Disusun Oleh :
Harianti Ayu Wulandari
1102013122
Pembimbing :
dr. Hadiyana, Sp.B
PENDAHULUAN
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih
sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat
pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat
mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki
dengan berat badan 1000 gr atau kurang.
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.Sampai
saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena
besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat
lambatnya pemulihan dan angka rekurensi.keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan
bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum
Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur
anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis.Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis.Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis
ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis
pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis
sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi
hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan
umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
No. CM : 0103-xx
Nama : Tn. U
Umur : 59 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh ada benjolan di lipat paha kanan ± sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan
2. Keluhan Tambahan :
Pasien mengatakan benjolan tersebut terasa keluar jika sedang melakukan aktivitas yang
berat, tetapi terkadang juga tidak muncul. Saat pasien sedang berbaring terkadang
benjolan keluar terkadang menghilang. Ketika pasien batuk terasa sangat nyeri.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan bahwa timbul benjolan di lipat paha kanan ± sejak 2 tahun yang
lalu. Sehari-hari pekerjaan Tn. U adalah buruh tani mulai tahun 1966 - sekarang. Ia
sering pergi ke sawah untuk mencangkul di sawah dan mengangkat gabah disaat sedang
panen padi. Awalnya benjolan tersebut ukurannya kecil seperti kelereng sehingga Tn. U
keluhan yang berarti. Tiga bulan terakhir ini benjolan tersebut terasa nyeri dan semakin
6. Riwayat Alergi :
Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, makanan maupun obat pada pasien dan
keluarga.
7. Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan merokok, biasanya 4 batang per hari.
8. Keadaan Sosial – Ekonomi :
Pasien tinggal bersama istrinya, anak serta cucunya.
3. Tanda Utama :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
SpO2: 96%
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala : Normochepal, rambut tipis berwarna putih
2. Mata : Pupil bulat isokor, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
3. Leher : Trakea letak normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
5. Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-, sekret –
8. Thoraks :
a. Jantung
b. Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, pernapasan simetris dalam
Palpasi : Tidak teraba masa, nyeri tekan (-) di seluruh quadran abdomen
10. Ekstremitas
C. STATUS LOKALIS
Regio Inguinal Dekstra
Diameter benjolan ±8 cm
Hiperemis (-)
Palpasi :
Permukaan licin
Imobile
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah (12 Juli 2017 )
V. DIAGNOSIS BANDING
- Hernia Inguinalis Lateralis Irreponible
- Hernia scrotalis
- Hidrokel
VI. PENATALAKSANAAN
Pre-operasi
1. IVFD RL
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanalis Inguinalis
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga
peritoneum melalui annulus ingunalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari annulus inguinalis eksternus.
2.2.1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan.Terdapat 3 komponen yang selalu ada pada hernia, yaitu :
a. Kantong hernia (tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adipose, hernia intertitialis)
b. Isi hernia (usus, omentum, organ intra maupun ekstraperitoneal)
c. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dindin abdomen)
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
2.2. Epidemiologi
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah apendicitis.Sampai
saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 %.
Insidensi hernia inguinalis di wilayah Amerika Serikat diperkirakan diderita oleh 15% populasi
dewasa, 5 – 8 % pada rentang usia 25 – 40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun.
Menurut Medical Service (Ministry Of Health/MOH) menyatakan bahwa diantara sepuluh
macam penyakit yang menempati renking tertinggi hospitalisasi pada tahun 2007 salah satu
diantaranya adalah hernia dengan prevalensi 1,8% (www.depkes.go.id). Sedangkan pola
penyakit terbanyak pada penderita rawat jalan di RSU di Indonesia pada tahun 2008, gejala
hernia menempati peringkat ke 14 dengan jumlah penderita sebanyak 210.875 penderita, dan
dirawat inap di RSU di Indonesia hernia inguinalis juga menempati urutan ke 14 dengan jumlah
penderita 20.400 penderita .
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia yang
didapat atau aquisita :
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponible bila isi hernia dapat keluar masuk.Usus
keluar ketika berdiri atau mengedan dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk
perut.Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.Bila isi
kantong tidak dapat di reposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel.Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia.Hernia ini disebut hernia akreta.Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak juga tanda sumbatan
usus.Hernia disebut hernia inkaserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut.Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis, istilah hernia
inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponible yang disertau gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai dengan gangguan
vaskularisasi.Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.Nama yang
lazim dipakai adalah hernia strangulata, walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulasi.
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna dan hernia
interna. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum, contohnya hernia inguinalis lateralis, medialis, femoralis, umbilikalis,
sikatrikalis, sciatic, petit, spigelian, dan perinialis. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa
kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut .
2.4. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak laki-laki daripada perempuan.Berbagai factor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya
umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan
otot dinding perut karena usia.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa
yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis .
2.5. Patofisiologi
Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi dapat
memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek pada dinding otot
ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral
pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
hernia.Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera
traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot,
maka individu akan mengalami hernia .
Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden
hernia meningkat dengan bertambah
2.6. Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul sewaktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.Keluhan nyeri jarang
dijumpai, jika ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.
Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring.Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga benjolan
atau keadaan asimetri dapat dilihat.Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi.Setelah benjolan
tereposisi dengan jari telunjuk, cincin hernia, berupa annulus inguinalis yang melebar, kadang
dapat diraba.
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
Tatalaksana
A. Konservatif
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan
lebih sering (karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual.
Tangan kiri memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang
sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara
seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus
otot dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.
B. Operatif
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia adalah
herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang
dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu
juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
Ket: A,B: Insisi hernia dapat berupa transverse atau oblik. C: Buka aponeurosis m. Obliquus
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama
Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah penjahitan
multilayered repair dan metode ini dianggap sebagai operasi pure tissue repair yang paling
sehingga cenderung terjadi kegagalan. Hal ini disebabkan karena terjadinya nekrosis iskemik
pada jaringan yang tegang, sehingga untuk mengatasi masalah ini para ahli bedah mencari
hernioplasti yang tidak tegang. Hernioplasti berupa anyaman (darn) yang menghubungkan
conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis pertama kali diperkenalkan oleh McArthur pada
tahun 1901.
Moloney memperkenalkan teknik nylon darn modern pertama kali pada tahun 1948.
Moloney mengubah jahitan tipe Bassini dengan menggunakan benang monofilament nilon
kontinyu untuk membawa conjoint tendon pada ligamentum inguinalis, tetapi tanpa usaha untuk
mendekatkan dua struktur ini secara paksa jika jahitan terlalu tegang. Jahitan ini kemudian
diikuti oleh jahitan kontinyu kedua yang berjalan dari tuberkulum pubikum antara jaringan yang
cukup kuat pada sarung rectus dan bagian tendon otot obliquus internus diatas ke ligamentum
inguinalis dibawah dan berakhir di balik cincin internus. Angka kesembuhan nylon darn repair
Ket: A: Jahitan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum inguinalis ke
conjoint tendon. B: Jahitan kedua, sama dengan jahitan pertama tetapi dengan arah oblik ke
medial. C: Jahitan ketiga, sama dengan jahitan kedua tetapi dengan arah berlawanan. D: Hasil
Funikulus spermatikus dipisahkan dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong
hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene mesh dengan ukuran lebih-
kurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang
polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi medial dan inferior mesh
dijahitkan pada ligamentum inguinalis. Tepi superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian
lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada
cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke
eksternus kembali.
Ket: A: Lapangan operasi setelah dilakukan herniotomi. B: Jahitkan tepi bawah mesh pada
ligamentum inguinalis. C: Jahitkan tepi atas mesh pada conjoint tendon (aponneurosis m.
obliquus internus) dan tepi lateral mesh dibelah untuk tempat lewatnya funikulus spermatikus. D:
Tepi lateral mesh disilangkan mengelilingi funikulus spermatikus dan dijahitkan pada
ligamentum inguinalis.
Prostetik sintetik untuk perbaikan hernia adalah Marlex, Prolene, Surgipro, Mersilene,
dan Gore-Tex. Marlex dan Prolene terdiri dari serat monofilamen yang dirajut dari polipropilen
dan mirip satu sama lainnya. Keduanya berpori-pori dan agak kaku, mengandung memori
plastic, dan melengkung bila dibengkokkan dalam dua arah pada saat yang sama. Prostesis
surgipro terdiri dari rajutan anyaman benang polipropilen. Mersilenen adalah prosthesis rajutan
terbuka yang terdiri dari anyaman serat polyester Dacron. Berpori-pori dan lebih lemas,
Komplikasi
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai Strangulata dengan
gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi operasi hernia dapat berupa
cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli.
Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul
Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinodynia" yang biasanya disebabkan oleh
kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma, jaringan parut,
misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi hernia, penyempitan cincin
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang dapat berupa
atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif.
Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya
komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan
recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata
atau strangulasi.
Insiden hernia yang residif bergantung pada usia pasien, letak hernia, teknik hernioplasti
yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif.
Angka residif hernia inguinalis indirek pada segala usia lebih rendah bila dibandingkan dengan
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia
inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis dan hernia ingunalis lateralis. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan. Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan
strangulasi. Penatalaksanaan untuk kasus hernia ialah dengan operatif. Terdapat dua jenis
tindakan operatif yaitu herniotomi dan hernioplasty.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lesson, C Roland, Buku Ajar Histologi, EGC, Jakarta 1996, Hal 369 – 371.
2. Nelson, Waldo E, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 volume 2, EGC, Jakarta, 1999, Hal
1316 – 1319
3. R. Sjamsoehidajat and Wim de Jong, Buku ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2010,
Hal 619-629
4. Sadler T.W, Embriologi Kedokteran Langman, Edisi ke – 7, EGC, Jakarta, 1997, Hal
270.
5. Sabiston, David C, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta, 1994, Hal 261.