Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS KEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXII


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Lifani Ogi Restu Pangastuti


NIM : J230195109
Tempat Praktik : PONEK RS Dr. Moewardi Surakarta
Tanggal Pengkajian : Senin, 13 Januari 2020

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. S
Tanggal lahir : 26 September 1983
Usia : 37 tahun
Alamat : Boyolali
Diagnosa Medis : Eklamsia, Post SC hari ke-3
G4 P4 A0

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien Ny. S dirawat di RSUD dr. Moewardi Surakarta sejak Jum’at, 10 Januari
2020 sampai pada hari ini Senin, 13 Januari 2020, dan mendapatkan perawatan di
PONEK II. Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan telah melakukan
operasi sesar pada tanggal 10 Januari 2020 jam 14.30 dan lahir seorang bayi
perempuan dengan berat badan lahir 1600 gram dan panjang badan 42 cm. Pasien
mengatakan ini adalah kehamilan yang ke 4 anak ke 3 dan pasien tidak pernah
mengalami keguguran. Kemudian pada saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan nyeri pada bagian luka bekas luka operasi diperutnya, pasien juga
mengatakan masih takut untuk melakukan aktifitas yang berat. Pasien juga
mengatakan terdapat darah yang keluar dari vagina, sekali ganti pembalut biasanya
tidak penuh hanya setengah dari pembalut dalam 1 hari biasanya pasien ganti
pembalut sebanyak 2 sampai 3 x. Pasien mengatakan ASI belum keluar banyak,
keluar hanya sedikit – sedikit.

III. KELUHAN :
Pasien mengatakan setiap melakukan pemeriksaan ke rumah sakit atau ke bidan
tekanan darah pada saat hamil selalu tinggi.

IV. TANDA GEJALA :


Pasien mengatakan sering tiba – tiba mengalami pusing dan nyeri kepala.

V. RIWAYAT KEHAMILAN SEBELUMNYA


RIWAYAT PERSALINAN
1. Anak pertama perempuan persalinan normal spontan ditolong oleh bidan,
dengan berat badan lahir 1800 gram, meninggal usia 40 hari setelah dilahirkan.
2. Anak ke dua laki – laki persalinan normal spontan ditolong oleh bidan, dengan
berat badan lahir 3300 gram, usia sekarang 13 tahun.
3. Anak ke tiga laki – laki persalinan normal spontan ditolong oleh bidan, dengan
berat badan lahir 3300 gram, usia sekarang 10 tahun.
4. Anak ke empat (sekarang) perempuan persalinan dengan operasi sesar di RSUD
dr. Moewardi karena pre-eklamsia ditolong oleh dokter dan bidan, lahir tanggal
10 Januari 2020 jam 14.30 WIB.

VI. HASIL PEMERIKSAAN FISIK :


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Metis
3. BB/TB sebelum hamil : 50 kg / 150 cm
4. BB/TB saat hamil : 68 kg / 150 cm
5. Tanda vital saat ini :
Tekanan Darah : 130 / 70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respiration Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,4 oC
6. Kepala leher :
a. Kepala :
Kepala simetris, tidak terdapat benjolan/ masa, tidak terdapat nyeri tekan,
kulit kepala bersih, tidak terdapat luka, rambut berwarna hitam, distribusi
merata, kuat dan tidak mudah rontok.
b. Mata :
Bentuk mata simestris, tidak terdapat benjolan/ masa, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat lesi, konjungtiva normal, sklera putih, pupil isokor
3mm/ 3mm, reflek terhadap cahaya baik.
c. Hidung :
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat benjolan/ masa, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak terdapat lesi, hidung bersih.
d. Mulut :
Mulut bersih, mukosa bibir lembab, bibir berwarna kemerahan, tidak
terdapat luka, tidak terdapat nyeri.
e. Telinga :
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan, telinga bersih, tidak
terdapat cairan berlebih.
f. Leher :
Bentuk leher lurus, tidak terdapat pembengkakan kelenjar tyroid, tidak
terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat masa atau benjolan.
7. Jantung :
a. Inspeksi :
Ictus cordos tidak tampak.
b. Palpasi :
Ictus cordis teraba di ICS 5 mid klavikula.
c. Perkusi :
Suara redup.
d. Auskultasi :
Bunyi jantung normal S1 dan S2 (lup dup), tidak ada bunyi tambahan.
8. Paru :
a. Inspeksi :
Pengembangan dada simetris.
b. Palpasi :
Tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan.
c. Perkusi :
Suara redup.
d. Auskultasi :
Pola nafas normal, tidak terdapat suara nafas tambahan.
9. Payudara :
Bentuk payudara simetris, warna normal, areola terlihat hiperpigmentasi, tidak
terdapat masa atau benjolan pada kedua payudara, puting menonjol, tidak
terdapat nyeri, produksi asi + tetapi masih sedikit.
10. Kulit :
Turgor kulit kembali < 3 detik, kulit lembab, warna kulit sawo matang, tidak
terdapat kebiruan pada seluruh bagian tubuh.
11. Abdomen :
a. Inspeksi :
Terdapat luka jahitan horizontal ± 14 cm, perut datar.
b. Auskultasi :
Terdengar suara peristaltik usus 12x/menit.
c. Perkusi :
Suara redup pada kuadran kiri atas dan kiri bawah, suara timpani pada
kuadran kanan atas dan kanan bawah.
d. Palpasi :
Tinggu Fundus Uterus 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras.
12. Ekstremitas : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstermitas bawah,
kekuatan otot normal.
13. Genitalia :
Terdapat pengeluaran darah pervaginam (lochea rubra dengan warna merah
kehitaman), tidak terdapat nyeri pada vagina, bentuk vulva normal tidak
terdapat pembengkakan.

VII.PENGOBATAN :

No Obat Dosis Rute

1. Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam Oral

2. Vitamin C 50 mg/ 12 jam Oral

3. Nifedipine 10 mg/ 8 jam Oral

VIII. RENCANA TINDAKAN MEDIS :


Observasi luka post SC dan perawatan luka.

IX. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM :


Tanggal pemeriksaan: Jum’at, 10 Januari 2020
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

Hematologi Rutin

Hemoglobin 11.9 g/dl 12.0 – 15.6

Hematokrit 35 % 33 – 45

Leukosit 8.7 ribu/ul 4.5 – 11.0

Trombosit 266 ribu/ul 150 – 450


Eritrosit 3.92 juta/ul 4.10 – 5.10

Golongan Darah O

Hemostasis

PT 10.7 detik 10.0 – 15.0

APIT 33.1 detik 20.0 – 40.0

INR 0.780

Kimia Klinik

Glukosa darah sewaktu 100 Mg/dl 60 – 140

SGOT 24 u/l <31

SGPT 13 u/l <34

Albumin 3.7 g/dl 3.5 – 5.2

Creatinin 0.8 mg/dl 0.6 – 1.1

Ureum 28 mg/dl <50

LDH 546 u/l 140 – 300

Elektrolit

Natrium darah 135 Mmol/L 136 - 145

X. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Etiologi

1. DS: Nyeri Akut Agen Cedera Biologis


(insisi operasi SC)
 Pasien mengatakan nyeri
pada bagian area yang
dilakukan operasi
P: Nyeri bertambah jika
pasien bergerak
Q: Nyeri seperti disayat –
sayat benda tajam
R: Nyeri terasa pada
bagian perut bekas luka
operasi
S: Skala nyeri 2
T: Nyeri muncul ketika
pasien bergerak

DO:

 Pasien nampak meringis


ketika bergerak
 Terdapat jahitan bekas
luka di bagian perut

sepanjang ± 14 cm, luka

insisi horizontal
2. DS: Kurang pengetahuan Kurang informasi
 Pasien mengatakan ASI
keluarnya hanya sedikit
 Pasien mengatakan tidak
mengetahui cara agar
produksi ASI meningkat,
karena pada anak
sebelumnya ASI selalu
banyak
DS:
 Payudara pasien teraba
keras
 Puting menonjol keluar
 Pasien tidak mengetahui
management ASI yang
benar

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (insisi operasi SC).
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

XII.INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tujuan dan Kriteria hasil Rasional
Intervensi (NIC)
Dx (NOC)
1. Setelah dilakukan asuhan a. Lakukan pengkajian nyeri, a. Nyeri merupakan pengalaman
kerawatan selama 1 x 8 jam lokasi, lamanya nyeri, faktor subjektif dan harus dijelaskan
diharapkan nyeri dapat pencetus yang memperberat oleh pasien, maka melakukan
berkurang dengan kriteria nyeri, ukur skala nyeri. identifikasi karakter nyeri
hasil: yang dirasakan pasien sangat
a. Klien dapat mengurangi penting untuk menetapkan
rasa nyeri tanpa intervensi yang sesuai.
penggunaan analgesik.
b. Klien dapat melaporkan b. Pemberian posisi yang
perubahan gejala nyeri. b. Berikan posisi nyaman pada nyaman pada klien dapat
pasien (semi fowler). menyebabkan hilangnya
c. Klien tidak menunjukan ketegangan atau kekakuan
tanda non verbal terkait pada otot – otot punggung.
nyeri (tidak tampak
menyeringai). c. Meminimalisir pergerakan
c. Anjurkan pasien untuk dapat untuk menghindari
meminimalisir pegerakan adanya cedera tambahan.
yang akan menyebabkan
nyeri bertambah.
d. Tindakan ini memungkinkan
d. Ajarkan teknik relaksasi dan klien untuk dapat mengontrol
distraksi untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami.
nyeri.
e. Pemberian terapi farmakologi
dapat secara sistematik
e. Lakukan kolaborasi menghasilkan relaksasi
pemberian analgesik untuk umum yang dapat
meminimalkan nyeri. menurunkan nyeri.
2. Setelah dilakukan asuhan a. Lakukan pengkajian a. Pengkajian pengetahuan klien
kerawatan selama 1 x 8 jam pengetahuan klien dan perlu dilakukan untuk
diharapkan pengetahuan keluarga klien tentang mengetahui seberapa banyak
klien tentang manajement manajement ASI. yang klien pahami tentang
ASI dapat bertambah dengan b. Jelaskan tentang manajement manajement ASI.
kriteria hasil: ASI dengan tepat. b. Penjelasan yang diberikan
Klien mampu menjelaskan untuk meningkatkan
kembali tentang manajemen pengetahuan klien.
ASI dengan tepat. c. Tanyakan kembali kepada
klien tentang management c. Mengulas kembali pernyataan
yang sudah disampaikan
ASI yang sudah dijelaskan dapat menjadi tolak ukur
sebelumnya. seberapa paham klien dengan
penjelasan yang sudah
disampaikan.

XIII. IMPLEMENTASI
No Tanda
Hari/tanggal Jam Implementasi Respon
Dx tangan
Senin, 08.00 1 Memberikan obat Oral: S:
13 Januari 2020 a. Asam mefenamat 500 mg pasien mengatakan akan
b. Vitamin C 50 mg meminum obat yang sudah
c. Nifedipine 10 mg diberikan. L. Ogi
O:
pasien meminum obat
dengan tepat.
08.30 1 Melakukan perawatan luka S:
pasien mengatakan sakit
pada saat luka dibersihkan.
O:
L. Ogi
a. Pasien nampak
meringis kesakitan.
b. Luka bersih tidak
terdapat pus.
09.30 1 Mengkaji karakteristik S:
nyeri a. Pasien mengatakan
nyeri berkurang. L. Ogi
P: Nyeri bertambah jika
pasien bergerak.
Q: Nyeri seperti disayat
– sayat benda tajam.
R: Nyeri terasa pada
bagian perut bekas luka
operasi.
S: Skala nyeri 1.
T: Nyeri muncul ketika
pasien bergerak.
O:
Pasien nampak rileks dan
tidak terdapat wajah
menyeringai pada pasien.
09.35 1 Ajarkan relaksasi nafas S:
dalam. Pasien mengatakan lebih
tenang dan nyeri
berkurang.
O: L. Ogi
a. Pasien nampak rileks.
b. Pasien dapat melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam dengan benar.
09.40 1 Berikan posisi nyaman pada S:
pasien (semi fowler), Pasien mengatakan lebih
nyaman pada posisi
L. Ogi
setengah duduk.
O:
a. Pasien nampak rileks.
b. Posisi pasien semu
fowler.
09.50 2 Melakukan pengkajian S:
management ASI a. Pasien mengatakan ASI
yang keluar masih
sedikit.
b. Pasien mengatakan
bingung supaya ASInya L. Ogi
banyak.
O:
Pengetahuan pasien
tentang manajement ASI
kurang.
09.50 2 Menjelaskan tentang S:
manajement ASI. Pasien mengatakan sudah
paham tentang manajement
ASI. L. Ogi
O:
Pengetahuan pasien dapat
bertambah
12.00 1, Melakukan pengukuran S:
2 tanda – tanda vital. -
O:
a. Pasien nampak rileks.
L. Ogi
b. Tanda – tanda vital:
TD: 130/80 mmHg
N: 86x/menit
RR: 19x/menit
S: 36,6°C
13.00 1 Memberikan posisi nyaman S:
pada pasien (terlentang). Pasien mengatakan lebih
nyaman.
L. Ogi
O:
a. Pasien nampak rileks.
b. Posisi pasien terlentang.

XIV. EVALUASI
No Tanda
Hari/tanggal Jam Evaluasi
Dx tangan
Senin, 13.00 1 S:
13 Januari 2020 a. Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka bekas
operasi sudah berkurang.
P: Nyeri bertambah jika pasien bergerak.
Q: Nyeri seperti disayat – sayat benda tajam.
R: Nyeri terasa pada bagian perut bekas luka
operasi.
S: Skala nyeri 1.
T: Nyeri muncul ketika pasien bergerak. L. Ogi
O:
a. Keadaan umum baik.
b. Kesadaran kompos metis.
c. Pasien nampak rileks.
d. Luka jahitan pada bagian perut pasien bersih dan
tidak terdapat pus.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
a. Lanjutkan intervensi.
b. Lakukan monitoring nyeri, keadaan umum dan
tanda – tanda vital pasien.
c. Lakukan perawatan luka.
13.00 2 S:
Pasien mengatakan sudah memahami tentang
manajement ASI
O:
Pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang
manajement ASI bertambah.
A: L. Ogi
Masalah teratasi sebagian.
P:
a. Lanjutkan intervensi.
b. Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan
tentang manajement ASI.
c. Lakukan perawatan payudara.
XV. LAMPIRAN TEORI

PRE-EKLAMSIA BERAT

A. Definisi
Pre-eklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu (Huda &
Kusuma, 2016).
Eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan syaraf)
dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala pre-eklamsia
(Huda & Kusuma, 2016).
B. Etiologi
Penyebab Pre eklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Preeklamsia secara ekslusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama
(nullipara). Biasanya terdapat pada wanita subur dengan umur ekstrim, yaitu pada
remaja belasan tahun dan pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab preeklamsia yaitu
bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa:
1. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
2. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Adapun faktor predisposisi preeklamsia yaitu molahidatidosa, diabetes
mellitus, kehamilan ganda, hidrocepalus, obesitas, usia yang lebih dari 35 tahun.
C. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi
garam dan air pada biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi jika semua arteriole dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi Sedangkan
kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena
retensi garam dan air.
Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
glomerulus Perubahan organ-organ pada preeklampsi :
1. Plasenta dan rahim
Pada pre-eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan
akibat menurunnya aliran darah ke plasentarubahan plasenta akibat tuanya
kehamilan dapat dipercepat pada pre-eklampsi yang jelas terjadi atropi
sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontrkasi dan penyempitan akibat
necrotizing arteriopathy. Pada preeklampsia dan eklampsi sering terjadi partus
prematurus.
2. Ginjal
Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi
glomelurus berkurang oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya
terjadi retensi garam dan air.
3. Otak
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam
batas normal. Pada pre-eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini
terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat
mengakibatkan gangguan usus.
4. Paru-paru
Kematian ibu pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh
oedema paru yang menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi
aspirasi pneumonia atau abses paru.
5. Mata
Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat
terjadi ablusio retina yang disebabkan oedema intra okuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.
6. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Pada preeklmpsia tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme air, elektrolot, kristaloid dan protein serum.
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal.
2. Gangguan penglihatan yang menyebabkan pasien akan melihat kilatan-kilatan
cahaya, pandangan kabur, terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik
atau gangguan lainnya.
4. Nyeri pada perut bagian ulu hati (epigastrium) yang kadang disertai mual dan
muntah.
5. Gangguan pernafasan sampai sianosis
6. Terjadi gangguan kesadaran
7. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat karena terjadi
gangguan pada fungsi ginjal.
Kelanjutan pre-eklamsia berat menjadi eklamsia dengan tambahan gejala
kejang dan atau koma. Selama kejang diikuti kenaikan suhu mencapai 40 0C,
frekuensi nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan
infeksi urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk
menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam
plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta
5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan
kardiomegali
F. Penatalaksanaan
Pada pasien preeklamsia berat harus segera diberi obat sedatif kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah tertasi,
tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pencegahan timbulnya
kejang dapat diberikan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram
secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan
MgSO4 40% sbanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laknat (RL) atau sekitar 14
tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis
pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 x/menit.
Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat
juga diberikan klorpromazine dengan dosis 50 mg secara intramuscular atauun
diazepam 20 mg secara intramuskular.
EKLAMSIA

A. DEFINISI
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan
proteinuriamasif yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Eklampsia dibagi menjadi tiga yaitu, eklampsia antepartum, eklampsia
intrapartum, dan eklampsia postpartum. Eklampsia banyak terjadi pada
trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati persalinan (Ilmu
Kebidanan, 2010).
B. ETIOLOGI
Etiologi dan Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan E patogenesis
Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini masih klampsia saat ini masih belum
belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah
sebabnya sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah
sebabnya penyakit penyakit ini ini sering sering disebut disebut ““the disease
of theories the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis ”. Pada saat ini
hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadin utama
yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Pre-eklampsia ya Pre-
eklampsia adalah sebagai berikut:
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang
merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik
dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila
janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh
sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan
terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam
adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap
berjalan.
3. Teori Iskhemia Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin
menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan
sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada
membran glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih
jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang
sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai
dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak
berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang
utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami
iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel
Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan
produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan
juga menurun
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau
proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase
lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak
akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal
yaitu berupa “glumerulus endotheliosis“. Gambaran kerusakan endotel
pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari
asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi
regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang
menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan
derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 :
1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan
terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi
kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama
menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai
berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama,
maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang
mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.
Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan
konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan
darah.
C. PATOFISIOLOGI
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan
dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak
kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang
bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini
mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron.
Rennin angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin
memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan
elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi
plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
D. MANIFESTASI KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi:
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira 20 – 30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat
tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah
berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu terjadinya, eksklampsia dapat dibagi:
1. Eklampsia gravidarum
a. Kejadian 50% sampai 60%.
b. Serangan terjadi dalam keadaan hamil.
2. Eklampsia parturientum
a. Kejadian sekitar 30% sampai 35%.
b. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu.
3. Eklampsia puerperium
a. Kejadian jarang yaitu 10%.
b. Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

Anda mungkin juga menyukai