Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS

Disusun Oleh :
dr. Selly Christine Waruwu

Pembimbing :
dr. Fajar Dian

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT DR.DARSONO PACITAN
PERIODE: 21 NOVEMBER 2019 – 18 SEPTEMBER 2020
BAB 1

LAPORAN KASUS

KASUS 1 (Ilmu Penyakit Dalam)

Topik Dengue Haemorrhagic Fever


Tanggal Kasus : 04 Juli 2020 Presenter : dr. Selly Christine Waruwu
Tanggal Presentasi : 2020 Pembimbing : dr. Fajar Dian
Tempat Presentasi : Rumah Sakit dr.Darsono Pacitan
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
Diagnosis  Manajemen Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia
 Bumil

 Deskripsi: Perempuan, Dewasa

 Tujuan: Diagnosis dan Manajemen Dengue Haemorrhagic Fever


Bahan Bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi  E-mail  Pos
Data Pasien
Nama: Tn.G Usia: 65 tahun Nomor RM: 300465 Alamat: Kalikuning,Tulakan
Data Utama untuk Bahan Diskusi:
A. Anamnesis
 Keluhan Utama: Benjolan dibuah zakar kanan
 Keluhan Tambahan: Tidak ada
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RS dr.Darsono Pacitan dengan keluhan utama benjolan di buah zakar
kanan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan
yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira
berdiameter ± 7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat
digerakan. Menurut OS ukuran benjolan berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan
bila OS sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit OS mengeluhkan terkadang sulit buang air besar dan feses terasa keras sehingga
harus mengedan tetapi keluhan sulit BAB . OS menyangkal keluhan lain seperti demam,
pusing, mual, muntah dan perut kembung.

 Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter puskesmas tetapi dokter puskesmas
hanya memberikan vitamin saja

 Riwayat Penyakit Dahulu:


Awalnya benjolan berukuran kecil dan OS tidak menghiraukannya. Sejak 3 tahun yang
lalu, benjolan semakin membesar.
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengaku di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
 Riwayat Kebiasaan:
Pasien tidak ada kebiasaan mengang kat berat
B. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis:

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang


- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4V5 M6 = 15
- Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 36.5 o C

- Kepala : Normosefali, deformitas (-)


Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/ -, sklera ikterik - / -, cekung -/-,
sekret -/-, injeksi konjungtiva -/-, air mata +/+
Telinga : Simetris, MAE hiperemis -/-, serumen +/+, sekret -/-
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa oral kering, tifoid tongue (-), sianosis (-),
faring hiperemis (-)

- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Trakhea : di tengah

- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Kesan kardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris,
Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama, simetris
Perkusi : Redup pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangn paru melemah +/+
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, distensi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), defense muscular (-).
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
- Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Hangat +/+ +/+
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Rash - -
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi
Ref. Fisiologis + +
Ref. Patologis - -

- Status lokalis genitalia


Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm di
daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-
tanda radang
Palpasi : teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan
rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium 04/07/2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 14.3 g/dl 14 – 18 g/dl
Hematokrit 42 % 43 – 51 %
Eritrosit 4,98 juta / µL 4,5 – 5,5 juta / µL
Leukosit 7.400 /µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 309.000 /mm3 150.000 – 400.000 /mm3
Bleeding time 1 menit 30 1 – 5 menit
detik
Clotting time 11 menit 1 – 16 menit
Gula darah sewaktu 143 mg% < 200 mg%

Hasil Pembelajaran:
1. Definisi Hernia Scrotalis
2. Klinis dan Penegakan Diagnosis Hernia Scrotalis
3. Tatalaksana pada pasien Hernia Scrotalis

4. Edukasi dan Komplikasi dari Hernia Scrotalis

Rangkuman Pembelajaran Portofolio:


1. Subjective
Dari anamnesis didapatkan benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 1 minggu
SMRS. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti
warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm. Permukaan
benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Menurut OS ukuran
benjolan berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan
keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila OS sedang berbaring,
maka ukuran benjolan mengecil.
2. Objective
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, pada inspeks terdapat massa
dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm di daerah skrotum dextra, berwarna
seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang, pada palapasi teraba
massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri,
massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

3. Assessment
Laki-laki, 65 tahun,Hernia scrotalis
4. Diagnosa
Diagnosis Kerja:
Hernia scrotalis
5. Plan

IGD
Non-medika Mentosa:
- Rawat Inap
- Pro operasi herniotomi
- Observasi KU dan TTV pasien
Medikamentosa:
- IVFD NS 0.9% 20 tpm makro
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp

Ruangan
Non-medika Mentosa:
- Observasi TTV
- Post Oerasi herniotomi
- Diet TKTP
Medikamentosa:
- IVFD NS 0.9% 20 tpm makro
- Ketorolac 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- Azytromisin 1x1 amp
Rencana Edukasi:
- Edukasi mengenai diagnosa saat ini kepada pasien.
- Edukasi mengenai pengobatan pada pasien.

Rencana Konsultasi:
- Konsultasi dokter spesialis Penyakit Dalam untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih
lanjut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hernia Inguinalis

Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek dari dinding
sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, terutama pada daerah
inguinal. Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami hernia Hernia pada dinding
abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia yang tidak dilapisi otot. Lokasi-
lokasi ini antara lain daerah inguinal, femoral, umbilikal, linea alba, bagian bawah garis
semilunar, dan tempat yang pernah dilakukan insisi. Hernia terdiri atas komponen kantung,
isi, dan leher. Ukuran leher atau orifisium hernia tidak berhubungan konsisten dengan ukuran
1
kantung hernia.

1
Gambar 1. Lokasi Hernia Abdominalis

Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen.
Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen, hernia dikatakan ireponibel
atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan orifisium yang kecil dan
kantung yang besar. Pada hernia strangulata terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa
gangguan aliran arteri, vena, atau keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada
bagian orifisium. Salah satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah
1
terjadinya adhesi antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.

Hernia Richter merupakan hernia yang berisi sebagian diameter sirkumferensial dari dinding
usus sehingga dapat terjadi keadaan strangulasi tanpa disertai obstruksi usus. Hernia juga
dibedakan menjadi hernia interna, hernia eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia
eksterna, isi hernia melewati seluruh lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia
interna, defek terjadi pada dinding peritoneal sehingga terjadi protrusi usus. Pada hernia
1
interparietal, isi hernia berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.

Epidemiologi

Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan
menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia
memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju
skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus
inguinalis interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis
indirek dan direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding
perempuan untuk mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi
di sebelah kanan karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti
1
gangguan atrofi prosesus vaginalis.

Embriologi

Gambar 2. Penutupan Prosesus Vaginalis


Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga kehamilan, berupa
divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal fasia endoabdominal.
Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di sebelah anteromedial nephrogenic
ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan skrotum dihubungkan oleh gubernakulum, sementara
pada janin perempuan, gonad dan labia dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan
ketiga kehamilan mulai terjadi penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis mencapai
annulus inguinalis eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi oleh calcitonin gene-
related peptide (CGRP) yang dihasilkan melalui androgen fetal oleh saraf genitofemoral.
CGRP juga mempengaruhi penutupan prosesus vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses
penutupan ini belum dipahami sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun
2
dari kanal dengan dipandu oleh prosesus vaginalis.

Anatomi

Gambar 3. Penampang Parasagital Klasik Nyhus: Regio Midinguinal Kanan


Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di bawahnya terdapat
arteri dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika superfisialis, dan pudenda
eksterna. M. obliquus eksternus berada di bawah lapisan subkutan. Otot ini mengarah ke
inferior dan medial. Aponeurosis m. obliquus eksternus terdiri dari lapisan superfisial dan
lapisan dalam. Aponeurosis m. obliquus eksternus, bersama dengan aponeurosis m. obliquus
internus dan m. transversus abdominis membentuk anterior rectus sheath dan linea alba.
1
Aponeurosis m. obliquus eksternus juga merupakan batas superfisial dari kanalis inguinalis.

Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari aponeurosis m. obliquus


eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior superior menuju tuberkulum
pubikum. Ligamentum lakunar yang merupakan batas sebelah medial dari femoral space
terbentuk dari insersi ligamen inguinal ke pubis. Annulus inguinalis eksterna, tempat
keluarnya korda spermatikus dari kanalis inguinalis, merupakan pembukaan dari aponeurosis
1
m. obliquus eksternus yang terletak superior dan sedikit lateral dari tuberkulum pubikum.

Gambar 4. Anatomi Struktur Preperitoneal


M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen bagian atas dan
mengarah transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan batas superior dari kanalis
inguinalis. Aponeurosis m. obliquus internus sebelah medial bergabung dengan aponeurosis
m. transversus abdominis membentuk conjoined tendon. M. transversus abdomis berjalan
transversal pada hampir seluruh bagiannya. Kekuaran dan keutuhan otot ini dan
aponeurosisnya berperan penting dalam terjadinya hernia inguinalis. Batas bawah m.
transversus abdominis bergabung dengan m. obliquus internus membentuk arkus aponeurosis
transversus abdominis. Fasia transversalis adalah suatu lapisan jaringan ikat yang melapisi
1
otot dinding abdomen dan merupakan komponen dari inguinal floor.

Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral sheath berlanjut
menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna dibentuk oleh traktus ini,
sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis m. transversus abdominis.
Kanalis inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna dan berakhir pada annulus
inguinalis eksterna. Struktur ini berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm
1
kranial dari ligamentum inguinale.

Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis dan kremaster,
cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis.
Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis secara superfisial. Dinding
kanalis inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan aponeurosis m. obliquus internus
serta m. transversus abdominis. Dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum
inguinale dan ligamentum lakunare. Dinding posterior atau “lantai” kanalis inguinalis terdiri
1
atas fasia transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis.

Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi oleh
pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah medial,
danligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis femoralis.
Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di sebelah anterior,
1
ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan vena femoralis di sebelah lateral.

Etiologi

Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang inkomplit.
Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intra-
abdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia inguinalis indirek tidak
ditata laksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna lebih lanjut dan kelemahan
inguinal floor. Hernia inguinalis indirek tahap lanjut dapat mencapai skrotum. Hernia
inguinalis direk disebabkan oleh kelemahan fasia transversalis di daerah Hesselbach.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa hernia inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan
3
sintesis atau metabolisme kolagen, baik yang bersifat kongenital maupun didapat.

Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat menyebabkan
progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan mengangkat barang
berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar), dan gangguan prostat
(mengedan saat buang air kecil). Keadaan lain yang berhubungan dengan progresi hernia
antara lain sirosis dengan asites, kehamilan, penggunaan continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD), dan pembesaran atau keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis
yang disebabkan oleh bertambahnya usia dan penyakit kronik mengakibatkan penurunan
3
turgor jaringan pada daerah Hesselbach.

Klasifikasi

Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut.

1
Gambar 4. Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus
Manifestasi Klinis

Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat
paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang
timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga
skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Gejala yang ditimbulkan
oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau
3
strangulata lebih kecil. Gejala semakin memberat seiring membesarnya hernia.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak dapat direposisi.
Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi annulus inguinalis
eksterna dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum dengan jari pada
superolateral tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis hernia, pemeriksa harus
merasakan adanya protrusi jaringan pada annulus inguinalis eksterna saat pasien batuk.
Hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada
pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan
sirkular yang simetris dan benjolan menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia
3
indirek, benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit mengalami reposisi.

Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang keras dan
tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba pada hernia direk. Bila
jari pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan terjadi protrusi saat pasien
batuk, pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian samping jari sementara pada hernia
indirek protrusi dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk
3
menentukan ada tidaknya komponen usus pada hernia.
3
Gambar 5. Pemeriksaan Hernia

Diagnosis Banding

4
Gambar 6. Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha

Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan pemeriksaan transiluminasi yang


hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain untuk membedakan hidrokel dengan hernia adalah
dengan mencoba meraba batas atas benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada
hernia batas atas tidak teraba. Pada perabaan, varikokel memberikan sensasi “bag of worms”.
Pada kondisi inflamasi seperti epididimoorkitis, nyeri hebat yang menjalar hingga skrotum
disertai tenderness dan pembesaran testis serta epididimis. Pada torsio testis, benjolan teraba
keras dan testis tidak teraba pada palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan konsistensi yang
padat pada palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi otot dinding abdomen, misalnya pada
pasien dengan polio sebelumnya, sehingga terjadi penonjolan otot dinding abdomen pada saat
pasien mengedan. Aneurisma arteri femoralis dapat dibedakan dengan dengan adanya denyut dan
4
bising yang kadang didapatkan.

Penatalaksanaan1,2,3,6,7,8
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
 Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan
merelaksasikan pasien. Pasien harus istirahat untuk mengurangi
tekanan intraabdomen.
 Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut
pasien.
 Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih
rendah daripada kaki (Trandelenburg).
 Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan
eksternal rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
 Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air
dingin untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
 Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat
direncanakan secara elektif

b. Reposisi Bimanual
 Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh
dilakukan pada apeks hernia karena justru akan menyebabkan isi
hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.

2. Pembedahan Indikasi
pembedahan:
 Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
 Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
 Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi

Hernia pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan,


karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif. Pada
pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi.
Pada pria tua, ada beberapa pendapat bahwa lebih baik melakukan elektif
surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito
surgery. Pada anak-anak pembedahan dilakukan dengan memotong cincin
hernia dan membebaskan kantong hernia (herniotomy). Sedangkan pada orang
dewasa dilakukan herniotomy dan hernioraphy, selain dilakukan pembebasan
kantong hernia juga dilakukan pemasangan fascia sintetis berupa mesh yang
terbuat dari proline untuk memperbaiki defek. Kedua tindakan herniotomy dan
hernioraphy disebut juga dengan hernioplasty.

Manajemen Operasi Hernia


Anestesi. Anestesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anestesi
epidural atau lokal dengan sedasi lebih dianjurkan.
9
Gambar 2. Teknik melakukan anestesi lokal pada operasi hernia

Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm).
Setelah memotong fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga
mencapai aponeurosis musculus obliquus eksternus.

Membuka canalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak


pada aspek superior dan lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari
kanalis inguinalis dibuka sejajar serat dari aponeursis musculus obliquus
eksternus, lakukan preservasi N. Iliohipastric dan N.ilioinguinal. Lakukan
identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian tuberculum
pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan penrose drain atau
kateter foley.

Identifikasi kantong hernia. Kantong hernia indirek ditemukan pada


aspek anteromedial dari spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong
diotong ke arah proksimal. Pada hernia direk, kantong hernia ditemukan di
trigonum Hesselbach.

Eksisi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong


dibuka semua isi kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan
ke dalam intra-abdomen. Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong
dieksisi dibagian distal dari ligasi. Sementara pada hernia direk kantong dapat

10
diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada kantong yang besar diakukan
eksisi pada kantong.

Pada bayi dan anak-anak, operasi hernia terbatas dengan memotong


kantong hernia. Tidak diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini
didasarkan bahwa sebagian besar hernia pada anak tidak disertai dengan
kelemahan dinding abdomen.

Teknik Hernia Repair

Bassini repair. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1889,


merupakan teknik yang simple dan cukup efektif. Prinsipnya adalah approksimasi
fascia tranversalis, otot tranversus abdominis dan otot obliqus internus (ketiganya
dinamai the bassini triple layer) dengan ligamentum inguinal. Approksimasi
dilakukan dengan menggunakan jahitan interrupted. Teknik dapat digunakan
pada hernia direk dan hernia indirek.

Gambar 3. Bassini repair

Shouldice Repair. Teknik ini dipopulerkan di Kanada, merupakan


modifikasi dari Bassini repair. Pada tenik ini jahitan yang digunakan adalah
running sutures/countinues. Jahitan pertama dimulai dari tuberculum pubicum
kemudian ke lateral untuk aproksimasi otot obliqus internus, otot tranversus
abdominis dan fascia tranversalis (bassini triple layers) dengan ligamentum
inguinal. Jahitan diteruskan hingga ke arah ring interna. Jahitan yang sama
kemudian dilanjutkan dengan berbalik arah, dari ring interna ke tuberculum
pubicum. Jahitan kedua dilakukan aproksimasi antara otot obliqus internus

11
dengan ligamentum inguinal dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan
aproksimasi pada teknik ini yang berlapis, kejadian rekurensi dari teknik ini jarang
dilaporkan.

Gambar 4. Shouldice repair

McVay (Cooper Ligament) repair. Pada teknik ini terdapat dua


komponen penting; repair dan relaxing incision. Repair dilakukan dengan
approksimasi fasia tranversalis ke ligamentum Cooper. Repair menggunakan
benang nonabsorbable, 2.0 atau 0. Repair dimulai dari tuberculum pubicum dan
berjalan ke arah lateral. Jahitan pertama merupakan jahitan terpenting karena
pada bagian tersebut sering terjadi rekurensi. Langkah kedua adalah relaxing
incision secara vertikal pada fascia anterior musculus rectus. Teknik ini dapat
digunakan untuk hernia inguinalis dan femoralis.

Gambar 5. Mc.Vay repair

12
Tension-Free Herniorrhaphy/ Lichtenstein. Teknik ini menggunakan
mesh prostetik untuk untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan
dengan anastesi lokal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknik ini
memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih cepat untuk kembali berkerja,
nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman dan rekurensi yang
lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk maupun hernia
indirek.

Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang hingga


menggunakan mesh plug, disamping mesh patch seperti tenik diatas. Mesh plug
digunakan untuk mengisi defek pada hernia. Mesh patch ini dapat
dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup berkembang saat ini.
Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus hernia rekuren.

Gambar 6. Lichtenstein repair

Repair Dengan Laparoskopi. Terdapat tiga teknik yang berkembang


untuk repair hernia dengan laparoskopi yaitu; transabdominal preperitoneal
(TAPP), intraperitoneal onlay mesh (IPOM), totally ekstraperitoneal (TEP).

13
Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
 Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
 Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
 Lesi vas defferens, buli buli, usus

Komplikasi segera setelah pembedahan:


 Hematome
 Infeksi

Komplikasi lanjut:
 Atrofi Testis
 Hernia residif
1
4

Anda mungkin juga menyukai