Disusun Oleh :
Pembimbing :
LAPORAN KASUS
Obyektif Presentasi :
Data Pasien
Nama: Tn.D Usia: 65 tahun Nomor RM: 172021 Alamat: Kalikuning,Tulakan
Data Utama untuk Bahan Diskusi:
A. Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak
Keluhan Tambahan: Batuk Berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RS dr.Darsono Pacitan dengan keluhan utama sesak.Sesak
dirasakan memeberat selama 2 hari . Sebelumnya pasien sudah mengalami sesak selama 1
bulan terakhir.Gejala disertai dengan batuk berdahak.Sesak dirasakan hilang timbul.sesak
dirasakan meningkat saat beraktivitas.tetapi sesak tidak dipengaruhi oleh
emosi,cuaca,ataupun makanan.Sesak dirasakan membaik jika minum obat dari klinik.
2
Riwayat Pengobatan:
OS sudah berobat keklinik namun pasien lupa obatnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah mengalami gejala yang sama 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengaku di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien perokok aktif
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Trakhea : di tengah
3
- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Kesan kardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris, sela iga
tampak melebar, retraksi intercostal (+)
Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri sama, simetris
Perkusi : hipersonor +/+
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangn paru melemah +/+
wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, distensi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), defense muscular (-).
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
4
- Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Hangat +/+ +/+
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Rash - -
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi
Ref. Fisiologis + +
Ref. Patologis - -
C. Pemeriksaan Penunjang
5
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11/06/2020
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematokrit 38.5 % 37 – 50
Lymph#
Rangkuman Pembelajaran Portofolio:0.6 103/uL 0.8 – 4.0
1. Subjective
Mid# 0.3 103/uL 0.1 – 1.5
Dari anamnesis didapatkan pasien2.8mengaku mengalami
Gran# 103/uL sesak dirasakan memberat
2.0 – 7.0
selama 2 hari . Sebelumnya pasien sudah mengalami sesak selama 1 bulan
Lymph% 17.0 % 20 – 40
terakhir.Gejala disertai dengan batuk berdahak.Sesak dirasakan hilang timbul.sesak
Mid% 7.9 % 3.0 – 15.0
dirasakan meningkat saat beraktivitas.tetapi sesak tidak dipengaruhi oleh
Gran%
emosi,cuaca,ataupun 75.1pernah mengalami%gejala yn jugang50sama
makanan.Pasien - 70 1 tahun
3. Assessment
Laki-laki, 65 tahun,PPOK
4. Diagnosa
Diagnosis Kerja:
PPOK
5. Plan
6
IGD
Non-medika Mentosa:
- Rawat Inap
- Observasi KU dan TTV pasien
- O2 nasal canul 3-5 lpm
Medikamentosa:
- IVFD NS 0.9% 20 tpm makro
- Metylprednisolon 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
Ruangan
Non-medika Mentosa:
- Observasi TTV
- O2 nasal canul 3-5 lpm
- Diet TKTP
Medikamentosa:
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Methylprednisolon 3x1 amp
- Injeksi Ambroksol 3x1 amp
- Injeksi Ranitidin 2x50 mg
- Azytromisin 1x1 amp
Rencana Edukasi:
- Edukasi mengenai diagnosa saat ini kepada pasien.
- Edukasi mengenai pengobatan pada pasien.
Rencana Konsultasi:
- Konsultasi dokter spesialis Penyakit Dalam untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih
lanjut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/ berbahaya, disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit. 1
Karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh
gabungan antara obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan
kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu. PPOK
seringkali timbul pada usia pertengahan akibat merokok dalam waktu yang
lama. PPOK sendiri juga mempunyai efek sistemik yang bermakna sebagai
pertanda sudah terdapat kondisi komorbid lainnya. Bronkitis kronik dan
emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena emfisema merupakan
diagnosis patologik dan bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis. Selain itu
keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran
napas. Manifestasi klinis PPOK adalah batuk, produksi sputum, sesak napas,
dan aktivitas terbatas.1
II. 2. ANATOMI
Paru – paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru terletak disamping
mediastinum. Oleh karena itu, masing – masing paru – paru satu sama lain
dipisahkan oleh jantung dan pembuluh – pembuluh besar serta struktur lain
dalam mediatinum. Masing – masing paru berbentuk konus dan diliputi oleh
8
pleura viceralis. Paru – paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri,
hanya diletakkan ke mediastinum oleh radix pulmonis.5
Masing – masing paru mempunyai apex yang tumpul, yang menjorok ke atas,
masuk ke leher sekitar 2,5 cm dia atas clavicula, facues costalis yang konveks,
yang berhubungan dengan dinding dada, dan facies mediastinalis yang konkaf
yang membentuk cetakan pada pericardium dan struktur – strutktur mediastinum
lain. Sekitar pertengahan permukaan kiri, terdapat hilus pulmonalis, suatu
lekukan dimana bronkus, pembuluh darah dan saraf masuk ke paru – paru untuk
membentuk radix pulmonalis.5
Paru – paru kanan sedikit lebih besar dibanding paru – paru kiri dan dibagi
oleh fissura oblique dan fisura horizontal menjadi 3 lobus, lobus superior,
medius dan inferior. Paru – paru kiri dibagi fisura obliqua menjadi 2 lobus,
lobus superior dan inferior.5
II. 3. EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini, PPOK masih menjadi salah satu penyakit paru yang
paling sering dijumpai. Di Amerika, jumlah kasus PPOK yang terdapat di
instalasi gawat darurat telah mencapai angka 1,5 juta, 726.000 yang
memerlukan perawatan di rumah sakit serta 119.000 meninggal selama tahun
2000. Saat ini, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung,
kanker dan penyakit serebro vascular sebagai penyebab kematian. Taksiran dari
World Health Organization (WHO) adalah bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat.1 Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga
Dep. Kes. RI tabun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat
ke enam. Seiring dengan meningkatnya prevalensi PPOK, rokok masih
9
merupakan faktor risiko terpenting penyebab PPOK di samping adanya faktor
risiko lain seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lain.2
Rokok
Predisposisi Genetik
Sosial ekonomi
II. 5. PATOGENESIS
Partikel dan gas beracun
Faktor penjamu
Inflamasi paru
Antioksidan Antiprotease
Mekanisme perbaikan
Patologi PPOK
II. 6. PATOFISIOLOGI
10
Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologis yang
mendasari PPOK sampai terjadinya gejala yang karakteristik. Misalnya penurunan
FEV1 yang terjadi disebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas perifer,
sementara transfer gas yang menurun disebabkan kerusakan parenkim yang terjadi
pada emphysema.1,3
- Keterbatasan aliran udara dan air trapping
Tingkat peradangan, fibrosis, dan eksudat luminal dalam saluran udara kecil
berkorelasi dengan penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC. Penurunan FEV1
merupakan gejala yang khas pada PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini
menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi. Meskipun
emfisema lebih dikaitkan dengan kelainan pertukaran gas dibandingkan dengan FEV1
berkurang, hal ini berkontribusi juga pada udara yang terperangkap yang terutama
terjadi pada alveolar. Ataupun saluran napas kecil akan menjadi hancur ketika
penyakit menjadi lebih parah.1
- Hipersekresi lendir
11
Hipersekresi lendir, yang mengakibatkan batuk produktif kronis, adalah gambaran
dari bronkitis kronis tidak selalu dikaitkan dengan keterbatasan aliran udara.
Sebaliknya, tidak semua pasien dengan PPOK memiliki gejala hipersekresi lendir. Hal
ini disebabkan karena metaplasia mukosa yang meningkatkan jumlah sel goblet dan
membesarnya kelenjar submukosa sebagai respons terhadap iritasi kronis saluran
napas oleh asap rokok atau agen berbahaya lainnya. Beberapa mediator dan protease
merangsang hipersekresi lendir melalui aktivasi reseptor faktor EGFR.1,3
- Hipertensi paru
Hipertensi paru ringan sampai sedang mungkin terjadi pada PPOK akibat proses
vasokonstriksi yang disebabkan hipoksia arteri kecil pada paru yang kemudian
mengakibatkan perubahan struktural yang meliputi hiperplasia intimal dan kemudian
hipertrofi otot polos / hiperplasia. Respon inflamasi dalam pembuluh darah sama
dengan yang terlihat di saluran udara dengan bukti terlihatnya disfungsi sel endotel.
Hilangnya kapiler paru pada emfisema juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru sehingga terjadi. pulmonary hypertension yang bersifat progresif
dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan dan akhirnya gagal jantung kanan (cor
pulmonale).1,3
- Eksaserbasi
Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih lanjut dari respon inflamasi dalam
saluran napas pasien PPOK, dapat dipicu oleh infeksi bakteri atau virus atau oleh
12
polusi lingkungan. Mekanisme inflamasi yang mengakibatkan eksaserbasi PPOK,
masih banyak yang belum diketahui. Dalam eksaserbasi ringan dan sedang terdapat
peningkatan neutrophil, beberapa studi lainnya juga menemukan eosinofil dalam
dahak dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
mediator tertentu, termasuk TNF-, LTB4 dan IL-8, serta peningkatan biomarker
stres oksidatif. Pada eksaserbasi berat masih banyak hal yang belum jelas, meskipun
salah satu penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil pada dinding saluran nafas
dan peningkatan ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan
hiperinflasi dan terperangkapnya udara, dengan aliran ekspirasi berkurang, sehingga
terjadi sesak napas yang meningkat. Terdapat juga memburuknya abnormalitas VA /
Q yang mengakibatkan hipoksemia berat.3
II. 7. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis PPOK, dapat menggunakan alur diagnosis sebagai
berikut :3
Pemeriksaan fisik *
Pemeriksaan fisik:
13
A. Normal
B. Kelainan:
Bentuk dada barrel chest
Penggunaan otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Hipertrofi otot bantu napas
Fremitus melemah
Hipersonor
Suara napas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang
Mengi5
Foto toraks curiga PPOK:
A. Normal
B. Kelainan:
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskular meningkat
Bulla
Kalsifikasi
Jantung pendulum.5
Pemeriksaan Faal Paru
14
Pemeriksaan Laboratorium
Analisa gas darah dan elektrolit perlu dikerjakan pada penderita PPOK dengan
FEV1 kurang dari 1,5 liter atau EKG yang konsisten dengan pembesaran ventrikel
kanan. Eritrositosis sekunder yang didapatkan dari kadar Hb dan hematokrit,
mencerminkan keadaan hipoksemia yang kronis. Pemeriksaan lahoratorium patologi
klinik lainnya disesuaikan dengan keadaan.6
2. Berhenti merokok
Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi
risiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit.1,3
3. Obat-Obatan
Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi,
nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang.1,3
- Antikolinergik : derajat ringan - berat
- Agonis Beta-2 : monitor timbulnya eksaserbasi
- Xantin : pemeliharaan jangka panjang
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
Digunakan pada PPOK stabil mulai derajat III dalam bentuk glukokortikoid, kombinasi
LABACs dan PDE-4.1,3
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi. Antibiotik yang digunakan (lihat di halaman 52,
tentang penatalaksanaan eksaserbasi).1,310
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N-asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin.3
Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous (misalnya
ambroksol, erdostein). Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin.1,3
Antitusif
Diberikan dengan hati-hati.3
Phosphodiesterase-4 inhibitor
Diberikan kepada pasien dengan derajat III atau derajat IV dan memiliki riwayat eksaserbasi
dan bronkitis kronik. Phosphodiesterase-4 inhibitor, roflumilast dapat mengurangi
eksaserbasi, diberikan secara oral dengan glukokortikosteroid.1,3
4. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi letihan dan memperbaiki kualiti
hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah
mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :11,12
Simptom pernapasan berat
Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
Kualiti hidup yang menurun.11,12
5. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-
organ lainnya.1,5
Manfaat oksigen:
Mengurangi sesak
Memperbaiki aktiviti
Mengurangi hipertensi pulmonal
Mengurangi vasokonstriksi
Mengurangi hematokrit
Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
Meningkatkan kualiti hidup.5
6. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal
napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan gagal napas
kronik.1
7. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK
karena berkorelasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.3,5
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan:
Penurunan berat badan
Kadar albumin darah
Antropometri
Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi).1
o Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gafal napas kronik
o Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisis gas darah
menunjukkan PH normal PCO2 > 60 mmHg dan PO2 < 60 mmHg
o Dahak tidak berwarna atau jernih
o Aktiviti terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil
spirometri)
o Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
o Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan.
Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil :1,3,10
Gejala eksaserbasi :1
Sesak bertambah
Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas
lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau
peningkatan.1,3
II. 10 Komplikasi
Dalam menentukan prognosis PPOK ini, dapat digunakan BODE index untuk
menentukan kemungkinan mortalitas dan morbiditas pasien. BODE ini adalah singkatan
dari:5
KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat
progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun/ berbahaya, disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat
penyakit.
Asap rokok merupakan satu – satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya. Faktor risiko genetik yang paling sering dijumpai adalah defisiensi
alfa-1 antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease serin.
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), dibagi
atas 4 derajat yaitu, derajat 1 (COPD ringan), derajat 2(COPD sedang), derajat 3 (COPD
berat), derajat 4 (COPD sangat berat).
Penderita COPD akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk – batuk
kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan COPD ringan dapat tanpa
keluhan atau gejala. Dan baku emas untuk menegakkan diagnosis COPD adalah uji
spirometri. Prognosis COPD tergantung dari stage/ derajat, penyakit paru komorbid dan
penyakit komorbid lain.
DAFTAR PUSTAKA