Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia merupakan
salah satu kasus dibagian bedah yang sering membutuhkan operasi. Menurut
penelitian didapatkan sekitar 10% penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan
dan umumnya terjadi pada pria.1

Terdapat 2 jenis hernia yakni hernia inguinalis lateralis dan hernia


inguinalis medialis. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari
rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudia hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Hernia inguinlais medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga
Hesselbach.2

Pada 0,8-4,4 % dari seluruh anak mengalami hernia inguinal dengan


riwayat keluarga mengalami hernia sekitar 11,5%. Pada tahun 1991 terdapat 13%
anak dengan operasi hernia inguinal repair. 15 % penderita hernia inguinal terjadi
pada bayi kurang dari 6 bulan, 54% pasien hernia inguinalis antara 6 bulan sampai
5 tahun, dan 31% terjadi pada anak lebih dari 5 tahun. Rasio kejadian hernia
inguinalis antara laki-laki dan perempuan lebih besar pada laki-laki dengan rasio
5:1. Bayi prematur akan meningkatkan risiko hernia inguinalis, dengan angka
kejadian 2% pada perempuan dan 7-30% terjadi pada laki-laki. Kebanyakan
pasien hernia terdeteksi pada tahun-tahun pertama saat bayi lahir.3,4

Hernia dapat menjadi kegawatdaruratan medis jika terdapat hernia


inkarserata dan strangulata. Kegawatdaruratan ini terjadi bila hernia inkarserata
yang menyebabkan usus yang terperangkap dalam kantung tersebut menghambat
aliran vena dan menyebabkan edema. Edema tersebut akan merusak aliran arteri

1
ke usus sampai ke skrotum. Jika aliran perfusi usus terganggu akan menimbulkan
hernia strangulata. Hernia strangulata menyebabkan peritonitis hingga kematian.1

Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan


pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar.
Galen pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui
lubang kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab
terjadinya hernia inguinalis indirekta.5 Pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama
kali melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi terhadap anak
yang menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan
56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei,6 dan pada abad ke 19
dengan melakukan berbagai metode pembedahan dalam mengatur kembali lapisan
anatomis dari kanalis inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya
seperti struktur dari funikulus spermatikus.7

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : T.M. NA
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 14 May 2014
Umur : 3 tahun
Alamat : Banda Aceh
No. CM : 1141251
Tanggal Masuk : 5/9/2017
Tanggal pemeriksaan : 6/9/2017
BB : 13 Kg

2.2. Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Benjolan disekitaran paha kanan.

2.2.2 Keluhan Tambahan


Nyeri
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan terdapat benjolan yang
timbul di inguinal sebalah kanan. Keluhan tersebut dialami pasien sejak 1 hari
SMRS. Keluhan tersebut diakui tidak pernah dialami sebelumnya oleh pasien dan
ibu pasien baru beberapa jam dari sebelum masuk ke IGD menyadari bahwa
anaknya terdapat benjolan pada bagian tersebut. Terdapat riwayat benjolan hilang
timbul sebelum benjolan muncul menetap. Selain itu, ibu pasien mengaku bahwa
anaknya ada mengaku diare beberapa kali sebelum timbul benjolan itu. Pasien
juga berdasarkan informasi dari ibunya ada mengalami nyeri. Untuk BAB dan
BAK tidak ada keluhan.

3
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti sekarang ini, penyakit lain
disangkal oleh ibu pasien.

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini. Riwayat penyakit
darah tinggi dan diabetes pada keluarga disangkal. Untuk riwayat penyakit lain
juga tidak ada.

2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat

Pasien belum berobat untuk keluhan yang dideritanya sekarang.

2.3. Status Internus


Keadaan Umum : Tampak Sakit
Kesadaran : Compos mentis
Heart Rate : 106 x/menit
Suhu : 36,9oC
Pernafasan : 23 x/menit
2.4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kulit

Warna : Kuning langsat


Turgor : Cepat kembali
Sianosis : Negatif
Ikterus : Negatif
Oedema : Negatif
Pemeriksaan Kepala

Kepala : Normocepali
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris (+)
Mata : Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+), Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm

4
Mata berair (-), konjuntivitis (-)

Telinga : Serumen (-/-)


Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut
o Bibir : Simetris, kering (-), sianosis (-)
o Lidah : Simetris, tremor (-), hiperemis (-), kesan kotor/putih (-)
Bercak putih kelabu dilidah (-), faring hiperemis (-)
o Tonsil : Hiperemis (-/-), T1/T1
o Faring : Hiperemis (-)
Pemeriksaan Leher

Inspeksi : Simetris, retraksi (-), ruam kemerahan (+)

Palpasi : TVJR-2cmH2O, pembesaran KGB (-)

Kuduk kaku (-)

Pemeriksaan Thorax

Inspeksi
o Statis : Simetris, bentuk normochest, iga tampak jelas
o Dinamis : Pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-),

iga tampak jelas (-)

Paru

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, iga tampak jelas (-)

Kanan Kiri

Palpasi Fremitus N Fremitus N

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler Normal Vesikuler Normal

5
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)

Jantung

Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), defans muscular (-),

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal

Tulang Belakang

Bentuk : Simetris

Nyeri tekan : Negatif

Kelenjar Limfe

Pembesaran KGB: Tidak ditemukan

Ekstremitas

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -

6
Fraktur - - - -

Genetalia dan Anus

RT : TSA ketat, mukosa licin, ampula kosong, feses (-)

Darah (-)

A.r Inguinal

I : Tampak benjolan di inguinal kanan

F : Nyeri (+)

2.5. Status Neurologis


GCS : E4 M6 V5

Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm

Reflek Cahaya : Langsung (+ /+), tidak langsung (+/+)

Tanda Meningeal : Negatif

Nervus Cranialis : Dalam batas normal

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium darah rutin

Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan


Hemoglobin 11,0 g/dL 12,0-14,5 g/dL
Hematokrit 34% 45-55%
Eritrosit 4.6 x 106/mm3 4,7-6,1 x 106/mm3
Leukosit 6.4 x 103/mm3 4,5-10,5 x 103/mm3
Trombosit 230 x 103/mm3 150-450 x 103/mm3
Hitung jenis
Eosinofil 0 0-6 %
Basofil 0 0-2%

7
Netrofil Batang 0 2-6%
Netrofil Segmen 59 50-70%
Limfosit 32 20-40%
Monosit 9 2-8%
Glukosa Darah Sewaktu 118 mg/dl <200 mg/dl
Elektrolit
Natrium 138 mmol/L 132-146 mmol/L
Kalium 3.8 mmol/L 3,7-5,4 mmol/L
Klorida 106 mmol/L 98-106 mmol/L
Ginjal-Hipertensi
Ureum 12 mg/dl 13-43 mg/dl
Kreatinin 0.20 mg/dl 0,67-1,17 mg/dl

Foto Gambar Klinis

2.7. Diagnosa Kerja


Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkarserata Release Spontan

2.8. Penatalaksanaan
1. Diet Bebas

8
2. IVFD 2:1 1300 cc/24 jam
3. Tredelendburg position
4. Inj. Metamizole Sodium 250 mg
5. Diazepam Supp 10 mg
2.9. Planning
1. Observasi dan Evaluasi Herniasi
2. Konsul bagian anak dan anastesi untuk recana tindakan
3. Rencana herniotomi per laparoscopy
Hasil Herniotomy per laparoscopy

2.10. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Quo ad Sanactionam : Bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Dinding Abdomen

Pada dasarnya, secara anatomi dinding abdomen diketahui mengandung


suatu struktur muskulo aponeurosis yang kompleks dimana dibagian belakangnya,
struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan dibagian
bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut terdiri atas beberapa lapis,
yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit yang terdiri dari dari lapisan kutis, lapisan
subkutis, otot dinding perut, fascia transversalis, dan juga peritoneum. Lapisan
subkutis ini sendiri terdiri dari fascia superfisial (fascia camper) dan juga fascia
profunda (fascia scarpa). Sementara itu, untuk otot dinding perut terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok ventrolateral yang terdiri dari tiga otot pipih, yakni
musculus obliquus abdominis eksternus dan internus, serta musculus transversus
abdominis dan satu otot vertikal yaitu musculus rectus abdominis. Kelompok
kedua yaitu kelompok posterior, yang terdiri dari musculus psoas major, musculus
psoas minor, musculus iliacus, musculus quadratus lumborum.8,9,10

Gambar 3.1. Anatomi Dinding Abdomen8

1. Fascia Camper
Fascia camper diketahui mengandung suatu paniculus adiposus atau lemak,
dimana lapisan ini juga membungkus daerah perineum sebagai fascia superfisialis

10
perinei. Pada laki-laki fascia ini akan bersatu dengan fascia scarpa membentuk
tunica dartos sebagai salah satu lapisan pembungkus dari testis. Para ahli bedah
memanfaatkan lembar dalam dari fascia superfisialis yang berupa selaput, untuk
memegang jahitan sewaktu menutup sayatan pada kulit abdomen.8,9,10
2. Fascia Scarpa
Lapisan membranosa yang tidak mengandung lemak. 8,9,10

Gambar 3.2. Fascia Abdomen8


Ketiga otot pipih dari dinding abdomen di sebelah ventral beralih menjadi
aponeurosis kuat yang berupa lembar. Pada linea alba, serabut setiap aponeurosis
membentuk jalinan dengan serabut serupa dari sisi yang lain membentuk vagina
musculi recti abdominis. Dalam vagina musculi recti abdominid terdapat struktur
musculus rectus abdominis, sebuah otot kecil yang tidak selalu ada yakni berupa
muskulus piramidalis, pembuluh epigastrica superior dan epigastrica inferior,
pembuluh limfe, dan radices anteriores nervi thoracici VII-XII. 8,9,10

Gambar 3.3. Otot Dinding Abdomen8


3. Fascia Transversalis

11
Fascia transversalis merupakan lembar selaput yang sifatnya kuat dan juga
hampir melapisi seluruh lapisan dinding abdomen. Fascia transversalis menutupi
permukaan dalam m. Transversus abdominis dan aponeurosisnya, dimana dari
kedua sisi bersatu di sebelah dorsal linea alba. 8,9,10
4. Peritonium Parietal
Terletak lebih ke dalam terhadap fascia transversalis dan terpisah darinya
oleh lemak ekstraperitoneal yang banyaknya berbeda-beda. Dinding perut akan
membentuk rongga perut yang akan melindungi isi rongga perut. Intergritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding abdomen sangat penting untuk mencegah
kemungkinan terjadinya hernia bawaan, didapat, maupun iatrogenik. Fungsi otot
dinding perut selain sebagai pelindung dari viscera abdomen, juga berfungsi pada
sistem pernapasan, berkemih dan buang air besar sehingga meninggikan tekanan
intraabdomen. 8,9,10

3.1.1 Vaskularisasi dan Inervasi Dinding Abdomen


Vaskularisasi dari dinding abdomen berasal dari beberapa arah. Dari arah
kraniodorsal diperoleh dari cabang aa.interkostales Vi s.d XII dan a. Epigastrica
superior (cabang a.thoracica interna. Dari kaudal, yaitu a.iliaka sirkumfleksa
superfisialis, a.pudenda eksterna dan juga a.epigastrica inferior. Kekayaan dari
vaskularisasi ini memungkinan sayatan perut horizontal dan juga vertikal tanpa
menimbulkan gangguan perdarahan.8 Fisiologinya, dinding abdomen dipersarafi
secara segmental oleh n.torakalis VI-XII dan n.lumbalis I. 8,9,10

Gambar 3.4. Vaskularisasi dan Inervasi Dinding Abdomen8

12
3.2. Hernia

3.2.1 Definisi

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui


lobang abnormal. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.1

3.2.2 Epidemiologi

Kejadian hernia sebanyak 10-20/1000 kelahiran hidup, pada bayi yang lahir
prematur angka kejadiannya lebih meningkat. Sekitar 0,8-4,4% bayi akan
berkembang menjadi hernia dengan riwayat keluarga hernia sebesar 11,5%. Rasio
kejadian hernia lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan yakni sebesar
5:1. Hernia pada sisi kiri lebih umum terjadi daripada sebelah kiri. Usia rata-rata
anak terkena hernia adalah 3,3 tahun. Pada bayi yang lahir prematur insidensi
terjadinya hernia akan semakin meningkat. Diperkirakan bayi prematur akan
berkembang menjadi hernia sebesar 10-30%.3

Adanya komorbid dari penyakit-penyakit lain juga bisa meningkatkan


risiko terjadinya hernia kriptokismus, sindrom Ehlers-Danlos, kista fibrotik,
sindrom Hunter, asites dan lain-lain. Menurut penelitian kista fibrotik dapat
meningkatkan kejadian hernia sebesar 8 kali sebesar 15%.3

3.2.3 Bagian Hernia


Pada dasarnya, setiap hernia memiliki bagian-bagiannya yaitu:11,12
1. Kantong hernia, pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Pada
dasarnya, tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional,
hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia, berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

13
3. Pintu hernia, merupakan bagian dari locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
4. Leher hernia, merupakan bagian tersempit dari kantong hernia yang sesuai
dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 3.5. Bagian-Bagian Hernia11


3.2.4 Jenis Hernia
Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis pembagian dari hernia, seperti:12,13,14
1. Menurut lokasinya
a. Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus di pusat.
c. Hernia femoralis di paha.
2. Menurut isinya
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya
a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns, misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi,
hernia obturaforia.

14
5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai dengan akibat yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir
atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan
otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan
jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan dari vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

15
3.3. Hernia Inguinalis

3.3.1 Definisi

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis


internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis eksterna/medialis.1 Hernia inguinalis lateralis
mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak
langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain
adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas
menuju medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis
lateralis dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.15,16
Tabel. 3.1. Perbedaan HIL dan HIM
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus oleh Onset
dengan vasa fascia biasanya
epigastrica spermatica pada waktu
inferior interna
Hernia Penojolan melewati cincin Lateral Ya Congenital
ingunalis inguinal dan biasanya Dan bisa
lateralis merupakan kegagalan pada waktu
penutupan cincin ingunalis dewasa.
interna pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen

3.3.2 Klasifikasi Hernia Inguinalis


Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:17,18,19
1. Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
2. Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
3. Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

16
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:
1. Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
2. Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
3. Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
4. Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
1. Hernia Indirek.
2. Hernia Direk
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor: 17,18,19
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia
indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk. 17,18,19

Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang melewati
cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel. Cincin interna
yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.

Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat kantung
peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas


dinding posterior, meliputi:20,21,22
1. Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
2. Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
3. Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.

17
4. Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding
posterior.
5. Tipe 3c adalah hernia femoralis.
6. Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
3.3.3 Patofisiologi
Saat perkembangan fetus, testis terletak di dalam ruang peritoneal. Saat testis
turun melewati inguinal canal dan menuju skrotum, dia diikuti oleh ekstensi dari
peritoneum yang seperti kantung yang kita kenal sebagai prosesus vaginalis.5
Setelah testis turun, prosesus vaginalis akan menutup pada bayi sehat dan menjadi
fibrous cord tanpa lumen. Dengan ini maka hubungan abdomen dan skrotum akan
terputus. Tanpa adanya hubungan ini organ abdomen atau cairan peritoneal tidak
akan bisa melalui skrotum atau inguinal canal. Apabila prosesus vaginalis tidak
tertutup, maka disebut sebagai patent processus vaginalis (PPV).23
Apabila PPV berdiameter kecil dan hanya cukup untuk dilewati oleh cairan
maka kondisi ini disebut sebagai hernia. Banyak teori yang menjelaskan mengenai
gagalnya penutupan processus vaginalis.24 Ditemukannya otot halus pada pada
jaringan PPV dan bukan pada peritoneum normal merupakan salah satunya.
Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan derajat kepatenan.
Sebagai contoh, lebih banyak ditemukan otot polos pada kantung hernia daripada
PPV dari hidrokel. Penelitian masih berlangsung untuk menemukan peran otot
polos dalam patogenesis dari kondisi ini.23

3.3.4 Manifestasi Klinis


Gejala klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala yang
muncul biasanya berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Hernia inguinalis yang
paling sering pada anak adalah hernia inguinalis lateralis (indirect). 60% dari
kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri
dan 10% bilateral.25

18
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha,
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan.Pada
saat melakukan palpasi, teraba benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus,
omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan apakah hernia tersebut dapat
didorong masuk dengan jari / direposisi.Sewaktu aukultasi dapat terdengar bising
usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang berupa usus.26

3.3.5 Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,muncul


terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkantekanan intra-
abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan inihilang pada waktu
berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor
yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus
(obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi,
sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.1

2. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak dilipat paha di bawah ligamentum inguinale di


medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut
berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).1

Teknik pemeriksaan Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis


(lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis
serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum.
Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie). Secara klinis HIL dan HIM
dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :1

 Pemeriksaan Finger Test :1

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

19
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anuluseksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk : Bila impuls diujung jari berarti Hernia


Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:17,27,28
1. Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
2. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
3. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidaklah diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of
Hernia En Masse.Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse: 17,27,28
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
3.3.5 Tatalaksana
 Penanganan Di Instalasi Gawat Darurat.29,30,31
1. Mengurangi hernia.
2. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
3. Menurunkan tegangan otot abdomen.
4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

20
5. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.
6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
9. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks
akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
10. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaan
11. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.

 Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi
hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan mendorong isi hernia ke arah
cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada
anak-anak masih elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya.
Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi
sesegera mungkin.1

21
1. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
2. Reposisi spontan anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila
berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
3. Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan
strangulasi masih mengancam.27,29,32
4. Taksis Prosedure
Prosedur dilakukan taksis sebagai pengobatan konservatif hernia
masih diperdebatkan. Beberapa ahli berpendapat bahwa taksis dapat
dilakukan jia tidak terdapat adanya tanda strangulasi dari hernia. Tetapi
akibat dari tidak adanya cara definitif untuk melihat strangulasi maka
beberapa ahli menganjurkan dilakukan taksis. Taksis dapat dilakukan
dengan syarat tidak adanya oklusi usus atau hernia inkanserata muncul
pada 4 jam pertama.33
Prinsip dari taksis adalah untuk memisahkan kantung hernia dari
jaringan sekitar dan invaginasi kembali kedalam rongga abdomen tanpa
mengganggu hubungan antara kantung hernia dan isinya. Taksis dapat
menyebabkan komplikasi seperti iskemik usus setelah dilakukannya taksis.
Akan tetapi komplikasi yang disebabkan jarang terjadi, komplikasi dapat
terjadi bila manipulasi dilakukan secara berulang dan dengan paksa.
Dalam penelitian Harissis 2009 prosedur taksis aman untuk dilakukan.
Ahli bedah anak menganjurkan untuk ditambahkan analgesik atau sedasi
dalam prosedur melakukan taksis. Dari hasil penelitian didapatkan 75-85%
taksis prosedur sukses dilakukan. Kegagalan yang terjadi pada prosedur
taksis dikarenakan saat dilakukan taksis pemeriksa tidak menggukan
sedasi tetatpi hanya analgetik.33
Taksis dilakukan dengan cara menggunakan tekanan jari atau
tangan untuk mereduksi organ ke tempat semula. Pasien diberi sedasi

22
terlebih dahulu kemudian posisi trendelenburg. Kantung hernia di dorong
ke rongga abdomen secara langsung, atau leher hernia dielongasikan
kemudian kantung hernia di dorong ke rongga abdomen.33

Gambar 3.6 Taksis Prosedur


 Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis


yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik dalam
mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya berbagai metode
hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan
m. tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan
cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode basinni atau
menjahit fasia tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke
ligamentum cooper pada Mc Vay.1

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien berinisial T dengan usia 3 tahun, datang ke IGD RSUDZA dengan


keluhan terdapat benjolan yang timbul di inguinal sebalah kanan. Keluhan
tersebut dialami pasien sejak 1 hari SMRS. Hernia inguinal sering terkena pada
anak pada tahun pertama kehidupan, dimana angka kejadian paling banyak di
beberapa bulan kelahiran pertama. Pada 0,8-4,4 % dari seluruh anak mengalami
hernia inguinal dengan riwayat keluarga mengalami hernia sekitar 11,5%. Pada
tahun 1991 terdapat 13% anak dengan operasi hernia inguinal repair. 15 %
penderita hernia inguinal terjadi pada bayi kurang dari 6 bulan, 54% pasien hernia
inguinalis antara 6 bulan sampai 5 tahun, dan 31% terjadi pada anak lebih dari 5
tahun.3Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.1

Pada hasil anamnesis didapatkan benjolan hernia yang menetap. Pasien


mengaku benjolan tersebut disertai dengan nyeri. Aktivitas mengangkat benda
berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi dapat memacu meningkatnya
tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek pada dinding otot ligament
inguinal akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah
lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya hernia.10

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka pada
pasien sangat dapat diarahkan kepada kondisi hernia inguinalis. Hernia inguinalis
sendiri adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli bedah
umum. Hernia inguinalis pertama kali di temukan dalam tulisan pada lebih dari
3.500 tahun yang lalu, dan perawatan bedah di lakukan sekurangnya pada 2.000
tahun yang lalu. Terdapat banyak teori tentang etiologi dan juga jumlah deskripsi
anatomi, yang menghasilkan berbagai cara reparasi. Hernia inguinalis merupakan

24
kegagalan dari lantai kanalis inguinalis. Ini diekspresikan sebagai cincin internal
yang berdilatasi pada hernia indirek atau sebagai kelemahan dan penipisan difus
pada hernia direk.
Pada pasien tersebut, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami
hernia inguinalis lateralis kanan. Pada penelitian menunjukkan hernia inguinalis
lebih sering terjadi di sisi kanan sebesar 60%, sisi kiri 30% dan 10% terjadi
bilateral. Hal ini terjadi akibat saat testis dari abdomen turun ke scrotum dimana
testis sebelah kiri lebih dulu turun ke scrotum dibandingkan testis yang kanan
yang akan menyebabkan kegagalannya prosesus vaginalis tertutup. Saat kelahiran
normalnya prosesus vaginalis telah menutup sempurna tetapi terdapat keadaan
dimana prosesus vagnalis belum tertutup sempurna saat bayi lahir yang akan
menyebabkan hernia inguinal. Pada hernia inguinalis lateralis secara normal
kantong peritoneum terobliterasi sehingga kanalis inguinalis hanya akan terisi
funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada wanita. Jika
terjadi kegagalan obliterasi isi rongga peritoneum dapat memasuki kanalis
inguinalis melalui cincin inguinal. Sedangkan pada hernia inguinalis medialis
umumnya bilateral, jarang mengalarni inkarserasi dan strangulasi.
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai
sebab, yang mencakup pengejanan mendadak, gerak badan yang terlalu aktif,
obesitas, batuk yang menahun, ascites. Mengejan pada waktu buang air besar,
kehamilan dan adanya masa abdomen yang besar merupakan predisposisi ke
perkembangan hernia inguinalis. Sebagian besar dari kasus hernia inguinalis
adalah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin
dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis, atau suatu kantong
setinggi anulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih menonjol
bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya masa dalam
daerah inguinalis manapun atau bagian atas skrotum.
Pasien dilakukan herniotomi perlaparoscopy. Pengobatan operatif
merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan

25
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan
memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.1
Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

26
27
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hernia adalah kasus tersering dibagian bedah abdomen sesudah appendicitis.


Hernia dapat didefinisikan sebagai adanya suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia inguinalis dibagi dua
jenis hernia inguinalis medialis dan hernia ingunalis lateralis. Yang tersering
hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah sebelah kanan. Pada hernia inguinalis lateralis processus
vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka). Komplikasi yang terjadi yaitu
inkarserasi dan strangulasi. Apabila sudah terjadi strangulasi penanganan segera
adalah dengan operasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. Jong, W. D. Pembedahan Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi


2. Jakarta: EGC. 2005. p. 265-266.
2. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aeus Calpius.
3. Ashcraft’s pediatric surgery [2010] George Whitfield Holcomb III, J.
Patrick Murphy ; associate editor, Daniel J. Ostlie. — 5th ed.
4. Andre Hebra, 2017. Pediatric Hernias. MD Chief, Division of Pediatric
Surgery, Professor of Surgery and Pediatrics, Medical University of South
Carolina College of Medicine; Surgeon-in-Chief, Medical University of
South Carolina Children's Hospital.
5. Bland, K.I., Beenken, W.S., Copeland III , E.M.The Breast. Dalam
Schwartz, Spenser Shires. Principle of Surgery. 8 Edition. New York : Mc
Graw Hill Company. 2005. p. 463-466.
6. Lin, L.Y. Wang, R.H. Abdominal surgery, pain and anxiety: preoperative
nursing intervention. Journal of Advanced Nursing. 2005; 51(3). p. 252–
260
7. Schwartz M. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2012.
8. Paulsen F. J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
2013.
9. Pearce, C, Evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta :
Gramedia. 2009.
10 Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006
11 Courtney, M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
12 Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek,
K. "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg. 2007. 142 (6): 562–7.

29
13 Zheng H, Si Z, Kasperk R, et al. Recurrent inguinal hernia: disease of the
collagen matrix? World J Surg. 2002; 26(4):401-8.
14 R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New
York. 2001. P. 124-136.
15 Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
16 Grace P, Borley N., At a Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta.
Erlangga. 2006. p. 89-97.
17 Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
18 Norton,Jeffrey A. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 2001. P. 787-803.
19 Klinge U, Si ZY, Zheng H, et al. Abnormal collagen I to III distribution in
the skin of patients with incisional hernia. Eur Surg Res. 2000; 32(1):43-8.
20 Brunicardi F, Dana A, Timothy B, David D, John G. H, Jeffrey M,
Raphael E. Schwartz's Principles of Surgery, 10th edition. 2015.
21 Michael Z and Stanley A. Maingot's Abdominal Operations, 12th Edition
(Zinner, Maingot's Abdominal Operations) 12th Edition. 2013.
22 Karen C and Valerie R. Surgical Technology Review: Certification &
Professionalism 1st Edition. 2010.
23 Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto,
Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC, 147–200.
24 Van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis
in the adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia.
Surg Endosc 2007;21:202–205
25 The British Hernia Centre. Inguinal; Umbilical Hernias in Infancy and
Childhood(PaediatricHernia), 2016
26 Richard l. Drake. Inguinal Hernias. Gray’s anatomy for students, 3th
edition. Canada: Elsevier Churchill Livingstone; 2015. Halaman: 299-302.

30
27 Courtney M.T, Beaucham R. D, Marks E, Kenneth L. M. Sabiston
Textbook of Surgery: The Biological Basic Of Modern Surgical Practice.
20 th edition. 2016.
28 Korenkov M, Sauerland S, Arndt M, et al. Randomized clinical trial of
suture repair, polypropylene mesh or autodermal hernioplasty for
incisional hernia. Br J Surg. 2002; 89(1):50-6.
29 Weinstein PR, Hoff JT. Hernias and Other Abdominal Lesions of the
Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eds. L.W.
Way and Gerald M. Doherty. 11th ed. New York: McGraw-Hill, 2004.
783-796.
30 Bevacqua J. Umbilical hernias in infants and children. Nurse pract. Dec
2009;34(12):12-13.
31 Helgstrand F, Rosenberg J, Bisgaard T. Trocar site hernia after
laparoscopic surgery: a qualitative systematic review. Hernia.
2011;15:113-121.
32 Arslani N, Patrlj L, Kopljar M, Rajkovic Z, Altarac S, Papes D, Stritof D.
Advantages of new materials in fascia transversalis reinforcement for
inguinal hernia repair. Hernia. 2010;14(6):617-21
33 Harissis HV. Douitsis E. Fatouros M. Incarcerated hernia: to reduce or not
to reduce?. Department of Surgery, Medical School, University of
Ioannina, Ioannina, Greece. 2009.

31

Anda mungkin juga menyukai