CA MAMMAE
Oleh:
Dokter Internsip
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit akibat mutasi gen pada sel tubuh yang mengatur
proses-proses penting, yaitu pembelahan sel, pengaturan kematian sel (apoptosis),
dan pertahan kestabilan atau integritas gen.
Di Indonesia lebih dari 80% kasus ditemukan saat stadium lanjut. Jika
dibandingkan dengan data dari pusat kanker di Malaysia, penderita yang berobat
ke Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tiga kali lebih banyak berada pada
kondisi dengan metastasis jauh. Keadaan ini menunjukkan betapa beratnya
permasalahan kanker payudara di Indonesia dan membutuhkan penatalaksaan
yang lebih serius dan lebih baik untuk masyarakat Indonesia di masa yang akan
datang. 1,3
4
BAB II
Ilustrasi Kasus
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
Benjolan di payudara kanan sejak 7 bulan smrs
5
c. Riwayat penyakit dahulu
Alergi, asma, hipertensi, diabetes melitus, stroke, serta penyakit jantung
disangkal. Pasien pernah di operasi tahun 2007 karena KET dan tahun 2017
karena benjolan yang pertama. Tahun 2008 pasien pernah menggunakan KB
suntik selama 1 tahun, siklus mentruasi 30 hari selama 4-5 hari, menstruasi
pertama usia 14 tahun. Pasien memiliki 1 orang anak usia 13 tahun,
persalinan normal, menyusui 2 tahun.
e. Riwayat sosial
Merokok dan konsumsi alkohol disangkal. Pola makan pasien teratur.
Kepala : normocephali
THT :
6
Hidung : deformitas (-), deviasi septum (-/-), edema (-/-), sekret (-/-),
Telinga : normotia, otorea (-/-), hiperemis (-/-)
Tenggorokan dan Rongga mulut :
- Bucal : warna normal, ulkus (-)
- Arkus faring simetris, uvula ditengah
- Tonsil : T1/T1, kripta (-/-), detritus(-/-), membran (-/-)
Jantung
Paru
Abdomen
7
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)
Status lokalis
Inspeksi :
Palpasi :
Pada ketiak teraba massa bulat ukuran 3 x 2 cm, padat, batas tegas,
mobile.
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen thorax
Kesan :
Cor/pulmo tampak normal
Tidak tampak nodul pada kedua lapang paru
USG mammae
Massa padat mammae dextra terutama di kuadran sentral dan kuadran lateral,
sugestif maligna
Limfadenopati aksila dextra
Tidak tampak lesi lokal di mammae sinistra maupun pembesaran KGB
aksila sinistra
8
USG abdomen
Kesan :
Tidak tampak kelainan pada organ intra abdomen
Patologi anatomi
Hasil :
Histolgik menunjukkan karsinoma invasif no special type (NST)
payudara kanan
Derajat 2 (skor tubulus: 3, skor inti: 3, skor mitosis: 1, total skor: 7)
Tidak ditemukan invasi ke limfovaskular
2.4 Resume
Pasien perempuan usia 33 tahun datang dengan benjolan di payudara kanan
sejak 7 bulan smrs, benjolan sudah dioperasi dan di periksakan ke lab hasilnya
ganas.Setelah saat itu benjolan muncul lagi di payudara kanan, awalnya sebesar
kelereng, benjolan makin membesar sampai sekarang sebesar kepalan tangan
orang dewasa, benjolan tidak disertai nyeri, perubahan pada kulit, dan tidak keluar
cairan dari puting. Benjolan lain terdapat pada ketiak. Pasien mengalami
penurunan berat badan 7 kg dalam 4 bulan terakhir, keluhan sesak, mual, muntah,
nyeri kepala, dan nyeri tulang disangkal. Pasien pernah operasi tahun 2007 karena
KET dan tahun 2017 karena benjolan yang pertama. Tahun 2008 pasien pernah
menggunakan KB suntik selama 1 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit
sedang, hemodinamik stabil, status generalis tidak tampak kelainan, pada status
lokalis didapatkan massa soliter mammae dextra, bentuk tidak beraturan, ukuran
10 x 9 x 4,5 cm, permukaan kasar, batas tegas, konsistensi keras, tidak terfiksir
dan terdapat retraksi puting. Terdapat juga masa di aksila dextra ukuran 3 x 2 cm,
batas tegas, konsistensi padat dan mobile.
Pada pemeriksaan USG mammae, tampak massa padat mammae dextra
terutama di kuadran sentral dan kuadran lateral, sugestif maligna dan
limfadenopati aksila dextra. Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan hasil
9
histolgik menunjukkan karsinoma invasif no special type (NST) grade 2 payudara
kanan.
2. 6
10
2. 7 Diagnosis
Ca mammae dextra T3 N1 M0
2. 8 Tatalaksana
MRM
Terapi hormonal
Kemoterapi
2. 9 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : malam
Ad sanationam : dubia ad malam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Anatomi Payudara
Pada wanita dewasa, batas superior payudara, yaitu costae II atau costae
III, batas inferior yaitu costae VI atau VII, batas medial yaitu linea
parasternal, dan batas lateral yaitu linea aksilaris anterior. Payudara dibagi
menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral superior, lateral inferior, medial
superior dan medial inferior.
12
Payudara mendapatkan suplai darah dari cabang a. subklavia yaitu a.
mamaria interna dan suplai tambahan dari vabang a. aksilaris yaitu a. torako
lateralis, a. torako dorsalis, dan a. torako-akromialis . Aliran balik darah
melalui v. mamaria interna dan cabang-cabang v. aksilaris menuju vena kava
superior.1
Aliran limfe pada payudara dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aksila
dan mamaria interna. 97% aliran limfe akan menuju ke kelompok kelenjar
getah bening (KGB) aksila dan sisanya akan menuju ke KGB mamaria
interna. KGB aksila dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan m. pectoralis
minor, yaitu level I di lateral m. pectoralis minor, level II di posterior m.
pectoralis minor, dan level III di medial m. pectoralis minor. 1,4,5
13
2. 2 Fisiologi Payudara
Pada gadis yang mengalami pubertas dan memiliki kadar estrogen yang
tinggi, payudara akan membesar akibat akumulasi adiposit dan meningkatnya
pertumbuhan serta percabangan sistem duktus. Puting akan membesar seiring
pertumbuhan sinus laktiferus. Pada wanita dewasa yang tidak hamil, struktur
parenkim khas pada kelenjar, lobus, terdiri atas banyak lobulus. Kelenjar payudara
akan mengalami pertumbuhan selama kehamilan sebagai akibat kerja sinergis
beberapa hormon, terutama estrogen, progresteron, prolaktin, dan laktogen
plasenta manusia. Salah satu efek hormon ini adalah proliferasi alveoli sekretoris
di ujung duktus intralobularis. Alveoli sferis terdiri dari sel kuboid dengan sel
mioepitel stelata di antara sel sel sekretoris dan lamina basal. 6
2. 3 Epidemiologi
Kanker adalah penyakit genetik yang diakibatkan oleh mutasi kumpulan gen
pada sel tubuh yang mengatur proses-proses penting, yaitu pembelahan sel,
pengaturan kematian, dan pertahanan kestabilan atau integritas gen. Walaupun
kanker merupakan penyakit genetik namun tidak semua kanker diturunkan secara
genetik. Faktor risiko kanker payudara terbagi dalam kelompok faktor risiko yang
dapat dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu
penggunaan terapi hormon, merokok, dan konsumsi alkohol. Sedangkan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga,
menarche dini, dan penundaan menopause.
14
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko yang paling signifikan untuk
terjadinya kanker payudara. Walaupun laki-laki juga dapat terkena payudara,
khusus pada perempuan terjadi perubahan sel-sel payudara yang konstan,
terutama karena aktivitas hormon estrogen dan progesteron. Aktivitas kedua
hormon inilah yang menyebabkan perempuan memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami kanker payudara.
Mutasi gen yang berhubungan dengan kanker payudara dan diturunkan dalam
keluarga yaitu BRCA 1 dan BRCA 2. Perempuan dengan mutasi BRCA 1
diperkirakan mempuyai risiko 48% untuk terjadi kanker payudara di usia 80 tahun
sedangkan pada mutasi BRCA 2 mempunyai risiko sebesar 74%.
c. Usia
15
menarche setiap satu tahun menurunkan risiko kanker payudara premenopause
sebesar 9% dan pascamenopause sebesar 4%.
Pada menopause risiko kanker payudara akan menurun, hal ini berkaitan
dengan reduksi pembelahan sel payudara akibat berhentinya siklus menstruasi.
Secara rata-rata, risiko kanker payudara meningkat sekitar 3% setiap penundaan
menopause tiap 1 tahun.
Wanita nulipara memiliki risiko kanker payudara yang meningkat setelah usia
40-50 tahun, namun tidak untuk kanker payudara yang didapat pada usia lebih
muda. Pada kehamilan pertama, terjadi perubahan permanen epitel kelenjar
payudara menjadi lebih terdiferensiasi serta terjadi perubahan sifat biologi sel-sel
payudara. Dikatakan bahwa semakin tua usia wanita saat hamil pertama
meningkatkan risiko kanker payudara, karena pada wanita usia tua kemungkinan
terjadi kesalahan DNA makin besar dan makin meningkat dengan adanya
proliferasi sel-sel payudara selama kehamilan.3
Pengguna baru (recent) atau wanita yang sedang menggunakan (current user)
kontrasepsi oral mengalami peningkatan risiko kanker payudara dibandingkan
yang tidak pernah menggunakan. Risiko ini akan menghilang setelah 10 tahun
menghentikan kontrasepsi oral tersebut.
g. Rokok
Terdapat hipotesis, bahwa pada wanita yang merokok saat remaja akan
meningkatkan risiko kanker payudara, karena di masa remaja jaringan payudara
sangat sensitif terhadap karsinogen.
16
h. Alkohol
Pencegahan primer adalah usaha yang dilakukan agar tidak terkena kanker
payudara. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi atau meniadakan
faktor risiko yang meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Pencegahan
sekunder berupa skrining kanker payudara. Pencegahan tersier yaitu melakukan
pengobatan yang tepat sehingga mencegah komplikasi penyakit.
Wanita >40 tahun pemeriksaan awal mammografi dan atau USG 1 kali
dan selanjutnya tiap tahun.
Pada wanita usia <40 tahun yang memiliki riwayat keluarga dapat
dilakukan skrining lebih awal. Untuk yang high risk disarankan
melakukan mammografi dan MRI setiap tahun.
17
2. 6 Klasifikasi Kanker
18
2. 7 Diagnosis kanker payudara
a. Anamnesis
Benjolan di aksila
19
Keluhan tambahan pada kanker payudara stadium lanjut merupakan manifestasi
adanya metastasis.
Lengan bengkak
Patah tulang
Sesak napas
b. Pemeriksaan fisik
Palpasi dilakukan lagi pada pasien dalam posisi terlentang, lengan ipsilateral
diatas kepala dan punggung di ganjal bantal, kedua payudara di palpasi secara
sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular atau radial. Palpasi aksila
dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan pasien ditopang oleh
pemeriksa, palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
20
Setelah pemeriksaan fisik deskripsikan hal-hal berikut:
Ukuran (cm)
21
c. Pemeriksaan penunjang
Mammografi
Wanita usia ≥55 tahun tiap 1-2 tahun, dilanjutkan selama kondisi
kesehata umum wanita itu baik
Penebalan kulit
USG payudara
22
Gambaran lesi ganas pada USG:
Tidak beraturan
Pembentukkan bayangan
MRI payudara
Pada MRI payudara akan terlihat kontras antara jaringan payudara dan
lemak karena perbedaan mobilitas dan lingkungan magnet dari atom hidrogen
di air dan lemak. ACS merekomendasikan pemeriksaan MRI pada wanita
karier BRCA, anggota keluarga generasi pertama dari karier BRCA, dan life
time risk 20-25% mengalami kanker payudara. MRI diindikasikan pertama,
apabila ada diskrepansi antara pemeriksaan fisik, mammografi dan USG.
Kedua, apabila diperlukan adanya informasi infiltrasi lesi terutama ke arah
posterior payudara.
Pemeriksaan patologi
Pemeriksaan sitologi
23
dari triple diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau pada tumor
yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan.
Pemeriksaan histologi
24
Tabel 3 Klasifikasi subtipe molekuler kanker payudara
Profil imun Luminal-A Luminal B- Overekspresi Basal-like
like like HER2
ER, PR ER+ ER+ ER- dan PR - ER-
PR+ ≥20% PR+ <20% PR-
dan/atau
HER2 dan HER2-dan HER2- HER2+ HER2-
lainnya Ki-67 rendah dan/atau Ki- CK5/6 +/-
(<20%) 67 ≥20%
CK 5/6 +/- CK 5/6 +/
Triple diagnostic pada kanker payudara adalah usaha yang dilakukan untuk
membantu menentukan keganasan pada kanker payudara, dilakukan pada
keadaan-keadaan yang meragukan. Triple diagnostic yang dikerjakan antara lain
pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan, dan sitologi. Bila dengan ini diagnosis
belum dapat di tegakkan maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnosis patologi
jaringan.
semua tumor yang diragukan sebagai tumor jinak pada semua usia
nipple discharge yang berupa darah disertai atau tanpa disertai tumor
2.1.
25
2. 9 Stadium
Penetapan diagnosis
Perkiraan prognosis
26
T2 Tumor terbesar >20 mm ≤50 mm
T3 Tumor terbesar >50 mm
N2a Penyebaran ke KGB aksilaris level I dan II yang terfiksir satu sama
lain atau terfiksir pada jaringan sekitar
27
Tabel 6 Metastasis jauh
Stage T N M
0 Tis N0 M0
IA T1a N0 M0
IB T0 N1mi M0
T1a N1mi M0
IIA T0 N1b M0
T1a N1b M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 M0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
T4 N3 M0
IIIC Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1
28
Penetapan untuk M ditentukan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis meliputi:
1. Foto toraks
Pada saat nilai biomarker yang meningkat sementara pada klinis dan
pencitraan standar tidak ditemukan kelainan.
29
2. 10 Terapi
a. Menurut tujuan
b. Menurut jenis
3.
30
d. Menurut cara atau strategi pemberian terapi
Pembedahan
Tujuan utaman dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan
mempertahankan bentuk kosmetik payudara. BCT adalah salah satu pilihan terapi
lokal dan regional kanker payudara stadium awal.
Indikasi :
31
Kontra indikasi :
Syarat :
Indikasi
Dikatan bahwa CRM tidak lebih superior dibanding MRM dalam hal
kelangsungan hidup penderita.
32
d. Simple Mastectomy
Indikasi :
DCIS
e. Subcutan Mastectomy
Indikasi :
Mastektomi profilaktik
Ginekomastia
33
g. Nipple Sparing Mastectomy (NSM)
Syarat :
Lokasi di perifer
BSO adalah pengangkatan kedua ovarium dan tuba falopi baik secara
terbuka ataupun laparoskopi.
Indikasi :
i. Metastasektomi
34
Radioterapi
35
Radioterapi dapat dilakukan sebagai berikut:
Radioterapi neoadjuvan
Radioterapi adjuvan : pasca BCT, pasca mastektomi
Radioterapi paliatif: menghilangkan bau, menghentikan perdarahan
pada kasus metastasis otak dan metastasis tulang.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obat sitotoksik anti-
neoplasma.
Indikasi kemoterapi, yaitu:
Sebagai terapi primer pada kanker payudara stadium IV dengan
reseptor hormonal negatif.
Sebagai terapi neoadjuvan pada kanker payudara stadium lanjut
lokal, baik yang resectable maupun unresectable.
Sebagai terapi adjuvan pada kanker payudara yang sudah menjalani
pembedahan dan mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
kekambuhan dengan mempertimbangkan faktor prediktif dan prognostik.
36
Kemoterapi diberikan sebagai kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar adalah:
CMF (Cyclophosphamide-Methotrexate, 5-Fluoro Uracil)
CAF; CEF (Cyclophosphamide-Adriamycin / Epirubicin Fluoro
Uracil)
T-A (Taxanes / Paclitaxel / Doxetacel- Adriamycin)
Gapecitabine (Xeloda-oral)
Beberapa kemoterapi lain, seperti Navelbine, Gemcitabine (+
cisplatinum) digunakan sebagai kemoterapi lapis ke 3.
Pemberian kemoterapi sebaiknya diberikan berdasarkan fase eksponensial
dari kurve Gompertz, pada saat jaringan kanker ada fase dormant. Diberikan
sebagai alternating chemotherapy (berbeda regimen) dan sequential (lebih
sering). Jika melihat pada Chemotherapy Textbook, akan dijumpai lebih banyak
lagi kombinasi regimen, yang akan memerlukan pengalaman dalam
mengaplikasikannya.
Dosis dan jenis kombinasi kemoterapi (kemoterapi yang sudah established)
Kemoterapi adjuvan : 6 siklus
Kemoterapi neoadjuvan : 3 siklus
Kemoterapi terapeutik : Diberikan sampai metastasis hilang atau
terjadi intoksikasi
Kemoterapi paliatif : Diberikan jangka panjang dengan tujuan
paliatif
Kemoterapi kombinasi terutama pada KPD invasif, status KGB
aksila yang positif dan status menstruasi (premenopause)
Kemoterapi diberikan secara bertahap dan biasanya sebanyak 6-8 siklus.
Beberapa kombinasi kemoterapi, yaitu:
CMF
Cyclophospamide 100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral) (dapat diganti injeksi
cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1 dan 8)
Methotrexate 50 mg/m2 iv, hari 1 dan 8
5 fluoro uracil 500 mg/m2 iv, hari 1 dan 8
37
Interval 3-4 minggu, 6 siklus
CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubixin 50 mg/m2, hari 1
5 fluoro uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 100 mg/m2, hari 1
Fluoro uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
AC
Adriamicin (doxorubixin) 80 mg/m2, hari 1
Cyclophopamide 600 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
TA (kombinasi taxane-doxorubixin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubixin 50 mg/m2, hari 1
atau
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Doxorubixin 50 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus
AC-T
Doxorubixin 50 mg/m2
Cyclphospamide 500 mg/m2
Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus
Taxane (dpcetaxel atau paclitaxel) 4 siklus
TC
Cisplatin 75 mg/m2 iv, hari 1
Docetaxel 75 mg/m2iv, hari 1
38
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
39
TAC
Docetaxel 75 mg/m2 iv, hari 1
Doxorubicin 50 mg/m2 iv, hari 1
Cyclophospamide 500 mg/m2 iv, hari 1
Interval 3 minggu, untuk 6 siklus, didukung dengan pemberian GCSF hari ke
3-10.
Regimen atau kombinasi terapi yang dianggap terapi lini pertama (first line)
berbasis pada antrasiklin atau metoreksat, terapi lini kedua (second line)
kemoterapi berbasis pada taxane, dan terapi lini ketiga (third line) kemoterapi
seperti vinorelbine, gemcitabine, capecitabine.
Terapi target
Terapi target adalah obat yang memblokade pertumbuhan sel kanker secara
spesifik sesuai dengan karakteristik tumor. Targetnya berupa molekul pada sel
kanker untuk proses karsinogenesis dan diharapkan tidak bekerja pada sel normal.
Molekul pada kanker yang dapat dijadikan target pengobatan yaitu faktor
pertumbuhan, reseptor faktor pertumbuhan, molekul untuk signal transduksi,
molekul intraselular untuk degradasi protein, molekul untuk sifat invasif dari sel
kanker, molekul yang berhubungan dengan angiogenesis, dll. Terapi ini ditujukan
terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekpresi protein tertentu ada jaringan
kanker.
40
untuk pemberian setiap minggu sampai 12 minggu. Untuk pemberian setiap 3
minggu, dosis inisial 8 mg/BB dan rumatan 6 mg/BB.
Lapatinib
Lapatinib merupakan antibodi monoklonal yang menghambat fosforilasi
reside thyrosine kinase intraselular. Lapatinib merupakan terapi lini kedua
pada kanker payudara yang relaps setelah pemberian transtuzumab. Lapatinib
ddapat menghambat dua reseptor daam sl (HR-1 dan HER-2), diindikasikan
pada kanker payudara yang overekspresi HER-1 dan/atau JER-2.
Direkomendasikan untuk dikombinasi dengan capecitabine. Dosis lapatinib
1250 mg/hari dalam dosis tunggal, dosis capetabine 2000 mg/m 2/hari dalam 2
kali pemberian. Keduanya diberikan peroral.
Bevacizumab (anti VEGF)
Obat in imerupakan antibodi monoklonal yang bekerja dengan target yaitu
VEGF.
m-TOR inhibitor
Aktivasi m-TOR (mammalian target of rapamycin) dalam signal intraselular
berhubungan dengan resistensi terhadap terapi endokrin pada kanker
payudara.1, 3
Terapi hormonal
41
Aromatase Inhibitor (letrozole, anastrozole & exemestan) : diberikan
1 tablet/hari dengan teknik switching, extended dengan tamoxifen.
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormones) : LH-RH agonis,
diberikan dengan kombinasi tamoxifen pada pasien KPD dengan ER+ dan
premenopausal. Biasanya diberikan dalam bentuk injeksi setiap bulan
selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Obat-obat hormonal pada KPD metastasis (MBC)
Obat-obat di atas
Megestrol acetate (Megace)
Mefepristone (anti progestin)
Pemberian terapi hormonal pada pasien ER/PR + yang premenopause adalah
tamoxifen dan GnRH. Pemberian aromatase inhibitor (AI) tidak dianjurkan,
sedangkan pemberian pada pasca ovariektomi juga belum established.
Pemberian terapi hormonal pada pasien ER/PR + , dan post-menopause,
dianjurkan diberikan AI selama 5 tahun ataupun bergantian dengan tamoxifen (AI
terlebih dahulu diikuti oleh tamoxifen). 2,3
Pemberian terapi hormonal terutama AI dapat diberikan sebagai terapi
adjuvan maupun terapi neoadjuvan. Terapi ablatif ovariektomi dapat
dipertimbangkan dilakukan pada kanker payudara premenopause (terutama
dengan ER/PR +). 1,3
42
BAB IV
ANALISIS KASUS
43
Dengan menggunakan sistem TNM, dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang pasien ini dapat di kategorikan sebagai T3 yaitu
ukuran tumor >50 mm, N1 karena terdapat metastasis ke KGB aksila ipsilateral
level I dan II yang masih dapat digerakkan, dan T0 karena tidak terdapat tanda-
tanda metastasis ke organ lain. Dapat ditentukan pasien ini menderita kanker
payudara stadium IIIA atau stadium lanjut lokal.
Terapi utama kanker payudara dengan reseptor hormon positif adalah terapi
hormonal. Pilihan terapi hormon ditentukan berdasarkan status menstruasi. Pada
wanita premenopause pilihan terapi adalah tamoxifen dan pada wanita
postmenopause adalah aromatase inhibitor. Pada pasien ini dengan status
premenopause, diberikan terapi hormon dengan tamoxifen 2x10 mg/hari atau
1x20 mg/hari selama 5-10 tahun.
44
dengan 1-3 KGB aksila positif dan tumor T3-4. Radiasi eksternal diberikan
dengan dosis 45-50Gy terbagi dalam 1,8-2 Gy perfraksi per hari selama 25 hari (5
minggu). Dosis booster 10-16 Gy dengan dosis 2 Gy per fraksi. Dosis total sekitar
60y dipertimbangkan pada pasien yang memiliki risiko rekurensi tinggi. Setelah
dilakukan terapi pasien di follow-up berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik lok-
regional setiap 3-4 bulan dalam 2 tahun pertama dan setiap 6 bulan dalam tahun-
tahun berikutnya.
45
BAB V
KESIMPULAN
46