Anda di halaman 1dari 32

‫الَرحي ِم‬

‫الَر ْح ٰم ِن َّّـ‬ ِ ‫ِب ْس ِم‬


‫الله َّّـ‬
Case-report

Hernia Scrotalis Dextra Ireponible


Disusun oleh :
Jermansyah DD Khairari (2015730065)
Ulayya Ghina Nabilla (2015730129)
Pembimbing :
dr. Saleh Setiawan Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
A Anamnesis

Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 25 tahun
Tanggal Lahir : 20 Mei 1995
No. RM : 228086
Pekerjaan : Wirausaha
Status : Menikah
Alamat : Kp. Bogor 01/04 Bekasi
Pendidikan : SLTA
Tanggal masuk RS : 29 September 2020
A Anamnesis

Keluhan Utama
Benjolan pada buah zakar kanan sejak 20 tahun SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan benjolan pada buah zakar kanan sejak 20 tahun SMRS.
Benjolan berdiameter sekitar 4 cm, berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata, konsitensi
lunak, dan dapat digerakkan. Pasien mengatakan bahwa ukuran benjolan dapat berubah – ubah,
terutama saat sedang batuk, mengedan, atau saat mengangkat beban berat, maka benjolan akan
keluar dan bertambah besar dari ukuran yang sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
perut bagian bawahnya yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan nyeri perut bagian
bawah dirasakan terutama saat mengangkat beban berat, dan saat BAK.
Tidak ada riwayat trauma pada daerah buah zakar, lipat paha, maupun perut. BAK dan BAB
pasien tidak ada keluhan. Pasien menyangkal adanya keluhan lain seperti demam, pusing, mual,
muntah, dan perut kembung.
A Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal terdapat riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
Pasien juga menyangkal terdapat riwayat trauma pada daerah buah zakar, selangkangan, dan
perut sebelumnya. Pasien menyangkal terdapat riwayat operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di keluarganya. Riwayat
hipertensi, diabetes melitus, dan jantung di keluarga disangkal.

Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai wirausaha yang bekerja dalam bidang sembako dan sering mengangkat
benda – benda yang berat. Pasien merokok sejak usia 17 tahun.
A Anamnesis

Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi baik terhadap obat – obatan, makanan, debu, maupun
suhu lingkungan.

Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter namun pasien belum berani untuk
melakukan operasi, sehingga keluhan pasien belum ada perbaikan.
B Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, reguler kuat angkat
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36.7oC
B Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, keriting, dan tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya L/TL +/+
Hidung : sekret -/-, deviasi septum -/-, nyeri tekan -/-
Telinga : normotia, otore -/-, nyeri tekan -/-
Mulut : mukosa bibir lembab, stomatitis (-). Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Leher : pembesaran KGB (-), massa (-)
B Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
o Thoraks :
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi -/-
 Palpasi : vokal fremitus simetris kanan dan kiri
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung :
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 reguler
o Abdomen :
 Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut,
tidak terdapat pelebaran vena.
 Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat
nyeri tekan maupun nyeri lepas
 Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri
ketok
 Auskultasi : bising usus (+)
o Ekstremitas: Akral hangat, udem -/-, pucat (-), RCT < 2 detik
B Pemeriksaan Fisik

Status Lokalis Genitalia


 Status lokalis genitalia
o Inspeksi : terdapat benjolan/ massa dengan bentuk agak bulat di daerah
skrotum dekstra dan tidak tampak hiperemis
o Palpasi: permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (+), testis
tidak teraba.

Skrotum dextra pasien


C Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium – darah rutin


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hitung Jenis
Hematologi Rutin
Basofil
Hemoglobin 14,3 0 13-18 g/µL 0-2 %
Hematokrit 42,3 40-50 %
Eosinofil 1 0-6 %
Eritrosit 5,4 4,2-6,2 juta/µL

Neutrofil
Leukosit 10,3 644.8-10.8 3
10 /µL 34-71.1 %
3
Trombosit 318 150-450 10 /µL
Limfosit 25 19.3-53.1 %
MCV 88,2 79-96 fL
Monosit
MCH 29,9 7 32-37 Pg 2-12.5 %
MCHC 34 32-37 gr/dL
C Diagnosis

Diagnosis Banding
Hernia Skrotalis Dekstra Reponible
Hernia Skrotalis Dekstra Irreponible

Diagnosis
Hernia Skrotalis Dekstra Reponible

Penatalaksanaan
Asam Mefenamat 3 x 500mg
Cefoperazone 3 x 1gr IV Pro hernioplasty dengan mesh
Dexketoprofen 3 x 25mg IV
IVFD RL 20 tpm

Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
C Laporan Operasi
Waktu OP dan jenis anastesi
Operasi dilakukan pada tanggal 30 September 2020 pukul 10.00 WIB. Jenis anastesi yang digunakan adalah
anestesi spinal.
 Diagnosis sebelum operasi : hernia skrotalis dekstra reponible
 Diagnosis sesudah operasi : hernia skrotalis dekstra reponible
 Nama/ macam operasi : hernioplasty mesh
 Laporan operasi :
o Pasien terlentang dalam spinal anestesi
o Asepsis dan antisepsis
o Insisi oblique 2 jari medial SIAS – tuberculum pubicum
o Identifikasi kantung hernia. Isi kantung hernia adalah omentum,
tidak tampak adanya usus di dalam kantung. Omentum di
kembalikan ke rongga abdomen.
o Ligasi kantong hernia setinggi preperitoneal fat
o Pasang mesh pada tuberculum pubicum/ ligamen cooper,
ligamen inguinalis, dan cojoint tendon dengan jahitan melingkar
o Jahit lapis demi lapis
o Selesai
Tinjauan Pustaka

Pendahuluan
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.

Epidemiologi Hernia Terbanyak


- 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha ( hernia
inguinalis dan hernia femoralis)
- 10% Hernia insisional
- 3% Hernia Umbilikalis
- 3% Hernia lainnya

Faktor resiko pada laki-laki 27% dan perempuan 3%


Pada usia yang lebih tua banyak yang menderita hernia
inguinal
Tinjauan Pustaka

Anatomi: canalis inguinalis

Richard L. Drake, A. Wayne Vogl Gray basic anatomy. ed 2. 2017. philadephia: Elsevier
Tinjauan Pustaka

Anatomi: Hasselbach Triangle

Hernia yang melewati trigonum


Hasselbach disebut sebagai hernia
direk, sedangkan hernia yang muncul
lateral dari trigonum ini adalah hernia
indirek.
Richard L. Drake, A. Wayne Vogl Gray basic anatomy. ed 2. 2017. philadephia: Elsevier
Tinjauan Pustaka

Struktur hernia

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya Berdasarkan sifat
Hernia kongenital Hernia Reponible
Hernia akuisita/didapat Hernia Ireponible
Hernia Strangulasi
Hernia inkarserata
Berdasarkan lokasi
Hernia diafragma
Hernia Inguinal
Hernia Umbilicalis
Hernia Femoralis

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Hernia inguinalis lateralis dan medialis

Hubungan dg vasa Dibungkusoleh


Onset biasanya
Tipe Deskripsi epigastrica fascia
. inferior spermaticainterna
pada waktu

Hernia ingunalis Penojolan melewati cincin inguinal dan biasanya Lateral Ya Congenital
lateralis merupakan kegagalan penutupan cincin ingunalis Dan bisa pada waktu
interna pada waktu embrio setelah penurunan testis dewasa.

Hernia ingunalis Keluarnya langsung menembus fascia dinding Medial Tidak Dewasa
medialis abdomen

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Hernia indirect

• Muncul dari annulus inguinalis internus ke


annulus inguinalis eksternus
• Posisinya lateral terhadap pembuluh epigastric
inferior
• Hernia muncul dari hasselbach triangle
• Paling banyak terjadi pada anak-anak

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Hernia direct

• Hernia masuk dari annulus inguinalis eksternus


dan tidak melewati annulus inguinalis internus
• Posisinya medial terhadap pembuluh epigastrik
inferior
• Hernia muncul melewati triangle hasselbach
• Sering dikenal dengan hernia skrotalis

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Etiologi

• Faktor kongenital

• Peningkatan tekanan intraabdominal


• Batuk kronik
• Aktivitas fisik yang berat
• Sulit BAB atau BAK

• Obesitas dan usia lanjut  faktor risiko

Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2017
Tinjauan Pustaka

Patofisiologi
Pada Anak-anak Pada orang dewasa
Faktor kongenital Faktor resiko yang
(kegagalan pentupan mempengaruhi
proc. vaginalis)

Rongga peritoneum tidak Masuknya rongga abdomen ke


Peningkatan tekanan
menutup sempurna canalis inguinalis
intraabdomen

isi abdomen terus tertekan hingga keluar


melalui annulus inguinalis dan menyebabkan
penonjolan

Hernia inguinalis

Direct Indirect
Tinjauan Pustaka

PEMBAHASAN

Diagnosis Kasus
.
Anamnesis
- Adanya benjolan yang timbul di daerah groin - Keluhan terdapat benjolan di daerah buah zakar
- Keluhan sering timbul terutama saat mengangkat kanan
beban berat, berdiri, batuk, atau mengejan - Keluhan dirasakan sering timbul terutama saat
- Benjolan mengecil saat berbaring mengangkat beban berat
- Gangguan BAB atau BAK - Benjolan dapat dimasukan kembali jika di dorong
- Nyeri pada daerah groin dan nyeri alih ke daerah ke dalam
sekitarnya - Keluhan dirasakan sejak pasien berusia 5 tahun
- Durasi dan waktu

Das C, Jamil T, Stanek S, Baghmanli Z, Macho JR, Sferra J, et al. Inguinal Hernias. In: Schwartz’s Principles of
Surgery. 11th ed. New York: Mc Graw Hill Lange; 2019. p. 1959–1621.
Tinjauan Pustaka

PEMBAHASAN
Diagnosis Kasus
Pemeriksaan Fisik
.
• Pasien dilakukan dalam posisi berdiri dengan groin dan skrotum terbuka
penuh
• Inspeksi: mengidentifikasi tonjolan yang abnormal sepanjang pangkal paha
atau di dalam skrotum
• Palpasi: memajukan jari telunjuk melalui skrotum menuju cincin inguinal
eksternal
• Minta pasien melakukan maneuver valsava atau batuk
• Bila tonjolan terasa di sisi jari : hernia inguinalis medial, bila terasa
diujung jari: hernia inguinalis lateral

Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical
Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
Tinjauan Pustaka

PEMERIKSAAN LAINNYA
Pemeriksaan Ziemann Test
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu
(biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
• jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
• jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
• jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical
Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
Tinjauan Pustaka

PEMERIKSAAN LAINNYA

Pemeriksaan Thumb Test


1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical
Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
Tinjauan Pustaka

PEMBAHASAN
Diagnosis Kasus
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium:
.
• Laboratorium didapatkan pemeriksaan darah
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi: Leukocytosis, Elektrolit, BUN, dalam batas normal
kadar kreatinine, urinalisis

• USG
sensitivitas dan spesifisitas terbaik untuk membedakan diagnosis hernia direct,
indirect, dan femoral

• CT-Scan dan MRI


abdomen dan pelvis (digunakan untuk mendeteksi hernia yang belum
terkonformasi oleh USG atau atypical masses di area groin

Das C, Jamil T, Stanek S, Baghmanli Z, Macho JR, Sferra J, et al. Inguinal Hernias. In: Schwartz’s Principles of
Surgery. 11th ed. New York: Mc Graw Hill Lange; 2019. p. 1959–1621.
Tinjauan Pustaka

PEMBAHASAN
Tatalaksana Kasus
Tatalaksana preoperatif Pre Operatif
• Pemberian
. analgetik untuk mencegah nyeri • Asam Mefenamat 3 x 500mg
• Menurunkan tekanan abdomen • Cefoperazone 3 x 1gr IV
• Posisikan pasien dengan trendelenburg dengan sudut 15 – 20 o • Dexketoprofen 3 x 25mg IV
• Antibiotik profilaksis preoperatif • IVFD RL 20 tpm
• Pro hernioplasty dengan mesh
Tatalaksana Bedah
• Herrnioraphy
• Hernioplasty
Jenis Pembedahan: Indikasi Operasi
• Tissue repair • Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus
• Anterior mesh repair diperbaiki secara operatif tanpa penundaan
• Laparoscopi • Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito
terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi
• Pada golongan geriatri dilakukan secara elektif untuk
melihat keadaan umum pasien terlebih dahulu

• Das C, Jamil T, Stanek S, Baghmanli Z, Macho JR, Sferra J, et al. Inguinal Hernias. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 11th ed. New York: Mc Graw Hill Lange; 2019. p. 1959–1621.
• Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
Tinjauan Pustaka

PEMBAHASAN
Prognosis Kasus
• Angka mortalitas pada tatalaksana hernia dengan • Quo ad vitam: ad bonam  Pada pasien
. jenis repair umumnya rendah
berbagai didiagnosis dengan cepat dan tepat dan diakukan
• Pada repair terbuka dengan anastesi lokal memberikan tatalaksana dengan benar. Pasien tidak mengalami
keuntungan pada pasien dengan risiko tinggi komplikasi dan perburukan
• Angka rekurensi secara umum 1,7-10% • Quo ad functionam : ad bonam  setelah dilakukan
• Tatalaksana dengan mesh repair memiliki risiko 50-75% pembedahan, dan mengembalikan isi kantung ke
lebih rendah terjadinya kekambuhan rongga abdomen dan pemberian antibiotik
profilaksis untuk mencegah infeksi, sehingga organ
intestinal dapat bekerja sesuai dengan fungsi
fisiologisnya
• Quo ad Sanactionam: ad bonam  repair hernia
dengan pemasangan mesh memiliki angka
rekurensi yang lebih rendah.

• Das C, Jamil T, Stanek S, Baghmanli Z, Macho JR, Sferra J, et al. Inguinal Hernias. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 11th ed. New York: Mc Graw Hill Lange; 2019. p. 1959–1621.
• Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
DAFTAR PUSTAKA

.
1. Richard L. Drake, A. Wayne Vogl Gray basic anatomy. ed 2. 2017. philadephia: Elsevier
2. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers MB, Mattox KL. Sabiston Textbook of Surgery 20th edition.
Philadelphia: Elsevier; 2017
3. Das C, Jamil T, Stanek S, Baghmanli Z, Macho JR, Sferra J, et al. Inguinal Hernias. In: Schwartz’s
Principles of Surgery. 11th ed. New York: Mc Graw Hill Lange; 2019. p. 1959–1621.
4. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. In: Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern
Surgical Practice. 20th ed. Philadelpia: Elsevier Inc; 2017. p. 1092–116.
.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai