Anda di halaman 1dari 14

Case Report Session

Hernia Inguinalis

Oleh :
M. Anshar K. H.
0810313225

Pembimbing:
Dr. Anbiar Manjas, Sp.B KBD

Bagian/ SMF Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
2014

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpas fascia, peritoneum
hesselbachs triangle, external oblique, internal oblique, transversus abdominis, transversalis
fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi
oleh rectus sheath.
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding
anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis terletak sejajar dan
tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus
externus abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis.
1.2. Etiologi
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang dihubungkan dengan
angkat berat. Hernia terjadi jika bagian dari organ perut( biasanya usus) menonjol melalui suatu
titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis, yang menahan organ perut pada
tempatnya.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia, lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.3
Proses turunnya testis mengikuti prosessus vaginalis. Pada nenonatus kurang lebih 90%
prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosessus
vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak
sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia
unilateral dapat dijumpai prosessus veginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan
insiden hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosessus vaginalis
yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor lain
seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekanan intra abdomen yang meniggi secara kronik
seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya.3

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.
Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
vertikal, sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia skrotalis.
1.3 Klasifikasi
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabial hernia berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam m.kremaster terlatak
anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam tali sperma.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung
kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal dibagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurisis
m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk
menjafi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak
keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
1.4 Manifestasi Klinis
Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,-angsur
meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten yang
progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin
didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini
memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan sensasi
terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar
kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Disebut "Reffered pain" gejala
ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan. Gejala
ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau intensitas dari kerja, tapi
kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun tidak selalu. Rasa tidak
enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari,
saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa hernia yang dpat
terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya hernia. Kebanyakan

hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang lain dicetuskan oleh peristiwa
muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantong hernia dan isinya membesar dan
mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus
berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi
pada saat pasien berbaring. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi hernia tidak. Hernia yang tidak
dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan ultra sonografi atau tomografi
komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh
nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah
kontraindikasi jika ada sepsisatau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.
1.5 Pemeriksaan Fisik
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering benjolan muncul
dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral kulit
skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai
annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba
pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya
massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia juga diindikasikan, bila seseorang
meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa
selama batuk.
Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun
umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan penatalaksanaan
bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang
menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering ditemukan
dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia direk lebih cenderung timbul
sebagai massa yang terletak pada annulus inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat
direposisi kedalam kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada
umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek
maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung
jari tangan adalah khas dari hernia direk.
1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Benjolan akan membesar
jika penderita batuk, membungkuk, mengangkat beban berat atau mengedan.
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring . keluhan nyeri jarang dijumpai , kalau
ada biasanya didaerah epigastrium, atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

mesenterium pada waktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas kemedial bawah. Kantong hernia yang kososn kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memeberikan sensasi
gesekan dua permukaaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau
jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia denganmenonjolkan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat yang biasanya berisi ovarium.
1.7 Diagnosis Banding
Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Yang membedakan:
- pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, sedang bial
hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum , maka dilakukan
pada satu sisi , sedangkan disisi yang berlawanan diperiksa melalui diapanascopy. Bial tampak
bening berarti hidrocele (diapanascopy +).
- Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus
- Perkusi pada hernia akan terdengar timpani karena berisi usus
- Fluktuasi positif pada hernia.
Kriptochismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinanya hanya sampai kanalis
inguinalis
Limfadenopati/ limfadenitis inguinal
Varises vena saphena magna didaerah lipat paha
Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia inguinalis medialis).

1.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anakanak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es
diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki sperma yang
mengandung pembuluh darah testis.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomo dan hernioplastik
a.Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale
poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada metode Mc
Vay.
Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene,prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

1.9 Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak
waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan
pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan
hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam
pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak
langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung.
Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum
pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.insisi relaksasi selalu
membantu. Perbaikan hernia inguinalis bilateral secara bersamaan tidak
meningkatkan tegangan jahitan dan bukan merupakan penyebab kekambuhan
seperti yang dipercaya sebelumnya. Hernia rekurren membutuhkan prostesis untuk
perbaikan yang berhasil, kekambuhan setelah hernioplasti prostesisanterior paling
baik dilakukan dengan pendekatan preperitoneal atau secara anterior dengan
sumbat prostesis.
1.10 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel; ini dapat
terjadi kalau herniaterlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal
(hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan

hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan , elektrolit, dan
asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasiterjadi
gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat
serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia, nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneum.
Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi hernia dapat
dijumpai tanda pereitonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan
gawat darurat karena perlu mendpat pertolongan segera

BAB 2
LAPORAN KASUS

Anamnesis : Alloanamnesis dan autoanamnesis


Seorang pasien laki-laki 41 tahun datang ke IGD RSUD DR. Ahmad Mochtar tanggal 5
Juni 2014 dengan :
Keluhan utama :
kantong kemaluan kiri membesar sejak 5 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Kantong kemaluan kiri membesar sejak 5 jam yang lalu

Kantong kemaluan kiri sudah membesar sejak 3 bulan yang lalu namun hilang ketika
pasien berbaring. Sejak 5jam yang lalu kantong kemaluan kiri tidak dapat kembali pada
keadaan biasanya meski sudah berbaring.

Nyeri di skrotum kiri dan perut dirasakan sejak 5 jam yang lalu.

Mual ada, muntah tidak ada.

BAB terakhir sejak 1hari yang lalu.

BAK lancar tidak ada keluhan

Pasien merupakan seorang kuli bangunan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien menyangkal mengalami penyakit paru dan batuk-batuk yang lama.


Pasien menyangkal mengalami konstipasi yang lama

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: CMC, GCS= 15

Nadi

: 90 x/mnt

Nafas

: 20 x/mnt

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Suhu

: 36,7C

Thorak

: cor dan pulmo dalam batas normal

Status Lokalis

Abdomen

Inspeksi

: Distensi tidak ada

Palpasi

: nyeri tekan (+) di kuadran kiri bawah, nyeri lepas (-)

Perkusi

: tympani

Auskultasi

: BU (+) meningkat

Regio Inguinoskrotal

Inspeksi

: Benjolan (+) di skrotum kiri

Palpasi
: teraba masa dengan konsistensi lunak, berukuran 15x10 cm, tidak
dapat didorong/direposisi. Testis tidak membesar.

Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi :
Hb

: 14,4 gr/dl

Ht

: 40,1%

Leukosit

: 17.900 /mm

Trombosit

Diagnosis Kerja

: 224.000/ mm

: Suspect Hernia Skrotalis Sinistra Inkarserata

Pemeriksaan Lanjutan

Posisikan pasien dengan sikap Trendelenburg, lalu diobservasi dan dilakukan palpasi
ulang pada regio inguinoskrotal.
Setelah di observasi, pada pasien dilakukan palpasi dan dilakukan usaha reposisi. Namun,
usaha reposisi gagal.

Rencana Terapi

IVFD RL 20 tetes/menit
Injeksi Ceftriakson 2x1 amp
Injeksi Ranitidine 2x1 amp
Anjurkan operasi segera (Hernioraphy emergency + pasang mesh)
Rawat Bangsal Bedah

Laporan Operasi :

Nama Operasi

: Herniotomy Emergency + Pasang Mess

Diagnosis Pra Bedah

: Hernia Skrotalis Sinistra Inkarserata

Diagnosis Pasca Bedah

: Hernia Skrotalis Sinistra Inkarserata

Lama Operasi

: 1 jam

pasien dalam posisi supine, dalam Spinal anesthesy

Aseptik dan antiseptik prosedur pada lapangan operasi

Insisi crease iliaka kiri

Buka kutis, subkutis, fascia, identifikasi kantong hernia

Tampak omentum, dorong omentum ke rongga peritoneum.

Lakukan herniotomy, herniorapy dan pasang mesh

Kontrol perdarahan

Jahit luka operasi lapis demi lapis

Follow Up :

Hari - Tanggal

Pemeriksaan

Terapi

Jumat 6/6/2014

Sabtu 7/6/2014

S : Nyeri (+), demam (-), Mual (-), Nafsu


makan baik, pasien sudah makan dan
minum tanpa keluhan.
O : Kesadaran: CMC, Nd: 82x/m, Nf:
18x/m, T: 36.60C
LBO baik
A : Post Hernioraphy + mesh H+1
S : Nyeri (+) Menurun, demam (-), Mual
(-), Nafsu makan baik, pasien sudah bisa
berjalan ke kamar mandi.
O : Kesadaran: CMC, Nd: 88x/m, Nf:
20x/m, T: 36.80C
LBO baik
A : Post Hernioraphy + mesh H+2

Injeksi Ceftriakson 2x1 amp


Injeksi Ranitidine 2x1 amp
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
Anjurkan berjalan/mobilisasi

Injeksi Ceftriakson 2x1 amp


Injeksi Ranitidine 2x1 amp
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
Pasien direncanakan pulang
dengan
obat
pulang
:
Ceftriakson 2x500mg
Ranitidine 2x 150mg
Paracetamol 3x500mg (bila
sakit)

BAB. 3
ANALISIS KASUS
Seorang pasien laki-laki 41 tahun datang ke IGD RSUD DR. Ahmad Mochtar tanggal 5
Juni 2014 dengan diagnosa Hernia Skrotalis Sinistra Inkarserata. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan yang membawa pasien datang ke rumah sakit adalah
kantong kemaluan kiri membesar sejak 5 jam yang lalu. Berawal dari keluhan ini dapat digali
lebih dalam lagi keluhannya sehingga didapatkan diagnosa dan penyebab dari penyakit yang
diderita pasien.
Dari anamnesis lanjutan yaitu riwayat penyakit sekarang didapatkan kantong kemaluan
kiri sudah membesar sejak 3 bulan yang lalu namun hilang ketika pasien berbaring dan sejak
5jam yang lalu kantong kemaluan kiri tidak dapat kembali pada keadaan biasanya meski sudah
berbaring. Dengan keluhan ini kita dapat berpikir dan mengarahkan diagnosa kepada suatu
penyakit yang disebut dengan hernia skrotalis. Hernia skrotalis merupakan keadaan lanjut dari
hernia inguinalis lateral. Beberapa ciri awal adanya hernia inguinalis adalah benjolan pada
daerah pubis hingga kantong kemaluan atau skrotum yang timbul ketika berdiri atau mengedan
dan hilang ketika berbaring. Keadaan lanjut dari hernia adalah ketika benjolan tersebut tidak
dapat kembali spontan.
Pasien juga seorang pekerja berat, yaitu dilihat dari riwayat pekerjaannya sebagai buruh
atau kuli bangunan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa orang yang bekerja berat
terutama pada buruh mengidap hernia inguinalis karena tingginya tekanan abdominal sehingga
tidak mampu otot-otot penyangga di daerah inguinal untuk menahannya sehingga terbentuklah
sebuah kantong yang berisi organ abdominal seperti usus dan sekitarnya.
Pasien juga mengeluhkan mual namun tidak muntah disertai nyeri di perut bagian kiri
bawah dan skrotum kiri. Ini menunjukkan ciri-ciri yang mengarah pada hernia inkarserata, yaitu
sifat dari hernia yang tidak dapat kembali spontan dan sudah mulai terjadi penyempitan
rongga/cincin hernia sehingga isi kantong tidak dapat keluar/kembali.
Dari anamnesis kita dapat menduga pasien menderita hernia skrotalis inkarserata. Kita
masih pemeriksaan fisik dan lanjutan pada pasien ini.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan abnormalitas pada regio abdomen dimana terdapat
nyeri tekan pada perut kiri bawah, sedangkan pada regio inguinoskrotal ditemukan adanya

benjolan pada skrotum kiri, teraba masa dengan konsistensi lunak, berukuran 15x10 cm, tidak
dapat didorong/direposisi. Testis tidak membesar. Dari sini kita dapat menyingkirkan
kemungkinan benjolannya disebabkan tumor testis karena testisnya tidak ada kelainan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum bisa memastikan diagnosa hernia
inguinalis reponibel, ireponibel atau strangulata. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lanjut yaitu
salahsatunya adalah dengan mengubah posisi tidur pasien dalam sikap tredelenburg. Jika pada
posisi ini isi kantong hernia dapat kembali kosong, menandakan hernia belum terjadi inkarserata,
namun sebaliknya, jika pembengkakan masih tidak berkurang maka dapat dipastikan hernia
sudah masuk kedalam keadaan inkarserata. Pada pasien ini tidak ada perubahan berarti pada
posisi trendelenburg, benjolan tidak berkurang, dapat dipastikan hernia inkarserata dan
membutuhkan tindakan segera/emergency operation. Operasi hernioraphy + pemasangan mesh.
Pasien dipersiapkan untuk operasi dan berdasarkan laporan operasi ternyata diagnosis
kerja benar, yakni sudah terjadi sebuah inkarserasi dari kantong hernia. Diagnosis pra bedah dan
pasca bedah sama menandakan diagnosa kerja kita benar. Pasien pun dirawat beberapa hari demi
menstabilkan setelah operasi.
Pasien menunjukkan kemajuan yang baik post operasi hernia, pasien mampu berjalan
segera 1 hari setelah operasi. Untuk itu pasien dapat dipulangkan. Namun, pasien harus tetap
meminum obat antibiotiknya sehingga perlu qt memberikan obat pulangnya.
Prognosis pada pasien ini adalah baik karena pasien dibawa dalam keadaan yang ususnya
masih baik, belum terjadi kerusakan jaringan yang berarti. Pasien dapat segera beraktivitas
setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai