Anda di halaman 1dari 12

MINIMNYA PENDIDIKAN DI DESA TANGKIL, CITEUREUP,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Citra Dela (1806200251)


2. Nazlah Farach Pane (1806200399)
3. Mayda Andriansyah (0219053931)
4. Farhan Atthariq Achmad (1806200051)
5. Rahma Maya Sari Siregar (1806200109)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Minimnya
pendidikan di Desa Tangkil, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Makalah ini kami disusun dalam rangka memperdalam mata kuliah


Hukum Pemerintahan Desa. Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 17 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. 2
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Teori yang digunakan ...................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................. 6
2.1 Pokok Permasalahan Pendidikan di Desa Tangkil........................... 6
2.2 Upaya Tindak Lanjut yang Harus Dilakukan Pemerintah Daerah . . 7
BAB III. PENUTUP........................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Citeureup merupakan salah satu kawasan industri di Kabupaten


Bogor. Secara umum pendidikan di Kecamatan Citeureup dalam kondisi dan
perkembangan yang baik, namun demikian terdapat satu desa, yakni desa Tangkil
kondisi pendidikannya relatif belum baik dengan minimnya lahan perluasan areal
pendidikan dan juga faktor ekonomi masyakarat yang rendah.

Dalam kasus ini pendidikan merupakan salah satu permasalahan yang ada
di Desa tangkil. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Didalam pasal 7 ayat 1 Peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Dasar yang isinya, Setiap Peserta Didik
berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya, mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, mendapatkan
beasiswa bagi yang berprestasi, mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya, pindah ke program pendidikan pada jalur dan
Satuan Pendidikan lain yang setara dan menyelesaikan program pendidikan
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Melihat hal tersebut sudah seharusnya
pemerintah setempat mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut,
dimana hal tersebut diatur di dalam pasal 9-10 Peraturan daerah Kabupaten Bogor
Nomor 2 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam analisis kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi pokok permasalahan pendidikan di Desa Tangkil?


2. Apa yang harus dilakukan pemerintah setempat untuk mengatasi
permasalahan tersebut?

4
1.3 Teori Yang Digunakan

Pada analisis kasus ini kami menggunakan Teori Kepastian Hukum.


Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum
dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan
bahwa putusan dapat dilaksanakan. Kepastian hukum erat kaitannya dengan
keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pokok Permasalahan Pendidikan di Desa Tangkil

Wilayah Citeureup merupakan salah satu kawasan industri di Kabupaten


Bogor. Secara umum pendidikan di Kecamatan Citeureup dalam kondisi dan
perkembangan yang baik, namun demikian terdapat satu desa, yakni desa Tangkil
kondisi pendidikannya relatif belum baik dengan minimnya lahan perluasan areal
pendidikan dan juga faktor ekonomi masyakarat yang rendah.

Kepala Desa Tangkil, Ibu Tari (23) mengatakan bahwa pendidikan di desa
Tangkil sangatlah minim, hanya ada satu sekolah yang berada di desa Tangkil,
yaitu MI Al-Fath. MI Al-Fath adalah satu-satu nya sekolah yang berada di desa
Tangkil dengan jumlah murid kurang dari seratus siswa/i. MI Al- Fath ini berdiri
pada tahun 2012, sebelum diberi nama, sekolah ini hanyalah sekolah biasa saja,
belum mempunyai kapasitas lainnya. Seperti buku, meja, kursi,dan lain-lain.
Murid yang berada di sekolah tersebut mayoritas dari desa Tangkil itu sendiri,
karena jarak antara desa Tangkil dengan desa lainnya memerlukan waktu yang
cukup lama. Jumlah guru yang berada di sekolah Al- Fath hanya ada 5 guru saja.
Guru yang mengajar di sekolah MI Al-Fath ini merupakan guru dari luar desa
Tangkil.

"Pendidikan disini masih jauh dari dikatakan baik karena kami kesulitan
untuk memperluas dan menambah jumlah kelas di sekolah karena lahan yang
terbatas. Murid-murid yang berada disini pun kurang dari seratus siswa/I,
sedangkan guru yang mengajar di sini semua nya berasal dari luar desa Tangkil".
Ujar Ibu Tari selaku Ibu Kepala Desa.

Bangunan sekolah di desa Tangkil ini hanya memiliki tiga ruangan,


ruangan tersebut sudah termasuk ruang kepala sekolah dan ruang guru.
Kurangnya lahan membuat sekolah MI Al-Fath sulit untuk dikembangkan. Ibu

6
Tari selaku Ibu kepala Desa Tangkil akan terus mengusahakan untuk
memperbaiki nya, dengan cara meningkatkan bangunan tersebut.

"Seharusnya minimal terdapat ada tujuh ruangan di sekolah ini, satu


ruangan untuk ruang kepala sekolah dan ruang guru. Walaupun tidak bisa
memperluas sekolah ini, saya berharap sekolah MI Al-Fath bisa ditingkatkan
bangunan nya, supaya murid-murid disini bisa merasakan kenyamanan dalam
sekolah ini". Ujar Ibu Tari selaku ibu kepala desa.

Guru yang mengajar di sekolah MI Al-Fath ini sangat sedih sekali melihat
pendidikan yang berada di desa ini, karena pendidikan di desa ini belum seperti
pendidikan di desa lainnya. Kurangnya kapasitas membuat anak-anak sulit untuk
belajar lebih.

Harapan Ibu Kepala Desa dan warga sekitar di desa Tangkil ingin sekali
membuat sekolah MTs, agar para warga disini bisa melanjutkan pendidikan
mereka. Walaupun sangat sulit untuk lahannya tetapi Ibu Kepala Desa dan warga
sekitar sangat yakin bisa membangun sekolah tersebut.

Berdasarkan kasus tersebut terlihat jelas bahwa kualitas pendidikan di


Desa tangkil sangatlah kurang, di Desa tersebut hanya ada 1 sekolah dan itu pun
hanya MI/SD sederajat. Sekolah itupun dapat dikatakan kurang layak digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar karena minimnya ruangan yang ada, selain itu
juga tenaga pendidik atau guru yang terlalu sedikit.

2.2 Upaya Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan Pemerintah Daerah

Di beberapa negara, kesenjangan yang besar dalam pencapaian pendidikan


adalah hal yang biasa. Demikian pula di Indonesia. Sebagian besar wacana global
menyoroti kurangnya sumber daya dan distribusi yang tidak merata sebagai
penyebab ketidaksetaraan pendidikan. Tapi ini sebagian cerita di Indonesia.
Dalam satu dekade terakhir, investasi pemerintah dalam bidang pendidikan
melonjak tiga kali lipat secara nyata – suatu tingkat kenaikan yang tidak terjadi di
banyak negara lain.

Sejak reformasi desentralisasi yang diperkenalkan pada tahun 1999,


pemerintah daerah telah mengambil alih tanggung jawab penyelengaran dan

7
sebagian besar pembiayaan pendidikan dasar. Laporan menunjukkan bahwa
prioritas yang diberikan untuk pendidikan, kualitas masukan yang tersedia, dan
distribusinya cenderung lebih baik pada pemerintah daerah dengan kualitas tata
kelola yang lebih baik. Selain itu, pemerintah daerah yang memungkinan
partisipasi lokal dalam proses perencanaan menghasilkan sistem manajemen yang
lebih transparan dan akuntabel; meningkatkan insentif bagi tenaga pendidikan
cenderung membuat hasil yang lebih baik; dan memastikan para guru dibekali
dengan lebih baik untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi semua.

Pemerintah daerah yang turut serta dalam kajian ini juga menjadi bagian
dari sebuah program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dirancang
untuk peningkatan kapasitas. Sementara kajian ini menyoroti beberapa
keuntungan pada tingkat sekolah, peningkatan pada level manajemen pemerintah
daerah lebih sederhana. Dua pelajaran penting yang muncul dari pengalaman
dalam melaksanakan program peningkatan kapasitas seperti ini:

Pertama, dibutuhkan sebuah pendekatan multi-sektor bagi pengembangan


kapasitas. Pejabat Kantor Dinas Pendidikan menyadari bahwa banyak tantangan
utama terkait dengan sistem pada level pemerintah daerah (contoh, sistem
perencanaan dan penganggaran) daripada khusus pada sistem pendidikan. Namun,
kantor dinas pendidikan sering kali tidak berdaya dalam mengatasi kendala yang
lebih luas ini.

Kedua, upaya pengembangan kapasitas perlu disesuaikan dengan situasi


lokal. Penguatan tata kelola lebih mudah di beberapa pemerintah daerah
dibandignkan dengan daerah lainnya. Sebagai contoh, mempublikasikan informasi
anggaran pendidikan lebih mudah dilakukan di daerah yang terkoneksi dengan
baik dengan lokal media yang hidup daripada di wilayah terpencil dengan
infrastruktur terbatas. Agar dapat berhasil, program-program pengembangan
kapasitas yang akan datang harus memperhitungkan rintangan-rintangan khusus
yang dihadapi oleh suatu daerah. Penguatan tata kelola dan manajemen dari
sistem pendidikan daerah dapat membantu mempersempit ketidaksetaraan
pendidikan. Hal ini juga dapat membantu Indonesia meletakkan dasarr untuk

8
memastikan bahwa tidak satu pun anak tertinggal pada saat agenda pembangunan
baru sedang berlangsung.

Ketiga, pemerintah juga bisa mengakselerasi pembangunan pendidikan


melalui pendekatan pembiayaan, terutama melalui penyaluran dana BOS. Dalam
hal ini, pola pendekatan penyaluran dana BOS yang selama ini berfokus pada
jumlah siswa (makin banyak jumlah maka makin banyak dana) mesti diubah. Jika
pendekatan seperti ini tidak diubah, pembiayaan sekolah pinggiran akan tetap
minim dan gap makin dalam.

Hal-hal tersebut sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah, karena hal


itu memang sudah menjadi kewajibannya. Hal ini tercantum di didalam pasal 9-
10, pasal 38, pasal 40, pasal 45 Peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Dasar.

9
BAB III

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis kasus ini adalah :

1. Dibutuhkan sebuah pendekatan multi-sektor bagi pengembangan kapasitas


dan tata kelola sistem pendidikan terutama terkait dengan sistem pada
level pemerintah daerah sebagai penanggung jawab penyelengaraan dan
sebagian besar pembiayaan pendidikan dasar di daerah.
2. Program pengembangan kapasitas sistem pendidikan perlu disesuaikan
dengan situasi lokal (baik wilayah maupun keterbatasan infrastruktur) dan
memperhitungkan rintangan-rintangan khusus yang dihadapi suatu daerah
untuk mempersempit ketidaksetaraan pendidikan.
3. Akselerasi pembangunan pendidikan melalui pendidikan pembiayaan
melalui pendekatan pembiayaan terutama melalui penyaluran dana BOS.
Pola pendekatan penyaluran dana BOS yang selama ini berfokus pada
jumlah siswa harus diubah.

3.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

1. Diperlukan adanya koordinasi antara pemerintah pusat (khususnya


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dengan pemerintah daerah
agara pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan yang menjadi hak setiap
peserta didik dapat terjamin.

10
2. Dalam tata kelola dan pengembangan kapasitas penting untuk dilakukan
pembaharuan sistem pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rinaanggraeni1339/5e5f4365097f3663b15a9012/minimnya
-pendidikan-di-desa-citeureup

https://blogs.worldbank.org/id/eastasiapacific/di-indonesia-mengatasi-ketidaksetaraan-
pendidikan-melalui-tata-kelola-yang-lebih-baik

https://news.detik.com/kolom/d-5303652/ancaman-kemunduran-pendidikan-di-perdesaan

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2001Tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Dasar

11
12

Anda mungkin juga menyukai