Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA REPONIBLE


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia

Peserta Internsip: dr. Krisma Putri Pratiwi

Pendamping: dr. Galih Satriyo Hutomo

Narasumber: dr. Ari, Sp.B

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

WAHANA RUMAH SAKIT UNIPDU MEDIKA JOMBANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................... 1
I. LAPORAN KASUS ..................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….... 24
Batasan ……………………………………………………….. 4
Klasifikasi ……………………………………………………. 3
Etiologi ……………………………………………………….. 8
Diagnosis ……………………………………………………… 8
Diagnosis Banding ……………………………………………. 11
Penatalaksanaan ………………………………………………. 12
Komplikasi …………………………………………………… 23
Prognosis ……………………………………………………... 23
III. KEPUSTAKAAN ......................................................................... 31

BAB I
LAPORAN KASUS

1
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Murong- Mayangan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Tanggal MRS : 20 Januari 2018
Tanggal pemeriksaan : 20 Januari 2018
Tanggal KRS : 20 Januari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada benjolan di lipatan paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada benjolan di
lipatan paha kanan. Sejak 3 jam yang lalu benjolan tidak
dapat masuk lagi dan terasa sangat nyeri. Pasien
menggigil sejak dari rumah sampai tiba di IGD. Pasien
tidak merasa mual, tidak muntah, tidak mengalami
gangguan BAB (BAB seperti biasanya) dan masih bisa
kentut. BAK dalam batas normal.
Riwavat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan kurang lebih 10 tahun yang lalu
muncul benjolan dari lipatan paha kanannya, awalnya
benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan
benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring dapat
masuk lagi. Benjolan tidak pernah nyeri dan merah. Nafsu
makan pasien baik, berat badan tidak pernah menurun.
Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM,

2
tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :-
Riwayat Sosial & Kebiasaan : Pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan
sering mengangkat beban berat. Pasien sering mengejan
saat BAB, karena konsistensi yang keras. BAB biasanya 2
hari sekali.

PEMERIKSAAN FISIK
Sabtu, 20 Januari 2018
KU : lemah dan tampak kesakitan Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 90/70 mmHg RR : 24 x/menit
N : 100 x/menit tº : 35,9ºC
Status generalis:
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Dalam batas normal
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal

3
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas:
Akral hangat - - Oedem - -
- - - -
Status Lokalis:
Regio inguinalis D :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 11cm x 6 cm,
permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat
dimasukkan, transluminasi (-), nyeri.
Auskultasi : bising usus (+).

Massa (+) diameter


±11cmx6cm,kenyal,
mobile, nyeri
(+)hiperemi(-)
,transluminasi (-)

ASSESMENT
Hernia inguinalis lateralis dextra reponible

4
PLANNING
-O2 nasal canul 2 lpm
-Infus RL loading 500 cc
-Inj. Ketorolac 1 amp extra
-Diazepam suppositoria 5mg extra
-Posisi Trendelenburg
-pro herniotomi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (20 Januari 2018):
Hematologi
Hb : 12,0 gr/dl (13,4-17,7 gr/dL)
Lekosit : 16,8 x 109 /L (4,3-10,3 x 109/L)
Hematokrit : 38,7% (38-42%)
Trombosit : 227 x 109 /L (150-450 x 109/L)
Faal Hati
SGOT : 45 u/L (10-35 u/L)
SGPT : 38 u/L (9-43 u/L)
GDA : 217 mg/dl
Faal Ginjal
Serum Kreatinin : 0,9 mg/dL (0,6-1,3mg/dl)
BUN : 25 mg/dL (6-20 mg/dl)
As. Urat : 5,9 (3,4-7 mg/dl)
Waktu Perdarahan (BT) : 3 menit 35 detik (1-5 menit)
Waktu Pembekuan (CT) : 8 menit 45 detik (5-11 menit)

Lembar Observasi
Tanggal /Jam GC TD Nadi RR Suhu Keterangan
S

5
20-01-18 / 45 90/70 100 24 35,9˚ O2 canul 2lpm
21.40 6 C
Inf. RL 500cc
Diazepam suppositoria 5mg
extra
Inj. Ketorolac 1 amp extra
Posisi Trendelenburg
20-01-18 / 45 110/7 88 20 36,5˚
22.10 6 0 C

20-01-18 / 45 110/7 84 20 36,5˚ Benjolan dapat masuk


22.30 6 0 C kembali Pasien menolak
rawat inap

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi
hernia.

Gambar 1. Anatomi anterior

7
Gambar 2. Anatomi posterior

2.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital:
- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada
tempat-tempat tertentu.
- Hernia kongenital tak sempurna: bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-
tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
b. Hernia akuisita

8
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus. Dapat direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah
mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi
hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah
terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah
disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran
makanan tidak bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica

9
Gambar 3. Hernia eksterna

Gambar 4.
b. Hernia interna:

10
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum
thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
 Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia
Morgagni
 Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

Hernia Regio Inguinalis

1.1 Definisi.

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut
patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL)
dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia
inguinalis direk dan hernia inguinalis indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini
adalah sama yaitu herniotomi dan herniorafi, tapi penting untuk mengetahui
perbedaannya karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya nanti.

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga
organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis
dan menimbulkan benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis
medialis timbul karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu.
Biasanya terjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL

11
dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa
epigastrika inferior sedang HIM terletak di bawahnya

a.Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniomedial oleh annulus internus yang


merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan apponeurosis m.
transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal
ini dibatasi dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
appoeurosisi m. obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. obliges
eksternus , dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali
sperma pada laki –laki dan ligamentum rotundum pada perempuan

2.3 Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang
normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus
testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga

12
retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di
annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi
dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya
hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut
ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan
banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah sering
mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola
makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada
saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan
semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia
medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga
disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi
prostat.
.
2.4 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini
hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual).
Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi
gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri

13
pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah
sakit dengan keadaan ini.

2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan
tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).
Gejala/tanda Obstruksi usus pada hernia Nekrosis/gangren pada
inkarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan
nekrosis atau ganggren

Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti


jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis
subcutan (externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie
Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan
sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai
berikut :

Pemeriksaan Finger Test :

14
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus


eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia


Inguinalis Lateralis.

 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 6

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan


dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan


kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan


pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

 jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.

 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

15
Gambar 7

Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

2.5 Diagnosis Banding


1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol
di fosa ovalis.

16
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain
seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telahdireposisi.
a.Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang
isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah
cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi
penderita dapat dilakukan dengan posisi seperti pada gambar :

17
Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur
hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai

sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan

18
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung
pembuluh darah dari testis

2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)

2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)

3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)

4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /


strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus
dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

Tehnik Operasi

 Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum


pubicum

19
 Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus
medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus

 Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset


anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus
dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan
N.Ilioinguinalis dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak
funiculus spermaticus

 Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga


nampak kantong peritoneum

 Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus


didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal sampai
leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan

 Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah


conjoint tendo dan digantungkan

 Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &
transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di
dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi
canalis inguinalis.

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus
diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis
inguinalis tetap ada.

20
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR
hilang

Gambar 13:

Teknik bassini

Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat /
menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan
pada orang tua, supaya dinding perut lebih kuat

 Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut

21
2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut

3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

Tehnik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau
anestesi lokal

2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis


Eksternus)

4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan
kantong hernia

diidentifikasi

6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan
tumpul sampai

anulus internus

7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan


herniotomi

8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh

9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi
Durante Operasi

22
 Lesi funiculus spermaticus

 Lesi usus, vu, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna

 Putusnya arteri Femoralis

Post Operasi

 Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi

 Atropi testes

 Hydrocele

 Rekurens

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan
pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

Shouldice

23
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi
layer, di klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk
menjahit defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang
monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun tahapan
hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal
dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin
interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre
peritoneal.

Gambar 14 :

24
Gambar 15 :

Langkah
berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan jelujur
membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior, usahakan
titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang berlebih
dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke
dua (gambarA). Demikian seterusnya

gambar 16

25
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga
(gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan
ke empat (gambar C).

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan
menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar
B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat
(gambar C).

Lichtenstein Tension free

26
Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) :
Dilakukan terlebih dahulu herniotomi
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah
spermatik kord.
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
- Medial : perios tuberkulum pubikum.
- Lateral : melingkari spermatik kord.
- Superior : pada konjoin tendon.
- Inferior : pada ligamentum inguinal.

Gambar 17 : setelah pemasangan mesh

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada
titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan
terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat.
Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan
dibanding tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang
kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup
kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk

27
menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar
integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan
tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat
tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak
langsung dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi
atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku
dalam petatalaksanaan hernio plasty (Wexler, 1997).
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu
rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi
dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin
yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan
kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit
(Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60%
pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.
Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam
10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup
lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm),
tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah
kanalis inguinal interna

2.7 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum,
organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik
kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana.

28
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat
darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

2.8 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartz’s Manual of Surgery. United States of America:
The McGraw-Hill Companies.

Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell
Publishing Company.

29
Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai