Yth
ENDOMETRIOSIS
Penyaji:
dr. Bagus Hilmawan
Pembimbing:
dr. Heni Maulani, Sp.PA (K)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ v
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 2
2.1. Definisi ........................................................................................................................ 2
2.2. Patogenesis .................................................................................................................. 2
2.3. Patofisiologi ................................................................................................................ 5
2.4. Faktor Risiko ............................................................................................................... 8
2.5. Tipe endometriosis ...................................................................................................... 9
2.6. Etiologi ........................................................................................................................ 9
2.7. Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 10
2.8. Algoritma Diagnosis ................................................................................................. 12
2.9. Tatalaksana ................................................................................................................ 18
2.10. Komplikasi .............................................................................................................. 23
2.11. Prognosis ................................................................................................................. 23
KESIMPULAN ......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 25
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR SINGKATAN
v
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gambar 2.1 Lokasi endometriosis sebagian besar endometrium ditemukan di daerah bawah panggul,
termasuk ligamen uterosakral dan cavum Douglas 1
2.2. Patogenesis
Pelvis merupakan rongga kaya vaskularisasi sehingga impuls nyeri dari daerah
ini diproses dan dikirim ke otak (Gambar 2.2). Cairan peritoneal pada wanita dengan
endometriosis mengandung faktor pertumbuhan saraf tingkat tinggi yang mendorong
neurogenesis, rasio serabut saraf simpatis dan sensorik berubah secara signifikan
dalam jaringan endometriotik, dan peningkatan kepadatan saraf di dalam nodul
endometriotik. Sitokin dan prostaglandin yang diproduksi oleh sel mast dan sel
inflamasi lainnya dapat mengaktifkan serabut saraf dan dapat memicu sel di dekatnya
untuk melepaskan molekul inflamasi.4 Pleksus hipogastrik superior mengandung
serabut aferen simpatis dan sensoris dari uterus, sebagai perpanjangan dari pleksus
aorta pada vertebra lumbal kelima. Pleksus ini terbagi menjadi saraf hipogastrik
kanan dan kiri yang bergabung dengan saraf splanknikus panggul dari S2-S4. Impuls
nyeri dari uterus dan serviks berjalan melalui saraf simpatis aferen di ligamen
uterosakral dan pelvis posterolateral. bergabung di garis tengah sebagai pleksus
hipogastrik superior dan berjalan ke ganglia akar dorsal dari sumsum tulang
belakang. Rangsangan nyeri ini kemudian diproses dan dikirim ke otak.4,10
Gambar 2. 2 Inervasi saraf pelvis. Pleksus ini terbagi menjadi saraf hipogastrik kanan dan kiri yang
bergabung dengan saraf splanknikus panggul dari S2-S4. Impuls nyeri dari uterus dan serviks berjalan
melalui saraf simpatis aferen di ligamen uterosakral dan pelvis posterolateral.4
Sumber nyeri lainnya adalah serabut saraf yang terperangkap dalam implan
endometriotik. Nyeri skiatik siklikal, kelemahan, dan kehilangan sensorik semuanya
dapat berasal dari akar saraf skiatik, femoralis, atau lumbosakral. Banyak deskripsi
radikulopati sakral yang terjadi pada pasien endometriosis. Sensitisasi sentral adalah
mekanisme lain yang memicu nyeri terkait endometriosis. Pasien menjadi sangat
sensitif terhadap rangsangan nyeri berikutnya karena perubahan neuroplastik yang
diinduksi endometriosis pada jalur menurun yang memodulasi nyeri persepsi.4,10
selain itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan histogenesis
endometriosis (Tabel 2.1). Umumnya, mereka membagi menjadi tiga : transplantasi
fragmen endometrium ke tempat ektopik, metaplasia peritoneum multipotensial
celomic,induksi mesenkim yang tidak berdiferensiasi di tempat ektopik untuk
membentuk jaringan endometrium setelah terpapar zat yang dilepaskan dari
endometrium
Theory Comment
Transplanted endometrium
Retrograde menstruation Peritoneal implantation after passage through
fallopian tubes
Lymphatic dissemination Explains lymph node deposits
Vascular dissemination Explains pulmonary deposits
Direct invasion No evidence endometriosis penetrates wall of
uterus, except in adenomyosis
Uterotubal No evidence endometriosis penetrates wall of
fallopian tube
Metaplasia in situ
Celomic metaplasia No experimental evidence
Embryonic rests Experience limited to equivocal case reports
Wollfian duct remnans
Mullerian duct remnans
Induction May occur, but requires exfoliated endometrium
e.g. deciduosis
2.3. Patofisiologi
Endometrium ektopik bekerja dengan cara yang sama seperti endometrium
yang melapisi rahim. Pada fase proliferasi awal siklus menstruasi di bawah pengaruh
estrogen, memasuki fase sekretori pada bagian kedua siklus, sebelum akhirnya
mengalami deskuamasi selama menstruasi. Deskuamasi dan perdarahan di rahim
dapat menyebabkan nyeri panggul dan punggung selama menstruasi. Menstruasi pada
endometriosis dapat menyebabkan gejala siklus yang memengaruhi jaringan
endometrium ektopik, seperti kandung kemih dan usus.1 Walaupun penyebab pasti
dari endometriosis masih belum diketahui, beberapa teori dengan bukti yang
menyokong telah banyak dideskripsikan. 10,11
2.3.1. Retrograde Menstruation
Teori yang paling awal dan diterima secara luas mendeskripsikan retrograde
menstruation melalui tuba falopi dan penyebaran dari jaringan endometrium di dalam
kavitas peritoneum. Refluks dari fragmen-fragmen yang mengikuti dan menginvasi
mesotelium peritoneal dan membentuk suplai darah yang dapat menyebabkan
jaringan tetap bertahan dan berkembang. Pada saat pertama kali dikemukakan pada
tahun 1920, teori ini mendapatkan banyak dukungan dengan temuan volume darah
yang refluks dan jaringan endometrium pada pelvis wanita dengan endometriosis.
Hiperperistaltis dari uterus dan disperistaltis ditemukan pada wnaita dengan
endometriosis dan berakhir pada peningkatan refluks endometrial.10
2.3.2. Penyebaran Limfatik atau Vaskular
Bukti yang mendukung konsep dari endometriosis yang berasal dari penyebaran
jaringan endometrium melalui sistem limfatik atau vaskular. Temuan dari
endometriosis pada tempat yang kurang lazim seperti di perineum atau selangkangan
mendukung teori ini. Regio retroperitoneal memiliki sirkulasi limfatik yang sangat
banyak. Sebagai tambahan, kecendrungan dari adenokarsinoma untuk menyebar
melalui rute limfatik mengindikasikan kemudahan dari persebaran dan sel-sel
endometrium juga dapat menyebar melalui rute ini. 10,11
Gambar 2.3 Aktivasi dari COX-2 pada sel-sel stromal endometrium. Aktivasi dari COX-2 pada sel-sel
stromal endometrium menghasilkan peningkatan regulasi dari PGE2, yang merupakan stimulator poten
aromatase pada sel stromal endometrium.aktivitas aromatase menghasilkan aromatisasi intrasel dari androgen
untuk meningkatkan estradiol intraseluler melalui mekanisme parakrin. 10
penanda inflamasi lainnya. Hubungan aktivitas fisik dan endometriosis tidak jelas,
asupan asam lemak omega-3 rantai panjang yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan
penurunan risiko endometriosis.6,12
Tabel 2.2 Faktor risiko endometriosis6
2.6. Etiologi
Etiologi endometriosis masih belum diketahui. Teori sebelumnya telah
memasukkan menstruasi retrograde, penyebaran hematogen, penyebaran limfatik dan
metaplasia. Konsensus umum saat ini, etiologi multifaktorial termasuk faktor genetik
Dalam beberapa penelitian wanita dengan endometriosis yang terbukti secara
histologis, sebagian besar kerabat wanita mereka juga terkena dampak yang sama,
implan endometriosis dapat menyediakan lingkungan mikro spesifik yang secara
dinamis berhubungan dengan sistem imun,dan endokrinologi.1 Etiologi endometriosis
masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi estrogen memainkan peran utama dalam
patogenesisnya. Sebuah teori yang diterima secara umum bahwa endometriosis
disebabkan oleh menstruasi retrograde diperkenalkan pada abad ke-17 oleh Ruysch,
dan didukung oleh Sampson. Salah satu teori adalah bahwa jaringan mirip
endometrium memasuki rongga peritoneum melalui saluran tuba, dan jaringan
ektopik ini bertahan dengan membentuk suplai darahnya sendiri.4,14,23
10
Gambar 2.4 Diagnosis banding endometriosis. Beberapa wanita mungkin mengalami gejala lebih
berat. Kondisi ini berhubungan dengan gejala endometriosis yang menyerupai kondisi lain 1
11
Gambar 2.5 Gejala endometriosis. Gejala ini cenderung muncul atau memburuk sesaat sebelum
1
menstruasi atau saat menstruasi
Gejala ini cenderung muncul atau memburuk sesaat sebelum menstruasi atau
saat menstruasi.1 Sekitar 30-50% wanita dengan endometriosis mengalami infertilitas.
Hubungan antara endometriosis dan infertilitas saat ini masih kurang dipahami,
bahkan endometriosis ringanpun mengganggu kesuburan dengan mengganggu
kualitas oosit/embrio dan implantasi yang buruk. Endometriosis menyebabkan adhesi
tuba, sehingga memeengaruhi fungsi tuba falopi dan transportasi embrio.
Pemeriksaan seringkali normal. Namun, mungkin ada nyeri tekan uterus dan adneksa
atau uterus retrograde yang tetap, jarang ditemukan nodul teraba di forniks posterior
atau massa adneksa.1 Namun, endometriosis dapat menghasilkan gejala yang mirip
dengan penyakit lain, termasuk sindrom iritasi usus besar, sistitis interstisial, penyakit
vaskular, muskuloskeletal, neurologis, dan psikologis, obesitas, anoreksia, disfungsi
tiroid, gangguan autoimun, dan penyakit jantung.4,15
A B
Gambar 2.6 Foto dari laparoscopic A) Lesi merah dan putih dari lesi endometriotic terlihat pada
peritoneum pelvis pada saat laparoskopi.7 B) Endometriosis superfisial. Flame red appearance dengan
scarring.10
12
Gambar 2.7 Kista coklat di ovary. Endometrioma besar, tetapi belum sepenuhnya menggantikan
2.8.1. Anamnesis
Nyeri panggul, meskipun umum di antara wanita dengan endometriosis, tidak
cukup sebagai indikator endometriosis, karena dapat dikaitkan dengan beberapa
kondisi ginekologi dan non-ginekologi. Nyeri panggul yang digambarkan sebagai
nyeri kronis, siklik, dan persisten atau progresif (yaitu, memburuk seiring waktu)
meningkatkan kemungkinan adanya hubungan dengan endometriosis. Nyeri biasanya
pada awal menstruasi (dismenore) berkembang menjadi nyeri panggul nonmenstruasi,
lazim di antara wanita dengan diagnosis endometriosis. Rasa sakit berat dan progresif
selama fase menstruasi dan nonmenstruasi. Wanita dengan endometriosis cenderung
dispareunia, diskezia, dan disuria.3,17
Riwayat medis terkait, pengobatan terkini, serta riwayat keluarga
endometriosis, nyeri kronis, perdarahan uterus abnormal, dan kanker ginekologi harus
13
ditanyakan. Riwayat penggunaan kontrasepsi oral untuk dismenore primer berat telah
dikaitkan dengan pilihan tindakan bedah endometriosis di kemudian hari, terutama
endometriosis profunda.5 ,17
Riwayat infertilitas sangat terkait dengan endometriosis, sehingga evaluasi yang
lebih menyeluruh pada wanita dengan infertilitas meningkatkan keberhasilan
kemungkinan diagnosis. Faktor lain yang terkait dengan kemungkinan diagnosis
endometriosis lebih besar adalah riwayat penyakit dalam keluarga, operasi panggul
sebelumnya, dan riwayat kista ovarium jinak dan/atau nyeri ovarium.3,17
Siklus menstruasi lebih umum di antara wanita dengan atau tanpa diagnosis
endometriosis, termasuk perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan yang
berlebihan/tidak teratur, pembekuan darah, dan periode menstruasi yang tidak teratur.
Bercak pramenstruasi juga berkorelasi dengan endometriosis pada wanita tidak subur.
Meskipun kelainan ini umum terjadi pada wanita dengan endometriosis, sebagian
besar wanita ini memiliki siklus teratur tanpa perdarahan abnormal.3,17
14
Gambar 2.8 Algoritma diagnosis klinis endometriosis. Diagnosis endometriosis harus
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemudian dibuktikan dengan
pemeriksaan histologis dari spesimen yang dikumpulkan selama laparoskopi 3
Nyeri panggul juga merupakan gejala penyakit lain seperti adhesi panggul,
adenomiosis, dan gangguan gastrointestinal atau urologi. Penyebab lain nyeri panggul
harus disingkirkan dengan melakukan tes diagnostik yang sesuai seperti urinalisis,
Pap smear, tes kehamilan, dan usap vagina dan endoserviks. Pemindaian
ultrasonografi panggul dilakukan untuk memfasilitasi diagnosis endometrioma,
fibroid, dan kista ovarium.5,6
2.8.3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti tes darah, urinalisis, triple swab, dan tes
kehamilan dapat membantu dalam menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding.
Saat ini tidak ada tes diagnostik non-invasif untuk endometriosis. Meskipun titer CA-
15
125 sedikit meningkat pada wanita dengan endometriosis, CA-125 tidak dapat
mendiagnosis atau menyingkirkan endometriosis dengan baik sehingga dianggap
sebagai tes yang berguna dan tidak diindikasikan. Saat ini tidak ada biomarker
imunologi yang dapat mendiagnosis endometriosis.1 Endometriosis biasanya
ditentukan berdasarkan pemeriksaan histologi, didapatkan lesi ekstrauterin terdiri dari
kelenjar endometrium, stroma endometrium, dan/atau makrofag hemosiderin.
(gambar 2.9) 3,18
Ultrasonografi transvaginal dapat mendeteksi endometrioma ovarium dan
endometriosis rektum. Namun, pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi endometrium
kecil (kurang dari 1 cm), sehingga pemindaian normal tidak menyingkirkan
endometriosis. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat mengidentifikasi
endometrium subperitoneal, meskipun ini dapat disamarkan jika terdapat kelainan
pada anatomi pelvis dan endometrioma. Rekomendasi saat ini menyarankan bahwa
MRI tidak berguna untuk mendiagnosis dan menyingkirkan endometriosis
peritoneum dan relatif mahal. Pencitraan resonansi magnetik adalah pilihan non-
invasif tidak tersedia secara universal dan kurang sensitif, sehingga jarang digunakan
untuk diagnosis endometriosis. Laparoskopi dan pemeriksaan histologis sebagai
standar emas diagnosis.1,3 Daftar temuan endometriosis berdasarkan lokasi biobsi
untuk dirangkum dalam (Tabel 2.3).
Berhubung laparoskopi tidak praktis sebagai alat diagnosis lini pertama, para
peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi alat noninvasif untuk diagnosis dini
yang mungkin mencegah atau menunda perkembangan endometriosis. Terlepas dari
berbagai tes darah yang telah dievaluasi, pemeriksaan paling tepat belum dapat
diidentifikasi untuk diagnosis endometriosis. Perubahan tingkat analit, protein,
microRNA, dan penanda lain yang sesuai dengan keadaan penyakit dapat menjadi
dasar untuk mengidentifikasi biomarker baru. Wanita dengan endometriosis
menunjukkan perubahan kadar CA-125, sitokin, dan angiogenik serta faktor
pertumbuhan dibandingkan dengan wanita normal, tetapi tidak ada penanda yang
terbukti menjadi alat klinis definitif untuk diagnosis endometriosis.6
16
A B
A B
Gambar 2.10 gambaran PA A) Superficial servikal endometriosis.23 B) Endometriosis tipe
epitelium23
Location Frequency
Ovary 36%
Fallopian tube 14%
Uterine serosa 12%
Cul-de-sac 6%
17
Cervix 3%
Colon 3%
Peritoneum 3%
Appendix 2%
Broad ligament 2%
Pelvis 2%
Uterosacral ligament 2%
Vagina 2%
Abdominal wall 1%
Bladder 1%
Fibrous tissue 1%
Parametrium 1%
Rectum 1%
Small intestine 1%
Other sites (>20) 7%
18
2.9. Tatalaksana
Wanita dengan endometriosis memerlukan pengobatan untuk nyeri, infertilitas,
atau keduanya. Pilihan pengobatan tergantung pada usia wanita, sifat dan tingkat
keparahan gejala, rencana kesuburan, pengobatan sebelumnya, dan lokasi serta
tingkat keparahan penyakit. Pilihan perawatan medis sama dengan penyebab
dismenore lainnya, misal obat antiinflamasi non steroid (NSAID), penekanan
hormonal ovulasi dan pil kontrasepsi oral kombinasi tri-siklus (meminum tiga paket
berturut-turut sebelum istirahat 7 hari).1 Manajemen nyeri harus bersifat individual.
Tujuan terapi medis adalah untuk mengurangi rasa sakit dengan mengurangi
peradangan serta produksi hormon ovarium dan lokal (Tabel 2.5). Tatalaksana medis
biasanya tidak menyembuhkan tetapi menekan, dan gejala akan sering kambuh
setelah terapi dihentikan.4 Jika pasien tidak merespons NSAID dalam 3 bulan,
pengobatan lini kedua digunakan yang meliputi progestin (oral, suntik, dan intra-
uterus), androgen, dan agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRH) yang
mengurangi nyeri sedang hingga berat endometriosis.6,18
Pil kontrasepsi oral efektif dalam mengurangi nyeri serta mencegah
kekambuhan pasca operasi. Bagi mereka yang tidak dapat mentolerir atau memiliki
kontraindikasi terhadap estrogen, progestin seperti medroxyprogesterone acetate,
norethindrone acetate, atau levonorgestrel dapat diindikasikan. Bagi mereka yang
tidak dapat mentolerir obat-obatan oral, levonorgestrel dapat mengurangi rasa sakit
dan kekambuhan. Pasien yang gagal dalam opsi sebelumnya, rekomendasi
penggunaan agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRH) dengan terapi tambahan
untuk mencegah keropos tulang dan mengurangi efek samping. Pasien yang memakai
agonis GnRH untuk endometriosis dapat berisiko resistensi.1,
19
20
21
kerja/sekolah. Infertilitas yang terkait dengan nyeri panggul juga memerlukan rujukan
spesialis.1,18
2.9.3. Akupuntur
Akupunktur adalah tambahan lain yang berpotensi berguna dalam mengobati
nyeri. Akupunktur juga meningkatkan ambang nyeri dan menyebabkan produksi
faktor neurohumoral seperti dopamin, oksida nitrat, noradrenalin, asetilkolin, dan
lainnya. Selain itu, meningkatkan sel pembunuh alami, sehingga mengubah fungsi
kekebalan dan menurunkan produksi estrogen. 1,18
2.9.4. Terapi fisik pelvis
Terapi fisik pelvis telah ditunjukkan dalam penelitian retrospektif untuk
meningkatkan nyeri endometrium pada 63% pasien setelah setidaknya enam sesi.
Selain itu, pijat tekanan dalam, peregangan otot dasar panggul, mobilisasi sendi, foam
roller dengan pernapasan, dan teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri akibat
endometriosis.4
2.9.5. Tatalaksana operatif
Indikasi laparoskopi meliputi keinginan wanita tersebut untuk diagnosis pasti,
infertilitas, dan kemungkinan penyakit lanjut.1 Operasi laparoskopi harus menjadi
pengobatan pilihan pertama, terutama pada wanita usia reproduksi. Keberhasilan
perawatan bedah bergantung pada lokasi penyakit, tingkat keparahan penyakit, dan
luasnya gejala. Pilihan pembedahan termasuk pengangkatan seluruh lesi, kistektomi
ovarium, adhesiolisis dan ooforektomi bilateral, seringkali dengan histerektomi.
Perawatan bedah bisa konservatif atau radikal. Dengan pembedahan konservatif,
tujuannya adalah untuk mempertahankan potensi reproduksi pasien. Pembedahan
konservatif dapat dilakukan secara laparoskopi atau sebagai prosedur terbuka dengan
eksisi atau ablasi jaringan endometrium. Eksisi bedah telah terbukti meningkatkan
pereda nyeri dan kualitas hidup 6 bulan pasca prosedur, jika dibandingkan dengan
laparoskopi diagnostik saja. Sayangnya, sekitar 20% wanita tidak melaporkan
perbaikan apapun setelah operasi dan kekambuhan endometriosis setelah operasi
laparoskopi sering terjadi.1,4
22
Sebuah metaanalisis dari uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 335
wanita menunjukkan bahwa eksisi endometriosis lebih unggul daripada koagulasi
dalam mengurangi dismenore, diskezia, dan nyeri panggul kronis ketika dievaluasi
pada 12 bulan masa tindak lanjut. Ablasi laser dengan evaporasi lapisan demi lapisan
endometriosis terbukti 65% efektif dalam mengurangi nyeri, dibandingkan dengan
reduksi 22% saat dilakukan laparoskopi diagnostik saja.4
Ablasi saraf uterosakral laparoskopi memengaruhi serabut saraf eferen.
Komplikasi prolaps uterus dan transeksi ureter intraoperatif telah dilaporkan dengan
prosedur ini. Sebaliknya, neurektomi laparoskopi presakral 87% efektif dalam
mengurangi nyeri panggul berat. Efek samping yang terkait dengan neurektomi
presakral adalah konstipasi dan gejala kandung kemih dan kemih.4
Sebuah studi kohort prospektif multisenter terhadap 981 wanita dengan
berbagai derajat penyakit menunjukkan perbaikan gejala pascaoperasi yang signifikan
selama 36 bulan pada pasien yang menjalani eksisi laparoskopi endometriosis.
Perbaikan yang paling mencolok terlihat pada dismenore, dengan penurunan gejala
sebesar 57%; nyeri panggul kronis dan dispareunia berkurang 30%.4
Saat melakukan pembedahan pada endometrioma ovarium, dokter disarankan
untuk melakukan sistektomi daripada drainase dan koagulasi karena tindakan ini
mengurangi nyeri terkait endometriosis. Histerektomi dengan salpingo-ooforektomi
bilateral adalah pilihan pengobatan yang berguna pada wanita yang tidak ingin hamil,
tetapi menyebabkan menopause bedah. Jika terdapat endometriosis di tempat
ekstrapelvis, keterlibatan tambahan dari spesialis lain mungkin diperlukan, misalnya
tim kolorektal atau urologi.1
Manfaat utama pembedahan untuk infertilitas yang terkait dengan
endometriosis adalah untuk meningkatkan kemungkinan konsepsi alami. Pembedahan
untuk infertilitas atau nyeri meningkatkan angka kehamilan pasca operasi secara
spontan. Di sisi lain, pembedahan untuk endometrioma dapat menyebabkan
penurunan fungsi ovarium dan kemungkinan hilangnya ovarium. Oleh karena itu,
keputusan pembedahan harus dibuat dengan hati-hati, terutama pada wanita dengan
23
usia lanjut, penyakit bilateral, gangguan cadangan ovarium, yang pernah menjalani
pembedahan untuk endometrioma sebelumnya, atau infertilitas jangka panjang, yang
tidak sesuai dengan konsepsi alami karena faktor tuba atau pria.6
2.9.6. Tatalaksana fertilitas
Pada wanita dengan endometriosis minimal hingga ringan, inseminasi
intrauterin dengan stimulasi ovarium terkontrol telah terbukti meningkatkan angka
kelahiran hidup dibandingkan dengan manajemen hamil atau inseminasi intrauterin
saja. Saat ini terdapat inkonsistensi mengenai implikasi endometriosis pada tingkat
keberhasilan setelah IVF atau injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI). Pada wanita
infertil dengan endometriosis, dokter dapat menawarkan pengobatan dengan
teknologi reproduksi terbantu setelah operasi, karena tingkat kekambuhan
endometriosis kumulatif tidak meningkat setelah stimulasi ovarium terkontrol untuk
IVF / ICSI.1
2.10. Komplikasi
Wanita dengan endometriosis memiliki risiko keguguran dan kehamilan
ektopik yang lebih tinggi. Wanita yang mempertahankan kehamilannya selama lebih
dari 24 minggu menghadapi risiko lebih lanjut, seperti risiko tinggi plasenta previa,
perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, dan risiko lebih tinggi untuk operasi
caesar. Studi lain juga menunjukkan bahwa wanita dengan endometriosis lebih
mungkin berisiko kanker ovarium.1
2.11. Prognosis
Prognosis endometriosis bervariasi. Dalam 5 tahun setelah tatalaksana medis
atau pembedahan, 20-50% wanita akan mengalami kekambuhan.1 Tingkat
kekambuhan endometriosis sangat bervariasi, berkisar antara 4–74%.4 Endometriosis
berulang pada 5% sampai 15% kasus bahkan setelah histerektomi dan ooforektomi
bilateral.6
24
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
23. Maksem J.A, Stanley. J, Robboy, Bishop J.W, Meiers I, 2009. 'Endometrial
carcinoma', In: Ali S.Z, Clark D.P, Erozan Y.S, (ed.) Endometrial Cytology with
Tissue Correlations. New York: Springer. p. 231-256.