Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

Hemoroid Dalam Kehamilan

Pembimbing:
dr. Budi Suanto, Sp.B

Disusun Oleh:
Frischa Wibowo
11.2015.201

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar Lampung
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 13 Febuari 2017-22 April 2017

0
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF BEDAH
RUMAH SAKIT IMANUEL WAY HALIM LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Frischa Wibowo Tanda Tangan :


NIM : 11.2015.201
Dokter Pembimbing : dr. Budi Suanto, Sp.B

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SK Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : S1 Ekonomi
Alamat : Jln. Nusa Indah IV, Sukarame Tgl.Masuk RS : 21 Maret 2017

ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis dengan pasien
Tanggal : 22 Maret 2017, pukul 15.00 WIB
Dilakukan di : Ruang Bugenville 123

Keluhan Utama: BAB berdarah.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik bedah RS Imanuel dengan keluhan BAB berdarah sejak 5 hari
smrs. Pasien mengatakan, setiap ingin mencoba BAB, keluar darah bewarna merah dari anus ±
setengah gelas aqua sebanyak 8-10x dalam sehari. Selain itu, pasien mengatakan terdapat benjolan
di anus berukuran sebesar kacang tanah yang dirasakan membesar beberapa waktu terakhir.
Benjolan ini dirasakan sejak pasien duduk dibangku SD dan tidak dapat masuk kembali dengan
sendirinya maupun dengan menggunakan tangan. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri pada
benjolan tersebut terutama saat mengedan dan BAB. Pasien mengatakan, selama ini BAB nya

1
memang tidak lancar, pasien BAB tiap 3-4 hari sekali dan terkadang pasien harus menggunakan
obat pencahar terlebih dahulu agar dapat BAB.
4 hari smrs, pasien mengatakan bahwa darah masih keluar saat pasien mencoba untuk
BAB. Pasien juga masih mengeluhkan nyeri pada benjolan dianus terutama saat mengedan.
3 hari smrs, keluhan tidak kunjung membaik. Pasien sulit untuk BAB karena adanya rasa
nyeri & keluar darah dari anus setiap pasien mencoba BAB, sehingga pasien kembali
mengkonsumsi obat pencahar.
2 hari smrs, pasien mengatakan sudah bisa BAB setelah satu hari sebelumnya
mengkonsumsi obat pencahar. BAB konsistensi cair dengan sedikit ampas bewarna coklat
kehitaman dan masih terdapat darah bewarna merah yang mengalir dari anus. Pasien mengatakan,
darah dari anus juga keluar saat pasien buang angin. Hal ini terjadi ± 8x dalam sehari.
1 hari smrs, keluhan dirasakan semakin mengganggu karena tidak membaik. Darah masih
keluar saat pasien mengedan dan buang angin. Benjolan pada anus juga masih dirasa nyeri, Pasien
juga mengaku badannya lemas, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik bedah
RS Imanuel dan akhirnya dirawat.
Saat ini pasien sedang mengandung anak pertamanya dengan usia kehamilan 35 minggu.
Selama ini pasien rutin memeriksakan kandungannya di bidan dekat rumahnya. Napsu makan baik,
namun pasien mengaku bahwa dirinya memang jarang mengkonsumsi makanan berserat. Tidak
terdapat riwayat penurunan berat badan tanpa sebab saat sebelum mengandung maupun saat
mengandung. Keluhan mual maupun muntah disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat wasir sejak 15 tahun yang lalu dan riwayat maag sejak 1 tahun
yang lalu. Tidak terdapat riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma,
riwayat trauma maupun alergi pada pasien.

Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti pasien. Riwayat penyakit
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun riwayat keganasan dalam keluarga
disangkal.

2
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda- tanda vital
Tekanan Darah : 100/70
Nadi : 82x
Pernapasan : 20x
Suhu : 36,6°C

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : Normocephali, distribusi rambut normal
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor
Telinga : Normotia, serumen (-), liang telinga lapang
Hidung : Deviasi hidung (-), normosepta, sekret (-)
Tenggorokan : T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid
Thoraks
1. Paru
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis,
retraksi iga (-).
Palpasi : fremitus baik simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
2. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung di ICS II linea parasternal kiri.
batas kiri jantung di ICS VI, linea midclavicula kiri.
batas kanan jantung di ICS IV, linea sternal kanan.
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

3
Abdomen
Inspeksi : membuncit (gravid), sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-),
Perkusi : nyeri ketuk CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Extremitas
Ekstremitas Superior : Normotonus, akral hangat, deformitas (-), edema -/- , CRT < 2 detik.
Ekstremitas Inferior : Normotonus, akral hangat, deformitas (-), edema -/- , CRT < 2 detik.
Anus dan Rektum : Terdapat benjolan pada anus berukuran 1 buku jari.

STATUS LOKALIS
Regio Anus dan Rektum
Inspeksi
Tampak benjolan dengan diameter 3 cm, warna tidak kemerahan, hematom perianal (-), abses (-)
Palpasi
Konsistensi teraba kenyal, nyeri tekan (+)
Rectal Toucher
Tonus sphingter ani normotonus, mukosa rectum licin, teraba benjolan berukuran 1 buku jari pada
arah jam 7 dan jam 3, konsistensi kenyal, tidak ada nyeri tekan dan pada sarung tangan darah (+),
lendir (-), feses (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 31 Desember 2016, pukul 20.29
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 9.7 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 28 % 35 – 47
Eritrosit 3.15 juta/uL 3.6 – 5.8
Lekosit 13,460 /mm3 4400 – 11300
Trombosit 285,000 /mm3 150000 – 450000

4
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 65 % 40-70
Limfosit 26 % 30-45
Monosit 7 % 2-10
Index Eritrosit
MCV 88.3 fL 80-100
MCH 30,8 pg 26-34
MCHC 34,9 % 32-36
MPV 10.7 fL 7.2-11.1
Kimia Klinik
Karbohidrat
Glukosa Rapid Sewaktu 85 mg/dL <150

Tanggal 21 Maret 2017, pukul 14.56


Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 8.9 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 27 % 35 – 47
Eritrosit 2.97 juta/uL 3.6 – 5.8
Lekosit 14,050 /mm3 4400 – 11300
Trombosit 317,000 /mm3 150000 – 450000
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 74 % 40-70
Limfosit 18 % 30-45
Monosit 7 % 2-10

5
Index Eritrosit
MCV 90.9 fL 80-100
MCH 30,0 pg 26-34
MCHC 33,0 % 32-36
MPV 10.3 fL 7.2-11.1
Hemostasis
Masa Pendarahan/BT 1 menit Duke: 1-3
Masa Pembekuan/CT 10 menit 9-15

Tanggal 24 Maret 2017, pukul 04.03


Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 7.9 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 25 % 35 – 47
Eritrosit 2.68 juta/uL 3.6 – 5.8
Lekosit 15,000 /mm3 4400 – 11300
Trombosit 329,000 /mm3 150000 – 450000
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 78 % 40-70
Limfosit 16 % 30-45
Monosit 6 % 2-10
Index Eritrosit
MCV 92.2 fL 80-100
MCH 29,5 pg 26-34
MCHC 32,0 % 32-36
MPV 10.8 fL 7.2-11.1

Tanggal 25 Maret 2017, pukul 14.05

6
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 10.3 g/dL 12.0 – 16.0
Hematokrit 31 % 35 – 47
Eritrosit 3.45 juta/uL 3.6 – 5.8
Lekosit 13,720 /mm3 4400 – 11300
Trombosit 349,000 /mm3 150000 – 450000
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 76 % 40-70
Limfosit 16 % 30-45
Monosit 7 % 2-10
Index Eritrosit
MCV 90.4 fL 80-100
MCH 29,9 pg 26-34
MCHC 33.0 % 32-36
MPV 10.3 fL 7.2-11.1

RINGKASAN (RESUME)
Pasien datang ke poliklinik bedah RS Imanuel dengan keluhan BAB berdarah sejak 5 hari
smrs. Pasien mengatakan, setiap ingin mencoba BAB dan buang angin, keluar darah bewarna
merah dari anus ± setengah gelas aqua sebanyak 8-10x dalam sehari. Selain itu, pasien mengatakan
terdapat benjolan di anus berukuran sebesar kacang tanah yang dirasakan membesar beberapa
waktu terakhir. Benjolan ini sudah dirasakan sejak 15 tahun yang lalu dan tidak dapat masuk
kembali dengan sendirinya maupun dengan menggunakan tangan. Pasien juga mengeluhkan rasa
nyeri pada benjolan tersebut terutama saat mengedan dan BAB. Pasien mengatakan, selama ini
BAB nya memang tidak lancar, pasien BAB tiap 3-4 hari sekali dan terkadang pasien harus
menggunakan obat pencahar terlebih dahulu agar dapat BAB. Pasien mengaku jarang
mengkonsumsi makanan berserat. Beberapa hari kemudian, keluhan dirasakan tidak kunjung

7
membaik, sehingga pasien memutuskan untuk berobat. Saat ini pasien sedang mengandung anak
pertamanya dengan usia kehamilan 35 minggu.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan anorectal,
tampak benjolan dengan diameter 3 cm, nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan rectal toucher, teraba
benjolan berukuran 1 buku jari pada arah jam 7 dan jam 4, konsistensi kenyal, tidak ada nyeri
tekan dan pada sarung tangan terdapat darah dan feses. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium,
didapatkan kadar hemoglobin, hematocrit dan eritrosit yang kurang dari normal dan semakin
menurun pada saat pengulangan pemeriksaan. Kadar leukosit sedikit meningkat dari nilai normal.
Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit didapatkan beberapa hasil yang kurang dari normal.

DIAGNOSIS KERJA
1. Hematoskezia ec. Hemorrhoid Grade III-IV
2. G1POA0 H 35 minggu

DIAGNOSIS BANDING
1. Ca Rektum
2. Polip

PENATALAKSANAAN
- Rawat & bedrest
- IVFD RL 10 tpm
- Cek CBC, CT/BT
- Inj. Asam tranexamat 3x500mg
- Dulcolax tab 1x2 tab
- Anti hemorrhoid supp 1x1
- Diet tinggi serat

PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanactionam : ad bonam

8
Follow Up

Rabu, 22 Maret 2017


S : Pasien mengeluh nyeri saat berusaha untuk BAB. Saat mengedan dan buang angin masih keluar
darah bewarna merah. Rasa ingin buang air besar terakhir pukul 4 pagi, darah (+) menetes.
Demam (-), mual (-), muntah (-)

O: KU : TSS
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB.
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II murni reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Membuncit (G1POAO H 35minggu)
Ekstremitas : Normotonus, akral hangat, CRT < 2”
Anus : Tampak benjolan berukuran 1 buku jari pada anus.

A: Hematoskezia ec. Hemorrhoid Grade III-IV


G1P0A0 H 35 minggu

P: Inj. Asam tranexamat 3x500mg


Dulcolac 1x2tab (stop)
Anti hemorrhoid supp 1x1
Dulcolac supp 1x1
Inj. Dexametason 2x1
Pralax syr 1x10cc
Diet tinggi serat

9
Visit Dr. Budi, Sp.B:
Konsul dan raber Dr. Dian, Sp. OG
Th/ lanjut
Dulcolac tab stop → Dulcolac supp 1x1

Advice Dr. Dian, Sp. OG:


Inj. Dexametasone 2x1amp (4x)
Pralax syr. 1x10cc

Kamis, 23 Maret 2017


S : Pasien mengatakan sudah BAB kemarin malam. BAB konsistensi cair ada ampasnya, tidak ada
darah. Hari ini pasien belum BAB, namun saat mencoba BAB dengan mengedan masih keluar
darah bewarna merah dan menetes. Kepala pusing (+).

O: KU : TSS
Kesadaran : Compos mentis
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,7°C
Kepala : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB.
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II murni reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Membuncit (G1POAO H 35minggu)
Ekstremitas : Normotonus, akral hangat, CRT < 2”
Anus : Tampak benjolan berukuran 1 buku jari pada anus.

A: Hematoskezia ec. Hemorrhoid Grade III-IV


G1P0A0 H 35 minggu

10
P: Inj. Asam tranexamat 3x500mg
Anti hemorrhoid supp 1x1
Inj. Dexametason 2x1 amp
Pralax syr 1x10cc
Diet tinggi serat

Visit Dr. Budi, Sp.B:


Pralax syr. 1x10cc
Th/ lain lanjut
Besok pagi cek CBC ulang

Jumat, 24 Maret 2017


S: Pasien mengatakan semalam sudah BAB pukul 11, BAB konsistensi lunak. Sejak semalam
hingga pagi ini sudah tidak keluar darah. Pasien mengeluh pusing.

O: KU : TSR
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB.
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II murni reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Membuncit (G1POAO H 35minggu)
Ekstremitas : Normotonus, akral hangat, CRT < 2”
Anus : Tampak benjolan berukuran 1 buku jari pada anus.

A: Hematoskezia ec. Hemorrhoid Grade III-IV


G1P0A0 H 35 minggu

11
P: Inj. Asam tranexamat 3x500mg
Anti hemorrhoid supp 1x1
Pralax syr 1x10cc
Diet tinggi serat

Visit Dr, Budi, Sp.B:


Boleh pulang
Kontrol 1 minggu
Klisma + evaluasi

Advice Dr. Dian, Sp. OG:


Batal pulang
Transfusi PRC 2 kolf
Duvadilan 2x 1/2 tab

Sabtu, 25 Maret 2017


S: Pasien mengatakan sudah BAB 2x. BAB yang pertama konsistensi lunak, BAB kedua
konsistensi agak keras. BAB sudah tidak berdarah. Keluhan lain sudah membaik.

O: KU : TSR
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5°C
Kepala : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB.
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II murni reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Membuncit (G1POAO H 35minggu)

12
Ekstremitas : Normotonus, akral hangat, CRT < 2”
Anus : Tampak benjolan berukuran 1 buku jari pada anus.

A: Hematoskezia ec. Hemorrhoid Grade III-IV


G1P0A0 H 35 minggu

P: Inj. Asam tranexamat 3x500mg


Anti hemorrhoid supp 1x1
Pralax syr 1x10cc
Duvadilan 2x 1/2 tab
Diet tinggi serat

Visit Dr. Budi, Sp.B:


Boleh pulang
Kontrol 1 minggu

13
Tinjauan Pustaka

Pendahuluan
Penyakit hemoroid di Indonesia, atau yang orang awam kenal dengan wasir, merupakan
salah satu masalah kesehatan yang sering diperbincangkan.
Hemoroid adalah bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole dan otot polos
yang terletak di canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari anatomi anorektal.
Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-bantalan
ini menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.1
Hemoroid sendiri terbagi menjadi dua, yaitu interna dan eksterna. Penanganan yang
dilakukan pada tiap kasus pun berbeda mengingat adanya perbedaan dari kedua jenis hemoroid
tersebut. Pada hemmoroid interna, nyeri tidak terlalu dirasakan dibanding hemoroid eksterna
dikarenakan sedikitnya saraf somatik pada daerah tersebut.,2,3
Referat ini dibuat untuk memberikan pengetahuan mengenai hemoroid secara mendalam.
Diharapkan referat ini bisa memberikan informasi dan pengetahuan, guna untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan penyakit hemoroid.

Anatomi Canalis Analis


Canalis analis adalah bagian terminal dari usus besar yang memiliki panjang kurang lebih
2,5 cm – 3.5 cm. Dikelilingi oleh M. Sphincter ani internus dan eksternus. Otot-otot ini berperan
pada proses defekasi.4,5

Gambar 1. Anatomi Kanalis Anal.4

14
Vaskularisasi dan Drainase Limfe
Arteri rectalis superior mensuplai darah ke canalis analis bagian superior dari linea
pectinata. Sedangkan bagian inferior dari canalis analis di supply oleh 2 arteri rectalis inferior.
Arteri rectalis media membantu supply darah canalis analis dengan membentuk anastomose
dengan arteri rectalis superior dan inferior.
Vena yang mendrainase aliran darah dari rectum dan canalis analis adalah vena rectalis
superior, media dan inferior.
Superior dari linea pectinata aliran limfe di drainase pembuluh-pembuluh limfe menuju
nodus limfe iliaca interna. Sedangkan inferior dari linea pectinata didrainase ke nodus limfe
inguinal superficial.5

Inervasi
Superior dari linea pectinata diinervasi oleh plexus hipogastrika inferior (simpatis,
parasimpatis dan serat aferen visceral) sedangkan inferior dari linea pectinata diinervasi oleh
persarafan somatis cabang dari n.Pudendus.5

Gambar 2. Vaskularisasi, Drainase Limfatik dan Inervasi Canalis Analis4

15
Hemorrhoid
Definisi
Hemoroid adalah bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole dan otot
polos yang terletak di canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari anatomi
anorektal.3
Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-
bantalan ini menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.2
Saat proses defekasi terjadi, bantalan hemoroid diisi oleh darah sehingga melapisi canalis analis,
istilah patologis hemoroid adalah dimana terjadi penurunan dari bantalan ini dengan disertai
dilatasi dari sinusoid, kadang juga perdarahan dari arteriole, venule atau bagian dari sinusoid.
Hemoroid membesar ketika jaringan penyangga dari bantalan hemoroid ini rusak, tekanan
berlebihan seperti pada keadaan sembelit atau kehamilan.6

Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letaknya :
1. Hemoroid eksterna
Terletak distal dari linea pectinati dan ditutupi oleh anoderm. Karena anoderm banyak
diinervasi oleh sabut saraf, trombosis dari hemoroid eksterna dapat menimbulkan gejala
nyeri.
2. Hemoroid interna
Terletak proksimal dari linea pectinati dan di tutupi mukosa anorektal. Hemoroid interna
bisa prolaps dan berdarah, jarang nyeri kecuali ada trombosis dan nekrosis (bila prolaps
berat, inkarserasi, dan/atau strangulasi). Terdapat 4 gradasi hemoroid interna. Grade 1
ketika terjadi bulging ke dalam canalis analis dan prolaps sejauh linea pectinati (tanpa
keluar dari anus). Grade 2 ketika prolaps melewati anus dan dapat masuk kembali dengan
sendirinya. Grade 3 hemoroid prolaps dan membutuhkan bantuan reduksi digital untuk
masuk. Grade 4 hemoroid prolaps tidak dapat di reduksi dan dapat terjadi strangulasi.
Selain itu dapat juga terjadi kombinasi hemoroid interna dan eksterna.3

16
Gambar 3. Lokasi Hemoroid Interna dan Eksterna.4

Patofisiologi dan Etiologi


Etiologi yang potensial mengakibatkan hemoroid.7
1. Penurunan Venous Return
2. Konstipasi
3. Kehamilan
4. Varises anorektal

Patofisiologi Hemoroid Interna dan Eksterna


Hemoroid interna merupakan pelebaran vena di atas linea dentata yang tidak dipersarafi
oleh saraf somatik, sehingga tidak menyebabkan nyeri, sehingga hanya dirasakan oleh pasien
sebagai perasaan tidak nyaman. Terjadi perdarahan merupakan keluhan yang paling sering
dilaporkan, dan prolaps hingga ke bagian luar anus. Daerah prolaps menjadi tempat penumpukan
iritan (salah satunya akibat mukus/lendir), sehingga dapat menimbulkan gatal (pruritus ani).
Perdarahan yang khas adalah perdarahan yang terpisah dari feses, tidak tercampur dan sering
disertai dengan lendir. Lendir (mukus) berasal dari sel goblet yang banyak terdapat pada mukosa
rektum yang berfungsi sebagai pelumas. Terdapat lendir atau bercak feses pada pakaian dalam
dapat menjadi salah satu tanda prolaps yang menetap. Apabila prolaps kian jauh dan terjepit oleh

17
kompleks otot sfingter, maka dapat terjadi inkarserasi, lalu mengalami stranggulasi bahkan
nekrosis. Apabila terjadi stranggulasi dan nekrosis, maka akan menyebabkan rasa nyeri. Pada
keadaan khusus namun jarang terjadi, dapat terjadi trombosis akut, dan rasa nyeri dirasakan
hebat.1,2,3
Hemoroid eksterna menyebabkan nyeri karena strukturnya yang diinervasi oleh saraf
somatik, terutama pada keadaan akut trombosis. Hal ini terjadi akibat penekanan saraf oleh bekuan
darah dan edema. Nyeri akan terasa menghilang selama 7-14 hari, saat bekuan darah juga
mengalami resolusi. Namun resolusi tidak diikuti dengan perbaikan kulit, sehingga terdapat kulit
yang “berlebih” atau yang umum disebut dengan skin tag. Lalu dapat terjadi trombosis berulang,
dan biasanya terdapat pada tempat yang sama (vena pada daerah tersebut telah mengalami
perubahan dari kejadian sebelumnya, sehingga mudah terjadi trombosis) dan terjadi perdarahan.
Selain itu, skin tag akan menyebabkan masalah higienitas, dapat terjadi gatal atau pun keluhan
yang lain.1,2,3

Diagnosis

 Anamnesa
Anamnesa harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan). Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami
prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila
penderita diminta mengejan.8
 Inspeksi
Pada pemeriksaan lokal, penderita dalam posisi miring (sim’s position) atau posisi
menungging (knee chest position) dan selanjutnya pada evaluasi inspeksi dapat ditemukan
tonjolan lunak pada anus pada hemoroid eksterna, dan juga pada hemoroid interna yang
mengalami prolaps. Pada hemoroid yang mengalami trombosis, maka warna tonjolan
terlihat ungu kebiruan, tampak tegang, dan ukuran garis tengah biasanya beberap milimeter
hingga 1-2 cm. Hemoroid interna yang prolaps tidak terlalu jauh, maka pasien diminta
mengedan, maka akan terlihat masa hemoroid yang diliputi mukus.8

18
 Palpasi
Untuk melakukan palpasi pada hemoroid, kita dapat melakukan pemeriksan colok dubur /
Rectal Touche’ (RT). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang
lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.8
Pada palpasi hemoroid eksterna didapatkan perabaan masa yang terlokalisasi (bentuk
seperti kacang / localized pea-sized) yang berkonsistensi padat tapi lembut yang mana
dapat dibedakan dengan hemoroid interna.8

Diagnosis Banding

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :

1. Fissura ani

Fissura ani merupakan robekan mucosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus.
Fissura biasanya tunngal dan terletak di garis tengah posterior. Kebanyakan fissura ani
terjadi karena regangan mucosa anus melebihi kemampuannya. Sekali fissura terjadi, maka
akan terbentuk suatu lingkaran setan. Dengan adanya nyeri ketika defikasi maka penderita
akan menjadi takut untuk defikasi, hal ini akan menyebabkan feces menjadi keras dan feces
yang keras akan menambah aktifitas sphincter. Fissura ani dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab, antaranya :

o Idiopatik
o Iritasi akibat diare
o Cedera partus
o Penggunaan laksative
o Iatrogenik

19
o Inflammatory bowel diseases
o Sexually transmitted diseases

Keighley membagi fissura ani menjadi:


1. Fissura ani primer
- Akut
- Kronis
2. Fissura ani sekunder
Fissura ani primer tampak sebagai suatu superficial ulcer pada mukosa anal di bawah
linea dentata, apabila letaknya lebih ke proksimal hampir dapat dipastikan merupakan
fissura ani sekunder akibat penyakit lain. Fissura ani dikatakan akut bila penyakit terjadi
kurang dari 6 minggu, dan dikatakan kronis bila sudah lebih dari 6 minggu.

Pada anamnesis biasanya dijumpai nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti
rasa terbakar, rasa terpotong, atau seperti terasa robekan. Nyeri sejalan dengan kontraksi
usus; spasme anus perlu dicurigai terjadinya fissura ani, konstipasi akibat takut nyeri,
feses keras, buang air besar berdarah warna merah terang pada permukaan feses. Darah
biasanya tidak bercampur dengan feses, mucoid discharge, pruritus.
Colok dubur dapat dilakukan dengan menekan sisi di seberang fisura setelah pemberian
anestesi topical berulang kali. Protoskopi juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu
anestesi topical dan tekanan pada sisi kontralateral.
Diagnosis banding terdiri atas luka atau rekah anus lainnya, seperti tuberculosis, sifilis,
AIDS, atau proktitis. Fisura anus kadang disertai hemoroid interna. Penderita hemoroid
yang mengeluh nyeri biasanya menderita fisura sebab hemoroid interna tidak
mengakibatkan nyeri.

Agar defekasi lancar dengan feses lunak, dianjurkan diet makanan kaya serat dengan
minum cukup banyak. Anestetik topical dapat berguna. Bila pengobatan ini tidak berhasil,
dapat dilakukan sfingterotomi interna tanpa mengganggu sfingter eksterna.

20
Sfingter dalam dibelah disisi samping kiri atau kanan. Fisura biasanya dibiarkan,
sedangkan umbai kulit dikeluarkan. Menurut Lord, dilatasi sfingter seluruhnya tidak
dianjurkan sebab kadang mengakibatkan inkontinensia.
Fisura anus merupakan kelainan kronik yang sering kambuh atau menunjukkan
eksaserbasi. Penanganan konservatif berhasil baik, sedangkan tindakan sfingterotomi
interna akan bermanfaat bila terapi konservatif tidak berhasil.3,8

2. Karsinoma kolorektum
3. Penyakit divertikel
4. Polip
5. Kolitis ulserosa

Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.7

Komplikasi

Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. 1,2,3

Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.1,2,3

Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah
terjadi infeksi.1,2,3

21
Penatalaksanaan

1. Terapi non operatif


Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Perbaikan pola makan dan
minum.
o Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat feses menjadi lunak, sehingga mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
o Menghindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan konstipasi.
o Pada hemoroid grade 1 atau 2 dengan gejala yang tidak membaik setelah
pengobatan konservatif maka dapat dipertimbangkan skleroterapi yaitu injeksi
bahan sklerotik ke pangkal tiap massa hemoroid biasanya prosedur ini dievaluasi
setelah 8 minggu bahkan dapat diulang. Untuk massa hemoroid yang lebih besar
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ligasi gelang karet pada tiap pangkal
dari hemorrhoid, ligasi ini terpasang kurang lebih selama 10 hari hingga terjadi
nekrosis massa hemoroid. Teknik lain seperti fotokoagulasi infrared dan krioterapi
saat ini sudah jarang dilakukan.1,8

2. Operasi
Disebut juga hemoroidektomi, indikasi dilakukannya hemoroidektomi adalah : hemoroid
grade 3 & 4, hemoroid grade 2 yang tidak sembuh dengan terapi non operatif.1
Hemoroidektomi dapat dilakukan secara open (Milligan-Morgan) maupun closed
(Ferguson). Kedua teknik ini dilakukan ligasi dan eksisi dari hemoroid namun terdapat
perbedaan pada teknik open dimana mukosa canalis analis dan kulit dibiarkan terbuka agar
terjadi penyembuhan dengan sendirinya dan pada teknik closed luka dijahit.1
MMH sering dilakukan dengan posisi litotomi dan anastesi local (dapat pula anastesi
general). Pemberian pengosong usus, antibiotik dan profilaksis trombosis biasanya
diberikan terlebih dahulu. Prosedurnya, kulit di incisi secara lateral pada ujung dari massa
hemorrhoid yang prolaps, selanjutnya komponen eksternal di mobilisasi dengan diseksi

22
subkutan. Diseksi dilanjutkan hingga bidang submukosa hingga ke pangkal dari massa
hemorrhoid, dimana pembuluh darah diligasi. Prosedur ini di ulangi pada tiap hemorrhoid.
Open hemorrhoidectomy harus membiarkan mukosa dan jembatan kulit diantara tiap incisi
dan bekas irisan membentuk bentukan daun. Hal ini penting dalam mencegah anal stenosis
setelah penyembuhan luka operasi. Luka dapat juga dijahit (Metode Ferguson).10

Gambar 4. Teknik Open Hemoroidektomi.11

A. Hemorrhoid eksterna dijepit dengan forsep dan di retraksi keluar


B. Hemorrhoid interna dijepit dengan forsep dan di retraksi keluar.
C. Kulit dengan hemorrhoid di eksisi dengan gunting
D. Proksimal dari hemorrhoid dijahit pembuluh darahnya
E. Pengikatan
F. Jaringan yang terletak distal dari ikatan di eksisi

23
Gambar 5. Teknik Closed Hemoroidektomi.11

A. Incisi dobel berbentuk elips dilakukan di sekitar massa hemrrhoid dengan menggunakan
scalpel
B. Dilanjutkan dengan diseksi hemorrhoid secara hati-hati di atas otot sphincter
C. Setelah diseksi mencapai pedicle dari hemrrohoid, dilakukan klem atau eksisi dari pedicle.
Selanjutnya pedicle dijahit.
D. Luka tertutup dengan jahitan. Traksi berlebihan sebaiknya dihindari untuk mencegar
pergeseran anoderm ke arah caudal.

24
Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo.
Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan
prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong
di belakangnya.9
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan M. sfingter ani
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik
PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan
dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid
ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.9

`[1] [2] [3]

[4] [5] [6]


Gambar 6. Bedah Stapler.9

25
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan
dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang
terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis.
Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.9

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di
rumah sakit semakin singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding
rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu
pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan
masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk
ke dalam stapler.

Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya
kembali gejala hemoroid. 8

26
Hemorrhoid Dalam Kehamilan

Kehamilan dan persalinan pervaginam merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya
hemoroid dikarenakan adanya perubahan hormonal dan peningkatan tekanan intraabdominal.
Diperkirakan 25-35% wanita hamil dapat mempengaruhi kondisi tubuhnya. Pada suatu populasi
didapatkan lebih dari 85% wanita dengan kehamilan trimester ketiga menderita hemoroid.

Hemoroid terjadi ketika pembuluh darah hemoroid eksternal mengalami varises


(pembesaran dan pembengkakan), yang menyebabkan gatal-gatal, rasa terbakar, pembengkakan
dan rasa nyeri di sekitar anus, dyschezia (nyeri saat buang air besar), dan perdarahan. Nyeri saat
buang air besar dan adanya perdarahan merupakan gejala awal yang tersering dari hemoroid.
Namun demikian, penting untuk diketahui, bahwa hemoroid bukan satu-satunya penyebab
pendarahan pada anus. Hemoroid harus diobati untuk mencegah komplikasi yang lebih serius,
termasuk peradangan, trombosis, dan prolaps.

Pada sebagian besar kasus, kondisi ini dapat diobati dengan meningkatkan kadar serat
dalam diet, pemberian pelunak feses, meningkatkan asupan cairan, analgesik anti-hemoroid, dan
pelatihan dalam ‘toilet habit’. Namun demikian, sebagian besar penelitian tentang kemanjuran
terapi untuk hemoroid dilakukan pada pasien yang tidak hamil.

Pada suatu penelitian, lebih dari 350 pasien menunjukkan bahwa obat pencahar dalam
bentuk serat memiliki efek yang menguntungkan dalam pengobatan hemorrhoids. Berendam
dengan air hangat (40 ° C hingga 50 ° C selama 10 menit) biasanya mengurangi nyeri pada bagian
anorektal. Dapat pula diberikan obat supositoria dan salep yang mengandung anestesi lokal,
astringents ringan, atau maupun steroid. Terapi yang lebih invasif, seperti sclerotherapy,
cryotherapy, atau operasi, dilakukan untuk pasien yang memiliki gejala persisten setelah 1 bulan
dengan terapi konservatif. Beberapa studi terbaru menunjukkan adanya efektivitas suntikan toksin
botulinum sebagai pengobatan untuk fisura anus kronis dan hemoroid. Namun karena mekanisme
kerjanya, walau bagaimanapun, toksin botulinum merupakan kontraindikasi selama kehamilan dan
menyusui.

Meskipun sebagian besar wanita hamil mengalami perbaikan gejala dengan tindakan
konservatif yang disebutkan di atas, beberapa wanita memerlukan pengobatan oral. Pengobatan

27
oral dengan hidrosmine, Centella asiatica, disodium flavodate, ekstrak biji anggur dikatakan dapat
menurunkan kerapuhan pembuluh darah dan mengurangi gejala. Namun, belum ada bukti yang
pasti bahwa obat-obatan ini aman dalam kehamilan. Obat topikal dengan kandungan analgetik dan
anti-inflamasi dapat memberikan efek lokal jangka pendek dengan mengurangi rasa
ketidaknyamanan, nyeri, dan pendarahan. Karena dosis yang kecil dan penyerapan sistemik
terbatas, obat-obat tersebut dapat digunakan oleh wanita hamil.

Kesimpulan
Hemoroid merupakan penyakit yang umum berada di masyarakat. Hemoroid adalah
bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole dan otot polos yang terletak di
canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari anatomi anorektal. Istilah
“hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-bantalan ini
menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.
Hemoroid terbagi menjadi dua jenis, yaitu interna dan eksterna. Penanganan yang
dilakukan pada tiap kasus pun berbeda mengingat adanya perbedaan dari kedua jenis hemoroid
tersebut. Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik.

Hemoroid pada kehamilan, sebaiknya diobati dengan meningkatkan kadar serat dalam diet,
pemberian pelunak feses, meningkatkan asupan cairan, dan pelatihan dalam ‘toilet habit’.
Diharapkan langkah-langkah konservatif dapat mengurangi gejala pada sebagian besar pasien. Jika
diperlukan, dapat pula diberikan pengobatan topikal. Pada sebagian besar wanita, gejala akan
menghilang secara spontan segera setelah melahirkan, dan hanya beberapa kasus akan
memerlukan evaluasi bedah selama kehamilan atau setelah melahirkan.

28
Daftar Pustaka
1. Williams, Bailey & Love’s Short Practice of Surgery 25th Edition, Hodder Education, 2008
2. Townsend, Sabiston Textbook of Surgery 18th Edition, Elsevier, 2007
3. Brunicardi, Schwartzs Principles of Surgery 10th Edition, McGraw Hill, 2015
4. Paulsen & Waschke, Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th Edition, Elsevier, 2011
5. Moore, Essential Clinical Anatomy, Fifth Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2015
6. Mulholland, Lillemoe, Doherty et al, Greenfield's Surgery : SCIENTIFIC PRINCIPLES AND
PRACTICE, 4th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2006
7. Emedicine http://emedicine.medscape.com/article/775407
8. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy,
Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.
10. Buntzen, Christensen, Khalid et al. 2012. Diagnosis and Treatment of Haemorrhoids. Danish
Medical Journal
11. Beck, David. 2003. Handbook of Colorectal Surgery 2nd Edition. Marcell Dekker, Inc.
12. Staroselsky A, Vohra S, Koren G, et al. Hemorrhoid in pregnancy. Journal of Can Fam
Physician Feb 2008; 54(2): 189-190.

29

Anda mungkin juga menyukai