Anda di halaman 1dari 13

Tumor Ganas Kelenjar Parotis

Angeline Bongelia Friska


10.2012.347
E4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470
2014
angelinefriska94@yahoo.com

Abstrak
Paralisis periodik hipokalemik (PPH) merupakan kelainan secara utososmal dominan,
ditandai dengan serangan episodic berupa kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat
perpindahan kalium ke ruang intraseluler otot rangka.Manifestasi klinis berupa kelemahan atau
paralisis episodic intermiten pada tungai, kemudian menjalar ke lengan. Serangan muncul setelah
tidur/istrirahat dan jarang timbul sesaat, tetapi dapat dicetuskan oleh latihan fisik. Diagnosis
ditegakan apabila timbul kelemahan otot disertai kadar kalium plasma yang rendah (<30 mEq/L)
dan kelemahan otot membaik setelah pemberian kalium. Kelainan EKG dapat berupa pendataran
gelombang T, supresi segmen ST, munculnya gelombang U, sampai dengan aritmia berupa
fibrilasi ventrikel, takikardi supraventikuker, dan blok jantung. Terapi biasanya somtomatik.
Kata kunci : paralisis periodic hipokalemik, kelemahan otot, kalium

Abstract
Hipokalemic periodic paralysis (HPP) is a rare autosomal dominant-inherited disorder
characterized by episodic attacks of muscle weakness or flaccid paralysis due to an enchanced
shift of potassium (K) into skeletal cell. Clinical manifestations are episodic and intermittent
muscle weakness or paralysis of lower extremities, spreading to upper one; usually appear after
sleeping or on rest, very rare during, but maybe provoked by physical activities. Diagnosis was
based on muscle weakness ang hypokalemia (<3,0 mEq/L) and gradual improvement after
hypokalemia correction. ECG cghanger shows flattening of T wave, ST segment suppression, U
wave, and arrhythmia such as ventricle fibrillation, supraventicular tachycardia, and cardiac
block. Manafement of HPP are usually symptomatic.
Key words : hipokalemic periodic paralysis, muscle weakness, potassium

Pendahuluan
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Disebutkan bahwa
adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang
terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas
parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang
dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu
setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri
dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.1
Pada kasus skenario 8 dikatakan bahwa seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan benjolan pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu.
Benjolan dirasa semakin membesar hingga membuat telinga kanannya terangkat. Selain itu,
pasien juga mengeluh mata kanannya tidak dapat menutup sempurna sejak 1 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, teraba benjolan berdiameter kurang lebih 7 cm, nyeri tekan (+),
konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi daerah leher dan supraclavicular
teraba adanya perbesaran kelenjar getah bening. Kami akan mengupas mengenai definisi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan hingga pencegahan. Kami berharap makalah in dapat
membantu mahasiswa yang lain agar dapat lebih memahami materi yang kami kupas.

Pembahasan
Anatomi dan Fisiologi
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva
terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus
mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik.
Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis
berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang
gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada
dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai
tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat
dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara
mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan
bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum
lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi
menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah,
dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran
posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari
lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula
serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang
sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat,
membaui, dan memikirkan makanan. Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali.
Ludah mengandung musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi
ludah bekerja secara fisis dan secara kimiawi.1

Anamnesis

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang:


1. Keluhan

Pada umunya hanya benjolan soliter,tidak nyeri, di pre/infra/retro aurikula (tumor


parotis), atau di submandibula (tumor submandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur
minor)
Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganas parotis atau submandibula
Paralisis n.fasialis, 2-3 % (pada keganasan parotis)
Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat)
Paralisis n.glossofaringeus, vagus, acessorius, hipoglosus, pleksus simatkus (pada
karsinoma arotis lanjut)
Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

2. Perjalanan penyakit (progresifitas penyakit)


3. Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala, leher, ekspos radiasi
4. Pengobatan yang telah diberikan dan responnya
5. Berapa lama kelambatan.2
Pada skenario diatas didapatkan hasil anamnesis adalah sebagai berikut :
Keluhan Utama : benjolan di bawah telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang : telinga kanan hingga terangkat, mata kanan tidak dapat
menutup dengan sempurna sejal 1 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Obat : Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Sosial : Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan berdiameter kurang lebih 7cm, nyeri tekan
(+), konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi di daerah leher dan
supraclavicular teraba adanya perbesaran kelenjar getah bening. 2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,
BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum etektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan
umum dan persiapan operasi.
Pemeriksaan Radiologi

Foto foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya
tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis
hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras
(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau
berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk
membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan
temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas.
Pemeriksaan Sitologik (biopsi jarum kecil)
Pemeriksaan ini sangat penting dalam diagnostik pembengkakan yang dicurigai tumor
kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara. Dan
pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan
dengan pencitraan.
Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis sejak dulu,
namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized tomografi scan) dan
MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong
jaringan parotis dan duktus-duktusnya.
Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi gambaran
berupa massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih
tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang heterogen dengan
daerah nekrosis, kistik sering didapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat
cairan, lemak darah, dan kalsifikasi. Pemberian kontras memberikan penyangatan yang
bervariasi. Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar.
Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi jinak
dan mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam
menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas ekstensi tumor
lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui
peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas untuk deteksi metastase jauh.
Ultrasonografi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut, hipoekoik dan
sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan gambaran yang lebih
heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik namun
CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor lebih lengkap.
Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan merupakan
kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tanda-tanda kearah ganas, seperti pada

adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini bersifat kambuh lokal
jika kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.3
Diagnosis Kerja
Diagnosis kasus diatas adalah tumor ganas kelenjar parotis.
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai factor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor adalah penyakit pada gen, basis
biologisnya adalah kelainan genetic. Faktor penyebab tumor menimbulkan mutasi gen pada sel
tubuh hingga timbul kelainan genetik, menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada
morfologi, metabolism dan fungsi sel tumor yang berbeda dari sel normal.
Tumor ganas pada kelenjar ludah dpat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu karsinoma
mukoepidermoid, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel asini, dan adenokarsinoma.
Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah
parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan
kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan
jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor
tumbuhnya lambat dan berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 510% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis.
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan
oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir 75%
pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan
sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial
interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe
ditemukan sebanyak 30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri
atas derajat rendah,menengah, dan tinggi.
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate
grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar
penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang
berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang
mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic
space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi
kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar
epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly
differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi
Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik
well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated
dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis
menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%)

Karsinoma Adenoid Kistik


Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor
ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan
kambuh setelah operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini
tidak hanya timbul pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar
lakrimalis, bagian bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus
paranasalis. Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun
Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk tumor
dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15
% tumor submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari pasien merasa
asimptomatik, walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya.
Tumor ini berbeda dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang
panjang ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15
tahun. Penderita dengan karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga
lima tahun, angka harapan hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari
20 persen. Prognosis buruk dalam jangka panjang.
Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu
struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis.
Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya
karena dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf
fasialis, maka prognosisnya buruk
Karsinoma Sel Asini
Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi,
angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini
berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter
kurang dari 3 cm Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak
wanita dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus
servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini
dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus intercalated. Terapi karsinoma sel asini
meliputi bedah eksisi lengkap. Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat membantu pada kasus
yang meragukan setelah operasi. Gejala klinis : adanya masa yang membesar dengan
pertumbuhan yang lambat, pada / solid serta mobile pada daerah parotid pada beberapa kasus
ditemui multinodular yang terfiksasi pada kulit ataupun otot. Pada sepertiga kasus adanya nyeri
intermitten, dan facial paralise.
Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini terdapat
pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor. Sebagian besar pasien
tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada jaringan diatas atau dibawahnya,
30 % pasien berkembang metastasis ke nodus servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis,
dan 15 % merasa sakit pada wajahnya.4

Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus diatas adalah adenoma pleomorfik pada submandibular
yang merupakan tumor jinak pada kelenjar liur yang merupakan tumor tersering pada kelenjar
liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari
sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam.
biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau
stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena. Tumor jinak tidak sakit
dan tidak memperngaruhi jaringan disekitarnya.4
Gejala Klinis
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis),
pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau pembengkakan
pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan
seperti infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar liur biasanya
bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada gangguan
fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus
fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah
bening cervikal.4
Etiologi
Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi,
dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen DNA yang
menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran
yang tidak terkendali semua sifat sifat kanker fragmen-fragmen genetic ini dapat merupakan
bagian dari virus tumor.
Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mempredisposisikan seseorang untuk mendapatkan
kanker tertentu. Sel yang mempengaruhi perubahan {bermutasi} berbeda secara antigenis dari
sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnakannya.
Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuhnya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia,
yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah.
Bahan-bahan kimia

Bahan-bahan kimia bersifat karsinogenik sehingga sangat memungkinkan perkembangan


sel kanker dalam tubuh bekerja cepat. Tingkat replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan
sedikit waktu bagi enzim-enzim untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA,
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi dan menyebabkan kanker.
Epidemologi
Penyakit tumor pada kelenjar liur mayor umumnya jarang ditemukan, dan kelenjar
parotis merupakan kelenjar yang sering terkena. Tumor kelenjar liur dapat terjadi di dalam
kelenjar parotis dan sebagian besar sisanya di kelenjar submandibular. Laki-laki dan perempuan
80 %. Dari massa parotis, 75% berupa neoplasia. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di
glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30% adalah maligna.
Disebutkan bahwa terdapat perbedaan geografik dan suku bangsa dimana pada orang Eskimo
tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga
sebagai factor etiologi. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia
lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibular, dan satu setengah
sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.5
Patofisiologi
Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk
soliter, berkembang di antara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pembesaran menyeluruh atau
berulang dari kelenjar yang terkena mungkin disebabkan oleh kalkulus atau peradangan dan
pembesaran kelenjar air liur global yang jarang dapat dilihat pada penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, myxoedema, sindroma Cushing, dan peminum alkohol. Pembesaran kelenjar
parotis juga dapat dilihat pada anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan
derajat rendah dapat menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis
(N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan, walaupun gejala ini hanya nampak pada 3%
dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat
meluas ke area retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati
ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah dapat terjadi
berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Selanjutnya dapat melibatkan struktur di
sekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal, dan sendi temporomandibular.
Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe melalui ruangan parafaring dan ke rangkaian
jugular bagian dalam, dan ke pre-post facial nodes. Sebanyak 16 % dari pasien dengan tumor
parotis dan 8% pasien dengan tumor pada submandibula atau sub lingual secara klinis
menunjukkan keterlibatan kelenjar limfe pada penampilannya.5
Tatalaksana Non Medikamentosa
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar air liur adalah pembedahan. Radioterapi
sebagai terapi adjuvan paska bedah hanya dilakukan atas indikasi, atau diberikan pada tumor
kelenjar air liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai adjuvan, meskipun masih
dalam penelitian dan hasilnya belum memuaskan. Parotidektomi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada : tumor jinak parotis lobus superfisialis


b. Parotidektomi total, dilakukan pada :

Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n VII
Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus

c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada : Tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi
ekstraparenkim dan mengenai n VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada : ada metastase kelenjar getah bening leher yang
masih operable.6
Tatalaksana Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada pasien tumor ganas parotis berupa terapi paliatif yang
diarahkan hanya untuk menghilangkan gejala serta meningkatkan kualitas hidup pasien, yaitu
berupa kemoterapi
1. Untuk jenis adenkarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed
tumor, acinic cell carcinoma)
Adriamisin 50 mg/m2 iv pada hari 1
5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2
2. Untuk jenis karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma, mucoeidemoid
carcinoma)
Methotrexate 50 mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu
Sisplatin 100 mg/m2 iv pada hari ke 2.6
Komplikasi
Komplikasikomplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan sebagai
anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah
pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol
adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya
menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi
diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk
penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit
rehabilitasi pascaoperasi.

Kerusakan pada saraf wajah dapat terjadi sebagai akibat dari tumor parotis infiltrasi atau
operasi. Resiko kerusakan lebih tinggi dengan operasi berulang. Pemantauan saraf wajah
perioperatif dapat mengurangi risiko ini.

Kekambuhan tumor jinak atau ganas. Adenoma pleomorfik harus benar-benar dihapus
pada operasi primer seperti tumor berulang sering multifokal dan dapat terjadi 10-15

tahun kemudian dengan tingkat kesembuhan jauh berkurang (<25%).


Adenoma pleomorfik dapat mengalami perubahan ganas dan disebut karsinoma exadenoma pleomorfik. Mereka mewakili sekitar 2-4% dari keganasan kelenjar ludah.
Pertumbuhan yang cepat tiba-tiba massa yang sebelumnya stabil khas. Mereka agresif

dan memiliki prognosis buruk.


Sindrom Frey (kemerahan dan berkeringat di pipi, yang dapat muncul ketika makan,
melihat atau berpikir tentang jenis makanan tertentu yang memproduksi air liur yang
kuat) dapat terjadi setelah operasi parotis. Saraf otonom reformasi tidak tepat (impuls
parasimpatis akan saraf simpatis) sehingga stimulus untuk air liur akan membuat keringat
wajah, xerostomia (mulut kering) dan mucositis oral.6

Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna
telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kirakira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.7
Pencegahan
Berikut beberapa cara pencegahan tumor ganas parotis :

Memeriksa resiko karena keturunan Salah satu penyebab kanker berasal dari faktor
keturunan. Jika ada orangtua atau saudara yang menderita kanker, sangat mungkin kanker
juga menyerang anggota keluarga lainnya. Untuk itu mengetahui ada tidaknya anggota
keluarga yang pernah terkena kanker sangat penting sebagai upaya mencegah kanker.
Menghindari makanan yang diasap atau diasamkan. Contohnya seperti ikan asap atau
makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker. Oleh karena itu
menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan tersebut menjadi
keharusan untuk mencegah kanker.
Menjauhi alcohol Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab kanker.
Menghindari makanan dengan zat pewarna Banyak makanan saat ini dicampur dengan
zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat pewarna itu sangat berbahaya
bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah kanker, sebaiknya usahakan
menghindari makanan yang menggunakan zat pewarna
Menghindari rokok Seperti alkohol, rokok juga menjadi sumber penyebab berbagai
penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Meninggalkan kebiasaan merokok atau
berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok adalah upaya baik untuk mencegah
kanker.

Menghindari makanan berlemak yang menyebabkan banyak masalah dalam tubuh.


Termasuk sebagai pemicu kanker.
Makan makanan kaya serat Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan kaya serat.
Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk mencegah kanker.
Rutin olahraga merupakan cara yang baik untuk mencegah kanker. Sebab saat
berolahraga, lemak dalam tubuh akan terbakar dan mempercepat metabolisme. Hal itu
akan mencegah terjadinya kanker. Tidak harus berupa olahraga berat. Olahraga ringan
seperti jalan sehat atau lari pagi bisa membantu mencegah kanker.
Konsumsi vitamin A, C, dan E memiliki kandungan antioksidan yang sangat berguna
untuk mencegah kanker.
Perilaku seks sehat Tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks juga menjadi
cara jitu mencegah kanker sebab timbulnya kanker juga dimungkinkan karena perilaku
seksual yang tidak sehat.8

Kesimpulan
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar dan berpasangan, terletak tepat di
bagian bawah telinga antara prosessus mastoideus dan rams mandibula. Saliva manusia terdiri
dari 25% sekresi kelenjar parotis. Tumor ganas pada kelenjar parotis dibagi menjadi karsinoma
mukoepidermoid, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel asini, dan adenokarsinoma.
Tatalaksana tumor ganas parotis berupa pengangkatan tumor itu sendiri sedangkan pada terapi
paliatif dapat diberikan beberapa obat-obatan kemoterapi. Komplikasi tumor ganas parotis
berupa kerusakan bahkan kelumpuhan saraf-saraf fasialis dan kekambuhan. Prognosis tumor
ganas parotis bergantung pada histologi, perluasan lokal dan besarnya tumor dan jumlah
metastasis kelenjar leher. Pencegahannya dapat berupa pola hidup yang sehat serta menurangi
konsumsi bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.

Daftar Pustaka
1. Desen W. Pengertian Umum Tumor. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.3-7
2. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands. Philadelphia:
Lippicott Williams & Wilkins;2009.h.453-63.
3. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta :
EGC, 2012.h.78-85
4. Spiro R. Malignant Tumor of Salivary Gland. Chicago: Departement og General Surgey
Rich;2007.h.62-67
5. Syafriadi, M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta;2012.h.71-82.

6. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. Berlin:
Salivary Gland Disorders; 2008.h.1-14.
7. Welsby PD. Pemeriksaan organ-organ spesifik. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis Klinis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2010.h.94-9
8. McPhee SJ., Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatment. 24 th edition.. New York:
McGraw Hill Companies;2010;857-860.

Anda mungkin juga menyukai