Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

HEMOROID

Pembimbing:
dr. Wuri Iswarsigit, Sp. B, Sp. BA

Disusun Oleh :
Iffa Refni Ihksan
030.14.090

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD KARAWANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE

18 FEBRUARI 2019 – 26 APRIL 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul:

Hemoroid

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Periode 18 Februari 2019 – 26 April 2019

Disusun Oleh :
Iffa Refni Ihksan
030.14.090

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Wuri Iswarsigit, Sp. B, Sp. BA selaku dokter pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Karawang

Karawang ……. , ….. April 2019


Pembimbing

dr. Wuri Iswarsigit, Sp. B, Sp. BA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hemoroid”. Referat ini
disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang Periode 18 Februari 2019 - 26 April 2019
Banyak pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan referat ini, sehingga
referat ini bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada
dr. Wuri Iswarsigit, Sp. B, Sp. BA sebagai dokter pembimbing referat sekaligus yang telah
mendukung, mengarahkan, serta meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan terhadap
penulis, mulai dari pemilihan judul referat sampai selesainya referat ini.
Semoga semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyusunan referat ini
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga referat ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun
tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar bermanfaat bagi perkembangan ilmu kususnya dibidang kesehatan.

Karawang ……. , ….. April 2019

Iffa refni ihksan


030.14.090

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2
2.1 Definisi Hemoroid ................................................................................ 2
2.2 Anatomi dan Fisiologi........................................................................... 2
2.3 Epidemiologi ......................................................................................... 6
2.4 Etiologi .................................................................................................. 6
2.5 Patofisiologi .......................................................................................... 7
2.6 Klasifikasi ............................................................................................ 8
2.7 Manifesasi Klinis .................................................................................. 10
2.8 Diagnosis............................................................................................... 11
2.9 Tatalaksana ........................................................................................... 15
2.10 Komplikasi ........................................................................................... 21
2.11 Prognosis ............................................................................................. 21
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23

4
DAFTAR TABEL

Tabel .1 Pembagian derajat hemoroid interna. ................................................... 9


Tabel .2 Diagnosis banding hemoroid................................................................ 12
Tabel .3 Hemoroid interna dan tatalaksana.. ...................................................... 15
Tabel .4 Hemoroid interna dan tatalaksana.. ...................................................... 15
Tabel .5 Prosedur bedah untuk hemoroid interna.. ............................................ 20
Tabel .6 Prosedur bedah berdasarkan jenis hemoroid.. ...................................... 20

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar .1 Anatomi Kanalis analis.................................................................... 3


Gambar .2 Lokasi umum hemoroid interna....................................................... 5
Gambar .3 Derajat hemoroid interna ................................................................. 8
Gambar .4 Stadium hemoroid ........................................................................... 10
Gambar .5 Derajat hemoroid interna dan eksterna ............................................ 13

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit hemoroid di Indonesia, atau yang orang awam kenal dengan wasir, merupakan
salah satu masalah kesehatan yang sering diperbincangkan. DiAmerika Serikat lima ratus ribu
orang didiagnosa menderita hemoroid setiap tahunnya. Bahkan 75% penduduk dunia pernah
mengalami hemoroid.1

Hemoroid adalah adanya bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole


dan otot polos yang terletak di canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari
anatomi anorektal. Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis
dimana bantalan-bantalan ini menjadi abnormal dan menyebabkan terjadinya beberapa gejala-
gejala.2

Hemoroid sendiri terbagi menjadi dua, yaitu interna dan eksterna. Penanganan yang
dilakukan pada tiap kasus pun berbeda mengingat adanya perbedaan dari kedua jenis hemoroid
tersebut. Pada hemmoroid interna, nyeri tidak terlalu dirasakan dibanding hemoroid eksterna
dikarenakan sedikitnya saraf somatik pada daerah tersebut.,3

Tingginya prevalensi hemoroid disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya
konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu lama,
peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah, hubungan seks
peranal, kurangnya intake cairan, kurang olah raga, dan kehamilan4

Referat ini dibuat untuk memberikan pengetahuan mengenai hemoroid secara mendalam.
Diharapkan referat ini bisa memberikan informasi dan pengetahuan, guna untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan penyakit hemoroid.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hemoroid, berasal dari bahasa Yunani haema yang berarti darah dan rhoos yang berarti
mengalir, sudah digunakan oleh Hippocrates untuk mendiskripsikan aliran darah dari vena yang
berada di anus.5 Hemoroid terdapatnya bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-
arteriole dan otot polos yang terletak di canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang
normal dari anatomi anorektal.3

Istilah “hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-
bantalan ini menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.6 Hemoroid biasanya terjadi pada
posisi jam 3, 7, dan 11.7

Saat proses defekasi terjadi, bantalan hemoroid diisi oleh darah sehingga melapisi canalis
analis, istilah patologis hemoroid adalah dimana terjadi penurunan dari bantalan ini dengan
disertai dilatasi dari sinusoid, kadang juga perdarahan dari arteriole, venule atau bagian dari
sinusoid. Hemoroid membesar ketika jaringan penyangga dari bantalan hemoroid ini rusak,
tekanan berlebihan seperti pada keadaan sembelit atau kehamilan.8

2.2. Anatomi
Canalis analis adalah bagian terminal dari usus besar yang memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm
– 3.5 cm. Dikelilingi oleh M. Sphincter ani internus dan eksternus. Otot-otot ini berperan pada
proses defekasi.9,10

Gambar 1. Anatomi Kanalis Anal.


8
Vaskularisasi dan Drainase Limfe

Arteri rectalis superior mensuplai darah ke canalis analis bagian superior dari linea
pectinata. Sedangkan bagian inferior dari canalis analis di supply oleh 2 arteri rectalis inferior.
Arteri rectalis media membantu supply darah canalis analis dengan membentuk anastomose
dengan arteri rectalis superior dan inferior.

Vena yang mendrainase aliran darah dari rectum dan canalis analis adalah vena rectalis
superior, media dan inferior.

Superior dari linea pectinata aliran limfe di drainase pembuluh-pembuluh limfe menuju
nodus limfe iliaca interna. Sedangkan inferior dari linea pectinata didrainase ke nodus limfe
inguinal superficial.10

Inervasi
Superior dari linea pectinata diinervasi oleh plexus hipogastrika inferior (simpatis,
parasimpatis dan serat aferen visceral) sedangkan inferior dari linea pectinata diinervasi oleh
persarafan somatis cabang dari n.Pudendus.10

Gambar 2. Vaskularisasi, Drainase Limfatik dan Inervasi Canalis Analis

9
2.3. Epidemiologi
Hemoroid dikenal sebagai penyebab tersering terjadinya perdarahan rektal, epidemiologi
penyakit ini tidak diketahui karena pasien cenderung mengobati sendiri. Studi epidemiologi oleh
Johanson et al pada tahun 1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang di Amerika serikat yang
mengeluhkan hemoroid memiliki prevalensi 4,4%. Pada kedua jenis kelamin, prevalensi puncak
terjadinya hemoroid adalah 45 dan 65 tahun dan terjadinya hemoroid di bawah 20 tahun jarang
terjadi.7,4 Hemoroid sering ditemukan pada kalangan sosioekonomi rendah. Sedangkan di
Inggris, hemoroid dilaporkan mempengaruhi 13%-36% dalam populasi umum.4 Pekerjaan yang
duduk terlalu lama (supir, dll), berdiri lama (petugas keamanan, dll) atau yang mengangkat

beban berat (kuli, dll) memiliki risiko tinggi mengalami hemoroid.4

2.4. Etiologi
Etiologi yang potensial mengakibatkan hemoroid.11

1. Penurunan Venous Return


2. Konstipasi
3. Kehamilan
4. Varises anorektal

2.5. Patofisiologi
Patofisiologi pasti terjadinya hemoroid hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa tahun lamanya teori varises vena, yang dipostulasikan bahwa hemoroid disebabkan
oleh varises vena pada kanalis analis, mulai ditinggalkan karena hemoroid dan varises anorektal
adalah dua kondisi yang berbeda. Faktanya, pasien dengan hipertensi portal dan varises tidak
memiliki peningkatan insiden terjadinya hemoroid.4
Hemoroid interna merupakan pelebaran vena di atas linea dentata yang tidak dipersarafi
oleh saraf somatik, sehingga tidak menyebabkan nyeri, sehingga hanya dirasakan oleh pasien
sebagai perasaan tidak nyaman. Terjadi perdarahan merupakan keluhan yang paling sering
dilaporkan, dan prolaps hingga ke bagian luar anus. Daerah prolaps menjadi tempat penumpukan
iritan (salah satunya akibat mukus/lendir), sehingga dapat menimbulkan gatal (pruritus ani).
Perdarahan yang khas adalah perdarahan yang terpisah dari feses, tidak tercampur dan sering

10
disertai dengan lendir. Lendir (mukus) berasal dari sel goblet yang banyak terdapat pada mukosa
rektum yang berfungsi sebagai pelumas. Terdapat lendir atau bercak feses pada pakaian dalam
dapat menjadi salah satu tanda prolaps yang menetap. Apabila prolaps kian jauh dan terjepit oleh
kompleks otot sfingter, maka dapat terjadi inkarserasi, lalu mengalami stranggulasi bahkan
nekrosis. Apabila terjadi stranggulasi dan nekrosis, maka akan menyebabkan rasa nyeri. Pada
keadaan khusus namun jarang terjadi, dapat terjadi trombosis akut, dan rasa nyeri dirasakan
hebat.3

Hemoroid eksterna menyebabkan nyeri karena strukturnya yang diinervasi oleh saraf
somatik, terutama pada keadaan akut trombosis. Hal ini terjadi akibat penekanan saraf oleh
bekuan darah dan edema. Nyeri akan terasa menghilang selama 7-14 hari, saat bekuan darah juga
mengalami resolusi. Namun resolusi tidak diikuti dengan perbaikan kulit, sehingga terdapat kulit
yang “berlebih” atau yang umum disebut dengan skin tag. Lalu dapat terjadi trombosis berulang,
dan biasanya terdapat pada tempat yang sama (vena pada daerah tersebut telah mengalami
perubahan dari kejadian sebelumnya, sehingga mudah terjadi trombosis) dan terjadi perdarahan.
Selain itu, skin tag akan menyebabkan masalah higienitas, dapat terjadi gatal atau pun keluhan
yang lain.3

2.6. Klasifikasi hemoroid


Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letaknya :

1. Hemoroid eksterna
Terletak distal dari linea pectinati dan ditutupi oleh anoderm. Karena anoderm
banyak diinervasi oleh sabut saraf, trombosis dari hemoroid eksterna dapat menimbulkan
gejala nyeri.

11
Gambar 3. Lokasi Hemoroid eksterna
2. Hemoroid interna
Terletak proksimal dari linea pectinati dan di tutupi mukosa anorektal. Hemoroid
interna bisa prolaps dan berdarah, jarang nyeri kecuali ada trombosis dan nekrosis (bila
prolaps berat, inkarserasi, dan/atau strangulasi). Terdapat 4 gradasi hemoroid interna.
Grade 1 ketika terjadi bulging ke dalam canalis analis dan prolaps sejauh linea pectinati
(tanpa keluar dari anus). Grade 2 ketika prolaps melewati anus dan dapat masuk kembali
dengan sendirinya. Grade 3 hemoroid prolaps dan membutuhkan bantuan reduksi digital
untuk masuk. Grade 4 hemoroid prolaps tidak dapat di reduksi dan dapat terjadi
strangulasi. Selain itu dapat juga terjadi kombinasi hemoroid interna dan eksterna.3

Gambar 4. Lokasi Hemoroid Interna.

2.7. Manifestasi klinis


Hemoroid eksterna dipersarafi oleh persarafan somatik sehingga sering menimbulkan
keluhan nyeri yang signifikan terutama bila terjadi thrombosis. Trombosis terjadi ketika vena
rupture dan/ terbentuk bekuan darah.4 Hemoroid eksterna juga menimbulkan keluhan rasa tidak
nyaman pada daerah anus akibat adanya benjolan di daerah tersebut.7 Rasa tidak puas setelah
defekasi juga dirasakan pada pasien dengan hemoroid yang besar.12 Skin tag adalah jaringan kulit
fibrotik yang berlebih pada daerah anus, sering bertahan sebagai residua dari hemoroid eksterna
yang mengalami thrombosis. Skin tag dan hemoroid eksterna dapat menimbulkan keluhan gatal.
Terapi untuk hemoroid eksterna dan skin tag hanya diindikasikan untuk menghilangkan gejala.12

Hemoroid interna menimbulkan keluhan berupa perdarahan atau prolaps, namun jarang
menimbulkan keluhan nyeri kecuali terjadi thrombosis dan nekrosis. Nekrosis dapat terjadi pada
hemoroid yang mengalami prolaps yang berat, inkarserasi, dan atau strangulasi.3 Perdarahan
12
yang terjadi berwarna merah segar. Perdarahan yang terjadi bisa hanya berupa tetesan hingga
perdarahan yang cukup masif yang dilihat di toilet. Prolaps hingga melewati linea dentate dapat
terjadi, terutama bila mengejan.6 Hemoroid kombinasi menimbulkan gejala pada hemoroid
interna dan hemoroid eksterna.3

2.8. Diagnosis

 Anamnesa
Anamnesa harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan). Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami
prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila
penderita diminta mengejan.1
 Inspeksi
Pada pemeriksaan lokal, penderita dalam posisi miring (sim’s position) atau posisi
menungging (knee chest position) dan selanjutnya pada evaluasi inspeksi dapat
ditemukan tonjolan lunak pada anus pada hemoroid eksterna, dan juga pada hemoroid
interna yang mengalami prolaps. Pada hemoroid yang mengalami trombosis, maka warna
tonjolan terlihat ungu kebiruan, tampak tegang, dan ukuran garis tengah biasanya beberap
milimeter hingga 1-2 cm. Hemoroid interna yang prolaps tidak terlalu jauh, maka pasien
diminta mengedan, maka akan terlihat masa hemoroid yang diliputi mukus.1

 Palpasi
Untuk melakukan palpasi pada hemoroid, kita dapat melakukan pemeriksan colok dubur /
Rectal Touche’ (RT). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal
tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan
dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.1

13
Pada palpasi hemoroid eksterna didapatkan perabaan masa yang terlokalisasi (bentuk
seperti kacang / localized pea-sized) yang berkonsistensi padat tapi lembut yang mana
dapat dibedakan dengan hemoroid interna.1

2.9. Diagnosis Banding

Diagnosis Banding

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :

1. Fissura ani

Fissura ani merupakan robekan mucosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus.
Fissura biasanya tunngal dan terletak di garis tengah posterior. Kebanyakan fissura ani
terjadi karena regangan mucosa anus melebihi kemampuannya. Sekali fissura terjadi, maka
akan terbentuk suatu lingkaran setan. Dengan adanya nyeri ketika defikasi maka penderita
akan menjadi takut untuk defikasi, hal ini akan menyebabkan feces menjadi keras dan
feces yang keras akan menambah aktifitas sphincter. Fissura ani dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab, antaranya :

o Idiopatik
o Iritasi akibat diare
o Cedera partus
o Penggunaan laksative
o Iatrogenik
o Inflammatory bowel diseases
o Sexually transmitted diseases

Keighley membagi fissura ani menjadi:


1. Fissura ani primer
- Akut

- Kronis
14
2. Fissura ani sekunder
Fissura ani primer tampak sebagai suatu superficial ulcer pada mukosa anal di bawah
linea dentata, apabila letaknya lebih ke proksimal hampir dapat dipastikan merupakan
fissura ani sekunder akibat penyakit lain. Fissura ani dikatakan akut bila penyakit
terjadi kurang dari 6 minggu, dan dikatakan kronis bila sudah lebih dari 6 minggu.

Pada anamnesis biasanya dijumpai nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti
rasa terbakar, rasa terpotong, atau seperti terasa robekan. Nyeri sejalan dengan kontraksi
usus; spasme anus perlu dicurigai terjadinya fissura ani, konstipasi akibat takut nyeri,
feses keras, buang air besar berdarah warna merah terang pada permukaan feses. Darah
biasanya tidak bercampur dengan feses, mucoid discharge, pruritus.
Colok dubur dapat dilakukan dengan menekan sisi di seberang fisura setelah pemberian
anestesi topical berulang kali. Protoskopi juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu
anestesi topical dan tekanan pada sisi kontralateral.
Diagnosis banding terdiri atas luka atau rekah anus lainnya, seperti tuberculosis, sifilis,
AIDS, atau proktitis. Fisura anus kadang disertai hemoroid interna. Penderita hemoroid
yang mengeluh nyeri biasanya menderita fisura sebab hemoroid interna tidak
mengakibatkan nyeri.

Agar defekasi lancar dengan feses lunak, dianjurkan diet makanan kaya serat dengan
minum cukup banyak. Anestetik topical dapat berguna. Bila pengobatan ini tidak
berhasil, dapat dilakukan sfingterotomi interna tanpa mengganggu sfingter eksterna.
Sfingter dalam dibelah disisi samping kiri atau kanan. Fisura biasanya dibiarkan,
sedangkan umbai kulit dikeluarkan. Menurut Lord, dilatasi sfingter seluruhnya tidak
dianjurkan sebab kadang mengakibatkan inkontinensia.
Fisura anus merupakan kelainan kronik yang sering kambuh atau menunjukkan
eksaserbasi. Penanganan konservatif berhasil baik, sedangkan tindakan sfingterotomi
interna akan bermanfaat bila terapi konservatif tidak berhasil.3,8

2. Karsinoma kolorektum
3. Penyakit divertikel

15
4. Polip
5. Kolitis ulserosa

Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.11

2.9. Tatalaksana

2.9.1. Terapi non operatif

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Perbaikan pola makan dan
minum.
o Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat feses menjadi lunak, sehingga mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
o Menghindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan konstipasi.
o Pada hemoroid grade 1 atau 2 dengan gejala yang tidak membaik setelah
pengobatan konservatif maka dapat dipertimbangkan skleroterapi yaitu injeksi
bahan sklerotik ke pangkal tiap massa hemoroid biasanya prosedur ini dievaluasi
setelah 8 minggu bahkan dapat diulang. Untuk massa hemoroid yang lebih besar
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik ligasi gelang karet pada tiap pangkal
dari hemorrhoid, ligasi ini terpasang kurang lebih selama 10 hari hingga terjadi
nekrosis massa hemoroid. Teknik lain seperti fotokoagulasi infrared dan
krioterapi saat ini sudah jarang dilakukan.1,2

2.9.2. Pembedahan

16
2.9.2.1. Rubber band ligation
Rubber band ligation adalah tatalaksana hemoroid interna dan sering
direkomendasikan sebagai tatalaksana pembedahan awal derajat 1, 2 dan beberapa derajat 3.
Tindakan ini juga merupakan baku emas.9 Prosedur yang dilakukan dengan meletakkan karet
di sekitar mukosa anorektal yang berlebih. Hal ini akan menyebabkan strangulasi pada suplai
darah hemoroid sehingga menyebabkan nekrosis dan luruhnya hemoroid dalam waktu 5-7
hari. Prosedur ini dilakukan melalui anoskopi dan beberapa peralatan tersedia untuk
mengaplikasikan karetnya. Karena karet diletakkan pada area yang tidak memiliki sensasi,
prosedur ini dapat dilakukan tanpa anestesi. Tetapi area tersebut harus diperiksa terlebih
dahulu untuk sensasinya karena variasi anatomi dalam persarafan. Keberhasilan tindakan ini,
ditandai dengan meredanya gejala selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, berkisar
dari 70,5% sampai 97%.(p204) Angka kekambuhan rendah dibandingkan skleroterapi dan
koagulasi inframerah.9
Komplikasi seperti respon vasovagal, nyeri, abses, retensi urinm perdarahan, dan
sepsis terjadi <2% pasien. Karena risiko perdarahan pasca bedah, tindakan ini sebaiknya tidak
dilakukan pada pasien yang menerima terapi antikoagulan, seperti warfarin. Aspirin dan agen
antiplatelet lainnya harus dihentikan 5-7 hari sebelum dilakukan tindakan dan dimulai
kembali 5-7 hari setelahnya.2

2.9.2.2. Koagulasi infra merah


Koagulasi inframerah dilakukan pada hemoroid derajat 1 dan derajat 2 yang kecil. 6
Koagulasi inframerah dilakukan dengan memberikan radiasi pada dasar hemoroid. Tindakan
ini menciptakan ulserasi yang ketika sembuh akan membentuk sikatriks yang mengurangi
aliran darah pada hemoroid. Prosedur ini ditoleransi dengan baik, tetapi tingkat kesuksesan
lebih rendah dibandingkan dengan rubber band ligation. Tindakan ini dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan pada pasien yang mendapat terapi antikoagulan.2
Studi menunjukkan angka kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan rubber band
ligation, tetapi tindakan ini memiliki komplikasi yang lebih sedikit dan menyebabkan jauh
lebih sedikit rasa tidak nyaman setelah prosedur.7

2.9.2.3. Hemoroidektomi eksisional

17
Beberapa randomized controlled trials dan meta-analisis menunjukkan bahwa
hemoroidektomi eksisional adalah terapi efektif untuk mengurangi kekambuhan gejala pada
pasien dengan hemoroid derajat 3 dan derajat 4. Tindakan ini juga direkomendasikan pada
pasien dengan hemoroid campiran dan untuk pasien yang memiliki hemoroid berulang di
mana terapi yang lain tidak efektif.

2.9.2.4. Stapled hemorrhoidopexy


Stapled hemorrhoidopexy adalah terapi alternatif untuk hemoroid derajat 2 hingga
derajat 4. Dibandingkan dengan hemoroidektomi eksisional, tindakan ini lebih disukai
berkaitan dengan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, waktu untuk kembali bekerja lebih
cepat, komplikasi pruritus minimal. Tetapi tindakan ini memiliki angka rekurensi yang cukup
tinggi dan memerlukan tindakan tambahan. Berdasarkan meta-analisis yang membandingkan
kedua prosedur tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan stapled hemorrhoidopexy dua
kali lebih banyak yang memerlukan tindakan lanjutan.2

2.9.2.5. Hemoroid eksterna yang thrombosis


Hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis menyebabkan nyeri akut yang berat.
Tanpa intervensi, nyeri biasanya membaik dalam 2 hingga 3 hari, dengan perbaikan lanjutan
seiring dengan thrombus yang diserap dalam beberapa minggu. Terapi topikal dengan krim
nifedipin dan lidokain lebih efektif untuk menghilangkan nyeri dibandingkan dengan lidokain
sendiri.
Pada pasien yang mengalami nyeri hebat akibat thrombosis hemoroid, eksisi atau
insisi dan evakuasi thrombus dalam waktu 72 jam onset gejala membuat nyeri reda lebih
cepat daripada terapi konservatif. Prosedur dilakukan di bawah anestesi lokal dan luka pasca
bedah tersebut dapat dibiarkan terbuka atau dijahit.3
2.9.2.6. Prosedur lainnya
Krioterapi, skleroterapi, dan dilatasi anal kurang efektif dibandingkan dengan
hemoroidektomi atau rubber band ligation. Skleroterapi kadnag digunakan untuk tatalaksana
hemoroid derajat 1 dan derajat 2 karena dapat dikerjakan secara cepat tetapi sekarang sudah
jarang dilakukan.2
Tabel 4. Prosedur bedah untuk hemoroid interna.

18
Tabel 5. Prosedur bedah berdasarkan jenis hemoroid.2

2.10. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar.Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah
yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada
penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi.2,3,6

2.11. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus

19
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.1

20
BAB III

KESIMPULAN

Hemoroid merupakan penyakit yang umum berada di masyarakat. Hemoroid adalah


bantalan-bantalan yang berisi venule-venule, arteriole-arteriole dan otot polos yang terletak di
canalis analis. Hemoroid merupakan bagian yang normal dari anatomi anorektal. Istilah
“hemoroid” yang sering digunakan mengacu pada kondisi klinis dimana bantalan-bantalan ini
menjadi abnormal dan menyebabkan gejala-gejala.

Hemoroid terbagi menjadi dua jenis, yaitu interna dan eksterna. Penanganan yang
dilakukan pada tiap kasus pun berbeda mengingat adanya perbedaan dari kedua jenis hemoroid
tersebut. Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Tatalaksana pada kasus hemoroid
tergantung jenis dan derajat hemoroid tersebut. Terdapat tatalaksana non-invasif dan invasif.
Peningkatan asupan serat dan cairan serta modifikasi gaya hidup penting dalam tatalaksana
hemoroid berbagai derajat dan untuk pencegahan. Tatalaksana pembedahan tersedia dalam
berbagai cara dan efektifitasnya tergantung dari derajat hemoroid.

21

Anda mungkin juga menyukai