PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia merupakan
salah satu kasus dibagian bedah yang sering membutuhkan operasi. Menurut
penelitian didapatkan sekitar 10% penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan
dan umumnya terjadi pada pria.1
1
ke usus sampai ke skrotum. Jika aliran perfusi usus terganggu akan menimbulkan
hernia strangulata. Hernia strangulata menyebabkan peritonitis hingga kematian.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Benjolan disekitaran paha kanan.
3
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti sekarang ini, penyakit lain
disangkal oleh ibu pasien.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini. Riwayat penyakit
darah tinggi dan diabetes pada keluarga disangkal. Untuk riwayat penyakit lain
juga tidak ada.
Kepala : Normocepali
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris (+)
Mata : Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+), Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm
4
Mata berair (-), konjuntivitis (-)
Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
o Statis : Simetris, bentuk normochest, iga tampak jelas
o Dinamis : Pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-),
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, iga tampak jelas (-)
Kanan Kiri
5
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Tulang Belakang
Bentuk : Simetris
Kelenjar Limfe
Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
6
Fraktur - - - -
Darah (-)
A.r Inguinal
F : Nyeri (+)
7
Netrofil Batang 0 2-6%
Netrofil Segmen 59 50-70%
Limfosit 32 20-40%
Monosit 9 2-8%
Glukosa Darah Sewaktu 118 mg/dl <200 mg/dl
Elektrolit
Natrium 138 mmol/L 132-146 mmol/L
Kalium 3.8 mmol/L 3,7-5,4 mmol/L
Klorida 106 mmol/L 98-106 mmol/L
Ginjal-Hipertensi
Ureum 12 mg/dl 13-43 mg/dl
Kreatinin 0.20 mg/dl 0,67-1,17 mg/dl
2.8. Penatalaksanaan
1. Diet Bebas
8
2. IVFD 2:1 1300 cc/24 jam
3. Tredelendburg position
4. Inj. Metamizole Sodium 250 mg
5. Diazepam Supp 10 mg
2.9. Planning
1. Observasi dan Evaluasi Herniasi
2. Konsul bagian anak dan anastesi untuk recana tindakan
3. Rencana herniotomi per laparoscopy
Hasil Herniotomy per laparoscopy
2.10. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fascia Camper
Fascia camper diketahui mengandung suatu paniculus adiposus atau lemak,
dimana lapisan ini juga membungkus daerah perineum sebagai fascia superfisialis
10
perinei. Pada laki-laki fascia ini akan bersatu dengan fascia scarpa membentuk
tunica dartos sebagai salah satu lapisan pembungkus dari testis. Para ahli bedah
memanfaatkan lembar dalam dari fascia superfisialis yang berupa selaput, untuk
memegang jahitan sewaktu menutup sayatan pada kulit abdomen.8,9,10
2. Fascia Scarpa
Lapisan membranosa yang tidak mengandung lemak. 8,9,10
11
Fascia transversalis merupakan lembar selaput yang sifatnya kuat dan juga
hampir melapisi seluruh lapisan dinding abdomen. Fascia transversalis menutupi
permukaan dalam m. Transversus abdominis dan aponeurosisnya, dimana dari
kedua sisi bersatu di sebelah dorsal linea alba. 8,9,10
4. Peritonium Parietal
Terletak lebih ke dalam terhadap fascia transversalis dan terpisah darinya
oleh lemak ekstraperitoneal yang banyaknya berbeda-beda. Dinding perut akan
membentuk rongga perut yang akan melindungi isi rongga perut. Intergritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding abdomen sangat penting untuk mencegah
kemungkinan terjadinya hernia bawaan, didapat, maupun iatrogenik. Fungsi otot
dinding perut selain sebagai pelindung dari viscera abdomen, juga berfungsi pada
sistem pernapasan, berkemih dan buang air besar sehingga meninggikan tekanan
intraabdomen. 8,9,10
12
3.2. Hernia
3.2.1 Definisi
3.2.2 Epidemiologi
Kejadian hernia sebanyak 10-20/1000 kelahiran hidup, pada bayi yang lahir
prematur angka kejadiannya lebih meningkat. Sekitar 0,8-4,4% bayi akan
berkembang menjadi hernia dengan riwayat keluarga hernia sebesar 11,5%. Rasio
kejadian hernia lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan yakni sebesar
5:1. Hernia pada sisi kiri lebih umum terjadi daripada sebelah kiri. Usia rata-rata
anak terkena hernia adalah 3,3 tahun. Pada bayi yang lahir prematur insidensi
terjadinya hernia akan semakin meningkat. Diperkirakan bayi prematur akan
berkembang menjadi hernia sebesar 10-30%.3
13
3. Pintu hernia, merupakan bagian dari locus minoris resistance yang dilalui
kantong hernia.
4. Leher hernia, merupakan bagian tersempit dari kantong hernia yang sesuai
dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)
14
5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai dengan akibat yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir
atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan
otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan
jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan dari vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
15
3.3. Hernia Inguinalis
3.3.1 Definisi
16
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:
1. Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
2. Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
3. Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
4. Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
1. Hernia Indirek.
2. Hernia Direk
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor: 17,18,19
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia
indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk. 17,18,19
Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang melewati
cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel. Cincin interna
yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat kantung
peritoneal.
17
4. Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding
posterior.
5. Tipe 3c adalah hernia femoralis.
6. Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
3.3.3 Patofisiologi
Saat perkembangan fetus, testis terletak di dalam ruang peritoneal. Saat testis
turun melewati inguinal canal dan menuju skrotum, dia diikuti oleh ekstensi dari
peritoneum yang seperti kantung yang kita kenal sebagai prosesus vaginalis.5
Setelah testis turun, prosesus vaginalis akan menutup pada bayi sehat dan menjadi
fibrous cord tanpa lumen. Dengan ini maka hubungan abdomen dan skrotum akan
terputus. Tanpa adanya hubungan ini organ abdomen atau cairan peritoneal tidak
akan bisa melalui skrotum atau inguinal canal. Apabila prosesus vaginalis tidak
tertutup, maka disebut sebagai patent processus vaginalis (PPV).23
Apabila PPV berdiameter kecil dan hanya cukup untuk dilewati oleh cairan
maka kondisi ini disebut sebagai hernia. Banyak teori yang menjelaskan mengenai
gagalnya penutupan processus vaginalis.24 Ditemukannya otot halus pada pada
jaringan PPV dan bukan pada peritoneum normal merupakan salah satunya.
Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan derajat kepatenan.
Sebagai contoh, lebih banyak ditemukan otot polos pada kantung hernia daripada
PPV dari hidrokel. Penelitian masih berlangsung untuk menemukan peran otot
polos dalam patogenesis dari kondisi ini.23
18
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha,
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan.Pada
saat melakukan palpasi, teraba benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus,
omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan apakah hernia tersebut dapat
didorong masuk dengan jari / direposisi.Sewaktu aukultasi dapat terdengar bising
usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang berupa usus.26
3.3.5 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
19
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anuluseksternus ke kanal inguinal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:17,27,28
1. Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
2. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
3. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidaklah diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of
Hernia En Masse.Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse: 17,27,28
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
3.3.5 Tatalaksana
Penanganan Di Instalasi Gawat Darurat.29,30,31
1. Mengurangi hernia.
2. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
3. Menurunkan tegangan otot abdomen.
4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
20
5. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap
hernia inguinalis.
6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
9. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks
akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
10. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaan
11. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.
Konservatif
21
1. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
2. Reposisi spontan anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila
berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
3. Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan
strangulasi masih mengancam.27,29,32
4. Taksis Prosedure
Prosedur dilakukan taksis sebagai pengobatan konservatif hernia
masih diperdebatkan. Beberapa ahli berpendapat bahwa taksis dapat
dilakukan jia tidak terdapat adanya tanda strangulasi dari hernia. Tetapi
akibat dari tidak adanya cara definitif untuk melihat strangulasi maka
beberapa ahli menganjurkan dilakukan taksis. Taksis dapat dilakukan
dengan syarat tidak adanya oklusi usus atau hernia inkanserata muncul
pada 4 jam pertama.33
Prinsip dari taksis adalah untuk memisahkan kantung hernia dari
jaringan sekitar dan invaginasi kembali kedalam rongga abdomen tanpa
mengganggu hubungan antara kantung hernia dan isinya. Taksis dapat
menyebabkan komplikasi seperti iskemik usus setelah dilakukannya taksis.
Akan tetapi komplikasi yang disebabkan jarang terjadi, komplikasi dapat
terjadi bila manipulasi dilakukan secara berulang dan dengan paksa.
Dalam penelitian Harissis 2009 prosedur taksis aman untuk dilakukan.
Ahli bedah anak menganjurkan untuk ditambahkan analgesik atau sedasi
dalam prosedur melakukan taksis. Dari hasil penelitian didapatkan 75-85%
taksis prosedur sukses dilakukan. Kegagalan yang terjadi pada prosedur
taksis dikarenakan saat dilakukan taksis pemeriksa tidak menggukan
sedasi tetatpi hanya analgetik.33
Taksis dilakukan dengan cara menggunakan tekanan jari atau
tangan untuk mereduksi organ ke tempat semula. Pasien diberi sedasi
22
terlebih dahulu kemudian posisi trendelenburg. Kantung hernia di dorong
ke rongga abdomen secara langsung, atau leher hernia dielongasikan
kemudian kantung hernia di dorong ke rongga abdomen.33
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka pada
pasien sangat dapat diarahkan kepada kondisi hernia inguinalis. Hernia inguinalis
sendiri adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli bedah
umum. Hernia inguinalis pertama kali di temukan dalam tulisan pada lebih dari
3.500 tahun yang lalu, dan perawatan bedah di lakukan sekurangnya pada 2.000
tahun yang lalu. Terdapat banyak teori tentang etiologi dan juga jumlah deskripsi
anatomi, yang menghasilkan berbagai cara reparasi. Hernia inguinalis merupakan
24
kegagalan dari lantai kanalis inguinalis. Ini diekspresikan sebagai cincin internal
yang berdilatasi pada hernia indirek atau sebagai kelemahan dan penipisan difus
pada hernia direk.
Pada pasien tersebut, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami
hernia inguinalis lateralis kanan. Pada penelitian menunjukkan hernia inguinalis
lebih sering terjadi di sisi kanan sebesar 60%, sisi kiri 30% dan 10% terjadi
bilateral. Hal ini terjadi akibat saat testis dari abdomen turun ke scrotum dimana
testis sebelah kiri lebih dulu turun ke scrotum dibandingkan testis yang kanan
yang akan menyebabkan kegagalannya prosesus vaginalis tertutup. Saat kelahiran
normalnya prosesus vaginalis telah menutup sempurna tetapi terdapat keadaan
dimana prosesus vagnalis belum tertutup sempurna saat bayi lahir yang akan
menyebabkan hernia inguinal. Pada hernia inguinalis lateralis secara normal
kantong peritoneum terobliterasi sehingga kanalis inguinalis hanya akan terisi
funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada wanita. Jika
terjadi kegagalan obliterasi isi rongga peritoneum dapat memasuki kanalis
inguinalis melalui cincin inguinal. Sedangkan pada hernia inguinalis medialis
umumnya bilateral, jarang mengalarni inkarserasi dan strangulasi.
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai
sebab, yang mencakup pengejanan mendadak, gerak badan yang terlalu aktif,
obesitas, batuk yang menahun, ascites. Mengejan pada waktu buang air besar,
kehamilan dan adanya masa abdomen yang besar merupakan predisposisi ke
perkembangan hernia inguinalis. Sebagian besar dari kasus hernia inguinalis
adalah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin
dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis, atau suatu kantong
setinggi anulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih menonjol
bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya masa dalam
daerah inguinalis manapun atau bagian atas skrotum.
Pasien dilakukan herniotomi perlaparoscopy. Pengobatan operatif
merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan
25
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan
memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.1
Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1
26
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
29
13 Zheng H, Si Z, Kasperk R, et al. Recurrent inguinal hernia: disease of the
collagen matrix? World J Surg. 2002; 26(4):401-8.
14 R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New
York. 2001. P. 124-136.
15 Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
16 Grace P, Borley N., At a Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta.
Erlangga. 2006. p. 89-97.
17 Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
18 Norton,Jeffrey A. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 2001. P. 787-803.
19 Klinge U, Si ZY, Zheng H, et al. Abnormal collagen I to III distribution in
the skin of patients with incisional hernia. Eur Surg Res. 2000; 32(1):43-8.
20 Brunicardi F, Dana A, Timothy B, David D, John G. H, Jeffrey M,
Raphael E. Schwartz's Principles of Surgery, 10th edition. 2015.
21 Michael Z and Stanley A. Maingot's Abdominal Operations, 12th Edition
(Zinner, Maingot's Abdominal Operations) 12th Edition. 2013.
22 Karen C and Valerie R. Surgical Technology Review: Certification &
Professionalism 1st Edition. 2010.
23 Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto,
Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC, 147–200.
24 Van Veen RN, van Wessem KJ, Halm JA, et al. Patent processus vaginalis
in the adult as a risk factor for the occurrence of indirect inguinal hernia.
Surg Endosc 2007;21:202–205
25 The British Hernia Centre. Inguinal; Umbilical Hernias in Infancy and
Childhood(PaediatricHernia), 2016
26 Richard l. Drake. Inguinal Hernias. Gray’s anatomy for students, 3th
edition. Canada: Elsevier Churchill Livingstone; 2015. Halaman: 299-302.
30
27 Courtney M.T, Beaucham R. D, Marks E, Kenneth L. M. Sabiston
Textbook of Surgery: The Biological Basic Of Modern Surgical Practice.
20 th edition. 2016.
28 Korenkov M, Sauerland S, Arndt M, et al. Randomized clinical trial of
suture repair, polypropylene mesh or autodermal hernioplasty for
incisional hernia. Br J Surg. 2002; 89(1):50-6.
29 Weinstein PR, Hoff JT. Hernias and Other Abdominal Lesions of the
Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eds. L.W.
Way and Gerald M. Doherty. 11th ed. New York: McGraw-Hill, 2004.
783-796.
30 Bevacqua J. Umbilical hernias in infants and children. Nurse pract. Dec
2009;34(12):12-13.
31 Helgstrand F, Rosenberg J, Bisgaard T. Trocar site hernia after
laparoscopic surgery: a qualitative systematic review. Hernia.
2011;15:113-121.
32 Arslani N, Patrlj L, Kopljar M, Rajkovic Z, Altarac S, Papes D, Stritof D.
Advantages of new materials in fascia transversalis reinforcement for
inguinal hernia repair. Hernia. 2010;14(6):617-21
33 Harissis HV. Douitsis E. Fatouros M. Incarcerated hernia: to reduce or not
to reduce?. Department of Surgery, Medical School, University of
Ioannina, Ioannina, Greece. 2009.
31