Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

PEREMPUAN USIA 59 TAHUN DENGAN CA MAMAE

Oleh:

Nadira Nursandi

1102013202

Pembimbing:

dr. Hadiyana Supriyadi , SpB

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

RSU. dr. Slamet Garut


November 2017 – Januari 2017
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS

I. Identitas Pasien
• Nama : Ny. A
• Umur : 59 tahun
• Alamat : Gadog
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Agama : Islam
• Masuk RS : 21 11 2017

II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada :
Tanggal : 22 November 2017
Pukul : 18.00 WIB
Tempat : Ruang Marjan Bawah

A. Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan sejak ± 1 tahun


yang lalu

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak ± 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh adanya luka pada

payudara kanan. Keluhan disertai dengan nyeri yang kadang ada pada daerah luka

tersebut. Keluhan ini diawali dengan timbulnya benjolan ± 1 tahun yang lalu. Mula-

mula benjolan itu sebesar kelereng, kemudian lama-lama membesar hingga sebesar

telur ayam. Kemudian dari benjolan tersebut timbul luka yang dialami pasien sampai

sekarang. Keluhan juga disertai benjolan pada ketiak kanan. Pasien juga mengatakan
puting tertekan kedalam. Keluhan tidak disertai batuk-batuk dan sesak, maupun nyeri

pada tulang punggung maupun paha.

Riwayat Menstruasi

Pasien pertama kali mengalami menstruasi pada usia 12 tahun. Haid pasien teratur,
setiap tiap 28 hari. Dulu bila haid suka merasakan nyeri yang hebat. Hingga saat ini
pasien masih mengalami menstruasi

Riwayat Melahirkan

Pasien menikah pada usia 20 tahun. Pasien mengalami kehamilan sebanyak 5 kali.
Jumlah anak hidup 4 anak, 1 anak tidak ada perkembangan selama kehamilan, sehingga
di kuretase. Pada kehamilan anak pertama hingga keempat, pasien tidak mengalami
gangguan selama kehamilan, dan melahirkan secara normal. Anak pertama pasien lahir
pada saat pasien berusia 21 tahun pada tahun 1981, anak ke dua lahir pada tahun 1982,
anak ke tiga pasien lahir pada tahun 1989, anak ke empat pasien lahir pada tahun 1993
Pada kehamilan ke 5 tahun 1998, terjadi gangguan pada janin, janin tidak berkembang
sehingga harus dikuretase.

Riwayat Menyusui

Semua anak pasien diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah mengalami gangguan dengan gejala yang serupa. Riwayat tindakan
kuretasi pada tahun 1998 dengan indikasi janin tidak berkembang

Riwayat Penggunan KB

Pasien sudah tidak menggunakan KB. Sebelumnya pasien meggunakan KB minum dan
suntikan, berganti-gantian.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama dan penyakit keturunan lainnya
Riwayat Pengobatan dan Operasi

Pasien baru melakukan operasi biopsi di RSUD dr.Slamet, sebelumnya tidak pernah
berobat dan operasi

Riwayat Alergi

Pasien menyangkal adanya alergi makanan dan obat-obatan

Riwayat Psikososal

Pasien mengaku tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, dan makanan yang berlemak-
lemak

III. Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 140 /90 mmHg
N : 72 x/menit
R : 16 x/menit
T : 36,5 0c
SPO2 : 98%

Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut
Mata : SI -/-, CA -/-, pupil isokor, R.cahaya +/+
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -

b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Depan:
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Tampak massa di mammae dextra
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.
Belakang :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+, suara tambahan -/-
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -
Perkusi : batas jantung : normal, tidak ada pembesaran
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikularis sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler

d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan-
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

e. Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555
5555
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Edema : (-/-)
STATUS LOKALIS :
Pemeriksaan mammae sinistra :
 Inspeksi : Tampak massa sebesar telur ayam a/r mammae dextra, peau
d’orange +, abses +, darah+. Tampak benjolan a/r axila dextra
 Palpasi : Teraba massa 8x8 cm, terfiksir, konsistensi keras, permukaan tidak
rata, batas tegas a/r mammae dextra. Teraba massa ukuran 2x2, imobile,
konsistensi keras, permukaan licin, batas tegas, a/r axilla anterior dextra.

I. RESUME
 Terdapat benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun lalu sebesar telur ayam,
semakin membesar, Permukaan kulit muncul borok keluar darah.
 Adanya 1 benjolan diketiak kanan sebesar kelereng dan tidak nyeri ± 2 bulan lalu.
 Terdapat penurunan berat badan.
 Pemeriksaan mammae dextra :
Inspeksi : Tampak massa sebesar telur ayam a/r mammae dextra,
peau d’orange +, abses +, darah+. Ttampak benjolan a/r axila dextra
Palpasi : Teraba massa 8x8 cm, terfiksir, konsistensi keras,
permukaan tidak rata, batas tegas a/r mammae sinistra.
Teraba massa ukuran 2x2, imobile, konsistensi keras,
permukaan licin, batas tegas, a/r axilla anterior dextra.
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah : (22 November 2017)
 Hb 9,4 gr/dL
 Ht 28 %
 Leukosit 11.130 /mm3
 Trombosit 162.000/mm3

III. DIAGNOSA KERJA


Invasive Ductal Ca Mamae Dextra (T4N1Mx) + Anemia

IV. PENATALAKSANAAN
Konservatif
o Diet biasa

o Edukasi penderita mengenai penyakitnya dan hal-hal yang dapat dilakukan


penderita untuk mendeteksi dini kelainan pada payudara
o Tamoksifen 2 x 20mg
o Tranfusi PRC 1 labu (cek Hb 6 jam post tranfusi) Hb >10 gr/dL rencana operasi

Operatif
Biopsy incisi mammae dextra
Mastektomi radikal modifikasi
kemoterapi, radioterapi.

V. LAPORAN OPERASI

No. CM : 9814xx Jam Operasi Mulai : 16.00


Nama : Ny. A
Ruang :Marjan Jam Operasi Selesai :18.00
Umur : 59 Tahun
Bawah Lama Operasi :2 jam

Akut / Terencana :Terencana Tanggal : 22 November 2017

Operator : Asisten I : dr. Perawat Instrumen: Br. Asep


Wongso

dr. hadiyana, SpB Asisten II : Sirkulasi: Br. Apip


Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : General
Anastesi

dr. Dhadi SpAn

Diagnosa Pra-Bedah :

Invasive Ductal Ca Mamae Dextra

Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :

Invasive Ductal Ca Mamae Dextra Mastectomy Radical Modified

Kategori Operasi : Besar

Dikirim untuk PA Jaringan yang di eksisi :

YA Mamae Dextra

D.O
- Ditemukan massa tumor berukuran 8x8x6 cm, batas tegas, permukaan
berbenjol, ulkus +, Peau de orange +
- Ditemukan KGB multiple di level I dan II dengan ukuran sebesar 2x2x1
cm, permukaan licin

T.O
- Pasien dalam posisi supine
- dilakukan tindakan a & antiseptik
- Dilakukan insisi stewart
- Dilakukan insisi sesuai design
- Dilakukan pembuatan ...., ke proximal hingga medial dan
parasternal,..................
- Dilakukan pengangkatan payudara
- Dilakukan lymph .....
- Perdarahan dirawat
- Dilakukan pemasangan drain
- Operasi selesai

VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad funtional : ad malam
Quo ad sanationam : ad malam
I. ANATOMY

Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae


berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan ductus yang
pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae, parenkim, dan aerola.Pada
pria aerola berada pada intercostal 4.

Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks.Payudara


perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan dasarnya terletak dari
kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh.Kompleks puting-areola
terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral
setentang garis mid aksilaris dan meluas keatas ke aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk
piramid. Payudara melekat diantara subcutaneous fat dan fasia otot pektoralis mayor, otot
serratus anterior, oblix entern dan rectus abdo minis.

Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masing-masing
kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus lactiferous yang
menutup secara radial sehingga dapat membuka puting.Jaringan lemak membungkus lobus,
jaringan lemak membentuk dan mengisi payudara, memberikan ukuran yang berbeda-beda
pada tiap orang.
Aerola adalah hiperpigmentasi yang melngkari putting susu, disekeliling aerola
terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi seluruh daerah
putting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus myoepitelial yang dapat
berkontraksi dibawah pengaturan oxitosin, epitel ini meluas ke seluruh system duktus

Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda sampai


lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong mammae, disebut
sebagai Ligamentum Cooper’s.Oleh karena itu, jika terdapat tumor pada payudara yang
melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan (penarikan) pada kulit dan
retraksi kulit.

Payudara mendapat suplai darah utama dari cabang a. mammary interna, cabang
bagian lateral dari a.intercostal posterior, dan cabang dari a.axillary termasuk a.thoracic
lateral, dan cabang-cabang pectoral dari a.thoracoacromial.
Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase vena
menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang mempunyai
peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal posterior. Pleksus vertebra
Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang belakang dan memanjang dari
dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis kanker payudara ketulang
belakang, tengkorak, tulangpanggul, dan sistem saraf pusat.

Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan persarafan


sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini keluar dari ruang
intercostal diantara m.serratus anterior.Cabang kutaneus yang timbul dari plexus cervical,
khususnya cabang-cabang n.supraclavicular, mempersarafi kulit bagian atas payudara.
N.interocosobrachial adalah kulit cabang kutaneus lateral n.interkostal kedua, dan dapat
terlihat ketika pembedahan bagian axila. Reseksi n.intercostabrachial menyebabkan
hilangnya sensasi pada lengan atas.

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang


berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada daerah
tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah menilai stadium
kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak dari lateral sampai batas lateral
m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian dalam m.pectoralis minor.Bagian III
adalah pembuluh limfe yang terletak dari medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor
dan termasuk pembuluh limfe subclavicular.Rotter’s node atau pembuluh limfe intrapectorial
terletak antara m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.
II. FISIOLOGI PAYUDARA

Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone estogren,


progesterone, prolactin, oxytocin, hormon tyroid, cortisol dan growth hormone. Hormon
estogeren, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic yang penting bagi
perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan payudara, sedangkat progresteron bertangungjawab terhadap diferensasi epitel
dan perkembangan lobus. Prolactin merupakan hormone utama yang menstimulus proses
lactogenesis pada periode kehamilan akhir dan postpartum.

Hermon neurotropic dari hipotalamus bertanggung jawab terhadap regulasi dan


sekresi hormone yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon gonadotropin leutinizing
dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan progresteron dari
ovarium.Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing hormone yang merangsang
kelenjar hipofisi anterior melepaskan LH dan FSH dari sel basofilik. Disini terdapat umpan
balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron, terhadap pengaturan sekresi LH, FSH, dan
GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna sebagai perkembangan, fungsi, dan pemeliharaan
jaringan payudara. Setelah lahir, kadar estrogen dan progresteron pada bayi perempuan
menurun hal ini masih berlangsung hingga masa kanak-kanak karena sensitivitas umpan balik
negatif dari axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini. Kemudian pada masa pubertas terjadi
penurunan sensitivitas umpan balik negative axis hipotalamus-hipofisis dan meningkatnya
sensitivitas umpan balik positif dari estrogen. Kejadian physiologic meningkatkan sekresi
GnRh, FSH, dan LH sehingga terjadi peningkatan sekresi estrogen dan progresteron oleh
ovarium, yang nantinya terbentuk siklus menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi
penambahan ukuran dan kepadatan payudara, yang diikuti dengan pembesaran jaringan
payudara dan proliferasi epital. Timbulnya mentruasi pembengkakan payudara mereda, dan
proliferasi epitel berkurang.
Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan placenta meningkat,
yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan subtansi pada payudara. Payudara
membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus, areolar semakin gelap, kelenjar
Montgomery semakin menonjol. Pada trimester pertama dan kedua duktus minos bercabang
dan berkembang. Pada trimester ketiga lemak mengumouk di epitel alveolar dan rongga
ductus. Pada akhir kehamilan, prolactin merangsang sintesis lemak susu dan protein. Setelah
plasenta keluar, estrogen dan progresteron yang beredar menjadi berkurang, yang
menimbulkan pugeluaran penuh aksi laktogenik dari prolactin. Produksi dan pengeluaran
susu diatur oleh reflex saraf yang berasal dari ujung saraf putting-aerola. Proses laktasi
membutuhkan stimulasi dari reflex saraf yang kemudian menimbulkan sekresi prolactin dan
pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat adanya stimulus dari menyusui baik visual,
auditory, dan olfaktori. Oksitosin menyebabkan kontraksi pada sel ioepitelial sehingka terjadi
penekanan pada alveioli, kemudian susu masuk ke dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui,
pelepasan prolactin dan oksitosin berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka terjadi
peningkatan tekanan didalam duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan sekresi
estrogen dan progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli mammae.Terjadi
peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan dipayudara diganti dengan
jaringan adipose.
Vaskularisasi

Perdarahan payudara terutama dari cabang arteri perforantes anterior dari arteri
mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris, dan beberapa
arteri interkostalis.

Drainase limfatik

 Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila anterior (di antara
batas bawah M. Pectoralis mayor).
 Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila posterior
(daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang dada dan sebagain
lengan.
 Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas. Drainasenya dari lengan.
 Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan
supraclavicular.
 Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan KGB
infraclavicular.
Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan payudara,
apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi defisit fungsional pada
saraf yang terkena, sebagai contoh :

Otot/area
Nervus Defisit fungsional
persarafan

N. torasikus (of Bell) Serratus Winging scapula


anterior

N. torakodorsalis Latissimus Tidak dapat mendorong


dorsi diri sendiri untuk berdiri
dari posisi duduk

N. pektoralis medial dan lateral Pektoralis Kelemahan dari otot


mayor dan pektoralis
minor

N. interkostobrakhial Menyebrang Anestesi pada bagian


axilla secara dalam lengan
transversal
menuju
bagian
dalam
lengan

III. Pengertian dan Epidemiologi Ca Mamae

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupunlobulusnya. Kanker payudara merupakan salah
satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ;
Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan
Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai
pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1
%. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya
rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

IV. ETIOLOGI
Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun penyebabnya sangat
multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain:
1. Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Mutasi Gen
Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2 pada
(13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-receptor gen pada
(kromosm Y)
BRCA-1
5-10% dari kanker payudara dikarenakan penurunan mutasi germline seperti BRCA1
dan BRCA2, yang diwariskan dengan cara dominan autosomal dengan berbagai
penetrance.BRCA1 terletak di lengan kromosom 17q, meliputi wilayah sekitar 100
kilobases (kb) DNA genom, dan berisi 22 exons pengkodean.Full-length messenger
RNA 7.8 KB dan mengkode protein asam amino 1863.BRCA1 maupun BRCA2
berfungsi sebagai gen supresor tumor, dan untuk setiap gen, hilangnya kedua alel
diperlukan untuk inisiasi dari kanker.

BRCA-2
BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70 kb DNA
genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean exons.Fungsi biologis
BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga pengerusakan respon jalur DNA.
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam tubuh..
3. Pernah menderita kanker payudara.
Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae primer
mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca mammae
kontralateral. Resiko timbulnya Ca mammae primer kedua pada mammae
kontralateral meninggi pada wanita yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
dalam keluarga.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki risiko
tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-
1%/tahun.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko
3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
5. Hormonal
WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan insidens Ca
mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi injeksi seperti depot-
medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan beberapa penelitian, didapatkan
kesimpulan bahwa penggunaan esterogen sebagai terapi penganti hormon (Hormone
Replacement Therapy = HRT) pada wanita perimenopause dan post menopause
sedikit meningkatkan resiko Ca mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang
menerima Estrogen Hormon Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah
menderita kelainan benigna pada mammae-nya
6. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of Sciences
menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak dan insiden
dari Ca mammae.Makanan yang berlemak tinggi dapat meningkatkan resiko Ca
mammae dua kali lipat.
7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah
saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).
8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.
Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara. Risiko
menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun.
9. Menyusui dan Menopause
Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih dari 6 bulan
selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk menderita Ca mammae
dibandingkan wanita yang tidak menyusui.Namun saat ini pendapat itu tidak lagi
disetujui. Untuk wanita yang mengalami menopause pada usia diatas 55 tahun, resiko
timbulnya Ca mammae 2 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai
menopause sebelum usia 45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan
resiko Ca mammae, misalnya pada wanita-wanita yang mengalami oophorectomy
(pengangkatan ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.
10. Obesitas
Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara kemungkinan
karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obesitas. Penelitian membuktikan
bahwa resiko Ca mammae mempunyai hubungan langsung dengan berat badan.
Resiko untuk Ca mammae pada wanita obese 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi daripada
wanita tidak obese.
11. Radiasi
Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan pernah
menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut postpartum mastitis, dan
yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy thorax untuk pengobatan TBC paru,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita Ca mammae. Exposure multiple
dengan dosis yang relative kecil beresiko sama dengan exposure tunggal dosis besar.
12. Alkohol
Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal meningkatkan kadar serum
estradiol yang ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.
13. Paritas dan Fertilitas
Wanita yang infertil dan nullipara mempunyai kemungkinan 30-70 % lebih tinggi
untuk menderita Ca mammae dibandingkan dengan multipara. Wanita yang pernah
hamil dan melahirkan pada usia 18 tahun mempunyai resiko Ca mammae sekitar 1/3
kali dibandingkan dengan wanita yang hamil untuk pertama kalinya pada usia diatas
35 tahun. Hal ini berhubungan dengan adanya rangsangan secara terus menerus oleh
esterogen dan kurangnya konsentrasi progesterone dalam darah, akan tetapi wanita
yang hamil dan melahirkan untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun
mempunyai resiko menderita Ca mammae lebih tinggi dibandingkan nullipara.
V. KLASIFIKASI
A. Carcinoma In Situ
Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia mengenai dasar
membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma sekitar, sel kanker hanya
mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi penjalaran, akurasi diagnosis tentang
karsinoma in situ perlu dilakukan analisis mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi
menjadi dua, yaitu lobular carsinoma in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu
karsinoma in situ diketahui dapat berkembang menjadi kanker invasif.

1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)


Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan hanya
berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan distorsi ductus
lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan ratio sitoplasmik dan
nukleus yang normal. Ciri khas dari kanker ini adalah sitoplasma berlendir globulus.
Kanker ini rata-rata terjadi pada usia 44-47, paling sering terjadi pada perumpuan ras
putih dibandingkan perumuan Afrika-Amerika. Kanker payudara invasif berkembang dari
25-35% perempuan dengan LCIS. LCIS dianggap sebagai penanda risiko untuk kanker
payudara invansif. Diketahui perempuan dengan riwayat LCIS sebesar 65% berkembang
menjadi kanker invasif ductal.
Insidensi Ca lobularis belum pasti.Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3 % dari
seluruh tumor mammae, sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari semua Ca
mammae.
2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)
Ductal Carcinoma In Situ paling sering ditemukan pada perempuan, tapi sekitar 5%
terjadi pada laki-laki. DCIS merupakan faktor risiko paling tinggi mberkembang menjadi
kanker invasiv. Secara histologis, DCIS dikarakteristik sebagai proliferasi epitel,
menghasilkan pertumbuhan papilla dari ductus lumina. Pada awal perkembangan, sel kanker
tidak menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau atipia, yang memungkinkan sulitnya
membedakan antara DCIS dengan hiperplasia jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat
mikroskopik keganasan, tetapi tidak menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika
dibiarkan tanpa diterapi, selalu timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu untuk
perkembangan neoplasma invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa.

B. Carcinoma Mammae Invasive


Secara umum kanker memiliki prognosis yang buruk. Foote dan Stewart membagi
klasifikasi carcinoma mammae invasive, yaitu:
I. Paget's disease of the nipple

II. Invasive ductal carcinoma


A. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

B. Medullary carcinoma 4%

C. Mucinous (colloid) carcinoma 2%

D. Papillary carcinoma 2%

E. Tubular carcinoma (and ICC) 2%

III. Invasive lobular carcinoma 10%

IV. Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

a) Penyakit Paget
Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh carcinoma
ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi eczematoid, krusta,
bersisik, dan hiperemis.Tumor primernya dapat tidak teraba pada palpasi dan erosi atau
krusta sering terkacaukan dengan dermatitis.Angka kejadiannya adalah sekitar 2 % dari
seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul bersama-sama dengan Ca ductal atau
invasive.Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas dan kadang berdarah.Penting sekali untuk
dilakukan biopsi papilla mammae. Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal
invasive, biasanya masih pada stadium 1.

b) Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif(Infiltrating


adenocarcinoma with productive fibrosis)
Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai dengan
desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause atau
postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi keras,
berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan keterlibatan
ligamentum Cooper yang menghasilkan peau d’orange atau edema kulit yang luas.

c) Carcinoma Medullare
Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari ductus yang
besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang lunak.Biasanya mobile
dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit sering tertarik diatas massa
sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat progresifitas lambat, walaupun tumor
dapat membesar dengan cepat, sekunder terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang
dari 20 % kasus Ca medullare ini yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang
mengandung esterogen dan progesteron reseptor.Carcinoma ini mempunyai 5 year survival
rate lebih baik dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif.Prognosis terpenting pada Ca
medullare adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

d) Comedo carcinoma
Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari semua Ca
mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti pasta yang dapat
dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat, dapat meluas dalam waktu
beberapa tahun.Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang pada sepertiga pasien dapat metastase
ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan
58 %, setelah mastectomy yang adekuat. Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas,
kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

e) Colloid / mucinous carcinoma


Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi gelatin yang
menjadi bagian utama carcinoma ini.Angka kejadiannya sekitar 2 % dari seluruh Ca
mammae.Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang lambat dengan
metastasis lanjut.Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 59 %.Secara
makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila dipotong, benang materi
mukoid melekat pada scalpel.

f) Papillary carcinoma
Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering ditemukan pada
usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi biasanya kecil, jarang melebihi
2-3 cm dan berbatas tegas.Dapat timbul nekrosis, perdarahan sentral, dan menghasilkan
sekret yang keluar dari papilla.

g) Tubular carcinoma
Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang
digambarkan membentuk tubulus.Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.Neoplasma
jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit fibrokistik mammae dan
harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal.Survival rate-nya mendekati 100 %.

VI. FAKTOR RISIKO


A. Faktor Risiko Tinggi
1. Berusia >40 Tahun
2. Riwayat kanker pada salah satu payudara (terutama sebelum menopause)
3. Riwayat Kanker Pada Keluarga
4. Hiperplasia dengan atipia
5. Paritas
a. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullparity)
b. Wanita yang hamil pertama pada usia >31 tahun (3-4 kali berisiko terkena
kanker payudara dibandingkan pada usia <18 tahun)
6. Lobular carcinoma in situ (30% berisiko kanken invasive)
7. Pada laki-laki dengan sindrom klinefelter, gynecomastia, dan riwayat keluarga laki-
laki pernah mengalami kangker payudara
B. Faktor Risiko Sedang
1. Menarche ≤11 tahun
2. Menopause ≥ 55 tahun
3. Riwayat penggunaan terapi hormone pengganti (estrogen oral)
4. Riwayat kanker ovarium, fundus uteri, atu kolon
5. Diabetes
6. Konsumsi alcohol
C. Faktor Yang Diketahui Menurunkan Risiko
1. Keturunan asia
2. Early Menopause
3. Mensterilkan (Vasektome, Tubektomi) sebelum 37 tahun

VII. TANDA GEJALA


Kanker payudara awal biasanya asimtomatis. Biasanya pasien datang dengan keluhan:
 Tonjolan pada dada, atau di ketiak terasa keras, tedak beraturan bentuknya, tidak
nyeri
 Payudaraa dan puting mengalami perubahan ukuran, bentuk, atau rasa ketika
diraba (kemerahan, dipling, peau d’orange)
 Keluar discharge pada puting (darah, bening, kuning, hijau, pus)

Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker payudara, yaitu

 Nyeri tulang
 Tidak nyaman atau nyeri di payudara
 Pembengkakan pada daerah ketiak (sebelah payudara yang terkena kanker)
 Penurunan berat badan

VIII. DIAGNOSIS
A. Inspeksi
Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan
bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla mammae, eritema.

B. Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.
Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli bedah akan
melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh kuadran payudara
dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari clavicula inferior sampai
rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran KGB.

C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan
laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya metastasis
pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia. Pemeriksaan
laboratorium lain meliputi:
 Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)
 MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)
 CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu
 BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung ole The
Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom 13.
 Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai
predisposisi timbulnya Ca mammae
2. Radiologi
 X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi
adanya metastase ke paru-paru
 Mammografi
Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau tidak.
Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang secara palpasi
tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Adanya proses
keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi,
penebalan kulit, bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola,
adanya bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak
teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis ke
kelenjar.
 USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae yang
klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur
tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing.
Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mammae dengan mencari
dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara
lain ke KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).Ultrasonography juga
digunakan sebagai penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core
needle biopsy.
 Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) merupakan
teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi
jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG. FNAB sekarang lebih
banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih
tidak nyeri, kurang traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat
menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan.Hasil negatif
pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah
keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negative
tersebut.

IX. PENATALAKSANAAN
Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk mencegah atau
sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS dilakukan tidakan bilateral
masektomi total atau chemoprevention tamofixen. Untuk DCIS masectomi masi merupakan
gold standar dari tindakan, biasanya dilakukan apabila kanker berukuran > 4cm atau berada
di >1 kuadran. Selain itu untuk DCIS bisa dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau
dilakukan lumpectomy saja, atau pemberian tamoxifen
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.Pengobatan
pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat adjuvant. Untuk
stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau modified radikal mastectomy
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Macam-macam operasi carcinoma mammae

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika
adjuvant.Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk
mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang
dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh
modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer adalah
yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

1. Modified radical mastectomy


Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada payudara
yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi merupakan
indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical Operation).Prosedur ini paling
banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang biasa digunakan oleh para ahli bedah.
 Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon
M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan kelenjar
limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi prosedur Patey
dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis minor, sehingga kelenjar
limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf pectoral lateral dari otot mayor
dipertahankan.
 Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss
Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau memisahkan M.
Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan komplit dari kelenjar limfe
paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa hanya 2 % dari pasien yang
memperoleh manfaat dengan adanya pengangkatan kelenjar limfe sampai level
tertinggi. Ini yang membuat prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling
populer untuk Ca mammae di Amerika Serikat.

2. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang mencakup
operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis. Total mastectomy
tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan terapi radiasi post operasi.
Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-
sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan
dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi.

3. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen.Hormonal terapi adalah terapi utama
pada stadium IV disamping khemoterapi.Untuk wanita premenopause terapi hormonal berupa
terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy.Untuk post menopause terapinya berupa pemberian
obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi tergantung dari aktivitas efek
esterogen.Efek esterogen positif dilakukan terapi ablasi, efek esterogen negative dilakukan
pemberian obat-obatan anti esterogen.

4. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada Ca
mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca mammae yang
sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya diberikan kombinasi CMF
(Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda
kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa
jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa
pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker
payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut
yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini
muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita
akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya
muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan
setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan memiliki
beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi risiko terjadinya
osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi
tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat
menopause.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
 Kanker yang didukung oleh estrogen
 Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun
setelah terdiagnosis
 Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
 Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun
dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar
atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause. Tamoxifen memiliki
sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk
menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat
ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid)
biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan
pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
5. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.Dengan
adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif pada Ca
mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan tumor yang besar
sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat tumor Tindakan bedah
konservatif adalah yang dikenal dengan namaBreast Conserving Treatment yaitu tindakan
bedah dengan hanya mengangkat tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.

6. Sentinel lymph nodes biopsy


Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel kanker
yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah prosedur
diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat metastasis Ca
mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak perlu lagi mengangkat
kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla

7. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan lumpectomy atau
partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang tersisa yang terdapat di
dekat area tumor.Radiasi dilakukan tergantung dari besar tumor, jumlah KGB axilla yang
terkena.Kadang terapi radiasi diberikan sebelum tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran
tumor yang besar sehingga mudah untuk diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada kedua
mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak digunakan untuk Ca
mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang berada diluar tubuh yang
dikenal dengan namaexternal-beam radiation therapy. Terapi radiasi juga dapat diberikan
dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor (internal radiation therapy).

X. SISTEM STADIUM DAN PROGNOSIS


Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan.Sistem
yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American
Joint Community on Cancer (AJCC).Sisteminididasarkanpadadeskripsidaritumorprimer(T),
statuskelenjar getah bening regional(N), danadanyametastasisjauh(M).Pengelompokan
terbarutelahmemasukkanpenggunaansentinel
nodebiopsidantermasukklasifikasiukurandepositmetastasispadakelenjarsentinel, serta
jumlahdanlokasinodemetastasisregional disertai angka harapan hidup 5 tahun.
American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002

Tumor Primer (T)

Tx Tumor pimer tidak dinilai

Tis Carcinoma in situ (LCISatau DCIS) atau paget’s disease pada puting tanpa
tumor

T1 Tumor ≤2 cm

T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm

T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm

T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm

T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada atau
kulit

T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Karsinoma inflammatory

Pembuluh Limfe/Node (N)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup<0.2 mm

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)


(mol-)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)


(mol+)
N1 Metastasis kekel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)

N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan biopsy

N2 Metastasis ke kel.limfeaxilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+) tanpa
metastasis ke axilla

N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

N3 Metastasis ke ≥10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe axilla


dan int. mammary metastasis

N3a ≥10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau>3 kel.limfe axilla (+) dengan
int. mammary (+) dari biopsy

N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)

M0 Tidak terdapat metastasi jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka Harapn


Hidup
STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

0 Tis, N0, M0 100

I T1, N0, M0 100

IIA T0, N1, M0 92

T1, N1, M0
STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

T2, N0, M0

IIB T2, N1, M0 81

T3, N0, M0

IIIA T0, N2, M0 67

T1, N2, M0

T2, N2, M0

T3, N1, M0

T3, N2, M0

IIIB T4, N0, M0 54

T4, N1, M0

T4, N2, M0
[†]
IIIC Semua T, N3, M0

IV Semua T, Semua N, M1 20

XI. Skrining atau Deteksi Dini Ca Mamae

American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan Breast Self Examination


secara rutin setiap bulan mulai usia 20 tahun, clinical breast examination oleh seorang tenaga
kesehatan professional setiap 3 tahun untuk wanita usia antara 20-39 tahun serta setiap
tahunnya setelah usia 40 tahun, mamografi dilakukan setiap tahunnya untuk usia 40 tahun ke
atas. Untuk wanita yang termasuk risiko tinggi, disarankan untuk melakukan mamografi saat
usia 35 atau 40 tahun, kemudian tiap 2-3 tahun sampai usia 50 tahun. Untuk wanita usia 50-
69 tahun, mamografi dan CBE dianjurkan setiap1-2 tahun. Setelah usia 70 tahun,keuntungan
mamografi sedikit sekali dilaporkan.

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk membedakan apakah benjolan merupakan lesi


nodular atau kistik.
Teknik pemeriksaan

Inspeksi

Inspeksi payudara dan nipple dengan posisi pasien duduk sambil tolak pinggang. Yang dinilai
adalah perubahan kulit, simetris,kontur, retraksi. Begitu pula dilakukan dengan posisi lengan
di samping, di atas kepala, menekan panggul dan membungkuk ke depan. Juga dinilai kulit
tiap aksila, apakah ada kemerahan, pigmentasi, infeksi.

Palpasi

Pemeriksaan membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk setiap payudara. Dengan


menggunakan jari ke-2, 3 dan 4. Diperlukan pemeriksaan sistematis, dengan cara
pemeriksaan secara melingkar atau pun sejajar dan berikan tekanan, mulai dari tekanan yang
ringan hingga dalam. Pemeriksaan harus mencakup seluruh payudara. Yang dinilai ialah
konsistensi jaringan, rasa nyeri, adanya nodul. Bila terdapat nodul, tentukan lokasi, ukuran,
bentuk, konsistensi, batas, nyeri tekan, mobilitas. Palpasi juga daerah aksila, seperti gambar
di bawah ini. Raba apakah ada pembesaran KGB aksila.

Teknik Pemeriksaan Payudara oleh Dokter

Breast Self Examination (BSE)

Dilakukan dalam 2 posisi yaitu posisi berbaring dan berdiri.

1. Posisi berbaring
 Penderita berbaring dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan, dan letakkan
tangan kanan di belakang kepala.
 Dengan menggunakan bantalan ketiga jari tengah kiri untuk merasakan apakah ada
benjolan pada payudara kanan.
 Tekan daerah payudara dengan arah naik turun atau melingkar
 Ulangi untuk payudara sebelahnya.
2. Posisi berdiri
 Ulangi pemeriksaan di atas dengan posisi berdiri.
 Untuk lebih amannya, periksa payudara anda dengan berdiri di depan kaca dan
perhatikan apakah adanya perubahan pada bentuk, warna, pembengkakan
payudara, perubahan pada puting payudara.

Langkah-langkah Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)

Masa teraba saat palpasi

Usia Lesi yang biasa Karakteristik


dijumpai

15-25 Fibroadenoma Bulat, mobile, tidak


nyeri
25-50 Kista
Lunak hingga keras,
bulat, mobile,
Fibrocystic changes kadang nyeri

Kanker Noduler, ropelike

Irregular, stelate,
keras, batas tidak
> 50 Kanker (kecuali jika tegas
tidak dapat
dibuktikan) Irregular, stelate,
keras, batas tidak
Kehamilan/menyusui Lactating adenoma, tegas
kista, mastitis,
kanker Irregular, stelate,
keras, batas tidak
tegas
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 9th Edition. Mc Graw
Hill: United State of America.

Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition. Lippincott Williams &
Wilkin: Philadelphia

Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt : Springer

Mc.Ninn. 1994.Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group: UK

Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2. New
York: Springer-Verlag.

Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara (PPKP)

Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003

Swart, Rachel. 2016. Breast Cancer Screening. Accesed from


http://emedicine.medscape.com/article/1945498-overview#aw2aab6b2 [08 Januari 2018]

Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from


http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [08 Januari 2018]

Anda mungkin juga menyukai