Anda di halaman 1dari 14

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible

S:

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. Su

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Petaling

Agama : Islam

Status : Sudah menikah

No. RM : 156171

MRS : 19 Februari 2023

Tanggal pemeriksaan : 19 Februari 2023

B. Anamnesis

- Keluhan Utama : Benjolan pada lipat paha kanan.

- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan benjolan pada lipat
paha kanan yang sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan hilang timbul. Hilang saat pasien
berbaring dan muncul saat pasien berdiri atau batuk. Nyeri pada benjolan (-). Mual-muntah
(-), batuk (-). Makan minum baik. BAK tidak ada keluhan.

- Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat PPOK (-), penyakit pembesaran prostat (-), hipertensi
(-), diabetes mellitus (-), asma (-), dan jantung (-).

- Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengaku tidak terdapat keluhan serupa di keluarga.
Riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), dan jantung (-).

- Riwayat Pribadi dan Sosial : Pasien dulu sehari-harinya bekerja sebagai petani dan perokok
aktif, namun beberapa tahun terakhir ini sudah mulai meninggalkan kebiasaannya.

- Riwayat Pengobatan : Tidak ada.

- Riwayat Alergi : Tidak terdapat riwayat alergi baik alergi obat ataupun makanan.

C. Pemeriksaan Fisik

Status Present
1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. GCS : E4V5M6

4. Tanda Vital

- Tekanan Darah : 110/80 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Frekuensi Nafas : 20 x/menit

- Suhu : 36.5’C

- SpO2 : 98% tanpa O2

Status Generalis :

1. Kepala : Normochepali

2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), hiperemia (-/-), Sclera ikterus (-/-), hiperemia (-/-), Pupil
refleks pupil (+/+)

3. Telinga : Bentuk normal, simetris, Pendengaran kesan normal

4. Hidung : Deviasi septum (-/-), Sekret (-/-)

5. Mulut : Simetris, Bibir sianosis (-)

6. Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea ditengah, Pembesaran nodul thyroid (-)

7. Thorax

Inspeksi : Bentuk dan ukuran dada normal, Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-), Pergerakan dinding dada simetris

Auskultasi :

- Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo : vesicular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

8. Abdomen :

Inspeksi :

- Kulit : sikatriks (-), ruam (-), luka bekas operasi (-), hematom (-)
- Umbilikus : inflamasi (-), hernia (-)

- Kontur Abdomen : distensi (-), darm contour (-),massa (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal, metallic sound (-).

Perkusi : Timpani semua lapang abdomen

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), defans muscular (-)

9. Ekstremitas :

Ekstremitas Atas : Akral dingin : -/-, Deformitas : -/-, Edema : -/-, CRT : <2 detik

Ekstremitas Bawah, Akral dingin : -/-, Deformitas : -/-, Edema : -/-, CRT : <2 detik

Status Lokalisata (Regio inguinal dextra)


- Inspeksi : benjolan (+), ukuran 5x5 cm, benjolan dapat masuk kembali, warna sama
dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
- Palpasi : teraba massa ukuran sedang, konsistensi kenyal yang keluar saat pasien
disuruh mengedan dan tidak terdapat nyeri tekan.
- Auskultasi : tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap :
- Leukosit : 14.6 103/uL
- Eritrosit : 6.16 106/uL
- Hemoglobin : 13.2 g/dL
- Hematokrit : 41%
- Trombosit : 357 103/uL
- Neutrofil Batang : 0%
- Neutrofil Segmen : 79%
- Limfosit : 15%
- Monosit : 6%
- Eosinofil : 0%
- Basofil : 0%
Kimia Darah :
- GDS : 114 mg/dL
- Ureum darah : 27 mg/dL
- Kreatinin darah : 1.3 mg/dl
- eGFR : 57.1 ml/min/1.73m2
Masa Perdarahan : 2.30 menit
Masa pembekuan : 4.30 menit
Goldar : AB
- Rhesus : Positif
Imunoserologi : Antigen SARS COV-2 positif

Interpretasi hasil rontgen thorax PA :

- Cor :
cardiomegali disertai aortosklerosis dan elongatio aorta
- Pulmo :
emphysematous lung disertai bronkhopneumonia, dapat merupakan gambaran PPOK
efusi pleura kiri minimal

E. Diagnosis Kerja
- Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible
- PPOK stabil

F. Differential Diagnosis
- Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponible

G. Resume

Pasien laki-laki umur 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan benjolan pada lipat paha
kanan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Benjolan hilang timbul. Hilang saat berbaring dan
muncul kembali saat batuk atau mengedan. Benjolan tidak nyeri. Keluhan lain seperti
mualmuntah (-), batuk (-). Makan minum baik. BAB/BAK tidak ada keluhan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36.5 C, dan
SpO2 98%. Pemeriksaan lokalis o pada regio inguinal dextra terlihat benjolan (+), ukuran 5x5
cm, benjolan dapat masuk kembali, warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat
tanda-tanda radang. Pada perabaan terasa massa ukuran sedang, konsistensi kenyal yang
keluar saat pasien disuruh mengedan dan tidak terdapat nyeri tekan. Sedangkan dari
auskultasi tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

H. Terapi

- Pro Herniotomy + Herniplasty besok pagi

- MRS hari ini

- Cek Laboratorium (DL, GDS, BT/CT, Kimia darah, HbsAg, Swab antigen Covid-19), EKG, dan
Foto rontgen thorax PA

- Persiapan pre operasi :


a. IVFD RL 20 tpm
b. Injeksi ceftriaxone 2 gr IV (30 menit sebelum masuk ruang OK)
c. Cukur lapangan operasi
d. Puasa malam ini (mulai pukul 00.00 wib)
e. Konsul dokter Sp.An dan dokter Sp.PD

O:

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
bagian muskulo-aponeurotik dinding abdomen. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

2.3 Klasifikasi

- Berdasarkan Etiologi :

1. Bawaan / Kongenital : kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering
kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

2. Didapat / Akuisita :

Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Peningkatan tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati annulus
internus yang cukup lebar, yaitu batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi prostat
(BPH), konstipasi, dan asites. Peningkatan tekanan intra abdomen dapat membuka kembali kanalis
inguinalis. Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya umur, bisa karena meningkatnya penyakit yang meningkatkan tekanan intra
abdomen maupun karena jaringan penunjang yang berkurang kekuatannya. Peregangan otot saat
hamil, kehilangan berat badan pada orang obesitas, atau jaringan parut dari bekas operasi sehingga
menimbulkan hernia insisional.

- Berdasarkan Letak / Lokasi :

1. Hernia Epigastrik : kondisi ketika organ dalam perut menonjol keluar di garis tengah perut, antara
pusar dan tulang dada. Hernia epigastrik dapat terjadi pada siapa saja, baik pada orang dewasa
maupun bayi baru lahir. Hernia epigastrik yang berukuran kecil umumnya tidak menimbulkan gejala
dan tidak perlu diobati. Namun, bila berukuran besar, operasi perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi, seperti penyumbatan usus.

2. Hernia Diafragmatika / Hiatus : Hernia diafragmatika adalah protrusi / penonjolan dari organ
abdomen ke dalam rongga dada akibat suatu defek pada diafragma. Hernia diafragma terjadi akibat
defek pada hiatus, foramen Morgagni, maupun foramen Bochdalek. Hernia Bochdalek dapat
menyebabkan distres pernafasan pada neonatus. Hernia diafragma terbagi menjadi dua tipe yaitu
hernia diafragmatika kongenital dan akuisita. Hernia diafragma kongenital hingga saat ini masih
belum jelas penyebabnya, namun diduga berkaitan dengan defek pada kromosom dan kesalahan
saat embriogenesis. Sedangkan hernia diafragmatika akuisita paling sering disebabkan oleh trauma
(trauma tumpul dan trauma penetrasi), atau akibat iatrogenik (misalnya pasca tindakan-tindakan
operatif).

3. Hernia Umbilikalis : Hernia umbilikalis adalah suatu defek pada fascia cincin umbilikalis (fascia
Richet) di dasar umbilikus yang memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ini ditutupi oleh
lapisan peritoneal (kantong hernia) dan kulit. Normalnya cincin umbilikal terbuka selama janin di
dalam kandungan. Cincin menjadi lebih kecil secara progresif seiring berkembangnya masa gestasi.
Hernia umbilikalis disebabkan oleh kegagalan fascia cincin umbilikal untuk menutup. Sebagian besar
hernia umbilikalis terlihat pada bulan pertama kehidupan, dan hampir semuanya terlihat pada usia
enam bulan. Hernia umbilikal juga bisa terjadi karena adanya daerah yang lemah di dinding
abdomen atau di sekitar umbilikal.

4. Hernia Spigelian : Hernia spigelian terjadi ketika sebagian usus menonjol dari jaringan ikat
abdomen spigelian (spigelian fascia). Gejalanya meliputi benjolan di bawah atau di samping pusar,
sakit perut yang hilangtimbul atau menetap. Atau sakit perut ketika berolahraga, mengangkat benda
berat, atau ketika buang air besar, dan konstipasi.

5. Hernia Insisional : Hernia insisional terjadi ketika terdapat benjolan yang menonjol melalui bekas
luka operasi pada abdomen. Gejala yang umum terjadi adalah sembelit, benjolan di dekat bekas
sayatan operasi, nyeri di sekitar benjolan, mual dan muntah, demam.

6. Hernia Inguinalis Medialis / Hernia Direk : Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang menonjol
langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di
bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral, dan tepi otot rektus di bagian medial.
Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis
m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk
menjadi lemah. Umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

7. Hernia Ingunalis Lateralis / Hernia Indirek : Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.

8. Hernia Scrotalis : Hernia scrotalis adalah hernia yang terjadi sebagai keberlanjutan dari hernia
inguinalis lateralis yang penonjolanannya berlanjut sampai ke scrotum. Kantong hernia berada di
dalam m.kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam spermatic
cord.

9. Hernia Femoralis : Hernia femoralis adalah kondisi ketika organ dalam perut menonjol keluar dari
dinding perut ke paha bagian atas atau di dekat selangkangan. Hernia femoralis merupakan hernia
yang paling berisiko terjepit (strangulata). Hernia femoralis merupakan salah satu jenis hernia yang
jarang terjadi. Meski dapat terjadi pada siapa saja, hernia femoralis paling sering dialami wanita,
terutama di usia lanjut.

- Berdasarkan gambaran klinis :

1. Hernia Reponible : Hernia reponible adalah hernia yang isinya dapat keluar masuk baik secara
spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk ke perut. Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.

2. Hernia Irreponible : Hernia irreponible adalah hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.

3. Hernia Inkarserata : Hernia inkarserata adalah hernia yang tidak dapat lagi kembali ke rongga
abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong hernia terperangkap yang
disertai gangguan pasase usus. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan pada hernia
irreponible untuk gangguan pasase.

4. Hernia Strangulata : Hernia strangulate adalah hernia inkarserata yang disertai gangguan
vaskularisasi / nekrosis.

B. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab yang didapat. Hernia
dapat dijumpai pada setiap usia. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melalui pintu yang
terbuka lebar tersebut.

Pada orang sehat, terdapat tiga mekanisme yang menghambat terjadinya hernia, yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. obligus internus abdominis yang menutup
annulus inguinalis internus ketika terjadi kontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat, menutupi
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Insiden hernia yang meningkat pada orang tua mungkin disebabkan
bertambahnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdominal dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur.
Pada keadaan itu tekanan intraabdomimal tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.
Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih tranversal dan
annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis.

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi karena kerusakan nervus ilioinguinalis dan nervus
iliofemoralis setelah apendiktomi. Hernia inguinalis medialis, hampir selalu disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach,
khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserata
dan strangulasi.

Hernia inguinalis lateralis, berdasarkan hipotesis Russell dikatakan bahwa “berkembangnya


divertikulum berhubungan dengan prosesus vaginalis yang paten, hal sangat penting untuk
dipikirkan pada setiap kasus”. Sampai saat ini hipotesis tersebut masih dipakai oleh para ahli bedah.
Russel merasa peningkatan tekanan intraabdomen menyebabkan peregangan yang berlebihan dan
melemahkan cincin interna, menyebabkan organ intraabdomen dapat berherniasi melalui orifisium.
Tetapi hal ini tidaklah mutlak menyebabkan hernia inguinalis lateralis. Beberapa bukti menunjukkan
hal tersebut, salah satunya ditemukan pada otopsi, prosesus vaginalis yang paten pada pasien yang
tidak memiliki hernia. Selain hal tersebut, kelemahan fascia pada cincin inguinalis interna akibat usia
tua juga merupakan faktor terjadinya hernia tersebut.

C. Patofisiologi

Mekanisme hernia inguinal lateral dan medial berbeda. Berikut akan dipaparkan patofisiologi hernia
lateral dan hernia medial. Hernia inguinalis lateral yaitu hernia yang isinya melewati cincin inguinalis
interna (yaitu lateral dari arteri epigastrika inferior) disebut sebagai hernia inguinal lateral. Hernia ini
dapat menggambarkan terdapatnya prosesus vaginalis yang persisten, yang menjadi paten sewaktu
anak-anak atau dewasa. Hernia ini dapat juga disebabkan melemahnya fascia tranversalis, atau
disebabkan oleh peningkatan tekanan abdominal. Kantung dari hernia indirek mengikuti jalur kanalis
inguinalis yaitu dari cincin inguinalis interna dan dapat turun sampai melewati cincin inguinalis
eksterna ke dalam skrotum, sehingga hemia tersebut sering disebut sebagai hernia scrotalis atau ke
labia mayor sehingga disebut hernia labialis.

Risiko dari strangulasi hernia lateralis lebih tinggi dibandingkan hernia medialis, hal ini disebabkan
cincin inguinal interna lebih sempit dan memiliki batas yang tetap, dibandingkan segitiga Hasselbach
yang tidak memiliki leher sempit. Saat embriogenesis pada fetus pria, pada bulan 7 sampai dengan
bulan 9 (12 minggu) terjadi penurunan testis menuju skrotum (membentuk prosesus vaginalis) dan
obliterasi dari prosesus vaginalis. Pada wanita, proses tersebut terjadi hanya pada bulan ketujuh. Hal
ini menyebabkan insidens hernia lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Proses penurunan
testis pada bagian kiri lebih dahulu terjadi daripada kanan, sehingga proses pada bagian kiri lebih
dahulu sempuma selesai dibandingkan kanan, hal ini menyebabkan hernia dekstra lebih sering
terjadi daripada hernia sinistra.

Urutan kejadian penutupan prosesus vaginalis antara Ian dimulai dari (a) penutupan cincin inguinalis
interna, (b) penutupan bagian bawah (persis di atas testis), lalu selanjutnya (c) penutupan bagian
tengah. Apabila ketiga proses tersebut tidak terjadi maka akan terjadi hernia indirek kongenital.
Apabila hanya proses (a) yang tidak terjadi, maka hernia didapat yang terjadi (dapat muncul
beberapa saat setelah lahir dan dipicu peninggian tekanan intra abdomen). Tidak terjadinya proses
(b) dan (c) mengakibatkan hidrokel infantil, dan apabila hanya proses (c) yang tidak terjadi dapat
menyebabkan hidrokel kistik.

Perbedaan hernia inguinalis lateral dan medial yaitu pada hernia ingunalis lateral, benjolan
berbentuk elips / lonjong melalui kanalis inguinalis, terkadang menuju skrotum sebagai hernia
skrotalis. Hernia inguinalis medial muncul sebagai benjolan berbentuk bulat, simetris pada cincin
eksterna. Keduanya berlokasi superior dari ligamentum inguinal. Hernia skrotalis harus dibedakan
dengan hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya.

Pada hernia inguinalis reponible, pada umumnya satu-satunya keluhan pada orang dewasa berupa
benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bekerja atau mengangkat benda
berat, dan benjolan tersebut menghilang pada waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang terjadi,
kadang-kadang dapat timbul pada epigastrium atau pada paraumbilikalis berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Pada
hernia inguinalis irreponible, benjolan terus ada, tidak dapat masuk kembali.

D. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponible
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.

Pemeriksaan fisik hernia dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

- Finger test : Finger test ini hanya dilakukan pada laki-laki dengan menggunakan jari telunjuk atau
kelingking. Skrotum diinaginasikan menelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis
inguinalis, kemudian penderita diminta batuk atau mengedan. Jika ada dorongan atau tekanan
timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila muncul pada samping jari
maka didapatkan hernia inguinalis medialis.

- Zieman’s test : Penderita dalam keadaan berdiri atau jika kantong hernia berisi, masukkan terlebih
dahulu ke dalam cavum abdomen. Untuk pemeriksaan bagian kanan digunakan tangan kanan dan
sebaliknya. Test ini dapat dilakukan pada penderita laki laki maupun perempuan. Dengan jari kedua
tangan pemeriksa diletakkan di atas annulus inguinalis internus (1.5 cm di atas pertengahan sias dan
tuberculum pubicum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempat pada
fossa ovalis. Penderita diminta mengejan, maka akan timbul dorongan pada salah satu jari tersebut
diatas. Jika terdapat dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga
berarti hernia inguinalis medialis, dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

 Thumb test

Penderita dalam posisi tidur telentang atau dalam posisi berdiri. Setelah benjolan dimasukkan
kedalam rongga abdomen, ibu jari kita ditekankan pada annulus internus, lalu penderita diminta
mengedan, bila benjolan keluar pada saat mengedan berarti hernia inguinalis medialis dan bila
benjolan tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.

E. Diagnosis

Hasil dari pemeriksaan fisis hernia bervariasi, tergantung isi dari kantung hernia. Apabila isi hernia
terdapat usus, maka dapat ditemukan krepitasi pada palpasi akibat adanya gas dan cairan di antara
lumennya dan dapat ditemukan bising usus. Oleh karena itu perlu dilakukan perkusi dan auskultasi.
Apabila berisi omentum akan teraba seperti karet.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi, atas
dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui
anulus eksternus. Hernia inkarserata atau strangulata dapat ditemukan pada kondisi emergensi,
dimana biasanya terjadi pada hernia inguinal lateral, dan jarang pada hernia inguinalis medial. Usus
halus adalah organ yang sering terkena dan dapat menyebabkan obstruksi. Pasien akan mengalami
nyeri perut mendadak, muntah,dan perut yang tegang.

F. Diagnosis Banding

- Limfadenitis atau limfadenopati inguinal. Onset limfadenitis inguinal bersifat akut dan
berlokasi pada kelenjar limfe. Benjolan yang kenyal kemerahan menunjukkan infeksi
(limfadenitis), sedangkan konsistensi keras menunjukkan keganasan (limfadenopati).
keduanya berupa masa berbatas tegas di bawah ligamentum inguinal yang dibedakan
dengan perabaan tangan. Penyebab dari infeksi antara lain Staphylococcus aurcus,
Streptococcus grup A, TBC, penyakit Kawasaki, atau virus seperti CMV. EBV, atau HIV.
Sedangkan penyebab limfadenopati keganasan dapat berupa leukimia, limfoma, teratoma,
atau metastasis keganasan di tempat lain. Tatalaksana yang dilakukan antara lain pemberian
antibiotik, operasi drainase abses, dan biopsi massa yang persisten.

- Hidrokel. Biasanya terjadi pada pria berupa benjolan yang tidak nyeri. Hidrokel memiliki
onset subakut atau akut. Lokasinya terletak pada daerah inguinal dan skrotum. Pada
communicating hydrocele dapat ditemukan fluktuasi. Faktor presipitasi antara lain dapat
berupa infeksi, tumor, trauma, transplantasi ginjal ipsilateral, dan dialisis peritoneal.
Hidrokel sering ditemukan pada penderita dengan shunt ventrikuloperitoneal, eksrofi
kandung kemih, dan Ehlers-Danlos syndrome. Pemeriksaan yang dilakukan adalah tes
transiluminasi, di mana akan positif pada hidrokel. Pemeriksaan penunjang lainnya antara
lain foto BNO dan USG skrotum. Terapi dapat dilakukan dengan cara operasi atau aspirasi
perkutaneus.

G. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Penatalaksanaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata, kecuali pada anak-anak. Bantalan
penyangga hanya bertujuan mempertahankan hernia yang telah direposisi namun tidak
akan menyembuhkan penyakit tersebut sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini
dapat menimbulkan komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan,
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anakanak, cara ini dapat menimbulkan atrofi
testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

2. Pembedahan

Tatalaksana pembedahan merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia. Tindakan


operasi diindikasikan begitu hernia didiagnosis. Tindakan operasi untuk mengatasi hernia
dapat dilakukan dengan bedah terbuka atau operasi lubang kunci (laparoskopi). Ada
beberapa metode operasi yang dapat dilakukan untuk menangani hernia, yaitu :

- Herniotomy

Pada herniotomy dilakukan insisi kulit secara tranversal atau obliq I sampai 2 cm di bawah
ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksternal dibuka sepanjang garis serat otot ke
cincin inguinal eksterna. Setelah itu dilakukan pembebasan kantung hernia sampai ke
lehernya (pada hernia inguinalis indirek hati-hati dalam mendeseksi sampai ke cincin
inguinalis interna), kantung dibuka dan isi hernia diinspeksi dan dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi kembali ke dalam rongga abdomen. Kantung hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada anak-anak biasanya herniotomy cukup sebagai
terapi dan tidak diperlukan perbaikan dari dinding posterior. Herniotomy apabila
dikombinasikan dengan memperkuat cincin interna disebut sebagai Marcy repair.

- Hernioraphy

Sama seperti pada tindakan herniotomy, hernioraphy dilakukan dengan menjahit area
keluarnya hernia untuk memperkuat dinding abdomen dengan menggunakan berbagai
teknik jahitan.

- Hernioplasty

Pada hernioplasty, penutupan dinding atau lubang tempat keluarnya hernia dengan
menggunakan jaring sintetis atau mesh.Saat ini penggunaan mesh non-absorbable lebih efektif
dalam mencegah rekurensi.

H. Komplikasi

Jika hernia inguinalis dibiarkan, usus dan jaringan bisa terjepit dan menyebabkan hernia strangulata.
Kondisi ini berbahaya karena dapat menyebabkan obstruksi usus, iskemia usus, dan ileus obstruktif,
serta kerusakan testis akibat tekanan dari hernia. Jika tidak ditangani dengan baik, perforasi usus
dan peritonitis dapat terjadi. Dibutuhkan tindakan bedah segera pada kasus hernia strangulasi.
Komplikasi pasca pembedahan hernia inguinalis dilaporkan rendah, hanya sekitar 10% pada operasi
hernia elektif. Komplikasi paling sering dilaporkan pada repair hernia adalah hematom, yang meliputi
seroma, hematoma, retensi urin, dan infeksi bekas luka operasi. Komplikasi jangka panjang yang
paling sering terjadi adalah nyeri kronis, yang terjadi pada 5–12% kasus setelah repair. Nyeri
tersebut dilaporkan berkaitan dengan iritasi serabut saraf, inflamasi kronis, kontraksi mesh, dan
osteitis pubis. Teknik repair hernia juga memengaruhi kejadian nyeri kronis. Pada tahun 2022, studi
oleh Shah, et al. membandingkan Total Extraperitoneal Procedure (TEP) laparoskopik dengan teknik
operasi terbuka Lichtenstein tension-free mesh repair (LMR), dan mendapatkan kejadian nyeri kronis
lebih tinggi pada kelompok LMR.

Selain itu, rekurensi hernia juga dapat terjadi, biasanya dalam 6–12 bulan setelah repair. Tingkat
rekurensi pascaoperasi dengan mesh lebih rendah, yaitu hanya 3–5%, dibandingkan dengan
penjahitan, yang dapat mencapai 10–15%. Faktor-faktor yang memengaruhi rekurensi, antara lain
ukuran mesh yang tidak tepat, tarikan berlebihan saat pemasangan mesh, ada bagian hernia yang
terlewat diperbaiki, dan iskemia jaringan. Komorbiditas seperti merokok, konsumsi obat-obatan
steroid, diabetes, malnutrisi, dan batuk kronis, juga dapat meningkatkan risiko rekurensi. Jika
dibutuhkan pembedahan ulang, biasanya dilakukan dengan laparoskopi, Hal ini bertujuan untuk
mengurangi terbentuknya jaringan parut, dan mencegah cedera pada persarafan.

I. Prognosis

Secara umum prognosis hernia inguinalis baik, jika dilakukan diagnosis dini dan tatalaksana yang
tepat. Hernia inguinalis reponible memiliki risiko menjadi inkarserata yang dapat menyebabkan
obstruksi usus maupun strangulasi. Namun, strangulasi pada hernia inguinalis dilaporkan sangat
jarang, tidak seperti pada hernia femoralis dimana strangulasi lebih sering dilaporkan. Usia tua
memiliki durasi hernia yang lama, serta inkarserata merupakan faktor risiko yang berhubungan
dengan komplikasi akut pasca pembedahan.

J. Pencegahan

Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hernia yaitu :
- Berhenti merokok
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga berat badan ideal
- Mengonsumsi makanan sehat, bergizi lengkap dan seimbang
- Memperbanyak asupan serat untuk mencegah sembelit
- Tidak mengangkat beban berat, termasuk olahraga angkat beban
- Berhati-hati bila hendak mengangkat benda berat
- Memeriksakan diri ke dokter bila mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh.

A:

Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan benjolan pada lipat paha kanan
sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Benjolan hilang timbul. Hilang saat berbaring dan
muncul kembali saat batuk atau mengedan. Benjolan tidak nyeri. Keluhan lain seperti mual-
muntah (-), batuk (-). Makan minum baik. BAB/BAK tidak ada keluhan. Pasien selama ini
tidak mengeluhkan apa-apa, hanya merasa kurang nyaman saja dengan benjolan yang
hilang timbul tersebut. Pasien menyangkal memiliki riwayat sakit kencing manis, hipertensi,
Pasien sudah tidak aktif bekerja bertani dan sudah berhenti merokok beberapa tahun
terakhir.

Pada pemeriksaan fisik, terlihat benjolan pada lipat paha kanan saat pasien berdiri,
kemudian menghilang saat pasien berbaring. Benjolan yang muncul teraba kenyal dan tidak
nyeri dengan ukuran sekitar 5x5 cm. Saat dilakukan pemeriksaan finger test, dimana jari
telunjuk yang melalui scrotum diinaginasikan menelusuri annulus eksternus sampai
mencapai kanalis inguinalis kemudian pasien diminta mengedan, terasa dorongan atau
tekanan pada ujung jari pemeriksa. Sehingga menjadi dasar bahwa pasien mengalami hernia
inguinalis lateralis dextra. Benjolan yang masih bisa keluar masuk ini menunjukkan hernia
bersifat reponible. Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut cukup untuk
menegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami hernia inguinalis lateralis dextra reponible.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu direncanakan operasi hernia yaitu herniotomy +
hernioplsty, pilihan terapi pembedahan karena penanganan untuk kasus-kasus hernia
adalah dengan melakukan operasi, ditambah lagi pasien usia lansia, resiko kekambuhan
kemungkinan besar bisa kembali terjadi. Terapi medikamentosa yaitu antibiotic ceftriaxone
untuk profilaksis sebelum dan pasca operasi. Obat analgetik diberikan yang intravena dan
peroral, untuk mengatasi inflamasi dan mengurasi nyeri pasca operasi. Pasien diberi edukasi
mengenai penyakitnya dan resiko berulangnya penyakit tersebut. Edukasi yang diberikan
antara lain : menyebabkan obstruksi. Pasien akan mengalami nyeri perut mendadak,
muntah, dan perut yang tegang.

P:

Penatalaksanaan :

A. Konservatif

Penatalaksanaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata, kecuali pada anak-anak. Bantalan
penyangga hanya bertujuan mempertahankan hernia yang telah direposisi namun tidak
akan menyembuhkan penyakit tersebut sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini
dapat menimbulkan komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan,
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anakanak, cara ini dapat menimbulkan atrofi
testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

B. Pembedahan
Tatalaksana pembedahan merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia. Tindakan
operasi diindikasikan begitu hernia didiagnosis. Tindakan operasi untuk mengatasi hernia
dapat dilakukan dengan bedah terbuka atau operasi lubang kunci (laparoskopi). Ada
beberapa metode operasi yang dapat dilakukan untuk menangani hernia, yaitu :

- Herniotomy

Pada herniotomy dilakukan insisi kulit secara tranversal atau obliq I sampai 2 cm di bawah
ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksternal dibuka sepanjang garis serat otot ke
cincin inguinal eksterna. Setelah itu dilakukan pembebasan kantung hernia sampai ke
lehernya (pada hernia inguinalis indirek hati-hati dalam mendeseksi sampai ke cincin
inguinalis interna), kantung dibuka dan isi hernia diinspeksi dan dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi kembali ke dalam rongga abdomen. Kantung hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada anak-anak biasanya herniotomy cukup sebagai
terapi dan tidak diperlukan perbaikan dari dinding posterior. Herniotomy apabila
dikombinasikan dengan memperkuat cincin interna disebut sebagai Marcy repair.

- Hernioraphy

Sama seperti pada tindakan herniotomy, hernioraphy dilakukan dengan menjahit area
keluarnya hernia untuk memperkuat dinding abdomen dengan menggunakan berbagai
teknik jahitan.

- Hernioplasty

Pada hernioplasty, penutupan dinding atau lubang tempat keluarnya hernia dengan
menggunakan jaring sintetis atau mesh.

S : anam pf pp

O : tinjauan pustaka

A : dx

P : terapi

Anda mungkin juga menyukai