Disusun oleh :
Rizki Fitrianto,S.Ked
1102012251
Pembimbing :
dr. H. Suriyaman, Sp.OG
Anamnesis
I. Identifikasi
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pekerjaan suami : Wiraswasta
II. Keluhan
Utama : Hamil 10 minggu dengan perdarahan sejak dua minggu
sebelum masuk rumah sakit
Tambahan : Perut mules dan nyeri tekan, keluar flek – flek.
1
Siklus haid : 28 hari
Jumlah : 3 kali ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
HPHT : 10 Mei 2017
V. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama dan sudah berlangsung ± 7 tahun
Pemeriksaan Fisik
2
I. Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Apatis
Tekanan darah : 90/60 mmhg
Nadi : 70x/m
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36,2ºC
III.Status Ginekologis
a. Pemeriksaan luar
Rambut pubis (+), vulva tidak ada kelainan, perineum normal, introitus vaginam
normal, orifisium uretra normal, KGB inguinal tidak ada pembesaran, TFU sulit
dinilai, tanda cairan bebas (+), nyeri tekan (+) seluruh abdomen.
b. Pemeriksaan Dalam
In spekulo :
Dinding vagina licin, portio livide, OUE tertutup, cavum Douglas menonjol,
fluxus (+), perdarahan tidak aktif.
3
Vaginal toucher :
Portio lunak, nyeri goyang portio (+), cavum Douglas menonjol, nyeri tekan
(+), Uterus sulit dinilai, tegang dan terasa nyeri. Parametrium tegang.
Rectal toucher :
Tonus sfingter ani normal, mukosa & parametrial normal, massa tumor (-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal :
- Hb : 12,2 gr%
- Ht : 34 %
- Leukosit : 34.000/mm3
- Trombosit : 240.000/mm3
Diagnosis awal
G2P1A0 hamil ± 10 minggu dengan KET
Diagnosis banding
Abortus imminens
Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Terapi
1. Perbaiki keadaan umum
IVFD RL 20
Injeksi Antibiotik/8 jam IV
4
LAPORAN OPERASI
5
Salpingektomi dekstra, kistektomi
Instruksi Post Op
1. Observasi tanda-tanda vital ibu : TD, Nadi, RR, suhu 6. Diet : Jika bising usus (+)
Setiap 15 menit sampai dengan 1 jam post operasi 6 jam : boleh air hangat
Setiap 30 menit sampai dengan 4 jam post operasi sedikit-sedikit
Setiap 1jam sampai dengan 24 jam post operasi 12 jam : boleh bubur saring
2. IVFD NaCl : RL = 1 : 2 gtt xx/mnt 24 jam : boleh nasi biasa
7. Obat-obatan :
3. Kateter menetap, catat output/input - Mobilisasi, jika keadaan
umum baik :
- 6 jam : boleh miring kanan-kiri -
- 12 jam : boleh duduk -
- 24 jam : boleh berdiri dan jalan
8. jika ada keluhan lapor dokter
Jaga
6
FOLLOW UP
Tanggal 05 Agustus 2017 06 Agustus 2017
Keluhan : Nyeri pada jahitan Nyeri pada jahitan
Keadaan Umum Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Vital Sign
TD 124/65 mmHg 100/70 mmHg
Nadi 65 x/menit 84 x/menit
Respirasi 20 x/menit 20 x/menit
Suhu 36,4ºC 36,7ºC
Pem. fisik
Konjungtiva
BAK (+) (+)
Bising usus (+) (+)
Flatus (+) (+)
Diagnosis
Therapi
IVFD RL Cefadroxil 2 x 500 mg
Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam IV Asam mefenamat 3 x 500 mg
Inj Ketorolac /8 jam IV Hemafort 1 x 1
Supp. Pronalges / 12 jam
Lab:
7
Hb
Rencana Os acc pulang hari ini dengan
catatan os kontrol seminggu lagi
Kasus
I. Identitas
Seorang ibu 25 tahun, G2P1A0, hamil ± 10 minggu dengan nyeri perut hebat. Pasien
juga mengeluh sakit pada perut kanan bagian bawah dan menyebar ke seluruh perut.
Pasien mengaku sudah terlambat haid sejak tiga bulan yang lalu. Pasien mengatakan
mengalami pendarahan pervaginam sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasa badan
terasa lemah.
8
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan sudah bisa mengarahkan kepada terjadinya KET.
Pada anamnesa ditemukan adanya tanda-tanda khas dari KET yaitu ; amenorhoe,
nyeri akut abdomen . Selain itu pasien juga mengeluh adanya badan terasa lemas.
Namun ada beberapa yang seharusnya ditanyakan :
Adakah riwayat infeksi alat kelamin
Adakah riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Adakah riwayat ligasi tuba/tubektomi pada ibu
Adakah riwayat pemakaian obat penyubur rahim
Adakah riwayat merokok
Adakah riwayat KB
9
ulang karena sebelumnya (1 minggu yang lalu) pasien sudah pernah melakukan
USG, dan berdasarkan USG tersebut ditemukan adanya gambaran kehamilan
ektopik. Hal ini mengingat bahwa USG hanya bisa memastikan jika ditemukan
kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin, dan
USG tidak mempunyai keakuratan 100 %. Selain itu keadaan yang ada tidak
memungkinkan untuk dilakukan USG.
Pada intraoperatif ditemukan abortus tuba
IV. Kesimpulan
Penanganan kasus KET bersifat emergency karena adanya kondisi akut
abdomen dan keadaan alin yang bisa mengancam nyawa. Tetapi sebelumnya harus
ditegakkan dengan diagnosanya. Tindakan yang diambil juga harus dipertimbangkan
dengan baik dan mengambil kerugian yang sekecil-kecilnya bagi penderita. Kesalahan
10
diagnosis pada pasien ini dan tindakan yang akan dilakukan dapat berakibat fatal baik
bagi pasien maupun bagi janin yang dikandungnya.
KEHAMILAN EKTOPIK
Pendahuluan
Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang telah dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. 1
11
Ektopik berasal dari kata ektopos (yunani), yang berarti out of place (tidak
pada tempatnya), dan ini berkaitan dengan implantasi ovum yang telah dibuahi diluar
cavum uterus termasuk tuba Falopii, serviks, ovarium, bagian cornu uterus dan rongga
abdomen. Implantasi gestasi yang abnormal ini tumbuh dan mendapat peredaran
darah dari tempat implantasi tersebut. Semakin berkembangnya hasil konsepsi
tersebut, hal ini sangat memungkinkan terjadinya rupture karena hanya cavum uterus
yang dapat mengikuti dan berakomodasi terhadap perkembangan fetal. Kehamilan
ektopik dapat menyebabkan perdarahan massif, infertilitas atau kematian.3
Frekuensi
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Di RSCM
pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik diantara 4.007 persalinan, atau 1
diantara 26 persalinan. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaprkan berkisar antara 0 - 14,6 %.2
Lokasi
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :1
a. Tuba Falopii
Pars interstitialis
Isthmus
Ampulla
Infundibulum
Fimbriae
b. Uterus
Kanalis servikalis
Divertikulum
Kornu
Tanduk rudimenter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal
Primer
Sekunder
12
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Frekuensi kehamilan ektopik meningkat 6 kali lipat sejak tahun 1970 dan
sekarang sekitar 2% dari semua kehamilan. 3
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur 25-35
tahun. Frekuensi kehamilan ektopik 1:300 kehamilan, tetapi mungkin angka ini
terlampau rendah. 1
Kematian rata-rata 1 per 2000 ektopik di Amerika. Sekitar 40-50 wanita
meninggal tiap tahunnya karena kehamilan ektopik. 2
13
Gambar 2. Kehamilan tuba
Etiologi2
Factor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
b. Pada hipoplasia uteri tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
4. Faktor lain
14
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya, dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi premature.
b. Fertilisasi invitro
Wanita dengan PID 6-10 kali lebih beresiko daripada yang tidak ada riwayat
PID. Dari sebuah studi dari 745 wanita dengan sekali atau lebih terkena PID 16 %
menjadi infertile karena oklusi tuba. Dan 6,4% mengalami kehamilan ektopik.
Penyebab infeksi yang paling sering disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Pasien dengan infeksi Chlamydia menimbulkan gejala klinis yang beragam, dari
asimptomatik servicitis sampai salphingitis. Lebih dari 50% wanita yang terinfeksi
tidak merasakan paparan tersebut. Organisme lain yang menyebabkan PID seperti
Neisseria gonorrhoeae. Riwayat Salphingitis meningkatkan resiko kehamilan ektopik
4 kali lipat.
2. Kontrasepsi Progestin
15
Setelah mengalami kehamilan ektopik, dapat terjadi kehamilan ektopik
berikutnya 7-13 kali lipat. Pasien setelah kehamilan ektopik memiliki kesempatan 50-
80% untuk kehamilan intra uterine berikutnya, dan 10-25% dapat terjadi kehamilan
tuba.
6. Usia
7. Merokok
Patologi1
16
Mukosa pada tuba bukan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista
yang berimplantasi didalamnya. Vaskularisasi kurang baik dan desidua tidak tumbuh
sempurna. Sehingga ada 3 kemungkinan :
1. Ovum mati dan diresorbsi, sering adanya kehamilan tidak diketahui
2. Trofoblas dan villus korialis menembus lapisan pseudokapsularis, sehingga
timbul perdarahan dalam lumen tuba. Dapat menyebabkan hematosalping dan
dapat juga mengalir ke rongga peritoneum dan berkumpul di kavum Douglasi,
membentuk hematokel retrouterina. Biasanya pada kehamilan di ampulla,
sering terjadi abortus tuba.
Gambaran Klinik1
17
Gambar 3. Ruptur tuba
Pada rupture tuba, peristiwa terjadi mendadak dan keadaan penderita umumnya lebih
gawat. Adanya anemia jelas, kadang penderita dalam keadaan syok. Kadang
ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut. Uterus tidak dapat diraba dengan
jelas karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi darah.
Gejala7
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dini dari kehamilan ektopik sangat penting. Untuk diagnosis dini ini
terdapat berbagai macam protocol yang berbeda bagi para ginekologist. Secara umum,
protocol dari diagnosis dini adalah kecurigaan/suspicion. Pada wanita tanpa faktor
resiko dapat terjadi kehamilan ektopik 1-2%. Dan jika ada beberapa faktor resiko,
meningkat menjadi 25%.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis kehamilan ektopik adalah :
Test kehamilan positif
Test kadar HCG dalam darah merupakan diagnosis yang paling awal dari
adanya kehamilan. Test ini memiliki sensitivitas 1-5 mIU/ml yang dapat mendeteksi
adanya kehamilan sekitar 7-8 hari setelah fertilisasi. Kadar HCG seharusnya
18
meningkat minimal 66% dalam 48 jam, dan kadarnya 2 kali lipat dalam 72 jam
selama kehamilan 6 minggu pertama.
Kadar HCG yang menetap / plateu dengan waktu paruh ≥ 7 hari atau menjadi 2 kali
lipat ≥ 7 hari memiliki nilai prediktif yang tinggi untuk kehamilan ektopik.
Kadar Progesteron2,6,7
Dilakukan dengan menusukan jarum dengan lumen yang agak besar dikavum
Douglasi digaris tengah dibelakang serviks. Adanya darah yang didapat berwarna
merah tua / hitam, menunjukan adanya darah di kavum Douglasi.
19
Gambar 4. Culdocentesis is a procedure which checks for abnormal fluid in the space that is just behind
the vagina, the posterior cul-de-sac. This procedure is done when pain occurs in the lower abdomen
and pelvic regions, and other tests suggest that fluid may be present in the cul-de-sac. The test may also
be done when a ruptured ectopic pregnancy or ovarian cyst is suspected.
Laparoskopi
Laparoskopi dapat
dilakukan pada pasien dengan
hemodinamik stabil. Laparoskopi
merupakan kriteria standar untuk
diagnosis. Tetapi, laparoskopi
dapat terjadi kesalahan sampai
4% pada kehamilan ektopik dini.
Gambar 6.
20
USG2
Diagnosis Differensial1
Infeksi pelvis
Abortus imminens atau incomplete
Tumor ovarium
21
Penanganan
Operasi
Gambar 7
Cara dilakukan prosedur operasi secara parsial tergantung dari lokasi kehamilan
ektopik tersebut :3
1. Bagian ampulla adalah bagian tersering terjadinya kehamilan
ektopik (80-90%). Lapisan muskularis tuba bagian ampulla relative tebal. Sering
kehamilan ini tumbuh pada lapisan muskularis (tidak didalam lumen tuba)
sehingga tuba jarang terjadi rupture. Pada kasus ini dapat dilakukan pembukaan
22
tuba Falopii bagian serosa (pada daerah dengan sedikit pembuluh darah) dan
mengeluarkan hasil konsepsi.
2. Bagian isthmus merupakan yang kedua tersering (5-15%). Pada
bagian ini, lapisan muskularis sangat tipis. Sering hasil konsepsi berkembang
didalam lumen tuba. Pada kasus ini penanganan yang terbaik dengan reseksi
segmental (removal) bagian tuba yang terkait.
3. Bagian fimbrial (infundibular) dari tuba Falopii adalah bagian
tersering ketiga (sekitar 5%). Banyak terjadi abortus tuba dimana hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba kedalam abdomen. Pada beberapa kasus, penanganan
hanya dengan pengambilan hasil konsepsi pada ujung tuba. Kejadian yang
sering adalah hasil konsepsi terletak diantara lapisan muskularis, diluar lumen
tuba sehingga laisan serosa luar bisa dibuka dan hasil konsepsi diambil tanpa
merusak lumen tuba.
4. Bagian cornu (interstitial) dari tuba Falopii merupakan tempat
yang jarang terjadi kehamilan ektopik (sekitar 1-2%). Pada kasus ini, hasil
konsepsi berkembang didalam lapisan muskularis uterus tempat tuba masuk
kedalam kavum uteri. Peredaran darah yang banyak pada daerah ini
menyebabkan hasil konsepsi berkembang cukup besar untuk ukuran kehamilan
ektopik. Sehingga akan sulit untuk mengangkat hasil konsepsi. Dibutuhkan
tindakan Sub total Abdominal Hysterektomi atau pun total.
5. Kehamilan pada abdomen terjadi karena implantasi dari hasil
konsepsi pada daerah dengan vaskularisasi yang baik pada rongga abdomen.
Yang sering, aliran darah berasal dari pembuluh darah mesenterium usus.
Banyaknya aliran darah menyebabkan kehamilan ektopik tersebut dapat
berkembang. Morbiditas dan mortalitas ibu sangat tinggi (20 kali daripada
kehamilan tuba).
6. Kehamilan pada ovarium sangatlah jarang (kurang dari 1%)
dan sangat sedikit vaskularisasi. Reseksi parsial dari ovarium tersebut bisa
dilakukan., tapi jika perdarahan tidak dapat dikontrol, sebaiknya dilakukan
oophorectomy.
7. Kehamilan servikal juga sangat jarang (kurang dari 1%) dan
kadang sulit untuk dibedakan dengan abortus incomplete karena keduanya bisa
berlokasi diserviks. Dapat timbul perdarahan yang banyak, kadang dibutuhkan
tindakan histerektomi. Kehamilan ektopik ini sangat berbahaya.
23
Tindakan operasi yang dilakukan tergantung dari adanya riwayat penyakit
pada tuba (PID), infertilitas, kehamilan ektopik sebelumnya dan keinginan dari
pasangan. Kadang juga ada pertimbangan lain seperti jika adanya kerusakan yang
signifikan dari lumen tuba atau kondisi ibu yang telah kehilangan banyak darah maka
salphingectomy dapat dilakukan. Juga pada wanita dengan cukup anak atau riwayat
kehamilan ektopik pada tuba yang sama.
Gambar 8.
After laparoscopic
resection of the tube, the
tubal stump is seen at S
24
5. Informed consent
6. Pasien bisa untuk dipantau
Hasil yang baik dengan sedikit efek samping didapat pada single dose IM 50
mg/m2. Sekitar 70-95% kasus berhasil dengan pengobatan methotrexate. 2 Ibu dengan
kehamilan ektopik dini tanpa rupture dapat diterapi dengan methotrexate. Ibu harus
dimonitor dirumah sakit dengan tes darah dan kadar hormone untuk memastikan
bahwa kehamilannya telah berakhir.
Efek samping dari methotrexate seperti gagal ginjal, gangguan hematopoeisis, dan
kerusakan saraf.4
Komplikasi
Prognosis
Sekitar 85% wanita dengan kehamilan ektopik bisa mendapatkan kehamilan normal.
Kehamilan ektopik berulang terjadi pada 10-20% kasus. Beberapa wanita tidak bisa
hamil lagi, sedangkan ada yang bisa hamil dan terjadi abortus spontan pada trimester
pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG & Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr,
DSOG; Ilmu Kandungan, YBP-SP, Edisi ke dua, cetakan ke tiga, FKUI,
Jakarta; 1999, Hal 250-260
2. Anonim. 2003. Kehamilan Ektopik. Diakses tanggal ,
http://www.advancedfertility.com
25
3. Anonim. 2004. Kehamilan Ektopik Terganggu. Diakses tanggal ,
http://www.emedicine.com
4. Anonim.2005. Penyakit Kehamilan Ektopik. Daiakses tanggal ,
www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/2012.html
5. Anonim. 2006. Kehamilan Ektopik. Diakses tanggal ,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000895.htm
6. Anonim. 2003. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Kehamilan Etopik.
Diakses tanggal , www.obgyn.net/pb/cotm/9902/9902.htm
7. Anonim. 2009. Apa itu Kehamilan Ektopik Terganggu. Diakses tanggal.
http://www.urac.org
8. Anonim. 2006. Kehamilan Ektopik. Diakses tanggal ,
http://www.usdoctor.com
9. Supono, dr. 1982. Ilmu Kebidanan. Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Facultas Kedokteran Unsri: Palembang.
26