Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol


feminisme perempuan. Adanya kelainan pada payudara akan dapat mengganggu
pikiran, emosi, serta kepercayaan diri seseorang.1
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam
masa embrio yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut
garis susu yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal. Beberapa hari setelah
kelahiran, dapat terjadi pembesaran unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi
cairan keruh (mastitis neonatorum), yang disebabkan oleh berkembangnya sistem
duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang
secara tidak langsung olah tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah
bayi. Setelah lahir, terjadi penurunan kadar estrogen yang merangsang hipofisis
untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin ini yang menimbulkan perubahan pada
payudara.1
Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering ditemukan
terutama pada wanita. Tumor ada yang bersifat jinak ada pula yang ganas. Tumor
ganas inilah yang disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari
sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini
disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun pembuluh
getah bening.2
Di Yaman mulai Januari 2006 - Desember 2009 ditemukan sebanyak 635
kasus yang didiagnosis sebagai penyakit tumor payudara. Terdapat kelainan
sebanyak 493 (77.6%) yang merupakan penyakit tumor payudara jinak dan 142
(22.4%) penyakit tumor payudara ganas pada rentang usia 40-49 tahun. Dari 493
penyakit tumor payudara jinak tersebut yang paling sering fibroadenoma 40,5%
dengan rentang usia 20-29 tahun diikuti oleh kelainan fibrokistik 16% dengan
rentang usia 30-39 tahun, kelainan jinak lainnya 10% dengan rentang usia 20-29
tahun dan lesi inflamasi 8% dengan rentang usia 30-39 tahun (Bafaker, 2010).
Sedangkan berdasarkan lokasi tumor payudara yang sering ditemukan pada daerah

1
lateral atas 50%, diikuti daerah puting susu 17%, diikuti daerah medial atas 15%,
diikuti daerah lateral bawah 10%, dan diikuti daerah medial bawah 8%.3
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun
insidennya meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium
lanjut. Jumlah kanker payudara di Indonesia didapatkan kurang lebih 23140 kasus
baru setiap tahun (200 juta populasi). Pada penelitian Mukhlis Ramli dkk di
RSCM yaitu mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, stadium IV
sebanyak 14,3% berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan
lebih banyak dalam stadium dini. Ini mungkin karena kurangnya informasi, letak
geografis, pendidikan, kurangnya alat diagnosis seperti momografi, USG dan
kurangnya keterampilan tenaga medis dalam mendiagnosis keganasan payudara.4
Terapi kanker terutama terdiri atas operasi, radioterapi, kemoterapi dan
terapi biologis serta beberapa metode lainnya. Terapi operasi dan radioterapi dapat
menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal. Timbulnya diseminasi dan
metastasis jauh, operasi dan radioterapi sering sulit mengendalikannya. Berbeda
dari terapi operasi dan radioterapi, kemoterapi adalah metode terapi sistemik
terhadap kanker sistemik. Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi menjadi satu –
satunya pilihan metode terapi efektif.5
Skrining untuk kanker payudara ditujukan untuk mendapatkan kanker
payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; dengan demikian
menurunkan kemungkinan kekambuhan , menurunkan mortalitas dan
memperbaiki kualitas hidup.6

2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.D
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Senangin, RT.03 Tungkal Ilir
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : Melayu
Tanggal MRS : 07-06-2018
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di Bangsal Bedah RSUD
Raden Mattaher pada tanggal 17 Juli 2018
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
 ±3 tahun SMRS pasien mengeluhkan terdapat benjolan berukuran
sebesar telur puyuh pada payudara kanan sisi luar atas, pasien
menyadari saat mandi. Ketika dipegang lunak, bisa digerakkan dan
nyeri. Pasien kemudian berobat ke RS.DAUD ARIF dan dilakukan
operasi. Setelah operasi pasien tidak kontol lagi ke dokter. Biopsy (-),
radiasi (-).
 ± 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan muncul benjolan berukuran
sebesar kelereng kembali pada payudara kanan yang semakin membesar
sebesar bola kasti. Ada perubahan warna pada kulit payudara, nyeri (-)
tidak ada cairan, darah atau nanah yang keluar dari puting susu. Pasien
juga merasakan adanya bejolan di ketiak kanan, leher.
 ± 1 bulan SMRS Tangan kanan membengkak sehingga tangan susah
untuk digerakkan.

3
 ± sejak 2 hari SMRS Pasien juga mengeluhan sesak nafas. tidak
berkurang dengan beristirahat, tidak dipengaruhi oleh cuaca.
 Mual (-), muntah (-) sakit kepala (-), nyeri pada payudara (-), demam
(+) tidak terlalu tinggi, nafsu makan ↓,berat badan ↓ (+), nyeri pada
tulang-tulang (-). BAB dan BAK biasa.
 Os merupakan rujukan dari RS.DAUD ARIF dengan Ca.Mammae
dextra + metastasis paru,
 ± setelah 2 minggu di rumah sakit, pasien mengeluhkan terdapat luka
pada payudara kanan, mudah berdarah, nanah (+), tidak ada
pengeluaran cairan dari putting susu.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa : (+)
- Riwayat kanker rahim : (-)
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
E. Riwayat Pengobatan
- Pasien mengkonsumsi obat herbal untuk mengurangi benjolan pada
payudara kanan tetapi tidak ada perubahan.
F. Reproduksi
- Riwayat menstruasi
Pasien pertama kali mengalami menstruasi pada usia 12 tahun, siklus
28 hari. Lama menstruasi 7 hari. menstruasi pasien tidak teratur,
kadang maju/mundur. Saat menstruasi tidak sakit.
- Riwayat melahirkan
Pasien menikah 2 kali. Menikah pertama pada usia 14 tahun, memiliki
2 orang anak dan melahirkan saat pasien berusia 15 tahun dan 23
tahun. Menikah lagi tahun 2008 dan memiliki 1 orang anak saat pasien
berusia 30 tahun. lahir spontan di rumah, di tolong oleh dukun.

4
- Riwayat Menyusui
Semua anak pasien diberikan ASI lengkap selama 2 tahun
- Riwayat penggunaan KB
Pasien menggunakan KB pertama kali saat berusia 16 tahun. Pasien
pernah menggunakan KB suntik selama 3 bulan selama 3 tahun, KB
susuk selama 4 tahun, dan KB pil suntik sampai sekarang.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien sudah menikah, tinggal dengan seorang suami dan memiliki 3
orang anak, pasien bekerja sebagai IRT.
- Riwayat merokok (-), Mengkonsumsi alkohol (-)
- Pasien menggunakan BPJS untuk biaya penggobatan. Kesan ekonomi
pasien menengah.
- Pasien sering makan-makanan yang bersantan, goreng-gorengan,
namun jarang berolahraga

2.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit berat
2. Tanda-tanda vital :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,4oC
BB : 45 kg
TB : 155 cm
IMT : 18,75 (normal)
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor, oedem (+)
Hidung : Simetris, Sekret (-), deviasi septum (-)

5
Telinga : Bentuk simetris, Sekret (-). pendengaran normal
Mulut : sianosis (-), pucat (-), lesi kulit (-), bibir edema (+)
Kelenjar getah bening :
Leher : lihat status lokalis
Aksila : lihat status lokalis
Thoraks :
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : stem fremitus hemithoraks dextra melemah,
- Perkusi : redup pada basal hemithorax dextra, sonor
hemithorax sinistra
- Auskultasi : vesikuler hemithoraks kanan melemah,vesikuler
hemithoraks sinistra normal, ronkhi (+/+),
wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
- Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar, lien, ginjal tidak teraba
- Perkusi : Timpani
Ekstremitas superior :
Dextra : akral hangat, edema (+) sianosis (-/-), CRT <2 dtk.
Sinistra : akral hangat, edema (- )sianosis (-/-), CRT <2 dtk
Ekstremitas inferior : akral hangat, edema (- )sianosis (-/-), CRT <2 dtk
Genitalia : tidak ada kelainan

6
B. Status Lokalis
Regio Mammae dextra

Inspeksi: tampak benjolan, warna merah kehitaman


bercampur kuning dan hijau, retraksi papil
(+), p’eau d orange (+), nipple discharge
(-),bekas operasi (+)
Palpasi: teraba massa dengan permukaan hangat,
permukaan tidak rata, konsistensi keras, batas
tidak tegas, terfiksasi pada dinding dada,
ukuran sebesar bola kasti, nyeri (-), nipple
discharge (-), darah (-).

Regio Mammae sinistra


- Inspeksi : tidak tampak adanya benjolan, nipple retracted (-),
hiperemis (-), p’eau d orange (-)
- Palpasi :tidak ditemuka benjolan, nyeri (-), nipple discharge (-),
darah (-).
Regio Axilla dextra
- Inspeksi : benjolan (+),
- Palpasi : teraba nodul, keras, permukaan rata, dapat
digerakkan, ukuran 2x2x2 cm, sebanyak 4 buah
Regio Axilla sinistra
Tidak ditemukan benjolan dan tidak ada pembesaran KGB
Regio Cervical
- Inspeksi : benjolan (+)
- Palpasi : teraba nodul, keras, permukaan rata, dapat
digerakkan, ukuran 2x2x2 cm, sebanyak 5 buah

7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Normal
Darah Rutin (13-07-2018)
WBC 11,65 109/L 4-10
RBC 3,82 1012/L 3,5 – 5,5
HGB 11,2 g/dL 11 – 16
HCT 32,8 % 35 - 50
PLT 544 109/L 100 - 300
Gula Darah (03-07-2018)
Glukosa sewaktu <200
Elektrolit (13-07-2018)
Na 142,64 mmol/L 135-148
K 2,22 mmol/L 3,5-5,3
Cl 103,55 mmol/L 98-110
Ca 1,20 mmol/L 1,19-1,23

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Normal


Faal Ginjal (13-07-2018)
Ureum 14 mg/dl 15-39
Kreatinin 0,7 mg/dl 0,9-1,3
Faal Hati (13-07-2018)
Protein total 5,7 g/dl 6,4-8,4
Albumin 2,7 g/dl 3,5-5,0
Globulin 3,0 g/dl 3,0-3,6
SGOT 32 U/L <40
SGPT 19 U/L <41

2. Ro.Thorax AP
05 Juni 2018 30 juni 2018

Ro. thorax AP (30 Juni 2018)

8
Cor : CTR <50%
Pulmo : tampak perselubungan basal paru
Sinus costofrenicus kanan tumpul
Kesan : Pneumonia dan efusi pleura kanan dd/metastasis

3. USG Hepar (9 Juni 2018)

Ukuran bentuk normal, tak tampak nodul metastasis


Kesan : Hepar normal
4. Pemeriksaan Patologi (27-06-2018)
Lokasi jaringan : breast dextra
Makroskopis :
Diterima jaringan tidak beratutran dengan ukuran 1,4x0,8x0,3 cm, kecoklatan,
kenyal.
Mikroskopis :
Sediaan terdiri dari kelompokan kelenjar mammae yang kelenjar dilapisi oleh
sel epitel bentuk oval dengan inti membesar, pleomorfik, hiperkromatin,
sitoplasma eosinofilik dan sedikit. Tampak kelompokan sel malignant ini
menyusup ke jaringan ikat sekitar.
Kesimpulan :
Infiltrating ductal carcinoma mammae.

Pemeriksaan Patologi (03-07-2018)

9
Lokasi jaringan : cairan pleura dextra
Makroskopis :
Diterima cairan kuning jernih sebanyak 2,6cc
Mikroskopis :
Smear terdiri dari kelompokan sel-sel bentuk bulat, inti membesar, pleomorfik,
hiperkromatin, sitoplasma eosinofilik dan bervakuola. Tampak beberapa sel
membentuk struktur acinar. Latar belakang smear bersih.
Kesimpulan :
Metastase adenocarcinoma
2.5 Diagnosis
Carcinoma Mammae Dextra metastase paru (T4cN3bM1)
2.6 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:
a. menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
2. Medikamentosa
 Tirah baring
 Diit 1700 kkal
 O2 4L/i
 IVFD RL + Ketorolac 1x30 mg 20 gtt/i
 Inj.Ceftriaxone 1x2 gr

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Foto 07-06-2018

10
Foto 17-07-2018

Follow Up

11
S O A P
Rawat Nyeri pada payudara TD : 110/70 Susp. Ca  O2 2-4 L/i
hari ke-3 kanan (-), Sesak napas T : 36,20C mammae  IVFD RL+Ketorolac
(09/06/20 (+), bengkak pada N:80x/i dextra 1x30 mg 20 gtt/i
18) tangan kanan (+), mual RR: 26x/i  Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
(-), muntah (-), demam  Cek lab
(-).
25-06- Nyeri pada payudara TD : 110/70 Susp. Ca  O2 2-4 L/i
2018 kanan (-), Sesak napas T : 36,80C mammae dextra  IVFD RL+Ketorolac
(+), bengkak pada N:84x/i 1x30 mg 20 gtt/i
tangan kanan (+), RR: 26x/i  Inj.Ceftriaxone → stop
Mata, bibir, lengan  Inj. Ranitidin 2x50 mg
kanan bengkak (+),  Inj.Furosemide 1x10 mg
mual (-), muntah (-),  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
demam (-).
 Pro Biopsi insisi

26-06- Nyeri pada payudara TD : 110/70  O2 2-4 L/i


2018 kanan (-), Sesak napas T : 36,40C  IVFD RL+Ketorolac
(-), bengkak pada N:80x/i 1x30 mg 20 gtt/i
tangan kanan (+), RR: 20x/i  Inj. Ranitidin 2x50 mg
Mata, bibir, lengan  Inj.Furosemide 1x10 mg
kanan bengkak (+),  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
mual (-), muntah (-),  Biopsi insisi
demam (-).

30-06- Nyeri pada payudara TD : 160/120 Susp. Ca  O2 2-4 L/i


2018 kanan (-), Sesak napas T : 37,00C mammae dextra  IVFD RL+Ketorolac
(+), bengkak pada N:84x/i post biopsi 1x30 mg 20 gtt/i
tangan kanan (+), RR: 26x/i  Inj. Ranitidin 2x50 mg
Mata, bibir, lengan  Inj.Furosemide 1x10 mg
kanan bengkak (+),  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
mual (-), muntah (-),  PO:
demam (-). Captopril 2x25 mg
Amlodipin 1x10 mg
 Konsul Sp.P → ro.thorax
ulang
02-07- Nyeri pada payudara TD : 130/80 Susp. Ca  O2 2-4 L/i
2018 kanan (-), Sesak napas T : 37,00C mammae dextra  IVFD RL asnet
(+), bengkak pada N:84x/i post biopsi  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
tangan kanan (+), RR: 26x/i  PO:
Mata, bibir, lengan Captopril 2x25 mg
kanan bengkak (+), Amlodipin 1x10 mg
mual (-), muntah (-),  Ro.thorax pneumonia,

12
demam (-). efusi pleura dd/metastase
 Konfirmasi Sp.P
13-07- Nyeri pada payudara TD : 130/80 Susp. Ca  O2 2-4 L/i
2018 kanan (-), Sesak napas T : 37,00C mammae dextra  IVFD RL asnet
(↓), bengkak pada N:84x/i metastase  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
tangan kanan (+), RR: 24x/i  PO:
Mata, bibir, lengan Captopril 2x25 mg
kanan bengkak (+), Amlodipin 1x10 mg
mual (-), muntah (-),  Hasil PA : Infiltrating
demam (-). ductal carcinoma
mammae.
 Fisiologi cairan pleura :
Metastase
adenocarcinoma
16-07- Nyeri pada payudara TD : 130/80 Ca mammae  O2 2-4 L/i
2018 kanan (-), Sesak napas T : 37,00C dextra  IVFD RL + KCL 1 fls (3
(+), bengkak pada N:84x/i metastase paru hari ) 20 gtt
tangan kanan (+), RR: 24x/i  Inj. Cefadroxil 2x500 mg
Mata, bibir, lengan  PO:
kanan bengkak (+), Captopril 2x25 mg
mual (-), muntah (-), Amlodipin 1x10 mg
demam (-).  Terapi paliatif

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Embriologi Payudara

13
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam
masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang
disebut garis payudara yang terbentang dari aksila sampai ke region inguinal.1
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran
unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang
disebut mastitis neonaturum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem
duktus dan tumbuhnya sinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang
secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi
darah bayi. Setelah lahir, kadar hormone ini menurun, dan ini merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbukan
perubahan pada payudara.1
3.2 Anatomi Payudara
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral
atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah axilla. Disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.dua pertiga bagian atas mamma
terletak di atas otot pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian bawah
terletak di atas otot seratus anterior, otot oblikus eksternus abdominalis, dan
otot rektus abdominalis.1

Gambar 3.1 Anatomi payudara


Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobus kelenjar, masing-masing
mempunyai saluran bernama duktus laktiferus yang bermuara ke papilla mamma.
Diantara lobulus terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
memberi kerangka untuk payudara. Struktur lainnya adalah jaringan lemak yang

14
merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan kelenjar
limfatik.1,4

Gambar 3.2 Anatomi Payudara


Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri axillaris, ramus
perforantes interkostales 1-4 dari arteri mamaria interna dan ramus perforantes
arteri interkostales 3-7. Vaskularisasi mamae terdiri dari arteri dan vena yaitu:5,7
a. Arteri
- Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)
- Cabang lateral dari A. interkostalis posterior
- Cabang-cabang dari A. axillaris
- A. torakodorsalis yang merupakan cabang A. subskapularis
b. Vena
- Cabang-cabang perforantes V. torakalis interna
- Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-akromialis, V.
torakalis lateralis dan V thoraco dorsalis
- Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis
Persarafan kulit payudara yaitu cabang pleksus servikalis dan nervus
Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri yaitu saraf simpatis. nervus
Interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah axilla dan bagian medial lengan atas. Nervus pektoralis yang

15
mengurus otot Pektoralis mayor dan minor nervus torakodorsalis yang mengurus
otot Latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus yang mengurus otot Serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi axilla.1
Persarafan kulit mamae bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mamae sendiri diurus oleh sistem saraf
otonom. Pada prinsipnya inervasi mamae berasal dari Nervus intercostalis IV, V,
VI dan cabang dari plexus cervicalis. Pengetahuan mengenai lokasi struktur saraf
utama pada axilla sangatlah penting guna mengenal komplikasi dari diseksi pada
daerah axilla. Saraf Nervus thoracalis berada di sepanjang dinding toraks pada sisi
medial dari axilla. Nervus ini mempersarafi otot serratus anterior dan fiksasi
skapula pada dinding dada saat melakukan ekstensi lengan. Cedera pada Nervus
torakalis ini dapat menyebabkan deformitas pada skapula.5,8
75% aliran limfatik payudara mengalir ke axilla , sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran
ke kelenjar interpektoralis. Pada axilla terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90)
buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis.
Saluran limfe dari seluruh payudara yang mengalir ke kelompok anterior axilla,
kelompok sentral axilla, kelenjar axilla bagian dalam, yang lewat sepanjang v.
Aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
fosa supraklavikular. Jalur limf lainnya berasal dari daerah sentral dan medial
yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga
menuju axilla kontralateral, ke m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum
hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.1
Pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening pada payudara, berjalan
ditepi lateral otot pektoralis mayor dan bersatu dengan limfe node pectoral, yang
mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Limfe node menyebar ke muskulus
serratus anterior dari sini, aliran limfatik kemudian ke kelenjar getah bening axilla
(mesentrika superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainase lainnya adalah
melalui pektoralis mayor dekat garis parasternal melalui intercostal space menuju
limfe node parasternal yang terletak sepanjang pembuluh darah mammaria
interna. Drainase limfatik juga menuju kelenjar getah bening supraklavikula

16
melalui limfe node mesentrika superior dan melalui limfe node infraklavikula.
Terdapat juga jalur drainase intramuskular yang melewati pektoralis mayor
langsung ke kelenjar getah bening. Disini termasuk kelenjar getah bening
interpektoral yang terletak diantara otot dada yang mengalirkan ke axilla atau
langsung ke apical axillary lymp nodes.8

Gambar 3.3 Struktur limfatik payudara beserta level kelenjar getah bening

3.3 Tumor Payudara


3.3.1 Definisi Tumor Payudara
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal pada payudara akibat
pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor
sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,
yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.2

3.3.2 Tumor Jinak Payudara1


1) Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada usia dekade kelima, dan penurunan
setelah wanita melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas,
kemungkinan akibat perubahan hormonal. Kista payudara ini tampaknya
berasal dari destruksi dan dilatasi lobulus dan duktus terminalis payudara.

17
Kista dapat tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral, dan biasanya
terasa nyeri bila dipalpasi. Kista teraba sebagai massa yang berbatas jelas,
mobile, dan berisi cairan. Massa kista dapat dipastikan dengan aspirasi dan
ultrasonografi. Kista biasanya berisi cairan keruh dan debris. Cairan kista
yang tampak hemoragik atau kista yang rekuren harus diperisa sirologinya.
Perkembangan keganasan dari kista payudara sangat jarang yaitu hanya
sekitar 0,1%. Pembedahan membuang kista dilakukan jika aspirat kista
mencurigakan atau kista rekuren (berulang) walaupun telah diaspirasi.
2) Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama dijumpai pada
perempuan muda. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol dengan simpai
licin, bebas digerakkan dan konsistensinya kenyal padat. Tumor ini tidak
melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan ke sana
kemari. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri tetapi kadang dirasa nyeri.
Kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa remaja, fibroadenoma
dapat dijumpai dalam ukuran yang besar. Fibroadenoma dapat sangat cepat
bertumbuh, kadang ada yang tumbuh banyak dan berpotensi kambuh saat
ransangan esterogen meninggi.
Fibroadenoma harus di eksisi karena tumor jinak ini akan terus membesar.
3) Perubahan Fibrokistik
Perubahan fibrokistik yang dulu disebut sebagai kelainan fibrokistik ini
sebenarnya bukanlah merupakan suatu kelainan. Kelainan fibrokistik timbul
pada berbagai usia akibat ketidakseimbangan hormonal dan terkait dengan
proses penuaan alami. Gejala kelainan fibrokistik antara lain bengkak,
adanya benjolan yang kadang nyeri bila disentuh, adanya pengerasan
sebelum periode haid, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pemeriksaan patologis kelainan fibrokistik dapat memiliki lima belas
macam gambaran antara lain, adenosis, epiteliosis, fibrosis stroma, kista
multipel yang disertai fibrosis, hingga metaplasia dan hiperplasia epitelial.
Pada mamografi, jaringan payudara hanya tampak memadat tanpa adanya

18
kelainan lain. Pasien hanya perlu diyakinkan bahwa kelainan ini tidak
berbahaya. Namun jika pasien memiliki riwayat keluarga penderita kanker
payudara ditambah adanya gambaran hiperplasia yang atipik pada hasil
biopsi, potensi keganasan perlu diwaspadai.
4) Tumor Filoides
Tumor filoides dulu bernama sistosarkoma filoides merupakan suatu
neoplasma jinak yang berasal dari jaringan menyokong nonepitel,
banyak menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).
Pertumbuhan cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran besar. Tumor ini
terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia sekitar 30 tahun.
Jika tmor itu sudah membesar biasanya perlu dilakukan mastektomi
simple. Bila tumor ternyata ganas harus dilakukan mastektomi radikal
walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti sarkoma.
5) Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas
dan mobile, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.
Galaktokel biasanya terletak di tengah payudara atau dibawa putting.
Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk mengeluarkan sekret
susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa
diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
6) Papiloma Intra Duktus
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah
areola mamae ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari
putting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di
daerah yang jauh dari puting. Keadaan ini seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial. Konfirmasi
diagnosis papilloma intraduktus dilakukan dengan duktografi. Terapinya
eksisi pada tepi sekeliling areola.
7) Duktus Ektasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin
dinding duktus payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya

19
adalah dilatasi dan pemendekan duktus. Ektasia duktus terdiri dari
dilatasi duktus subareola yang terisi dengan material yang seperti titik
hitam. Ektasia duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan
abses periduktus dan fistel mammae. Ektasia duktus juga menyebabkan
cairan pada putting dan retraksi puting. Kalsifikasi karena ektasia duktus
biasanya memiliki karakteriktis. Ia memberi gambaran kasar, batang,
dan kalsifikasi bercabang pada distribusi duktus.
Kalsifikasi ini dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami
dilatasi. Kalsifikasi intraduktal ini telah digambarkan sebagai “broken
needle appearance”. Duktus ektasia biasanya bilateral dan hal ini cukup
berguna untuk mendiagnosis daerah duktus ektasia yang kecil. Biasanya
ditemukan debris dalam duktal dan hal ini menyebabkan reaksi inflamasi
meyebabkan “lead pipe” appearance.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun. Duktus ektasia adalah kelainan jinak yang
walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker
dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat
terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat
membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan
obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang
abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola.

8) Adenoma Sklerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan
digolongkan dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis
sclerosis tampak sebagai proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering
terkecoh, mengira suatu karsinoma.
9) Mastitis Sel Plasma

20
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan
radang subakut yang didapat pada sistem duktus yang melalui di bawah
aerola. Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang
sedang menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau
keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting
tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk
memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan
menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk
melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah.Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi
merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi
puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran
kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan antibiotik.Pada
beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus
yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.
10) Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi
sebagai suatu kecelakaan atau karena penyebab iatrogenik. Nekrosis
lemak dapat juga terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha
memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul
sebagai nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan
terfiksir, atau iregular yang dapat menimbulkan keganasan. Dengan
biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik
terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.Pada
mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat
berespon berbeda-beda terhadap cedera. Di samping pembentukan

21
jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang
membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak
dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui
aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk
terapinya.
11) Kelainan Lain
Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma,
leiomyoma, histiositoma, kista sebasea, penyakit Mondor, 
Pseudolump akibat penonjolan iga, yang sebenarnya tidak ada sangkut
pautnya dengan jaringan kelenjar payudara.

3.3.3 Tumor Ganas Payudara


3.3.3.1 Insiden dan epidemiologi
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau
lobulus payudara, merupakan masalah global dan isu kesehatan
international yang penting. Kanker payudara adalah keganasan paling
sering pada wanita di negara maju dan nomor dua setelah kanker serviks di
negara berkembang dan merupakan 29% dari seluruh kanker yang di
diagnosis tiap tahun. Secara keseluruhan merupakan penyebab kematian
nomor dua karena kanker, setelah kanker paru.4

3.3.3.2 Faktor resiko


Tabel 3.1. Faktor resiko kanker payudara.9
Demografi
Usia lanjut
Penduduk di negara maju
Status ekonomi menengah ke atas
Genetik dan familial
Mutasi genetik BRCA1, BRCA2, chkCHEK2, pp53, ATM,NBS1, LKB1
Riwayat kanker payudara pada anggota keluarga yang berusiamuda < 40 tahun
Riwayat menderita hiperplasia atipik
Riwayat menderita kanker pada salah satu payudara
Riwayat kanker payudara pada laki-laki

22
Riwayat kanker ovarium
Reproduksi dan hormonal
Usia menarche < 10 tahun
Usia menopouse >55 tahun
Usia kehmilan pertama >35 tahun
Penggunaan hormon eksogen (kontrasepsi oral, terapi sulih hormon >10 tahun,
penggunaan dietilstilbestrol pada masa kehamilan)
Menyusui <27 minggu seumur hidup
Gaya hidup
Asupan lemak jenuh
Berat badan (premenopouse IMT <35, pascamenopouse IMT >35)
Konsumsi alkohol berlebih
Merokok
Lingkungan
Riwayat terpapar radiasi pengion > 10 tahun
Pajanan DDT, cadmium

Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko untuk
menderita kanker payudara, adalah4
1. Jenis kelamin wanita, insiden wanita dibanding pria lebih dari 100:1. Secara
umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara sepanjang
hidupnya. Kanker payudara pada laki – laki adalah penyakit yang jarang
ditemukan, karsinoma ini terjadi pada usia lanjut. Karena jaringan payudara
laki – laki sedikit jumlahnya, tumor dengan cepat menginfiltrasi kulit
diatasnya dan dinding toraks dibawahnya.
2. Usia, resiko meningkat dari 1:5900 ke 1:290 antara dekade ketiga dan dekade
kedelapan. Wanita usia 60-79 tahun mempunyai kemungkinan menderita
kanker payudara 1:14 dibanding wanita usia kurang dari 39 tahun.
3. Riwayat keluarga, pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan
saudara kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak
punya faktor resiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor resiko,
pasien dengan ibu diagnosa kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahiun
resiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama
premenopause menderita kanker payudara bilateral, mempunyai resiko 9 kali.
Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita kanker

23
payudara bilateral mempunyai resiko 4-5,4 kali. Riwayat keluarga juga
merupakan faktor resiko kanker payudara pada laki – laki yaitu sekitar 15%.
4. Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih resiko 2 kali dibanding
wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
5. Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor resiko untuk
payudara kontralateral. Resiko ini tergantung pada usia saat diagnosis. Resiko
ini meningkat pada wanita usia muda.
6. Predisposisi genetikal. Resiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker
payudara. Pada laki – laki adanya mutasi BRCA, mutasi reseptor androgen,
sindrom Li-fraumeni, sindrom Cowden.
7. Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan labular carcinoma in situ (LCIS) pada
biopsi. Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.
8. Proliferasi benigna dengan hiperplasia atipikal: faktor ini meningkatkan resiko
4 kali. Atipia dan hiperplasia disertai adanya riwayat keluarga meningkat 10
kali. Pada tumor jinak yang menunjukkan ekspresi reseptor estrogen dan
progesteron resiko meningkat 3,2 kali.
9. Radiasi, pada usia di bawah 16 tahun mempunyai resiko 100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai resiko 18 kali, usia 20 -29 tahun resiko 6
kali, radiasi setelah usia 30 tahun resiko tidak bermakna.
10. Perubahan gaya hidup: diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol
merokok dan obesitas pada menopause. Terdapat data yang menunjukkan
orang yang gemuk sesudah berusia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena
kanker mamae.
11. Hormonal: menarche dibawah 12 tahun resiko 1,7-3,4 kali, usia menopause
diatas 55 tahun resiko 1,5 kali. Penggunaan kontrasepsi oral lebih dari 8-10
tahun juga meningkatkan resiko.
Penggunaan obat di masa lalu, penggunaan jangka panjang reserpin,
metildopa, analgesik trisiklik dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi
yang beresiko karsinogenik bagi mamae

3.3.3.3 Patofiologi

24
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:1,4,5
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

3.3.3.4 Manifestasi Klinis


1. Massa Tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri, sering
kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran
lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi
ke dinding toraks). Massa cenderung membesar secara bertahap, dalam
beberapa bulan bertambah besar secara jelas.5
2. Perubahan kulit
- Tanda lesung: Ketika tumor mengenai glandula mamae, ligamen
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
- Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.

25
- Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing – masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
- Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar,
lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik,
disebut ‘tanda kembang kol’.
- Perubahan inflamatorik: keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.
3. Perubahan Papila mamae
- Retraksi dan distorsi papila mamae, umumnya akibat tumor menginvasi
jarigan subpapilar.
- Sekret papilar, sering karena tumor mengenai duktus besar.
- Perubahan eksematoid, manifestasi spesifik dari kanker eksematoid.
Klinis tampak: papila mamae erosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat
mirip eksim.

3.3.3.5 Penegakan Diagnosis


1. Anamnesis
Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari
penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan
selanjutnya akan timbul keluhan sakit. Retraksi kulit atau puting,
keluarnya cairan dari puting, radang atau ulserasi puting susu, benjolan
ketiak serta edema lengan.1,5
Tanda dan gejala kanker payudara adalah:4
- Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.

26
- Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus -
menerus) atau puting mengeluarkan cairan / darah (nipple discharge).
- Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit
jeruk (peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok
(ulkus).
- Adanya benjolan – benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit).
- Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh
- Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
- Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker).
- Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal – awalnya tidak terasa sakit.
- Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu
payudara.
- Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara

Gambar 3.4 gejala pada tumor payudara


2. Pemeriksaan Fisik
Sebaiknya dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama haid.
Pemeriksaan fisik nya adalah sebgai berikut:
a) Inspeksi

27
Inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke bawah. Apakah
payudara simetris. Adakah kelainan letak atau bentuk papila, retraksi
puting, retraksi kulit, ulserasi, tanda radang. Kemudian pasien diminta
angkat kedua tangan lurus ke atas, lihat apakah ada bayangan tumor yang
ikut bergerak atau tertinggal.

Gambar 3.5 Teknik melakukan inspeksi saat lengan disamping, keatas,


kacak pinggang dan palpasi parenkim payudara untuk identifikasi
kelainan primer.
b) Palpasi
Posisi berbaring . punggung di belakang payudara di ganjal sesuai
dengan sisi yang akan di periksa. Palpasi payudara di mulai dari area luar
memutar hingga ke dalam dan mencapai puting. Nilai apakah ada cairan
yang keluar. Jika teraba tumor, tetapkan lokasi dan kuadran, ukuran,
konsistensi, batas, mobiltas. Palpasi pula KgB regional sesuai kelompok
kelenjar, yaitu area nodus aksilaris sentral(midaksilari) pada apeks aksila
kemudian sepanjang garis midaksilaris dinding dada untuk nodus
pektoralis (anterior), ke arah lateral untuk nodus brakial (lateral) dan ke
arah kaput humerus untuk nodus subskapular (posterior)

28
Gambar 3.6 Teknik melakukan palpasi aksila, infraklavikula dan supraklavikular

3. Pemeriksaan Penunjang1,4,9
a. Foto thorax
Foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan
dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru.
b. Mammografi
Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul
yang sulit dipalpasi atau terpalpasi atipikal, dapat menemukan lesi
mamae tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat
digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut.
Ketepatan diagnosis sekitar 80%. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder.
1) Tanda primer, berupa:
a. fibrosis reaktif
b. comet sign yaitu batas tumor yang tidak teratur oleh karena
adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas tidak
tegas.
c. gambaran translusen disekitar tumor
d. gambaran stelata
e. adanya mikrokalsifikasi
f. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
2) Tanda sekunder berupa:
Retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan
posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah

29
tunika dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi jaringan
lunak belakang mamae dan adanya metastasis ke kelenjar.
c. USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau
kistik, juga dapat membantu untuk membedakan suatu tumor jinak
atau ganas. Ca mamae yang klasik pada USG akan tampak
gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur tidak homogen.
Posterior dari tumor ganas mamae terdapat suatu Shadowing.
Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mamae
dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau
metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau ke
organ lainnya (misalnya hepar).
d. MRI
Dilakukan pada
1. pasien usia muda, karena gambaran mamografi yang kurang
jelas pada payudara wanita muda.
2. Untuk mendeteksi adanya rekurensi pasca-BCT.
3. Mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang
dari pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya kurang jelas.
e. Imunohistokimia
pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jenis kanker dan
sensitivitasnya terhadap terapi hormonal. Reseptor estrogen (ER),
reseptor progresteron (PR), dan c-erB-2 (HER-2 neu)merupakan
komponen yang diperiksa, pasien dengan ER (+) atau PR (+)
diperkirakan akan berespons terhadap terapi hormonal. Pasien dengan
HR-2 neu (-), atau kerapkali disebut sebagai tripel negatif, cenderung
berprognosis buruk.
f. Biopsi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan
mammogram, biopsi harus selalu dilakukan. Jenis biopsi yang dapat

30
dilakukan yaitu biopsi jarum halus (fine needle aspiration biopsy,
FNAB), core biopsy (jarum besar), dan biopsi bedah.
FNAB (fine needle aspiration biopsy) merupakan alah satu
prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di payudara.
Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik.
Masa persisten atau rekuren setelah aspirasi berulang adalah indikasi
untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi).
Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi
core, biopsi insisi, biopsi eksisi, potong beku, dan ABBI (advance
breast biopsy instrument). Hasil biopsi ini merupakan standar baku
untuk diagnosis dan terapi. Masing masing biopsi ini mempunyai
keuntungan dan kerugian.
Tabel 3.2. Perbandingan berbagai jenis biopsi
Masa tehnik keuntungan kerugian
Teraba FNAB Cepat, sedikit sakit, Ahli sitologi berpengalaman tidak
tanpa anestesi bisa membedakan insitu dengan
invasif, alse negatif.
Biopsi Core Cepat, sakit inimal False negatif pada lesi kecil, tidak
sedang, minimal dapat dilakukan pada lesi dalam
sediaan 4 jaringan
ABBI Dapat langsung eksisi Alat masih mahal
dengan tepi bebas
tumor pada lesi kecil
Biopsi insisi Cepat, dapat Memerlukan tambahan eksisi
dipastikan dengan
potongan beku, dapa
Biopsis eksisi memeriksa IHC Tidak bisa dilakukan pada tumor >
Dapat langsung 3 cm
evaluasi tepi sayatan,
pemeriksaan IHC
Tidak teraba FNAB Cepat, sudah banyak
Core biopsi digunakan
ABBI dengan
bantuan USG
Tidak teraba Core biopsi Cepat Mahal
dan ada stereotactic
mikrokalsifikas ABBI Dapat langsung eksisi Mahal
i dan evaluasi tepi
sayatan

31
3.3.3.6 Staging
AJCC (American Joint Communittee on Cancer) menyusun
panduan penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut
sistem TNM.1,4
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis Carcinoma duktal in situ , Ca lobular in situ, atau penyakit paget
pada nipple tanpa tumor
T1 Diameter terbesar tumor  2 cm,
TI mic Diameter terbesar mikroinvasi < 0,1 cm
T1a diameter terbesat tumor > 0,1cm tetapi < 0,5 cm
T1b diameter terbesar tumor >0,5 cm tetapi <1 cm
T1c diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2 cm
T2 Ukuran terbesar tumor > 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm
T3 Ukuran terbesar tumor  5 cm
T4 Tumor dengan ukuran berapapun dengan ekstensi langsung
terhadap dinding dada atau kulit
T4a ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk m. Pektoralis
T4b edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau
nodul satelit di kulit payudara yang sama.
T4c gabungan T4a dan T4b
T4d karsinoma inflamatorik

32
Gambar 3.7 TNM Staging (T)
KGB Regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai (mis sudah diangkat)
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, dapat digerakan
N2 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, melekat terhadap KGB
atau struktur lain
N3 Metastasis ke KGB mamae internal, ipsilateral

Gambar 3.8 KGB Regional (N)

Metastasis (M)
Mx metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis
M1 Ada metastasis

33
Gambar 3.9 Metastasis (M)
Tabel 3. Pengelompokan Stadium (Stage Grouping) AJCC 2002
Stage TNM
0 Tis, N0, MO
I T1, N0, MO
IIA T0, N1, MO
T1, N1, MO
T2, N0, MO
IIB T2, N1, MO
T3, N0, MO
IIIA T0, N2, MO
T1, N2, MO
T2, N2, MO
T3, N1, MO
T3, N2, MO
IIIB T4, N0, MO
T4, N1, MO
IIIC Setiap T, N3, MO
IV Setiap T, Setiap N, M1

Gambar 3.10 Stadium 0 kanker payudara

34
Gambar 3.11 Stadium IA dan IB kanker payudara

Gambar 3.12 Stadium IIA kanker payudara

Gambar 3.13 Stadium IIB kanker payudara

35
Gambar 3.14 Stadium IIIA kanker payudara

Gambar 3.15 Stadium IIIB kanker payudara

Gambar 3.16 Stadium IIIC kanker payudara

36
Gambar 3.17 Stadium IV kanker payudara

3.3.3.7 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan
kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu
terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. 4
o Terapi kuratif dilakukan pada kanker payudara stadium I, II dan III.
o Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa
adanya periode bebas penyakit, umumnya dilakukan pada stadium IV.
Kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik akan
tercapai bila kanker diterapi pada stadium dini.
Keuntungan penatalaksanaan tumor stadium dini adalah:
o Kemungkinan tidak dilakukan kemoterapi bila tidak ada metastasis
kelenjar getah bening aksila daan tergolong resiko rendah.
o Tidak perlu dilakukan eksisi aksila jika sentinel negatif, sehingga
resiko terjadinya limpadem berkurang.
o Tidak diperlukan radiasi
o Biaya penatalaksaan jauh lebih ekonomis
o Disease free interval dan overall survival lebih baik (lama).

37
Adapun modalitas terapi kanker payudara secara umum meliputi
operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal dan terapi target.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan
kanker payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang
dapat dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen
operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor, status kelenjar getah
bening aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor. Jenis operasi
pada kanker payudara:4
o Classic Radical Mastectomy (CRM)
o Modified Radical Mastectomy (MRM)
o Skin Sparing Mastectomy (SSM)
o Nipple Sparing Mastectomy (NSM)
o Breast Conserving Treatment (BCT)
Jenis – jenis operasi tersebut memiliki indikasi dan keuntungan
serta kerugian yang berbeda – beda.
a. Classic Radical Mastectomy (CRM)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan
minor, serta diseksi aksila level I – III. Operasi ini dilakukan jika ada
infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral tanpa metastasis jauh. Jenis
operasi ini mulai ditinggalkan karena morbiditas tinggi sementara nilai
kuratifitas sebanding dengan MRM.

38
Gambar 3.18 Gambaran pasca operasi modified radical mastectomy
b. Modified Radical Mastectomy (MRM)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola komplek, kulit diatas tumor, fasia pektoral serta diseksi
aksila level I – II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal lanjut.
Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan.
c. Skin Sparing Mastectomy (SSM)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin
serta diseksi aksila level I – II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi
payudara secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap (transverse
rectus abdominalis musculocutaneus flap), LD flap (latissimus dorsi flap)
atau implant (silikon). Operasi ini dilakukan pada stadium dini dengan
jarak tumor ke kulit jauh (>2cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi
syarat untuk BCT.

Gambar 3.33 Hasil pasca SSM dengan rekontruksi TRAM flap

d. Nipple Sparing Mastectomy (NSP)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dengan mempertahankan nipple areola komplek dan kulit serta diseksi
aksila level I – II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara
secara langsung yang umumnya adalah TRAM flap, LD flap atau
implant. Dilakukan tumor stadium dini dengan ukuran 2 cm atau

39
kurang, lokasi perifer. Kelenjar getah bening N0, histopatologi baik,
dan potongan beku sub areola : bebas tumor.
e. Breast Conserving Treatment (BCT)
Terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau
segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi.
Terapi ini memberikan hasil yang sama dengan MRM namun
rekurensinya lebih besar. Ada 3 sarat yang harus terpenuhi dalam
pemiliha jenis terapi ini yaitu tepi sayatan bebas tumor dibuktikan
dengan potongan beku, radioterapi dapat dilakukan dan kosmetik bisa
diterima.
Kontra indikasi yang tidak memenuhi 3 syarat tersebut adalah:
1. Tumor yang multisentris, sehingga margin tidak bebas tumor atau
bebas tapi kosmetik tidak tercapai
2. Mikrokalsifikasi yang luas/difus
3. Riwayat radiasi sebelumnya
4. Penyakit kolagen (SLE, scleroderma) terutama yang ketergantungan
terhadap steroid
5. Ukuran tumor yang besar sedangkan payudaranya kecil
6. Letak sentral atau dibawah
7. Pada wanita hamil trimester kedua atau ketiga tidak merupakan
kontraindikasi karena radiasi dapat ditunda hingga melahirkan
8. Pada riwayat keluarga (+) dan pada umur muda ditakutkan radiasi
akan menimbulkan kanker sekunder.

2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan
menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan
kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi
yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-

40
brain barrier sehingga obat sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis
kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvant dan primer (paliatif).1,4
Respon terhadap kemoterapi:
o Complete respone. Seluruh kanker atau tumor menghilang, tidak
terlihat lagi adanya kanker maupun metastasis. Respon ini bertahan
lebih dari satu bulan.
o Partial respone. Volume kanker mengecil lebih dari 50%, tidak ada lesi
baru ataupun metastasis.
o Stable Disease/ minimal respon. Volume kanker mengecil kurang dari
35% atau kanker tidak mengecil. Juga tidak tumbuh membesar.
o Disease progression. Kanker tidak terlihat tumbuh membesar, penyakit
menunjukkan peningkatan ukuran volume, juga peningkatan yang
signifikan dari tumor marker.
Menentukan keadaan umum dari penderita sebelum pengobatan adalah
penting. Dengan menilai keadaan umum penderita, kita dapat mengetahui
sampai berapa besar pengaruh kanker terhadap penderita tersebut serta kita
dapat menduga apa akibat bila penderita tersebut mendapatkan obat-obat
antikanker. Penilaian keadaan umum dititik-beratkan pada kemampuan
penderita tersebut melakukan aktivitas.
Penentuan Skala Keadaan Umum.1,2,4
1. Skala Karnofsky
Tabel 4. Penentuan Skala Keadaan Umum Berdasarkan Skala Karnofsky

Kemampuan Fungsional Derajat aktivitas


Mampu melaksanakan 100% normal tanpa keluhan
Aktivitas normal tidak ada kelainan
90% keluhan gejala minimal
Tidak perlu
80% normal dengan beberapa keluhan
Perawatan khusus
Gejala
Tidak mampu bekerja 70% Mampu merawat diri
Bisa tinggal di rumah tak mampu melakukan aktivitas normal
Perlu bantuan dalam banyak hal atau bekerja
60% kadang-kadang perlu bantuan tetapi
umumnya dapat melakukan untuk

41
keperluan sendiri
50% perlu bantuan dan umunya perlu
obat-obatan
40% perlu bantuan dan perawatan khusus
30% perlu pertimbangan-pertimbangan
Tak mampu merawat diri masuk rumah sakit
Perlu perawatan di Rumah 20% sakit berat, perawatan rumah sakit,
Sakit atau lembaga lain pengobatan aktif supportif sangat perlu
10% mendeteksi ajal
0% meninggal

Penentuan skala keadaan umum menurut Karnofsky terlampau


rumit sehingga sulit dihapal dan kurang mempunyai arti klinik yang
berarti.
2. Skala ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group)
Skala ini lebih mudah diingat dan masing-masing skala lebih
mempunyai arti klinik, sehingga para dokter lebih condong untuk
menggunakan skala keadaan umum menurut ECOG.
Tabel 3.5. Penentuan Skala Keadaan Umum Berdasarkan Skala ECOG
Derajat Tingkat aktivitas
0 Aktif, mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat
sebelum sakit (Karnofsky 90 – 100)
1 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti
pekerjaan rumah, pekerjaan kantor dsb (karnofsky 70 – 80)
2 Mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja
ringan sehari-hari (lebih dari 50% jam kerja dan sesuai
dengan Karnofsky 50-60).
3 Dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri,
sebagian besar berada diatas tempat tidur atau kursi (lebih
dari 50% jam kerja dan sesuai dengan Karnofsky 30 – 40)
4 Tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk di
tempat tidur, kursi (Karnofsky 10 – 20).

Dengan menggunakan skala keadaan umum tersebut diatas, kita


dapat menentukan apakah seseorang yang mengidap penyakit kanker
masih mungkin untuk diobati atau tidak. Penderita dengan skala keadaan

42
umum ECOG makin rendah, makin memungkinkan untuk mendapatkan
pengobatan khususnya pengobatan dengan kemoterapi.
a. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada
karsinoma mamae tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran
kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6
sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi
tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak
menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat
kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status
reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan. Indikasi:
o Ukuran tumor lebih dari 2 cm.
o Kelenjar getah bening aksila positif metastasis 1 atau lebih.
o Kelenjar getah bening aksila negatif tapi penderita berusia kurang dari
35 tahun atau grading tumor 2-3 atau terdapat invasi vaskular atau
overekspresi HER2 atau ER/PR negatif.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain
siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate. Untuk
wanita dengan karsinoma mamae yang reseptor hormonalnya negatif
dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan.
Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk
stadium IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy
diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.
b. Kemoterapi Neoadjuvant
Untuk pasien dengan stadium lokal lanjut (stadium IIIA, IIIB,
IIIC) dianjurkan neoadjuvant kemoterapi, 3 siklus sebelum operasi dan
3 siklus pasca operasi. Kemoterapi neoadjuvant merupakan kemoterapi
inisial yang diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan,
dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan

43
lumpectomy. Kemoterapi neoadjuvant bertujuan untuk memperkecil
ukuran tumor dan kontrol mikrometastasis.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mamae stadium lanjut
adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti
mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila
diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi
radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi
neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor
tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical
mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
c. Kemoterapi primer (paliatif)
Kemoterapi paliatif ini diberikan pada stadium lanjut (stadium
IV), untuk mengendalikan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
kanker. Tujuannya untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik,
kontrol progresi tumor dan memperlama harapan hidup. Kombinasi
yang sering dianjurkan adalah anthracycline dengan taxane.
3. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma
mamae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy,
radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga
dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga
diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi. Pada
karsinoma mamae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi
dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan
dengan terapi radiasi adjuvan.
4. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron.
Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan
lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.

44
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol,
tamoxifen menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara.
Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan
karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih
rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan
tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri
tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada
pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah
karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5
tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk
ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium
lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk semua wanita
dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih
sebagai terapi awal.
5. Penatalaksanaan menurut stadium
1) Stadium nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)
DCIS. Penangan berdasarkan Van Nunys Prognostic Index (VNPI).
- Skor VNPI 3-4 cukup dilakukan eksisi tumor dengan batas 1 cm,
diseksi aksila dan adjuvant radiasi tidak diperlukan.
- Skor VNPI 5-7 dilakukan eksisi tumor dengan batas lebih dari 1
cm, diseksi aksila dan radiasi tidak diperlukan. Rekonstruksi
dilakukan jika defek besar.
- Skor VNPI 8-9 dilakukan simple mastekstomi dengan atau tanpa
rekonstruksi, diseksi tergantung sentinel, adjuvant radiasi tidak
diperlukan
Tabel 6. Van Nunys Prognostic Index (VNPI)
Score 1 2 3
Ukuran (cm) < 1,5 1,5-4 ≥4
Batas sayatan > 1 cm 9-10mm < 1mm
Klasifikasi Non high grade Non high grade high grade
Histopatologi Tanpa nekrosis Nekrosis dengan atau tanpa
nekrosis

45
2) Stadium dini (Stadium I dan II)
Pemilihan jenis pembedahan tergantung pada ukuran, lokasi dan
jenis tumor. Adjuvant kemoterapi, radiasi dan hormonal terapi
pemberiannya sesuai indikasi. Penderita yang tergolong low risk
(ukuran < 2cm, grade 1, tidak ada invasi peritumoral, kelenjar getah
bening aksila negatif, tidak ada overekspresi/ amplifikasi HER2/ neu
dan usia penderita 35 tahun keatas) tidak memerlukan adjuvant
kemoterapi ataupun radioterapi.
3) Stadium lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB, IIIC)
Jika operable dilakukan MRM kemudian dilanjutkan adjuvant
kemoterapi dan radioterapi. Jika inoperable diberikan neoadjuvant
kemoterapi 3 siklus kemudian di evaluasi responnya. Jika respon
parsial atau komplit dilakukan MRM. Bila respon minimal atau
progresif ganti regimen kemoterapi dengan second line
chemotheraphy atau radioterapi. Pasca pembedahan kemoterapi
dilengkapi sampai 6 siklus, 1 bulan pasca kemoterapi diberkan radiasi
lokoregional.
4) Stadium lanjut (IV)
Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis.
Terapi utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeted
terapi), pada kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan
juga diperlukan).

3.3.3.7 Ketahanan Hidup


Setelah kita melakukan pengobatan terhadap penderita kanker, tentunya
kita ingin melihat bagaimana hasil yang akan diperoleh. Hasil yang diharapkan
dapat dinilai dari ketahanan hidup penderita, perubahan obyektif dari ukuran
tumor atau produk dari tumor dan perubahan subyektif.10,11
Tujuan utama pengobatan kanker adalah agar supaya penderita tahan
hidup semaksimal mungkin seperti kalau ia tidak sakit kanker. Apabila hal ini
terjadi barulah penderita kanker dikatakan sembuh. Bila hal ini masih belum bisa

46
dicapai, tujuan dapat diperlunak dengan memperpanjang usia dibanding bila
penderita tidak mendapat pengobatan, atau dengan kata lain ketahanan hidupnya
diperpanjang dengan pengobatan. Makin besar kemungkinan ketahanan hidup
yang panjang, makin baik pulalah obat yang digunakan. Oleh karenanya dalam
pemberian kemoterapi apa yang dinamakan “Recommended chemotherapy atau
“terapi yang dianjurkan”. 8,10
1. Respon yang obyektif
Walaupun ketahanan hidup memegang peranan yang penting dalam menilai
hasil pengobatan, akan tetapi sulit diterapkan dalam penilaian jangka pendek
efektivitas dari obat yang digunakan. Oleh karenannya digunakan parameter
lain, untuk menilai hasil pengobatan khususnya dalam jangka pendek yaitu:
2. Ukuran tumor
Dalam kaitannya dengan ukuran tumor ini, terdapat beberapa pengobatan hasil
pengobatan yaitu :
a) Respon komplit (Tumor hilang sama sekali minimal dalam 2 kali
pemeriksaan selang waktu 4 minggu).
b) Respon parsial (Tumor mengecil lebih dari 50% dari diameter
terbesar dan tidak timbul lesi baru minimal setelah 4 minggu)
c) Stabil (Tumor mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang
dari 25% dari diameter tumor)
d) Progresif (Tumor membesar lebih dari 25% disertai dengan
timbulnya lesi-lesi baru akibat tumor tersebut).
Dari penggolongan di atas diharapkan bahwa ketahanan hidup dari
kelompok a) akan lebih besar dibanding dengan b), c) atau d). Apabila dalam
suatu program pengobatan kanker jumlah yang memberikan respon komplit
lebih dari 50% maka besar harapan bahwa jumlah penderita kanker jenis
tersebut akan sembuh. Makin besar jumlah penderita yang mengalami respon
komplit, makin besar pula kemungkinan untuk sembuh dengan jenis
pengobatan yang digunakan.

47
3.3.3.8 Prognosis
Setelah terapi selesai, pasien harus di follow up untuk kemungkinan
rekurensi atau metastasis. Walaupun umumnya rekurensi terjadi dalam 5 tahun
setelah terapi, namun rekurensi dapat juga terjadi setelah 20 tahun terapi.
Follow up dilakukan setiap 4 bulan untuk 1-2 tahun pertama, setiap 6 bulan
untuk tahun ke 3-5 dan setiap 12 bulan setelahnya. Setiap bulan
direkomendasikan untuk SADARI. Prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. 1,4
Tabel 3.8. Presentase harapan hidup lima tahun penderita kanker payudara
adalah sebagai berikut :
Stadium T N M Presentase haraan hidup 5
tahun
0 TiS N0 M0 100 %
1 T1mic N0 M0 100 %
IIA T0 N1 M0 92 %
T1mic N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 81%
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0 67 %
T1mic N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0 54 %
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IV Tapapun Napapu M1 20 %
n

BAB IV
ANALISA KASUS

48
Ny.D, 39 tahun, datang dengan keluhan benjolan di payudara kanan,
mengindikasikan benjolan tersebut berasal dari payudara. Benjolan muncul 3
bulan SMRS, awalnya seukuran kelereng kemudian makin lama makin
membesar hingga sekarang ukurannya sebesar bola kasti, mengindikasikan bahwa
benjolan tersebut membesar menjadi lebih dari dua kali lipat dalam waktu < 6
bulan sehingga dapat dicurigai bahwa benjolan tersebut adalah suatu keganasan.
Benjolan tersebut tidak nyeri, yang mengindikasikan bahwa benjolan tersebut
dapat bersifat jinak maupun ganas, sehingga kecurigaan adanya suatu keganasan
tidak dapat disingkirkan. Terdapat benjolan warna merah kehitaman bercampur
kuning dan hijau dan gambaran kulit payudara seperti jeruk pada ± 2 minggu
setelah di RS mengindikasikan bahwa tumor sudah menginfiltrasi kulit. Keluhan
sesak napas yang timbul pada 2 hari SMRS mengindikasikan bahwa kemungkinan
sudah terdapat metastasis pada paru dan pleura.
Usia pasien, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, sering mengkonsumsi
santan dan jarang berplahraga faktor resiko kanker payudara, sehingga
kecurigaan suatu keganasan pada payudara tidak dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan fisik pada regio mammae dextra ditemukan massa
tumor soliter dengan konsistensi keras, permukaan tidak rata, batas tidak tegas,
terfiksir, nyeri tekan (-), ukuran 15x10x10 cm. Disimpulkan bahwa penyakit yang
diderita pasien ini adalah suatu pembesaran kelenjar.
Pada regio aksila dextra dan region cervical ditemukan nodul multipel,
keras, permukaan rata, dapat digerakkan, ukuran 2x2x2cm, Terdapatnya nodul ini
mengindikasikan telah terjadi infiltrasi sel-sel tumor ke kelenjar getah bening
regional, sehingga dapat disimpulkan bahwa tumor ini merupakan suatu
keganasan.
Pada pemeriksaan penunjang, laboratorium didapatkan Tingginya nilai
leukosit dapat disebabkan adanya proses inflamasi pada tumor payudara pasien.
foto rontgen Thorax didapatkan pneumonia dan efusi pleura kanan, pemeriksaan
patologi cairan pleura dextra adanya Metastase adenocarcinoma yang
mengindikasikan bahwa terdapat metastasis jauh ke paru. Pada USG hepar tidak
ditemukan nodul metastase maka tidak ada metastasis jauh ke hati.. Bone

49
Scanning belum dilakukan dimana juga dapat mengetahui ada atau tidaknya
metastasis jauh ke tulang.
Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan Infiltrating ductal
carcinoma mammae yang merupakan suatu keganasan dimana Gold Standard
untuk diagnosis tumor payudara adalah Pemeriksaan Histopatologik.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan os disimpulkan menderita tumor mammae dextra ganas
metastae paru yang menginfiltrasi kulit dan dinding dada, berekstensi ke KGB
regional ipsilateral, dan terdapat metastasis jauh (paru) (Stadium IV T 4cN3bM1).
Pada pasien ini dilakukan terapi paliatif.
Prognosis quo ad vitam penderita ini adalah bonam dan quo ad functionam
penderita ini malam, karena berdasarkan epidemiologi pasien dengan tumor
mammae ganas stadium IV, 5 years survival rate nya hanya 15%.

BAB V
KESIMPULAN

50
Tumor payudara adalah benjolan yang tidak normal pada payudara akibat
pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Kanker payudara pada wanita
menduduki tempat nomor dua setelah kanker serviks. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan pemeriksaan rutin payudara. Insidensi kanker payudara pada
wanita 126 per 100.000 penduduk, sedangkan pada laki-laki 0,6 per 100.000
penduduk. Rasio penderita wanita dibanding pria sekitar 100 : 1.
Penegakan diagnosis Karsinoma payudara dapat dilakukan melalui
prosedur pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold
standard diagnostik menggunakan pemeriksaan histopatologik
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan
inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi
multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan
pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh atau
untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

DAFTAR PUSTAKA

51
1. Editor: Sjamsuhidajat, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Payudara.
Edisi 3. Jakarta: EGC; 2011
2. Sari, K. profil penderita tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi
aspirasi jarum halus di Laboratorium Sentra Diagnostik Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Tesis Magister).
Sumatera Utara: bagian Onkologi FK USU;2012
3. Sidauruk, H. Untuk mengetahui karakteristik penderita fibroadenoma
mammae rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 (Tesis
Magister). Sumatera Utara: Bagian Onkologi FK USU;2011.
4. Suyatno, Pasaribu ET. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. Jakarta:
Sagung Seto; 2009
5. Editor: Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: FKUI; 2008
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan
Kanker Payudara.
7. Aryandono T. Kemajuan dalam penelitian, penanganan dan deteksi dini
penderita kanker payudara dengan perhatian khusus pada kualitas hidup
(Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar). Yogyakarta: FK UGM; 2008
8. Balasubramaniam B. Prevalensi Kanker Payudara Pada Wanita di RSUP
H. Adam Malik Tahun 2009. Medan: FK USU; 2010
9. Editor : Chris Tanto. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi IV. Jakarta :
Media Aesculapius; 2014
10. Devita VT, Rosenberg’s SA, Lawrance TS. Breast Cancer. Cancer
principles and practice of Oncology. 8th ed. Lippincort William and
Wilkins.2008.

52

Anda mungkin juga menyukai