani
Tegak
3. By. Fazrin Fauzal/ Azia Jl. Parit 14/08/2021 Asfiksia PMB
Pacitan
4. By. Fatimah Khairnizam/Irdina G.sari 12/08/2021 BBLR Klinik PT Timah
5. By. Ny. Zuliana Jimmy/Zuliana Rengkum 01/10/2021 BBLR RSUD Tg.Batu
Tg.Batu
Barat

Dari Tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peyebab kematian tertinggi pada
neonatus adalah asfiksia sebanyak 3 kasus, diikuti 2 kasus BBLR. Dari 3 kasus asfiksia
didapatkan data 1 kasus By. M.Yandi disebabkan tali pusat menumbung, 1 kasus By.Ny.
Nurlinda kerena postdate, 1 kasus By.Fazrin karena Anemi dalam kehamilan, disertai kurangnya
ANC selama kehamilan. Dari data tersebut untuk menekan kasus kematian pada masa neonatus
diharapkan adanya pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai standar, pemberi pelayanan diharapkan
memeberikan pelayanan yang berkalitas (10 T), pentingnya dilakukan USG selama kehamilan.
3.2. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir. Di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu selama periode 2021 didapatkan
data pelayanan kesehatan bayi sebagai berikut:

Tabel Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan Bayi DDTK Persentase


4x/Tahn
No. Nama Kelurahan/Desa
L P T L P T

52 94 146
1. Tanjungbatu Kota 59,8 % 105,6 % 83 %
27 40 67
2. Tanjungbatu Barat 57,4 % 85,1 % 71,3 %
18 14 32
3. Gading Sari 100 % 77,8 % 88,9 %
22 13 35
4. Sei Sebesi 84,6 % 52 % 68,6 %
35 24 59
5. Sei Ungar 152,2 % 104,3 % 128,3 %
11 13 24
6. Lubuk 57,9 % 72,2 % 64,9 %

Total 165 198 363 59,8 % 105,6 % 83,0 %


Grafik Pelayanan Kesehatan Bayi 2021

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI


UPT PUSKESMAS TANJUNG BATU s/d NOV 2021
140

120

100

80
Column1
60

40

20

0
Tg. Batu Tg. Batu Gading Sari Sei. Sebesi Sei. Ungar Lubuk Puskesmas
Kota Barat

ABS 146 67 32 35 59 24 363


% 83,0 71,3 88,9 68,6 128,3 64,9 82,5

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan bayi di wilayah
kerja UPT Tanjung batu masih kurang dibandingkan dengan target resntra yakni 100%. Desa
Tanjungbat Barat, Sungai Sebesi dan Desa Lubuk perlu perhatian khusus dalam peningkatan
angka pelayanan bayi.
3.2.1. Jumlah Kematian Bayi

Berdasarkan target renstra yang ditetapkan oleh kemenkes, jumlah kematian bayi
dalam satu tahun adalah 18/1000 kelahiran hidup. Selama tahun 2021 jumlah kematian neonatus
di wilayah kerja UPT Tanjungbatu sebanyak 4 kematian dengan asumsi 10/1000 Kelahiran
hidup. Dengan data sebagai berikut:

Tabel. Data Kematian Neonatus 2021

No. Nama Nama Nama Orang Tua Alamat Tgl Kematian Penyebab Tempat
Kematian Kematian
1. By. M. Qurays M.Jailani/Siti Tg.Batu 13/04/2021 Diare RSUD M.Sani
Alhabsy Aminah Kota
2. By. Akila Bintang/Ida Safitri Sungai 25/05/2021 Kelainan RSUD Tg.Batu
Humaira Sebesi Jantung bawaan
3. By. Syafira Badrul/Hayati Tg Batu 24/09/2021 Pnemonia RSUD M. Sani
Fitriani Kota
4. By. M.Noval Jamaludin/Marsya Tg.Batu 26/102021 Diare RSUD M.Sani
Syahreza Barat

3.3. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pelayanan kesehatan anak balita terbagi menjadi pelayan kesehatan balita dan
pelayanan kesehatan anak prasekolah. Pelayanan kesehatan anak balita merupakan indikator
dalam SPM yang target pencapaian Restra dalam setahn sebesar 100 %. Dalam pelaksanaannya
Pelayanan kesehatan anak balita harus memenhi beberapa indikator di bawah ini;

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun


2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS
Indikator – indikator diatas haruslah terpenuhi agar pelayanan kesehatan anak
balita dapat dinyatakan lulus atau sesai dengan standar. Dalam periode tahun 2021 pelayan
kesehatan anak balita dan prasekolah tersaji dalam tabel di bawah ini:

3.3.1. Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang SDIDTK minimal 2 kali)
Stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang merupakan indikator dalam
pemberian pelayanan kesehatan anak balita. Oleh karena itu selama periode kerja 2021
program kesehatan anak melakukan SDIDTK yang tergambar dalam tabel di bawah ini:

Tabel Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang SDIDTK minimal 2 kali)

Kunjungan Balita SDDTK Persentase (%)


2x/Tahun
No. Nama Kelurahan/Desa
L P T L P T

179 150 329 69,4 61,0 65,3


1. Tanjungbatu Kota
100 104 204 65,4 71,2 68,2
2. Tanjungbatu Barat
42 55 97 76,4 125,0 98,0
3. Gading Sari
48 51 99 43,2 56,0 49,0
4. Sei Sebesi
79 72 151 97,5 120,0 107,1
5. Sei Ungar
39 43 82 66,1 76,8 71,3
6. Lubuk
487 475 962 67,9 73,9 70,7
Total
CAKUPAN PELAYANAN MTBS
UPT PUSKESMAS TANJUNG BATU s/d NOV 2021
80

70

60

50

40

30

20

10

ABS 329 204 97 99 151 82 962


% 65,3 68,2 98 49 107 71,3 70,7

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan balita dalam pelaksanaan
SDIDTK harus ditingkatkan lagi di periode kerja mendatang. Mengingat target renstra yang
cukup tinggi yaitu 100% oleh sebab itu diharapkan Bidan Desa lebih giat lagi dalam melakukan
SDIDTK. SDIDTK merupakan salah satu kegiatan yang mendapatkan dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Selama periode kerja 2021 poin kegiatan SDIDTK/Pemantauan Tumbuh
Kembang yang tersedia di menu bok adalah sebanyak 30 kegiatan. Terdiri dari 9 kegiatan
dilakukan pada TK dan Paud di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu dan 21 kegiatan
dilaksanakan pada posyandu balita di desa dan kelurahan. Sebagaimana tergambar dalam tabel
berikut:

No Tempat Pelaksanaan Tanggal Pelaksanaan Jumlah Balita yang di


. SDIDTK
1. Posyandu Desa Sei.Sebesi 11/01/2021 8 Orang
2. Posyandu Desa Lubuk 14/01/2021 10 Orang
3. Posyandu Sungai Ungar 13/01/2021 12 Orang
4. Posyandu Gading Sari 16/01/2021 9 Orang
5. Posyandu Desa Sei.Sebesi 03/02/2021 7 orang
6. Posyandu Gading Sari 06/02/2021 8 orang
7. Posyandu Sungai Ungar 01/02/2021 11 orang
8. Posyandu Tanjungbatu Kota 05/02/2021 14 orang
9. Posyandu Tanjuungbatu Barat 04/02/2021 8 orang
10. Posyandu Lubuk 08/02/2021 7 orang
11. Posyandu Desa Sei.Sebesi 01/03/2021 7 Orang
12 Posyandu Sungai Ungar 02/03/2021 10 orang
13 Posyandu Lubuk 05/03/2021 7 orang
14. Posyandu Gading Sari 06/03/2021 11 orang
15. Posnyandu Tanjungbatu Kota 07/03/2021 10 orang
16. Posyandu Desa Sei.Sebesi 01/04/2021 8 orang
17 Posyandu Sungai Ungar 03/04/2021 12 orang
18 Posyandu Tanjungbatu Kota 05/04/2021 14 orang
19 Posyandu Tanjungbatu Barat 06/04/2021 7 orang
20 Posyandu Lubuk 07/04/2021 9 orang
21. Posyandu Gading Sari 08/04/2021 11 orang
22. Posyandu Tanjungbatu Kota 06/11/2021 10 orang
23. Posyandu Tanjungbatu Kota 08/11/2021 9 orang
24. TK Aisyiyah 10/11/2021 19 orang
25. TK Pembina 11/11/2021 30 orang
26. TK Pertiwi 13/11/2021 21 orang
27. TK Handayani 15/11/2021 11 orang
28. TK AL Huda 16/11/2021 16 orang
29. TK Kemala Bhayangkari 17/11/2021 32 orang
30. TK Kecambah 18/11/221 11 orang
3.3.2. Balita Dengan Gangguan Perkembangan

SDIDTK merupakan salah satu kegiatan guna mendeteksi adanya gangguan


perkembangan pada balita. Deteksi dilakukan pada aspek pertumbuhan dan perkembangannya.
Selama periode kerja 2021 program kesehatan anak UPT Puskesmas Tanjungbatu menemukan
balita dengan gangguan perkembangan yang tergambar dalam tabel dibawah ini:

Tabel Gangguan Perkembangan Balita

Balita dengan Gangguan Perkembangan


No
Nama Kelurahan/Desa
.
L P T

1. Tanjungbatu Kota 0 0 0

2. Tanjungbatu Barat 0 0 0

3. Gading Sari 1 0 1

4. Sei Sebesi 0 0 0

5. Sei Ungar 1 0 1

6. Lubuk 0 1 1

Total 2 1 3

Dari data diatas balita dengan gangguan perkembangan 1 balita dengan ADHD
dan Speech delay, 1 balita dengan sindrom down, dan 1 balita dengan ketelambatan
perkembangan. 2 diantaranya telah diberikan rujukan dari Puskesmas Tanjungbatu untuk
berkonsltasi dengan dr spesialis anak. Salah satu kendala yang ditemui adalah belum jelasnya
sistem rujukan untuk balita yang dicurigai mengalami keterlambatan atau mengarah pada
gangguan perkembangan. Selain itu orang tua balita dengan anak gangguan perkembangan
terkendala oleh biaya dalam melakukan pengobatan lanjutan.
3.4. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita

Pelaksaanaan Kelas Ibu balita selama periode 2021 di wilayah kerja UPT Puskesmas
Tanjungbatu adalah sebagai berikut:

Tabel Pelaksanaan Kelas Ibu Balita

Jumlah Ibu Jumlah Jumlah Ibu Jumlah Jumlah


Jumlah Balita yang Kelas Ibu Balita yang Kelas Ibu Kelas Ibu
Kelas Ibu Mengikuti Balita yang Mengikuti Balita yang Balita yang
Nama Balita yang Kelas Ibu terbentuk Kelas Ibu terbentuk terbentuk
No.
Kelurahan/Desa terbentuk Balita Usia (1-2th) Balita Usia (2-5th) Usia (1-2th)
Usia (0-1th) ( Kelompok ( Kelompok
0-1 Th ) 1-2 th )

1. Tanjungbatu Kota 13 101 17 80 17 122

2. Tanjungbatu Barat 6 56 7 24 7 66

3. Gading Sari 10 27 11 27 11 81

4. Sei Sebesi 9 26 10 25 10 95

5. Sei Ungar 8 19 9 18 9 40

6. Lubuk 5 25 5 23 5 40

Total

Dari data diatas didapatkan bahwa kelas ibu balita yang terbentuk dan keiikutsertaan ibu
balita dalam pelasksanaan masih cukup rendah. Kedepan diharapkan peranserta Bidan Desa
dalam meningkatkan minat Ibu balita dalam mengikuti kelas ibu balita dapat ditingkatkan lagi.
Salah satu terobosan program kesehatan anak UPT Puskesmas Tanjungbatu kedepan akan
dibentuk grup whatsapp ibuu balita berdasarkan kelompok usia di tiap desa dan kelurahan guna
memudahkan akses informasi dan peningkatan pengetahuan ibu balita.

Selain itu kelas ibu balita merupakan salah satu kegiatan yang termasuk kedalam menu
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam periode tahun 2021 adalah sebanyak 15 kegiatan.
Berikut adalah tabel kegiatan Kelas Ibu Balita selama tahun 2021 dengan dana BOK:
Tabel Pelaksanaan Kelas Ibu Balita

No. Tempat Pelaksanaan Tanggal Pelaksanaan


1. Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Sebesi 15/02/2021
2. Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Ungar 16/02/2021
3. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Tanjungbatu Kota 17/02/2021
4. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Tanjungbatu Barat 20/02/2021
5. Kelas Ibu Balita di Desa Lubuk 17/02/2021
6. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Gading Sari 19/02/2021
7. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Tanjungbatu Barat 23/03/2021
8. Kelas Ibu Balita di Desa Lubuk 27/03/2021
9. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Tanjungbatu Kota 20/04/2021
10. Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Sebesi 21/04/2021
11. Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Ungar 22/04/2021
12 Kelas Ibu Balita di Kelurahan Tanjungbatu Barat 20/09/021
13 Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Sebesi 21/09/2021
14. Kelas Ibu Balita di Desa Sei. Ungar 22/09/2021
15. Kelas Ibu Balita di Kelurahan Gading Sari 23/04/2021

Dari tabel diatas dapat disimplkan bahwa pelaksanaan kelas ibu balita selama periode
2021 dengan menggunakan dana BOK tercapai 100% yakni 15 kegiata yang dilakkan di desa dan
kelurahan.
3.4. Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Pelayanan MTBS merupakan salah satu poin dalam target renstra. Target Renstra
untuk pelayanan MTBS adalah 80%. Berikut tabel Pelayanan MTBS di wilayah kerja UPT
Puskesmas Tanjungbatu

Tabel Pelayanan MTBS 2021

Bayi 0-11 bulan Balita 12 – 59 Bulan


No. Nama Kelurahan/Desa
L P T L P T

1. Tanjungbatu Kota 27 35 27 50 52 50

2. Tanjungbatu Barat 23 12 23 50 41 50

3. Gading Sari 13 7 13 22 22 22

4. Sei Sebesi 16 25 16 45 29 45

5. Sei Ungar 23 24 23 36 34 36

6. Lubuk 9 14 9 39 41 39

Total 111 117 111 242 219 242

Tabel Pelayanan MTBS 2021 Berdasarkan Penyakit

No. Nama Penyakit L P Total Persentase


0 0 0 0
1 Penumonia Berat/Sakit Sangat Berat
1 0 2 0%
2 Pneumonia
30 27 100 15%
3 Batuk Bukan Pneumonia
3 2 10 1%
4 Diare Dengan Dehidrasi Berat
20 13 66 10%
5 Diare Dengan Dehidrasi Ringan
41 34 150 22%
6 Diare Tanpa Dehidrasi
0 2 4 1%
7 Diare Persisten Berat
0 0 0 0%
8 Diare Persisten
0 0 0 0%
9 Disentri
0 0 0 0%
10 Penyakit Berat Dengan Demam
0 0 0 0%
11 Malaria
Demam Mungkin Bukan Malaria (Demam Batuk 121 114 470 68%
12 Pilek)
44 52 192 28%
13 Demam Bukan Malaria (Demam )
0 0 0 0%
14 Campak Dengan Komplikasi Berat
0 0 0 0%
15 Campak Dengan Komplikasi Berat Pada Mulut
1 2 6 1%
16 Campak
0 0 0 0%
17 Demam DBD
6 2 16 2%
18 Mungkin DBD
16 14 60 9%
19 Demam Mungkin Bukan DBD
0 0 0 0%
20 Mastoiditis
5 0 10 1%
21 Infeksi Telinga Akut
0 0 0 0%
22 Infeksi Telinga Kronis
2 1 6 1%
23 Tidak Ada Infeksi Telinga
2 0 4 1%
24 Gizi Buruk
4 4 16 2%
25 BGM
0 0 0 0%
26 Anemia Berat
1 0 2 0%
27 Anemia
0 0 0 0%
28 Tidak Ada BGM dan Tidak Anemia
0 0 0 0%
29 Infeksi HIV Terkonfirmasi
0 0 0 0%
30 Terpajan HIV
0 0 0 0%
31 Diduga Terinfeksi HIV
0 0 0 0%
32 Kemungkinan Bukan Infeksi HIV
61 58 238 35%
33 Lain-Lain/Gatal-Gatal
CAKUPAN PELAYANAN MTBS
UPT PUSKESMAS TANJUNG BATU s/d NOV
80
2021
70
60
50
40
30
20
10
0

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit terbanyak pada balita di
wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu adalah Demam Batuk Pilek yang dalam pendekatan
MTBS diklasifikasikan sebagai Demam Mungkin Bukan Malaria sebesar 68%. Setiap anak balita
yang datang berobat baik di pustu, polindes maupun di puskesmas harus dilakukan pemeriksaan
dengan pendekatan MTBS.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
1. Pelayanan Kesehatan Neonatus
a. Kunjungan Neonatus KN1 (85,5%), KN2 (85,5%), KN 3 (83,2%), masih
kurang dari target restra yait 100%
b. Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN) 40 bayi (60,6%) terdiri dari 37
BBLR dan 3 Asfiksia. Capaian masih kurang dari target resntra yaitu 80%.
c. Jumlah kematian neonatus yaitu 5 kematian dengan asumsi 13/1000 KH.
Jumlah kematian neonatus selama tahun 2021 termasuk baik karena di
bawah target renstra yaitu 18/1000KH.
d. Pelayanan kesehatan bayi di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu
selama 2021 yaitu 82,5%. Pelayanan kesehatan bayi masih kurang
dibanding target resntra yaitu 100%
e. Jumlah kematian bayi yaitu 4 kematian dengan asumsi 10/1000 KH.
Jumlah kematian neonatus selama tahun 2021 termasuk baik karena di
bawah target renstra yaitu 18/1000KH.
f. Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang SDIDTK minimal 2 kali) di wilayah kerja UPT
Puskesmas Tanjungbatu adalah 70,7% dimana masih di bawa target
renstra yaitu 100%. Kegiatan pemantaan tumbuh kembang berdasarkan
anggaran dari BOK terlaksana 100 % yaitu sebanyak 30 kegiatan
g. Pelaksanaan kelas ibu balita, pelaksanaan kelas ibu balita bukan
merupakan standar pelayanan minimal kesehatan anak, nam sangat
berperan besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak balita.
Kelas ibu balita termasuk kegiatan yang mendapatakan dana BOK. Selama
periode 2021 di wilaya kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu terlaksanan
100% yakni 15 kegiatan.
h. Pelayanan MTBS di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjungbatu selama
2021 sebesar 689 bayi anak balita yang dilayani MTBS. Dengan kasus
penyakit paling tinggi yaitu demam batuk pilek sebesar 68%.

4.2. Saran

1. Kerjasama Lintas Program


a. Promkes, kedepan diharapkan kerjasama dari program promosi kesehatan
untuk memberikan penyuluhan guna meningkatkan kunjungan bayi dan
balita ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan tumbuh kembang
b. Gizi, di harapkan kedepan Program Gizi dapat ikut serta dalam
pemantauan bayi dan balita serta memberikan koseling terkait gizi yang
dianggap perlu
c. KIA, mengingat tingginya angka kejadi BBLR di wilayah kerja UPT
Puskesmas Tanjungbat selama periode 2021 diharapkan program KIA
dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
tambah darah dan memberikan konseling pranikah usia ideal untuk hamil.
d. Remaja, diharapkan kerjasama dari program remaja untuk mengrangi
angka anemia pada remaja putri.
e. Bides, diharapkan kedepan bidan desa dapat melengkapi kohort agar
pendokumentasian pelayanan kesehehatan bayi dan balita bisa maksimal.
Selain itu diharapkan juga bidan desa dapat lebih aktif lagi menginfokan
case finding terkait program kesehatan anak, juga meningkatkan capaian
setiap indikator pelayanan kesehata bayi dan balita

Anda mungkin juga menyukai