OLEH :
ANGKATAN 7 KELOMPOK 3
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Di Indonesia sendiri, sistem merit hanya diatur untuk sektor publik. Aturannya
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara: 1998)
Apabila diuraikan lebih lanjut, arti kata pelayanan atau service memiliki nilai-nilai berikut:
1. Self-awareness : ASN harus memiliki kepedulian dan kesadaran diri, memahami posisi
sebagai pelayan publik yang berjiwa melayani pelanggannya, baik internal maupun
eksternal.
2. Enthusiasm : melakukan pelayanan dengan semangat yang kuat dan penuh antusias dalam
pemberian layanannya.
3. Reform : pelayan publik yang baik memiliki inovasi dan kreatifitas yang melebihi ekspektasi
penerima layanannya sehingga dapat memperbaiki kinerja layanannya secara
berkelanjutan.
4. Value : memberikan manfaat atau nilai tambah bagi penerima layanannya.
5. Impressive : tampil dengan perilaku yang tidak kaku dan mengesankan penerima
layanannya.
6. Care : peduli terhadap kebutuhan penerima layanan dan memberikan perhatian secara
optimal.
7. Evaluation : pelaksanaan layanan harus dievaluasi secara rutin oleh pemberi layanan agar
dapat menyempurnakan layanan yang diberikan.
3. ESENSI PEMBELAJARAN WOG
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
WoG menekankan pelayanan yang terintegrasi sehingga prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan dalam melayani permintaan masyarakat dapat selesaikan
dengan waktu yang singkat.
MANFAAT WOG
Meningkatkan efisiensi, sharing informasi, lingkungan kerja, daya saing, akuntabilitas, koherensi
kebijakan, dan menurunkan biaya layanan, pemborosan, duplikasi pekerjaan, inkonsistensi kebijakan,
waktu penyelesaian layanan tertentu