Anda di halaman 1dari 10

TATALAKSANA LUKA BAKAR LISTRIK

Pendahuluan
Luka bakar merupakan suatu permasalahan yang kompleks yang memerlukan penanganan yang
menyeluruh. Tatalaksana luka bakar perlu dilakukan dalam berbagai aspek, antara lain yaitu stabilisasi
hemodinamik, patensi jalan napas, tatalaksana luka dan komplikasi. Tatalaksana luka bakar yang tepat akan
mengurangi angka mortalitas dan morbiditas. Selain itu, dengan tatalakana yang tepat komplikasi pada luka
akan dapat berkurang sehingga kualitas hidup dari pasien luka bakar akan bertambah.

Pertolongan Pertama Pada luka Bakar


Pertolongan pertama pada luka bakar seringkali dilakukan di tempat kejadian terjadinya insiden luka
bakar. Sehingga pertolongan pertama seringkali dilakukan oleh non profesional, yaitu orang yang berada di
tempat kejadian atau orang yang terdekat dengan korban. Pertolongan pertama ini merupakan hal yang
penting dilakukan karena lama dan besarnya paparan terhadap sumber luka bakar ditentukan oleh
pertolongan pertama.
Prinsip pertolongan pertama pada luka bakar antara lain adalah

1. Luka bakar thermal


Pada luka bakar thermal tatalaksana awal adalah :
a. Jauhkan korban dari sumber panas dan pindahkan ke tempat aman. Korban harus dicegah untuk
berlari yang akan membuar api pada tubuh korban semakin membesar karena proses pembakaran
yang semakin cepat. Mita korban untuk berbaring dengan posisi yang terbakar berada diatas. Hal ini
dapat mencegah api mengenai wajah, kepala dan kulit kepala.
b. Jangan berguling di lantai. Hal ini dapat menyebabkan api menyebar ke tempat lain.
c. Pada pasien tidak sadar sering ditemukan adanya trauma inhalasi. Pindahkan korban dan taruh
dalam posisi supine.
d. Api harus disiram dengan air. Pasien yang tubunya terbakar dapat disiram dengan air, namun aliran
air tidak boleh langsung mengenai muka karena dapat meambah nyeri dan menyebabkan kerusakan
pada mata.
e. Pakaian korban harus dilepaskan dan tetapkan pertahankan suhu korban agar tetap hangat. Korban
dapat diberikan selimut untuk mencegah terjadinya hipotermi. Selain pakaian korban seluruh
aksesoris yang ada pada tubuh korban pula harus dibuka seperti cincin, anting, gelang, sabuk karena
hal tersebut dapat menjadi konduktor panas.
f. Lakukan assessment terhadap Airway, Breathing, dan Circulation. Lakukan resusitasi jantung paru
saat dibutuhkan.
g. Pencegahan kontaminasi. Pencegahan kontaminasi dilakukan dengan membungkus bagian yag
terkena luka bakar dengan pakaian/kain yang bersih atau bila ada dengan plastik PVC yang steril.
Untuk ektremitas dapat dapat dengan sarung guling atau sarung bantal. Jangan berikan salep atau
pegobatan secara lokal, karena hal ini dapat mengganggu penilaian pada luka bakar di rumah sakit
atau di pelayanan kesehatan.
h. Meminta pertolongan pada pelayanan kesehatan terdekat dan melakukan transfer korban dengan
cara yang aman.1

2. Luka Bakar Kimia


Beberapa panduan dalam melakukan pertolongan terhadap luka bakar kimia adalah
a. Penolong harus menggunakan sarung tangan, masker dan pelindung mata untuk menghindari kontak
dengan zat kimia.
b. Pakaian, perhiasan, jam, sepatu dan seuruh aksesoris lainnya harus segera dilepaskan agar irigrasi
dapat efektif.
c. Lakukan irigrasi dengan menggunakan air mengalir untuk mengurangi paparan sumber zat kimia.
Irigrasi harus terus dilakukan selama 2 jam dalam kasus acid burn dan dalam 12 jam dalam kasus
alkali burn.
d. Irigrasi dengan air merupakan kontraindikasi pada kondisi sumber penyebabnya adalah logam berat
seperti sodium, potasium dan kalsium. Reaksi logam berat dengan air dapat menimbulkan panas
sehigga dapat terjadi luka bakar thermal.

Pertolongan pertama luka bakar pada mata/kornea.


a. Segera lakukan irigrasi pada mata. Kelopak mata harus dipisahkan agar irigrasidapat efektif ke
seluruh bagian mata.
b. Jangan gunakan aliran air dengan tekanan tinggi karena dapat memperparah kerusakan.
c. Miringkan kepala korban ke arah mata yang terkena untuk mencegah zat kimia masuk kedalam
kanalikuli dan duktus nasolakrimal pada saat irigrasi.
d. Lakukan rujukan pada opthamologist untuk tatalaksana selanjutnya.

3. Luka Bakar Listrik


Panduan dalam tatalaksana luka bakar listrik antara lain adalah :
a) Matikan sumber listrik. Setelah itu pindahkan korban dengan materi non konduktor seperti batang
kayu.
b) Periksa Respone, Airway, Breathing, dan Circulation.
c) Segera panggil bantuan/pertolongan.
d) Periksa adanya injuri pada tempat lain terutama pada pasien yang terjatuh dari ketinggian.
4. Trauma Inhalasi
Trauma inhalasi dapat terjadi karena pasien mengirup asap dan produk pembakaran lainnya. Setiap
pasien yang terjebak dalam ruangan tertutup penuh dengan asap haru dicurigai terkena traum ainhalasi.
Dalam pemeriksaan fisk tanda-tanda yang dapat mengarahkan kearah trauma inhalasi adalah luka bakar
pada kepala dan leher, buu hidung yag terbakar, agitasi, suara serak, stidor/whezzing, dyspnea, batuk
penglihatan terganggu, muntah, tachypnea dan tachycardia.
Pertolongan pertama pada pasien dengan luka bakar antara lain adalah :
(a) Mengelurkan korban dari api/ruangan berasap kemudian menilai Respon, Airway, Breathing dan
Circulation.
(b) Memanggil bantuan
(c) Korban diberikan oxygen 100% scepat mungkin.
(d) Melakukan transfer cepat ke ICU atau Unit luka bukar karena perlu dilakukan resusitasi cairan,
intubasi dan pemasangan ventilator.

Algoritma Tatalakasana Luka Bakar


Tatalaksana awal pada fasilitas kesehatan dapat dilihat pada Gambar 1. (2) Indikasi merujuk pasien
dengan luka ke Rumah Sakit atau perawatan Unit Luka Bakar antara lain ialah :
– Luka bakar derajat III
– Luka bakar dengan luas >15% pada dewasa
– Luka bakar dengan luas >10 % pada anak
– Luka bakar pada wajah, tangan, daerah lipatan, dan genital
– Luka bakar listrik dan kimia
– Circumferential burn
– Trauma inhalasi 2,3
Resusitasi cairan
Resusitasi cairan merupakan hal yang penting dalam tatalaksana luka bakar. Pada pasien luka bakar
akan terjadi ektravasai cairan pada area luka bakar dan dikeluarkan berbagai mediator inflamasi yang akan
meyebakan terjadinya vasodilasi. Hal tersebut akan menyebabkan terjadi kondisi shock hipovolemi. Pasien
dewasa dengan luka bakar 15-20% atau lebih akan mengalami shock hipovolemi. 3
Cairan kristaloid merupakan cairan yang paling tepat untuk melakukan resusitasi. Larutan Lactat
Ringer merupakan larutan yang telah secara umum digunakan dalam resusitasi cairan pada kasus luka bakar.
(4) Penghitungan luas luka bakar merupakan hal esential karena akan menentukan volume resusitasi cairan.
Charles Bakter, MD merekomendasikan Formula Parkland untk menghitung kebutuhan cairan dalam 24 jam
pertama. Berbagai modifikasi dari formula ini telah diajukan, namun formula parkland ini merupakan
formula yang paling mudah diaplikasikan pada pasien.

Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Luka Bakar pada Pelayanan Primer


Kebutuhan cairan dalam 24 jam = 4 ml x BB x TBSA
BB = Berat Badan
TBSA = Total Body Surface Area (Luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar)

Algoritma Tatalaksana Resusitasi Cairan


Establish and maintain adequate circulation

Burns >20% TBS require initial fluid resuscitation

Use at least one large bore intravenous catheter. Begin Ringer’s Lactate. Estimate
initial rate according to the estimated percent of total body skin surface burned
(%TBS). Estimated body weight (4cc/kg/%TBS burn in 24 hours giving half of the
estimate in 1-8 hours.)
- Foley catheter
- Nasogastric tube

Maintain:
Blood Pressure>90 systolic
Urine output 0.5-1.0ml/kg/hr
Pulse <130
Temperature >37°C

Modify protocol in the presence of massive burns, inhalation injury, shock, and in
elderly patients:
- Fluid requirements are greater to prevent burn shock
- Include colloid: either Hespan or Albumin in the patients from the beginning

Transfer to Burn Center if a Major Burn is Present or a Moderate Burn depending on
Local Resources
Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Resusitasi Cairan pada Pasien dengan luka bakar

Total kebutuhan cairan ini kemudian terbagi lagi menjadi 50% dalam 8 jam awal dan 50% dalam 16
jam selanjutnya. Pemberian cairan ini harus tetap memperhatikan kondisi dari pasien. Karena kondisi
hipervolume juga akan memperparah kondisi metabolisme dari pasien. Oleh karena itu harus tetap
dilakukan pemasangan cathether untuk dapat mengetahui urin output dari psien. Target urine output pada
dewasa adalah 0,5 cc/kgBB/jam sedangkan pada pasien dengan berat kurang dari 30 kg adalah 0,5-1
cc/kgBB/jam.
Penatalaksanaan hemodinamik dapat dilihat dalam algoritma pada gambar 2.

Tatalaksana Trauma Inhalasi


Trauma inhalasi pada saluran napas dan paru-paru berasal dari zat kimia yang dihasilkan dari sisa
pembakaran dan asap. Kerusakan langsung pada laring karena termal injury jarang terjadi. Trauma inhalasi
akan menyebabkan adanya edema laring. Tanda dari edema laring antara lain adalah suara serak, batuk
kasar dan stridor. Apabila tanda tersebut telah muncul maka hal tersebut merupakan indikasi dilakukannya
intubasi.
Treatment terbaik yang dapat dilakukan untuk mengobati keracunan karbon monoksida adalah
dengan memberikan ventilasi dengan 100 persen oksigen, karena dapat mengurangi half life karbon
monoksida dari 4,5 jam menjadi 50 menit.

Algoritma Tatalaksana Trauma Inhalasi

Stridor Retraction or Respiratory Distress present or Deep Burns: Face, Neck

If Present If Absent

*Provide 100% Oxygen


*Look for Signs of Airway Injury
- Oropharyngeal erythema
*Intubate now!
- Hoarseness
*Use adequate size tube
- Pulmonary status
*Humidified oxygen
* Can perform laryngoscopy
*Elevate Head
* If edema present, intubate now
*Transport to Burn Center
* Transfer to Burn Center if history or
findings are positive for smoke
inhalation injury

Gambar 3. Algoritma Tatalaksana Trauma Inhalasi


Tatalaksana Luka
Mikrorganisme dapat tumbuh secara cepat pada luka, terutama pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah. Sehingga penggunaan antimikroba topical memiliki peran yang penting. Antibiotik
topikal yang sering digunakan dalam tatalaksana luka bakar antara lain ialah :
1. Mefenide Acetat cream 1 %
2. Silver Sulfadiazine 1%
3. Larutan Silver nitrate 0,5%
Obat topikal yang paling sering digunakan ialah laruan Silver Sulfadiazine 1% karena toksisitas yang
rendah dan penggunaan yang mudah.

Tabel 1. Tatalaksana Luka berdasarkan Derajat Luka Bakar

Perawatan Luka Bakar Superfisial


Luka bakar yang superfisial dapat ditangani dengan perawatan luka lokal dan dressing sampai terjadi
epitelialisasi. Untuk mempercepat epithelialisasi dapat pula diberikan skin allograft atau xenograft. Target
dari perawatan luka bakar ini adalah agar seluruh fungsi dapat berjalan kembali.

Perawatan Operatif Luka Bakar Dalam


Operasi dilakukan pada luka bakar yang ektensif dan dalam. Perawatan operatif ini dapat segera
dilakukan setelah resusitasi cairan dilakukan. Perawatan operatif dapat meliputi eksisi escar dan skin
grafting. Luka dapat ditutupi dengan split-thickness-skin graft. Angka mortalitas dalam operasi endah
apabila luas luka bakar kurang dari 25 persen TBSA. Tindakan ini dapat mengurangi risiko terjadinya skar
hipertropic dan fungsi sendi akan kembali membaik dibandingkan dengan perawatan konservatif.
Tindakan operatif dalam luka bakar dapat berupa tindakan debridement maupun tidakan
eschartomy atau bahkan fasciotomi. Indikasi dilakukannya tindakan operatif antara lain adalah :
1. Luka bakar derajat II yang luas
2. Luka bakar terkontaminasi
3. Luka sirkumfential derajat III dengan gejala compartement sindrom
4. Luka bakar sirkuferential pada pada pergelangan tangan.
Keuntungan dilakukan tindakan debridement antara lain adalah :
1. Mengurani jaringan nekrotik
2. Mendapatkan sampel jaringan

Tatalaksana Luka Bakar Ekstensif


Luka bakar yang ekstensif tidak dapat ditangani dalam satu kali prosedur. Eksisi dapat dilakukan
dalam beberapa tahap dengan interval kurang lebih satu minggu saat donor autologs tersedia. Dapat pula
dilakukan tindakan eksisi seluruhnya saat beberapa hari awal dan penutupan luka dilakukan dengan
pengganti kulit sementara sampai donor autologs siap dipanen dan di graft. Pengganti kulit sementara
dapat diperoleh dari

Gambar 4. Gambaran Eschartomy Line

allogeineic skin yang berasal dari cadaver. Penutup luka lainnya adalah dengan Integra 47 yang dapat
mendorong neovaskularisasi. Beberapa penutup kulit yang tersedia antara lain adalah
1. Biobrane merupakan biosintetik wound dressing yang berasal dari silicon yang dilapisis nilon.
2. Suprathel merupakan pengganti kulit yang berasal dari polylactictide digunakan untuk tatalaksana
luka bakar superfisial.
3. Alloderm ditaruh dibawah skin graft, yang akan memeproses pembentukan dermis dibawah graft.
4. Matriderm berisi matriks yang mengandung kolagen dan elastin, akan mendorong pembentukan
neo-dermis.

Gambar 5.a. Memanen kulit dari donor dengan dermatom b. Skin mesh dalam berbagi ukuran c. Donor
setelah kulit dipanen d. Kulit penerima setelah graft dilakukan (3 minggu kemudian)

Gambar 6. Alat yang digunakan untuk melakukan debridement dan skin graft.
DAFTAR PUSTAKA

1. Shrivastava,Praphat;dkk. Prehospital care in Burn Injury. Dapat di unduh di :


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038405/.
2. Alsbjorn,Bjarne,dkk. Guidelines for the management of partial-thickness burns in a general hospital
or community setting—Recommendations of a European working party. Burn Volume 33, Issue 2,
Pages 155-160,March 2007.

3. Alharbi,Zihad;dkk. Treatment of Burn Injury in first 24 hour. World Journal of Emergency Surgery
2012,71:13
4. Monafo,William. Initial Managemet of Burn. Massachusetts Medical Society. St.Louis:1996

Anda mungkin juga menyukai