HERNIA SCROTALIS
Disusun Oleh :
dr. Selly Christine Waruwu
Pembimbing :
dr. Fajar Dian
LAPORAN KASUS
Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter puskesmas tetapi dokter puskesmas
hanya memberikan vitamin saja
- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Trakhea : di tengah
- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Kesan kardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris,
Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama, simetris
Perkusi : Redup pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangn paru melemah +/+
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, distensi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), defense muscular (-).
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
- Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Hangat +/+ +/+
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Rash - -
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi
Ref. Fisiologis + +
Ref. Patologis - -
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium 04/07/2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 14.3 g/dl 14 – 18 g/dl
Hematokrit 42 % 43 – 51 %
Eritrosit 4,98 juta / µL 4,5 – 5,5 juta / µL
Leukosit 7.400 /µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 309.000 /mm3 150.000 – 400.000 /mm3
Bleeding time 1 menit 30 1 – 5 menit
detik
Clotting time 11 menit 1 – 16 menit
Gula darah sewaktu 143 mg% < 200 mg%
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi Hernia Scrotalis
2. Klinis dan Penegakan Diagnosis Hernia Scrotalis
3. Tatalaksana pada pasien Hernia Scrotalis
3. Assessment
Laki-laki, 65 tahun,Hernia scrotalis
4. Diagnosa
Diagnosis Kerja:
Hernia scrotalis
5. Plan
IGD
Non-medika Mentosa:
- Rawat Inap
- Pro operasi herniotomi
- Observasi KU dan TTV pasien
Medikamentosa:
- IVFD NS 0.9% 20 tpm makro
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
Ruangan
Non-medika Mentosa:
- Observasi TTV
- Post Oerasi herniotomi
- Diet TKTP
Medikamentosa:
- IVFD NS 0.9% 20 tpm makro
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- Azytromisin 1x1 amp
Rencana Edukasi:
- Edukasi mengenai diagnosa saat ini kepada pasien.
- Edukasi mengenai pengobatan pada pasien.
Rencana Konsultasi:
- Konsultasi dokter spesialis Penyakit Dalam untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia Inguinalis
Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek dari dinding
sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, terutama pada daerah
inguinal. Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami hernia Hernia pada dinding
abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia yang tidak dilapisi otot. Lokasi-
lokasi ini antara lain daerah inguinal, femoral, umbilikal, linea alba, bagian bawah garis
semilunar, dan tempat yang pernah dilakukan insisi. Hernia terdiri atas komponen kantung,
isi, dan leher. Ukuran leher atau orifisium hernia tidak berhubungan konsisten dengan ukuran
1
kantung hernia.
1
Gambar 1. Lokasi Hernia Abdominalis
Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen.
Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen, hernia dikatakan ireponibel
atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan orifisium yang kecil dan
kantung yang besar. Pada hernia strangulata terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa
gangguan aliran arteri, vena, atau keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada
bagian orifisium. Salah satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah
1
terjadinya adhesi antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.
Hernia Richter merupakan hernia yang berisi sebagian diameter sirkumferensial dari dinding
usus sehingga dapat terjadi keadaan strangulasi tanpa disertai obstruksi usus. Hernia juga
dibedakan menjadi hernia interna, hernia eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia
eksterna, isi hernia melewati seluruh lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia
interna, defek terjadi pada dinding peritoneal sehingga terjadi protrusi usus. Pada hernia
1
interparietal, isi hernia berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.
Epidemiologi
Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan
menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia
memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju
skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus
inguinalis interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis
indirek dan direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding
perempuan untuk mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi
di sebelah kanan karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti
1
gangguan atrofi prosesus vaginalis.
Embriologi
Anatomi
Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral sheath berlanjut
menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna dibentuk oleh traktus ini,
sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis m. transversus abdominis.
Kanalis inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna dan berakhir pada annulus
inguinalis eksterna. Struktur ini berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm
1
kranial dari ligamentum inguinale.
Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis dan kremaster,
cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis.
Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis secara superfisial. Dinding
kanalis inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan aponeurosis m. obliquus internus
serta m. transversus abdominis. Dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum
inguinale dan ligamentum lakunare. Dinding posterior atau “lantai” kanalis inguinalis terdiri
1
atas fasia transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis.
Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi oleh
pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah medial,
danligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis femoralis.
Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di sebelah anterior,
1
ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan vena femoralis di sebelah lateral.
Etiologi
Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang inkomplit.
Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intra-
abdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia inguinalis indirek tidak
ditata laksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna lebih lanjut dan kelemahan
inguinal floor. Hernia inguinalis indirek tahap lanjut dapat mencapai skrotum. Hernia
inguinalis direk disebabkan oleh kelemahan fasia transversalis di daerah Hesselbach.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa hernia inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan
3
sintesis atau metabolisme kolagen, baik yang bersifat kongenital maupun didapat.
Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat menyebabkan
progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan mengangkat barang
berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar), dan gangguan prostat
(mengedan saat buang air kecil). Keadaan lain yang berhubungan dengan progresi hernia
antara lain sirosis dengan asites, kehamilan, penggunaan continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD), dan pembesaran atau keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis
yang disebabkan oleh bertambahnya usia dan penyakit kronik mengakibatkan penurunan
3
turgor jaringan pada daerah Hesselbach.
Klasifikasi
Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut.
1
Gambar 4. Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus
Manifestasi Klinis
Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat
paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang
timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga
skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Gejala yang ditimbulkan
oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau
3
strangulata lebih kecil. Gejala semakin memberat seiring membesarnya hernia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak dapat direposisi.
Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi annulus inguinalis
eksterna dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum dengan jari pada
superolateral tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis hernia, pemeriksa harus
merasakan adanya protrusi jaringan pada annulus inguinalis eksterna saat pasien batuk.
Hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada
pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan
sirkular yang simetris dan benjolan menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia
3
indirek, benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit mengalami reposisi.
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang keras dan
tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba pada hernia direk. Bila
jari pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan terjadi protrusi saat pasien
batuk, pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian samping jari sementara pada hernia
indirek protrusi dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk
3
menentukan ada tidaknya komponen usus pada hernia.
3
Gambar 5. Pemeriksaan Hernia
Diagnosis Banding
4
Gambar 6. Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha
Penatalaksanaan1,2,3,6,7,8
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan
merelaksasikan pasien. Pasien harus istirahat untuk mengurangi
tekanan intraabdomen.
Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut
pasien.
Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih
rendah daripada kaki (Trandelenburg).
Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan
eksternal rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air
dingin untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat
direncanakan secara elektif
b. Reposisi Bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh
dilakukan pada apeks hernia karena justru akan menyebabkan isi
hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
2. Pembedahan Indikasi
pembedahan:
Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm).
Setelah memotong fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga
mencapai aponeurosis musculus obliquus eksternus.
10
diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada kantong yang besar diakukan
eksisi pada kantong.
11
dengan ligamentum inguinal dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan
aproksimasi pada teknik ini yang berlapis, kejadian rekurensi dari teknik ini jarang
dilaporkan.
12
Tension-Free Herniorrhaphy/ Lichtenstein. Teknik ini menggunakan
mesh prostetik untuk untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan
dengan anastesi lokal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknik ini
memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih cepat untuk kembali berkerja,
nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman dan rekurensi yang
lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk maupun hernia
indirek.
13
Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi lanjut:
Atrofi Testis
Hernia residif
1
4