Abstrak
Paralisis periodik hipokalemik (PPH) merupakan kelainan secara utososmal dominan,
ditandai dengan serangan episodic berupa kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat
perpindahan kalium ke ruang intraseluler otot rangka.Manifestasi klinis berupa kelemahan atau
paralisis episodic intermiten pada tungai, kemudian menjalar ke lengan. Serangan muncul setelah
tidur/istrirahat dan jarang timbul sesaat, tetapi dapat dicetuskan oleh latihan fisik. Diagnosis
ditegakan apabila timbul kelemahan otot disertai kadar kalium plasma yang rendah (<30 mEq/L)
dan kelemahan otot membaik setelah pemberian kalium. Kelainan EKG dapat berupa pendataran
gelombang T, supresi segmen ST, munculnya gelombang U, sampai dengan aritmia berupa
fibrilasi ventrikel, takikardi supraventikuker, dan blok jantung. Terapi biasanya somtomatik.
Kata kunci : paralisis periodic hipokalemik, kelemahan otot, kalium
Abstract
Hipokalemic periodic paralysis (HPP) is a rare autosomal dominant-inherited disorder
characterized by episodic attacks of muscle weakness or flaccid paralysis due to an enchanced
shift of potassium (K) into skeletal cell. Clinical manifestations are episodic and intermittent
muscle weakness or paralysis of lower extremities, spreading to upper one; usually appear after
sleeping or on rest, very rare during, but maybe provoked by physical activities. Diagnosis was
based on muscle weakness ang hypokalemia (<3,0 mEq/L) and gradual improvement after
hypokalemia correction. ECG cghanger shows flattening of T wave, ST segment suppression, U
wave, and arrhythmia such as ventricle fibrillation, supraventicular tachycardia, and cardiac
block. Manafement of HPP are usually symptomatic.
Key words : hipokalemic periodic paralysis, muscle weakness, potassium
Pendahuluan
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Disebutkan bahwa
adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang
terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas
parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang
dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu
setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri
dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.1
Pada kasus skenario 8 dikatakan bahwa seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan benjolan pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu.
Benjolan dirasa semakin membesar hingga membuat telinga kanannya terangkat. Selain itu,
pasien juga mengeluh mata kanannya tidak dapat menutup sempurna sejak 1 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7 cm, nyeri tekan (+),
konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi daerah leher dan supraclavicular
teraba adanya perbesaran kelenjar getah bening. Kami akan mengupas mengenai definisi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan hingga pencegahan. Kami berharap makalah in dapat
membantu mahasiswa yang lain agar dapat lebih memahami materi yang kami kupas.
Pembahasan
Anatomi dan Fisiologi
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva
terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus
mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik.
Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis
berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang
gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada
dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai
tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat
dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara
mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan
bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum
lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi
menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah,
dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran
posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari
lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula
serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang
sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat,
membaui, dan memikirkan makanan. Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali.
Ludah mengandung musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi
ludah bekerja secara fisis dan secara kimiawi.1
Anamnesis
Foto foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya
tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis
hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras
(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau
berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk
membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan
temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas.
Pemeriksaan Sitologik (biopsi jarum kecil)
Pemeriksaan ini sangat penting dalam diagnostik pembengkakan yang dicurigai tumor
kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara. Dan
pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan
dengan pencitraan.
Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis sejak dulu,
namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized tomografi scan) dan
MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong
jaringan parotis dan duktus-duktusnya.
Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi gambaran
berupa massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih
tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang heterogen dengan
daerah nekrosis, kistik sering didapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat
cairan, lemak darah, dan kalsifikasi. Pemberian kontras memberikan penyangatan yang
bervariasi. Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar.
Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi jinak
dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam
menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas ekstensi tumor
lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui
peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas untuk deteksi metastase jauh.
Ultrasonografi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut, hipoekoik dan
sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan gambaran yang lebih
heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik namun
CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor lebih lengkap.
Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan merupakan
kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tanda-tanda kearah ganas, seperti pada
adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini bersifat kambuh lokal
jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.3
Diagnosis Kerja
Diagnosis kasus diatas adalah tumor ganas kelenjar parotis.
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai factor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor adalah penyakit pada gen, basis
biologisnya adalah kelainan genetic. Faktor penyebab tumor menimbulkan mutasi gen pada sel
tubuh hingga timbul kelainan genetik, menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada
morfologi, metabolism dan fungsi sel tumor yang berbeda dari sel normal.
Tumor ganas pada kelenjar ludah dpat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu karsinoma
mukoepidermoid, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel asini, dan adenokarsinoma.
Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah
parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan
kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan
jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor
tumbuhnya lambat dan berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 510% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis.
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan
oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75%
pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan
sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial
interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe
ditemukan sebanyak 30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri
atas derajat rendah,menengah, dan tinggi.
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate
grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar
penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang
berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang
mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic
space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi
kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar
epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly
differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi
Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik
well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated
dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis
menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus diatas adalah adenoma pleomorfik pada submandibular
yang merupakan tumor jinak pada kelenjar liur yang merupakan tumor tersering pada kelenjar
liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari
sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam.
biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau
stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena. Tumor jinak tidak sakit
dan tidak memperngaruhi jaringan disekitarnya.4
Gejala Klinis
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis),
pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau pembengkakan
pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan
seperti infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar liur biasanya
bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada gangguan
fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus
fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah
bening cervikal.4
Etiologi
Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi,
dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen DNA yang
menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran
yang tidak terkendali semua sifat sifat kanker fragmen-fragmen genetic ini dapat merupakan
bagian dari virus tumor.
Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mempredisposisikan seseorang untuk mendapatkan
kanker tertentu. Sel yang mempengaruhi perubahan {bermutasi} berbeda secara antigenis dari
sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnakannya.
Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuhnya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia,
yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah.
Bahan-bahan kimia
Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n VII
Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada : Tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi
ekstraparenkim dan mengenai n VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada : ada metastase kelenjar getah bening leher yang
masih operable.6
Tatalaksana Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada pasien tumor ganas parotis berupa terapi paliatif yang
diarahkan hanya untuk menghilangkan gejala serta meningkatkan kualitas hidup pasien, yaitu
berupa kemoterapi
1. Untuk jenis adenkarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed
tumor, acinic cell carcinoma)
Adriamisin 50 mg/m2 iv pada hari 1
5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2
2. Untuk jenis karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma, mucoeidemoid
carcinoma)
Methotrexate 50 mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2.6
Komplikasi
Komplikasikomplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan sebagai
anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah
pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol
adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya
menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi
diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk
penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit
rehabilitasi pascaoperasi.
Kerusakan pada saraf wajah dapat terjadi sebagai akibat dari tumor parotis infiltrasi atau
operasi. Resiko kerusakan lebih tinggi dengan operasi berulang. Pemantauan saraf wajah
perioperatif dapat mengurangi risiko ini.
Kekambuhan tumor jinak atau ganas. Adenoma pleomorfik harus benar-benar dihapus
pada operasi primer seperti tumor berulang sering multifokal dan dapat terjadi 10-15
Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna
telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kirakira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.7
Pencegahan
Berikut beberapa cara pencegahan tumor ganas parotis :
Memeriksa resiko karena keturunan Salah satu penyebab kanker berasal dari faktor
keturunan. Jika ada orangtua atau saudara yang menderita kanker, sangat mungkin kanker
juga menyerang anggota keluarga lainnya. Untuk itu mengetahui ada tidaknya anggota
keluarga yang pernah terkena kanker sangat penting sebagai upaya mencegah kanker.
Menghindari makanan yang diasap atau diasamkan. Contohnya seperti ikan asap atau
makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker. Oleh karena itu
menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan tersebut menjadi
keharusan untuk mencegah kanker.
Menjauhi alcohol Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab kanker.
Menghindari makanan dengan zat pewarna Banyak makanan saat ini dicampur dengan
zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat pewarna itu sangat berbahaya
bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah kanker, sebaiknya usahakan
menghindari makanan yang menggunakan zat pewarna
Menghindari rokok Seperti alkohol, rokok juga menjadi sumber penyebab berbagai
penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Meninggalkan kebiasaan merokok atau
berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok adalah upaya baik untuk mencegah
kanker.
Kesimpulan
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar dan berpasangan, terletak tepat di
bagian bawah telinga antara prosessus mastoideus dan rams mandibula. Saliva manusia terdiri
dari 25% sekresi kelenjar parotis. Tumor ganas pada kelenjar parotis dibagi menjadi karsinoma
mukoepidermoid, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel asini, dan adenokarsinoma.
Tatalaksana tumor ganas parotis berupa pengangkatan tumor itu sendiri sedangkan pada terapi
paliatif dapat diberikan beberapa obat-obatan kemoterapi. Komplikasi tumor ganas parotis
berupa kerusakan bahkan kelumpuhan saraf-saraf fasialis dan kekambuhan. Prognosis tumor
ganas parotis bergantung pada histologi, perluasan lokal dan besarnya tumor dan jumlah
metastasis kelenjar leher. Pencegahannya dapat berupa pola hidup yang sehat serta menurangi
konsumsi bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
Daftar Pustaka
1. Desen W. Pengertian Umum Tumor. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.3-7
2. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands. Philadelphia:
Lippicott Williams & Wilkins;2009.h.453-63.
3. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta :
EGC, 2012.h.78-85
4. Spiro R. Malignant Tumor of Salivary Gland. Chicago: Departement og General Surgey
Rich;2007.h.62-67
5. Syafriadi, M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta;2012.h.71-82.
6. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. Berlin:
Salivary Gland Disorders; 2008.h.1-14.
7. Welsby PD. Pemeriksaan organ-organ spesifik. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis Klinis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2010.h.94-9
8. McPhee SJ., Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatment. 24 th edition.. New York:
McGraw Hill Companies;2010;857-860.