Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) yang

berasal dari sel leher rahim.(1) Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat

dicegah, tetapi diseluruh dunia merupakan penyebab pertama kematian akibat

kanker pada wanita.Kematian terjadi paling banyak dinegara miskin hingga

negara berkembang. Menurut WHO, pada tahun 2012 terjadi 528.000 kasus baru

kanker serviks yang terdiagnosa diseluruh dunia, dimana 85% terjadi di negara

berkembang dan di tahun yang sama diperkirakan 266.000 kematian terjadi di

seluruh dunia karena kanker serviks. Hampir sembilan dari sepuluh (87%)

kematian akibat kanker serviks terjadi dinegara miskin hingga berkembang.(2)

Prevalensi kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,8% dan

menempati urutan pertama kanker pada wanita. Provinsi Kepulauan Riau,Maluku

Utara, dan D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu

sebesar 1,5%.Selama tahun 2010-2013, kanker serviks menempati urutan kedua

terbanyak di RS Kanker Dharmais, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian

akibat kanker tersebut terus meningkat.(3)

Penyebab tertinggi kanker serviks adalah infeksi HPV (Human pailloma virus),

karena sering ditemukan pada lesi kanker dan prakanker.(4) HPV sendiri
mempunyai lebih dari seratus tipe.Tujuh dari sepuluh (70%) kasus kanker serviks

dilaporkan banyak disebabkan oleh dua tipe HPV yaitu : 16 dan 18.(2)

Berbagai upaya untuk mengurangi angka kejadian dan kematian akibat kanker

serviks telah dibuat salah satunya adalah tes deteksi dini/penapisan. Test deteksi

dini ini dianjurkan dilakukan pada wanita yang sudah aktif secara seksual dari

usia 21 sampai 65 tahun , Test deteksi dini ini bertujuan untuk menentukan

apakah mereka telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang dapat

dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi. (1) Tes deteksi dini

yang menjadi program pemerintah Indonesia adalah tes Pap smear dan Tes Iva

( Inspeksi Visual Asam Asetat).Test ini dapat dilakukan di Puskesmas hingga

rumah sakit. Kedua test ini juga dapat menjangkau daerah terpencil terutama Iva

(Inspeksi visual asam asetat) karena dapat dilakukan oleh dokter kebidanan,

dokter umum,hingga bidan.Selain itu kedua test ini juga telah dijamin dalam

( Badan Penyelenggara Jaminan sosial Keshatan).BPJS kesehatan.Namun karena

kurangnya informasi dan kesadaran para wanita serta pengetahuan tentang

pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks diIndonesia maka masih

tingginya angka kejadian kanker serviks yang terjadi diIndonesia.

Melihat latar belakang diatas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

di Desa Limus Nunggal Tahun 2015”


1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana Gambaran pengetahuan Ibu usia 21-65 tahun terhadap pemeriksaan

deteksi dini kanker serviks di Desa Limus Nunggal Tahun 2015?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Bagaimana Gambaran pengetahuan Ibu usia 21-65 tahun

terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker serviks di Desa Limus Nunggal Tahun

2015

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan Ibu usia 21-65 tahun tentang

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan wanita usia 21-65 tahun tentang

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks berdasarkan pendidikan.

1.4 Manfaat penelitian1.4.1 Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui dan mengerti pentingnya tentang pemeriksaan

deteksi dini kanker serviks dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk

melakukan tes deteksi dini sehingga dapat mengurangi angka kejadian kanker

serviks.
1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Data dan informasi dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana Gambaran

pengetahuan wanita usia 21-65 tahun terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker

serviks dan dapat digunakan dalam strategi untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya tentang kanker serviks.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker

serviks serta menambah pengetahuan tentang cara meneliti bagi penulis.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera

atau akal budinya untuk menegenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.(10)

2.1.2 Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran penengetahuan sepanjang sejarah,dapat dikelompokkan menjadi

dua , yakni: 1) Cara tradisional atau nonilmiah,yakni tanpa melalui

penelitian ilmiah , dan 2) cara modern atau cara ilmiah ,yakni melalui

proses penelitian.(11)

2.1.2.1 Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

a) Cara coba-salah ( Trial and Error )

Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua

ini gagal pula,maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila


kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

maka cara ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah)

atau metode coba salah coba-coba.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan orang tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi

kegenerasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan terebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,otoritas

pemerintahan,otoritas pemimpin agama maupun ahli-ahli pengetahuan.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik,demikian bunyi pepatah,pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

e) Cara akal sehat

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih


dianut oleh banyak orang untuk mendisplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

f) Kebenaran melaui wahyu

Ajaran dan agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g) Kebenaran intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh secara intiutif sukar dipercaya

karena kebenaran itu tidak menggunakan cara yang rasional atau

sistematis.

h) Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikr manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunkan

jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

i) Induksi

Induksi adalah proes penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal

ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut


beerdasarkan pengalman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh

indera kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep uang

memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum kekhusus. Didalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa

seuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku

jua kebenaran pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang

termasuk dalam kelas itu.

2.1.2.2 Cara Ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan dalam dewasa ini lebih

sistematis ,logis,dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”,

atau lebih popular disebut metodologi penelitian”research methodology”.

2.1.3 Hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan (12)

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantarnya :

a) Pendidikan

pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, yang bertujuan untuk mencerdaskan manusia,

b) Media

Media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam

memperoleh pengetahuan ,contohnya : televisi,radio,koran,majalah.


c) Paparan informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan

sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Serviks

2.2.1 Anatomi servik

Serviks uteri adalah sepertiga inferior uterus yang relative

sempit,silindris,panjang sekitar 2,5cm pada perempuan dewasa yang tidak

hamil. Untuk tujuan deskriptif, dua bagiandiuraikan: pars supravaginalis

diantara isthmus dan vagina, dan pars vaginalis , yang menonjol kedalam

vagina. Pars vaginalis yang bundar megelilingi ostium uteri dan sebaliknya

dikelilingi ruang sempit, fornix vaginae. Pars supravaginalis dipisahkan

divesica dianterior oleh jaringan ikat longgar dan dari rectum diposterior

oleh excavation recto uterina.jumlah jaringan ikat muscular pada cervix

jelas lebih sedikit dibanding corpus uteri. Cervix sebagian besar

merupakan jaringan ikat fibrosa dan terutama terdiri dari kolagen dengan

sedikit otot polos dan elastin.(13)

Gambar 1.1
Sumber: Comprehensive Cervical Cancer Control,Switzerland,WHO.2006

2.2.2 Histologi Serviks

Serviks adalah bagian bawah uterus yang silindris dan struktur

histologisnya berbeda dari bagian lain uterus.lapisan mukosa endoserviks

adalah suatu epitel selapis silindris penghasil mukus pada lamina propia

yang tebal.Regio serviks tempat canalis endoservikalis membuka kedalam

vagina disebut ostium externum,yang menonjol kedalam bagian atas

vagina dan dilapisi oleh mukosa ektoserviks yang memiiki epitel gepeng

berlapis. Suatu taut khas, atau zona transformasi, dijumpai dengan

perubahan mendadak epitel kolumnar selapis menjadi epitel kolumnar

berlapis. Lapisan tengah serviks yang lebih dalam memiliki sedikit otot

polos dan terutama terdiri dari jaringan ikat padat. Dari stroma ini,banyak

limfosit dan leukosit lain mempenetrasi epitel berlapis untuk memeperkuat

pertahanan imun setempat terhadap mikroorganisme.Sebelum

partus,serviks sangat melebar dan melunak akibat aktivitas kolagenolisis

hebta pada stroma.(20)

Mukosa endoserviks mengandung banyak kelenjar serviks yang

menghasilkan mukus dan sering melebar. Perubahan hormonal selama

siklus menstruasi menimbulkan pembengkakan periodik mukosa dan

mempengaruhi aktiivitas kelenjar serviks. akan tetapi, mukosa ini kurang

terpengaruh secara histologis ketimbang endometrium dan tidak terlepas

semasa haid.(20)
Sambungan skuamokoloumnar tampak seperti garis tajam,Lokasi

sambungan skuamolumnar dalam hubungannya dengan os eksternal

beragam, brgantung pada faktor-faktor seperti usia,status hormonal,

trauma kelahiran dan kondisi-kondisi fisiologis khusus seperti

kehamilan.Selama masa kanak-kanak dari perimenarke, ini terdapat pada,

atau sangat dekat dengan, os eksternal. Setelah pubertas dan selama

periode reproduktif,organ-organ genital perempuan tumbuh dalam

pengaruh hormon esterogen,sehingga, serviks meluas dan saluran

endoserviks memanjang. Ini mengarah pada darahan dan lapisan koumnar

pada ektoserviks, terutama pada bibir anterior dan posterior

mengakibatkan ektropi atau ektopi. Sambungan skuamokolumnar terletak

dalam ektoserviks,jauh dari os eksternal selama tahun-tahun reproduktif

dan kehamilan. Pada pemeriksaan visual, ektropi terlihat seperti

ektoserviks kemerahan yang menjulur.Tindakan buffer dari mukus yang

menutupi sel-sel kolumnar terganggu ketika epitelium kolumnar balik

terbuka pada lingkungan vagina asam. Ini mengarah pada kerusakan dn

penggantian epitelium kolumnar dengan nepitelium skuamus

metaplasis.Metaplasia mengacu pada perubahan atau pergantian dari salah

satu jenis epitelium oleh lainnya. (4)

Ketika waita telah melampaui kehidupan reproduktifnya, pada sambungan

skuamokolumnar secara aktif mulai bergerak pada ektoserviks pada s

eksternal. Ini terletak pada jarak yang berbeda dari os eksternal, sebagai

akibat dari formasi progresif epitelium skuamus metaplasis baru dalam


area-area terbuat dari epitelium kolumnar dalam ektoserviks. Dari periode

perimenopausal dan setelah menopause, serviks semakin mengecil,

dikarenakan kurangnya esterogen dan akibatnya pergerakan dari

sambungan skuamokolumnar terhadap os eksternal dan masuk ke dalam

saluran endoserviks lebih jauh digerakkan. Pada wanita pascamenopause,

sambungan skuamokolumnar terletak di saluran endoserviks dan sering

tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan visual. (4)

Gambar 1.2

Sumber: Comprehensive Cervical Cancer Control,Switzerland,WHO.2006

2.2.3 Fisiologi Serviks

Mukosa di serviks tidak mengalami banyak perubahan selama daur haid.

Namun,kelenjar serviks memperlihatkan perubahan fungsional yang berkaitan

dengan pengangkutan sperma melalui kanali servikalis. Selama fase proliferatif

daur haid, sekresi dari kelenjar serviks sedikit dan encer. Jenis sekresi ini

memungkinkan sperma mudah menembus serviks dan masuk kedala uterus .


Selama fase sekretori (luteal) daur haid dan peningkatan sekresi progesteron, dan

juga saat kehamilan . sekresi kelenjar serviks berubah dan menjadi lebih kental,

membentuk sumbat mukus ( obturamentum cervicale)dikanalis servikalis. Sumbat

mukus adalah tindakan protektif yang menghalangi lewatnya sperma dan

mikroorganisme dari vagina kedalam korpus uterus.karena itu, kelenjar serviks

memiliki fungsi penting dalam membantu pembuahan oosit dan perlindungan

individu yang sedang berkembang.(14)

Gambar 1.3

Sumber: Comprehensive Cervical Cancer Control,Switzerland,WHO.2014

2.3 Kanker Serviks

2.3.1 Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah tumor ganas paling sering ditemukan pada sistem

reproduksi wanita.Kebanyakan kasus berupa karsinoma epitel skuamosa, tumor


tumbuh setempat umunya menginvasi jaringan parametrium dan organ pelvis

serta menyebar ke kelenjar limfe kavum pelvis.(19)

2.3.2 Etiologi Kanker Serviks

Etiologi dari kanker serviks adalah infeksi HPV tipe 16,18,31,33,35,45,51,52,56,

dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. HPV adalah DNA virus

yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi

virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.HPV tipe 6

dan 11 berubungan erat dengan displasia ringan,yang sering regresi. HPV 16 dan

18 dihubungkan dengan displasia berat, yang jarang regresi dan seringkali

progresif menjadi karsinoma insitu.(4)

2.3.3 Faktor Resiko

1. Hubungan seksual

Meakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan merupakan faktor

resiko kareana Salah satu cara HPV mengifeksi adalah melalui hubungan

seksual, termasuk seks melaui vagina,anal maupun oral sex.(15)

Berhubungan seksual pada usia sebelum 18 tahun juga sangat beresiko

Karena kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia pada saat dewasa

daripada pada usia muda.Sehingga meningkatkan resiko lima kali lebih

tinggi pada waita yang melakukan hubungan seksual pada usia

muda.Begitu juga dengan.(4)

2. Merokok
Perempuan yang merokok mepunyai resiko dua kali lebih besar terkena

kanker srviks dibandingkan dengan yang tidak merokok.(15) Asap rokok

menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang

mutagen dan sangat karsinogen.Sedangkan jika dikunyah menghasilkan

netrosamine.Bahan yang berasal dari tembakau yag dihisap terdapat pada

getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogenik infeksi

virus. (16)

3. Immunosupresi

Human immunodeficiency virus (HIV) menyebakan AIDS,yang merusak

sistem pertahanan tubuh dan menyebabkan perempuan mempunyai resiko

tinggi tinggi terinfeksi HPV.Ini merupakan penjelasan menigkatnya resiko

terkena kanker serviks pada wanita yang terkena AIDS, sistem imun

penting untuk menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan

dan penyebaran.pada perempuan yang mempunyai sistem imun lemah

karena HIV, prakanker serviks berkembang menjadi cepat dari seharusnya.


(15)
Selain itu berpengaruh juga pada penggunaan kortikosteroid jangka

lama.(1)

4. Kegemukan

Perempuan yang mengalami kegemukan kebanyakan mengalami

adenocarcinoma serviks. (15)

5. Melahirkan banyak anak


Perempuan yang melahirkan lebih dari tiga anak dapat meningkatkan

resiko terkena kanker serviks.Salah satu studi menyatakan perubahan

hormon pada saat kehamilan kemungkinan membuat wanita mudah

terkena infeksi HPV atau dapat menigkatkan pertumbuhan kanker. (15)

6. Kontrasepsi oral

Penggunaan kontrasepsi oral jangka waktu lama meningkatkan resiko

terkena kanker serviks. Penelitian mengatakan perempuan yang

menggunakan kontrasepsi oral lebih dari lima tahun menigkatkan resiko

dua kali lipat tapi resiko akan kemabli normal setelah 10 tahun berhenti

penggunaan. (15)

2.3.4. Patofisiologi Kanker serviks

Potensial Onkogenik HPV dapat dikaitkan dengan produk dua gen awal virus, E6

dan E7. Secara bersama-sama,keduanya berinteraksi dengan berbagai protein

penegendali pertumbuhan yang dikode oleh onkogen dengan gen penekan tumor.

Protein E7 mengikat dan mungkin mengaktifkan siklin E dan A. Protein E6 juga

memiliki banyak efek. Protein ini mengikat dan menginaktifkan protein TP53,

protein ini mementarai penguraian BAX, suatu anggota proapoptotik famili

BCL2, dan protein ini mengaktifkan telomerase. Infeksi HPV ini meneybabkan

hiangnya gen penekan tumor,mengaktifkan siklin,menghambat apoptosis, dan

melawan penuaan sel.(17)

2.3.4 Stadium kanker serviks


Stadium kanker serviks menurut FIGO dan TNM(18)

Stadium FIGO Temuan bedah patologi Kategori

TNM
Stadium 0 Tumor primer tidak ditemukan Tx
Tidak ada bukti tumor primer T0
Karsinoma in situ Tis
Stadium I Karinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri T1

diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker hanya dapat didiagnosis dengan mikroskopik T1a
I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman 3,0 mm/kurang dan lebar T1a1

kehorizontal lesi 7mm/kurang


I A2 Invasi kestroma >3mm tetapi <5mm dengan perluasan horizontal T1a2

7mm/kurang
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik T1b

lesi lebih luas dari stadium I A2/T1a2


I B1 Lesi tampak 4cm/kurang dari dimensi terbesar T1b1
I B2 Lesi tampak >4 cm dari dimensi terbesar T1b2
Stadium II Tumor menginvasi keluar uterus tetapi tidak sampai kedinding T2

pelvic atau sepertiga bawah vagina


IIA Tanpa invasi ke parametrium T2a
IIB Dengan mengivasi parametrium T2b
Stadium III Tumor menyebar ke dinding panggul dan atu melibtkan sepertiga T3

bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau fungsi

ginjal tidak berfungsi


IIIA Tumor meluas ke sepertiga bawah vagina,tidak menyebar ke T3a

dinding panggul
IIIB Tumor meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan T3b

hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi


IVA Tumor menginvasi kemukosa kandung kemih atau rektum T4

dan/atau menyebar melewati pelvis


IVB Metastasis jauh M1
Regional Nodus Limfatikus (N)
NX Regional nodus limfatikus tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis pada regional nodus limfatikus
N1 Terdapat metastasis pada regional nodus limfatikus
Metastasis jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Tabel 1.1 Sumber: NCCN Clinical Practice Guidlines In Oncology:Cervical

Cancer.2015

2.3.6 Pencegahan Kanker Serviks(1)

1. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual beresiko

untuk terinfeksi HPVseperti tidak berganti- ganti pasangan Seksual

dan tidak melakukan Hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18

tahun).

2. Selain itu juga menghindari factor resiko lain yang dapat memicu

terjadinya kanker seperti paparan asap rokok, menindaklanjuti hasil

pemeriksaan pap dan IVA dengan hasil positif dan meningkatkan daya

tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang

danbanyak mengandung vitamin C,A, asam folat .

3. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka

telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus

ditindak lanjut dengan pengobatan yang seuai bila ditemukan lesi.


4. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk

beberapa tipe yaitu bivalea(tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe

6,11,16,18). Kendala utama pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya

yang masih mahal.


2.4 Tes Deteksi dini kanker serviks

2.4.1 Pap smear

2.4.1.1 Definisi

Tes Pap adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat

adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk

mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang

ditandai denganadanya perubahan pada lapisan epite serviks ( displasia). Test

Pap smear memiliki sensitivitas 50-98% dan spesifitas yang mencapai 93%

nilai duga positif 84%,nilai duga negatif 69% sehingga terbukti baik menjadi

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

2.4.1.2 Indikasi

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif,deteksi dini

adanya keganasan pada serviks, pemantulan setelah tindakan

pembedahan,radioterapi,atau kemoterapi kanker serviks.

2.4.1.4 Persiapan dan syarat

a) Mengisi blanko permintaan secara lengkap

b) Menyiapkan botol atau tempat untuk etil alkohol 95% yang dipakai untuk

fiksasi

c) Jangan lakukan pemeriksaan vagina lainnya sebelum pengambilan samperl

d) Jangan gunakan lubrikan pada spekulum


e) Sebaiknya dilakukan diluar menstruasi,kecuali pada perdarahan vaginal

abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon vagina

sebelum mengambil sampel.

f) Bila pasien menggunakan obat berupa vaginal ovule,harus dihentikan

seminggu sebelum pengambilan sampel

g) Untuk pasien pasca persalinan,pasca pembedahan atau pascaradiasi hanya

bisa dilakukan setelah untuk menghindari adanya sel inflamasi yang dapat

menganggu interpretasi pemeriksaan sitologi

h) Pada kasus yang urigai adanya keganasan endometerium,disarankan untuk

mengambil sampel pada fornik posterior atau melakukan kerokan pada

endometrium secara langsung.

2.4.1.5 Teknik dan Prosedur

a) Spesimen dapat diambil dari sekresi vagina, sekret serviks,sekret

endometrium, dan fornik posterior. Instrumen yang bisa digunakan

adalah spatula ayre,spatula Szalay,dan ciotobush. Tempat lokasi

pengambilan yang tepat adalah pada daerah Squamo-columner

juction (SJC)

b) Pasien tidur pada meja ginekolog secara litotomi

c) Membuka vagina secra gentle dan memasukkan spekulum dengan

arah vertikalsetelah masuk vagina diputar 90 derajat. Bila ada

mukus pada osteum atau krusta sebaiknya dibersihkan telebih

dahulu
d) Spesimen diambil dengan spatula atau citobrush. Untuk

menigkatkan ketepatan pemeriksaan disarankan megambil dua

spesimen untuk tiap pasien

e) Menghapus spesimen pada pemukaan gelas objek

f) Egera masukkan kedalam cairan etil-alkohol 95% selama paling

sedikit 30 menit atau keringkan segera dengan menggunaka hair-

dryer

g) Mengangkat gelas objek dan mengeringkan diudara terbuka

h) Untuk kasus yang dicurigai adanya keganasan disarankan untuk

mengambil sampel dari fornik posterior dengan menggunakan

gelas pipet digerakkan kekiri dan kanan untuk mengambil sampel

yang cukup. Sampel dari pipet kemudian disemprotkan kegelas

objek dan difiksasi pada etil alkohol 95% selama 30 menit

kemudian dikeringkan pada udara trbuka dan dikirimkan dalam

amplop beserta blanko pemeriksaan

2.4.1.6 Komplikasi/ efek samping

Komplikasi sangat jarang terjadi termasuk perdarahan minor dan

infeksi.Psien harus diberikan edukasi terkadang terdapat bercak divagina

pada saat setelah melakukan pap smear.(medscape)

2.4.1.7 Interpretasi

Sistem yang dipakai adalah berdasarkan sitologi dan histologi yaitu sistem

papanicolau,sistem cervical intraepithelial Neoplasm (CIN), dan sistem


Betsheda sitem pelaporan yang berkembang adalah sistem betsheda ,

sistem Betsheda 1988 direvisi menjadi Betsheda 2001.

Untuk perempuan dengan umur 21 sampai 29 tahun dianjurkan melakukan

Pap smear setiap 3 tahun sekali dan bagi perempuan yang berumur 30-65

tahun dianjurkan melakuka test HPV dan Pap Smear setiap 5 tahun

sekali,tetapi juga dapat dilakukan 3 tahun sekali.


Klasifikasi sitologi Klasifikasi Histologi

(dugunakan untuk skrining) (digunakan untuk diagnosis)


Pap Sistem Betsheda CIN Klasifikasi deskripsi

WHO
Kelas I Normal Normal Normal

Kelas ASC-US Atypia Atypia

II ASC-H
Kelas LSIL CIN I termasuk flat Displasia ringan

III karsinoma
Kelas HSIL CIN 2 Displasia sedang

III
Kelas HSIL CIN 3 Displasia berat

III
Kelas HSIL CIN 3 Karsinoma Insitu

IV
Kelas V Karsinoma Karsinoma Invasif Karsinoma Invasif

Invasif
2.4.2 Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)(4)

2.3.8.1 Definisi Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Tes IVA adalah tes Visual dengan menggunakan larutan asam cuka( asam asetat

3-5%) dan larutan losium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang

terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang

mengalami displasia. Sentivitas untuk pemeriksaan IVA 84%,spesifitas 89%,nilai

duga postif 87% dan nilai duga negatif 86%.

2.3.8.2 Indikasi

Skrinning kanker mulut rahim

2.3.8.3 Kontraindikasi

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause,karna daerah zona

tarnsisionalnya seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan

pemriksaan inspekulo.

2.3.8.4 Persiapan dan syarat

2.3.8.4.1 Persiapan alat dan bahan

a) Sabun dan air untuk cuci tangan.

b) Lampu yang terang untuk melihat serviks

c) Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi

d) Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi

e) Meja ginekologi
f) Lidi kapas

g) Asam asetat 3-5% atau anggur putih ( white vinegar )

h) Larutan iodium lugol

i) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen dan sarung tangan

j) Format pencacatan

2.3.8.4.2 Persiapan tindakan

a) Menerangkan Prosedur tindakan,bagaimana dikerjakan dan apa

artinya hasil tes positif. Yakinkan bahwa pasien telah memahami

dan menandatangani informed consent.

b) Pemerikaan Inspekulo secara umum meliputi dinding

vagina,serviks dan forniks.

2.3.8.5 Teknik/Posedur

a) Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks.

b) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah,mukus,dan kotoran lain

pada serviks

c) Identifikasi daerah sambungan skuamo-columnar ( zona transformasi ) dan

area sekitarnya.

d) Oleskan larutan asam cuka atau lugol,tunggu 1-2 menit untuk terjadinya

perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan dengan

cermat daerah disekitar zona tarsformasi.

e) Lihat dengan cermat SCJ dan yakinkanlah area ini dapat semuanya

terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah. Liat adanya plaque warna
putih dan tebal atau epitel acetowhite bila menggunakan lauratan asam

asetat atau warba kekuningan bila menggunakan lugol.bersihkan segala

darah dan debris pada saat pemriksaan.

f) Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas atau

kasa bersih.

g) Lepaskan spekulum dengan hati-hati.

h) Catatlah hasil pengamatan, dan gambar denah temuan.

2.3.7.6 Interpretasi

Iva positif bila ditemukan adanya area berwarna putih (acetowhite) dan

permukaanya meninggi dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi. Bila

bercak putih , sampai ke liang senggama,petugas kesehatan akan merujuk

kerumah sakit untuk tindakan selanjutnya yaitu krioterapi.Krioterapi adalah

tindakan pengobatan memakai alat krioterapi dengan carapendinginan agar terjadi

pembekuan untuk menghancurkan sel yang tidak normal. Setelah dilakukan

krioterapi dokter akan menjadwalkan pemeriksaan ulang pada 1 bulan dan 6 bulan

setelah tindakan.Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan 1 tahun sekali

apanila (+) dan 5 tahun sekali apabila (-)


Ga

mbar 1.3

Sumber: PPSKI dan ISPCI.2003


2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Deteksi Dini Kanker Serviks


Tingkat Pengetahuan
-Pap smear

-Pemeriksaan Inspeksi Visual


Karakteristik ibu usia 21-65
Asam Asetat (IVA)
tahun

 Usia
 Pendidikan

2.3 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara pengukuran
Pengukuran
1 Usia Lama waktu hidup Wawancara 1. 21-30 tahun Kategorik

atau ada (sejak dengan 2. 35-45 tahun

dilahirkan). kusioner 3. 46-65 tahun

2 Pendidikan Sebuah proses Wawancara 1.Rendah; Kategorik

pemeblanjaran bagi dengan sekolah dasar

setiap individu untuk kuesioner (SD),sekolah

mencapai menegah

pengetahuan dan pertama (SMP).

pemahaman yang 2.Sedang;


lebih tinggi Sekolah

mengenai obyek menegah atas

tertentu dan (SMA).

spesifik.Pengetahua 3.Tinggi;

n yang diperoleh diploma

secara formal (D1,D2,D3,)

tersebut berakibat sarjana

pada setiap individu (S1,S2,S3).

yaitu memilki pola

pokir,perilaku dan

akhlak yang sesuai

dengan pendidikan

yang diperolehnya.
3 Pekerjaan Kegiatan melakukan Wawancara 1.Bekerja Kategorik

sesuatu yang dengan 2.Tidak bekerja

dilakuan untuk kuesioner

mencari nafkah.

KUESIONER
Identitas Responden

 Nama :

 Usia :

 Pendidikan terkahir :

a)SD b) SD

c) SMP d)SMA

e) D1/D2/D3/S1/S2/S3

 Pekerjaan

a) Bekerja ,Sebagai ..........

b) Tidak bekerja

 Sumber Infomasi

a) Koran,majalah, media cetak lainnya

b) Hp,tablet gadget lainnya

c) Televisi, radio, media elektronik lainnya

Ceklis () jawaban di kolom Ya atau Tidak

N Pertanyaan YA TIDAK
O
1 Apakah memurut ibu kanker serviks adalah sel ganas yang
mneyerang leher rahim?
2 Apakah menurut ibu kanker serviks ditularkan melalui
hubungan seksual?
3 Apakah menurut ibu HPV (Human Papilloma Virus)
merupakan penyebab kanker serviks?
4 Apakah ibu mengetahui kanker serviks penyebab kematian
pertama akibat kanker pada wanita didunia?
5 Apakah ibu mnehetahui kanker serviks banyak terjadi pada
wanita usia subur?

Ceklis () jawaban di kolom dapat lebih dari satu

Faktor resiko kanker serviks


 Bergonta-ganti pasangan seksual
 Merokok
 Melahirkan banyak anak
 Penggunaan pil KB/ Kontrasepsi oral jangka waktu lama
 Obesitas/kegememukan

Ceklis () jawaban di kolom Ya atau Tidak

N Pertanyaan YA TIDAK
O
1 Apakah ibu mengetahui gejala kanker serviks?
2 Apakah ibu mengetahui stadium kanker serviks?
3 Apakah ibu mengetahui tentang pemeriksaan deteksi dini
kanker seviks?
4 Apakah ibu mengetahui pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks telah ditanggung BPJS(Badan penyelenggara
jaminan sosial)?
5 Apakah ibu mengetahui manfaat deteksi dini kanker
serviks?
Ceklis () jawaban di kolom Ya atau Tidak

N Pertanyaan YA TIDAK
O
1 Apakah ibu mengetahui tentang papsmear?
2 Apakah ibu mengetahui kapan pemeriksaan Pap smear?
3 Apakah ibu mengetahui syarat dan cara melakukan
pemeriksaan pap smear?
4 Apakah ibu mengetahui tenaga medis mana saja yang dapat
melakukan pemeriksaan pap smear? Sebutkan ………
5 Apakah ibu menegtahui hasil dari pemeriksaan pap smear
dan apabila negative kapan dapat dilakukan kembali?
sebutkan?

Ceklis () jawaban di kolom Ya atau Tidak

N Pertanyaan YA TIDAK
O
1 Apakah ibu mengetahui tentang IVA ( Inspeksi Visual
Asam Asetat)?
2 Apakah ibu mengetahui kapan pemeriksaan IVA ( Inspeksi
Visual Asam Asetat)?
3 Apakah ibu mengetahui syarat dan cara melakukan
pemeriksaan IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat)?
4 Apakah ibu mengetahui tenaga medis mana saja yang dapat
melakukan pemeriksaan IVA ( Inspeksi Visual Asam
Asetat)?Sebutkan ………
5 Apakah ibu menegtahui hasil dari pemeriksaan IVA
( Inspeksi Visual Asam Asetat)?dan apabila negative kapan
dapat dilakukan kembali?sebutkan?

Anda mungkin juga menyukai