HIDROKEL
HIDROKEL
Pendahuluan
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di rongga antara lapisan parietal dan
viseral tunika vaginalis (cavum vaginalis). Dalam keadaan normal, terdapat produksi cairan di
cavum vaginalis yang diimbangi oleh reabsorbsi sistem limfatik sekitarnya. Kelainan ini
ditemukan pada 80-90% bayi laki-laki, 90 -95% di antaranya akan menghilang spontan sebelum
usia 2 tahun. Hanya sekitar 6% kasus hidrokel memiliki gejala klinis. Hidrokel juga ditemukan
pada satu dari seratus laki-laki dewasa, biasanya terjadi setelah dekade kedua kehidupan.
Patofisiologi terjadinya kelainan ini adalah belum sempurnanya penutupan prosesus
vaginalis, sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke cavum vaginalis, disertai dengan proses
reabsorbsi oleh sistem limfatik di daerah tersebut yang kurang adekuat. Apabila terdapat
hubungan antara hidrokel dengan rongga abdomen maka disebut hidrokel komunikans, terutama
ditemukan pada anak-anak.
Penyebab lain hidrokel adalah kelainan yang didapat pada testis atau epididimis sehingga
menyebabkan terjadinya akumulasi cairan yang berlebihan pada cavum vaginalis. Pada keadaan
ini, tidak terdapat adanya hubungan hidrokel dengan rongga abdomen, disebut juga dengan
hidrokel nonkomunikans. Etiologi hidrokel jenis ini antara lain: tumor, infeksi, atau trauma pada
testis/epididimis, dan merupakan penyebab hidrokel pada penderita dewasa. Hidrokel yang
disebabkan oleh penumpukan cairan pada bagian prosesus vaginalis yang tidak mengalami
obliterasi, tanpa adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika vaginalis testis disebut
hidrokel funikulus, namun kelainan ini jarang ditemukan.
Cairan hidrokel bersifat netral, serous, bening dan tidak berbau, mempunyai berat jenis 1.0101.025. Secara mikroskopis terdiri dari air, sel (epitel, endhotel, limfosit), protein, elektrolit,
Kristal cholestrin dan fibrinogen.
Secara spesifik apabila penyebab hidrokel adalah infeksi maka cairan akan berubah menjadi
keruh, berat jenis akan meningkat dan tunika vaginalis akan menebal. Bila penyebabnya adalah
trauma maka akan ditemukan cairan berwarna merah kecoklatan dan terdapat hubungan dengan
tubulus seminiferus sehingga dapat ditemukan sperma.
Etiologi
Berdasarkan etiologinya hidrokel terbagi menjadi:
1. Kongenital
2. Aquisita (dapatan):
Infeksi akut atau kronik: infeksi akut misalnya oleh kuman GO, atau E. coli, sedangkan
kronis misalnya oleh kuman TBC akan menyebabkan awalnya terjadi orchitis
epididimo-orchitis yang kemudian akan terjadi peningkatan sekresi endotel dan obstruksi
sehingga terjadi hidrokel.
Keganasan: pada keganasan dapat terjadi dua macam mekanisme (1) tekanan pada
system limfatik dan vena, (2) tumor ganas testis dan scrotum sehingga merangsang tunica
vaginalis sehingga terjadi timbunan cairan serohemoragik
Parasit terutama filarial: cacing ini akan menyebabkan reaksi alergi dan gterbentuknya
jaringan ikat dan kolagen pada pembuluh limfe sehingga terjadi obstruksi baik itu partial
maupun total. Obstruksi ini akan menyebabkan proses absorbs terganggu sehingga terjadi
hidrokel
Radiasi
Sumbatan vena atau limfatik: sumbatan pada system limfatik profunda akan
menyebabkan komplikasi hidrokel misalnya pada limfadenitis banal.
Derajat Hidrokel
Belum manifest:
Derajat 1
: Pembengkakan funikulus
Derajat 2
Sudah manifest:
Derajat 3
Derajat 4
Derajat 5
Derajat 6
Konsistensi mulai dari lunak sampai tegang, funikulus spermatikus atau testis tidak teraba
Transluminasi (+)
Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode aspirasiskleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan hidrokel dan disuntikkan zat sklerotik
(tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering dan terjadi
perlengketan. Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas dan kepuasan pasien
terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan.
Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel. Hidrokelektomi dapat
dilakukan dengan berbagai metode
Pada teknik Jaboulay, dilakukan eksisi pada kantong hidrokel secara tipis dengan
meninggalkan sisa lapisan kantong yang cukup banyak sehingga dapat dijahit bersamaan setelah
dlakukan eversi kantong kebelakang testis dan funikulus spermatikus. Teknik ini sangat berguna
untuk kantong hidrokel yang lebar, berat dan tipis.
Teknik plikasi Lord dapat digunakan pada dinding hidrokel yang tipis namun tidak
dianjurkan untuk digunakan pada kantong yang lebar, panjang dan tebal karena teknik ini akan
meninggalkan ikatan-ikatan lipatan dari jaringan yang diplikasi pada skrotum. Prinsip teknik
Lord dilakukan dengan membuka kantong hidrokel, mengeluarkan testis dari kantong, menjahit
tepi kantong hidrokel dan dengan menggunakan jahitan interrupted, secara radial dijahit untuk
plikasi kantong.
B
Gambar 3. Pendekatan skrotal:
A. teknik Jaboulay, B. teknik plikasi Lord
3. Insisi dinding luar hidrokel, cairan hidrokel dievakuasi dengan menggunakan suction
4. Kantong hidrokel dipisahkan dari skrotum, setelah lalu dibuka secara utuh sehingga tampak
jelas bagian funikulus spermatikus dan testis.
5. Pada teknik Jaboulay, dinding kantong hidrokel dipotong dengan gunting dengan hanya
menyisakan batas dinding sekitar 2 cm dari testis, epididimis dan funikulus spermatikus tepi
dinding hidrokel yang tersisa lalu dijahitkan dibelakang testis dan funikulus spermatikus
dengan jahitan interrupted atau dapat menggunakan jahitan continues(untuk meminimalisir
rembesan darah dari tepi luka), sehingga bagian kantong hidrokel tereversi.
6. Pada teknik plikasi Lord, dilakukan jahitan plikasi (terbentuknya lipatan-lipatan seperti plika)
di sekitar dinding hidrokel dengan jahitan interrupted. Dilakukan kontrol perdarahan untuk
mencegah terjadinya hematoma,
7. Testis dan funikulus spermatikus ditempatkan kembali pada skrotum secara hati-hati untuk
menghindari pluntiran, bila perlu dilekatkan ke bagian dasar dinding skrotum dengan satu
hingga dua jahitan absorbable.
8. Fasia dartos ditutup dengan jahitan interupted absorbable. Lalu dipasang drainase Penrose
pada celah insisi yang telah dibuat (jika diperlukan), untuk mengurangi resiko terjadinya
hematom
9. Kulit ditutup dengan jahitan subkutan.
1. Insisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 4-6 cm, ke arah lateral dari titik tepat di atas
tuberkulum pubikum.
2. Insisi menembus kutis, subkutis, fascia camper, fascia scarpa. Aponeurosis musculus obliqus
externus terlihat.
3.
Aponeurosis musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung hidrokel dan
spermatical cord. Spermatical cord dipreservasi lalu keluarkan isi kantong hidrokel (cairan)
dengan pungsi menggunakan spuit atau diberikan insisi pada dinding kantong hidrokel lalu
dimasukan suction.
-
4. Kantong hidrokel yang telah dinsisi kemudian dapat dilanjutkan dengan penjahitan yang
digunakan pada teknik Jaboulay atau teknik Lord.
Komplikasi
Komplikasi tersering pada operasi hidrokelektomi adalah hematoma. Komplikasi pada
hidrokeletomi terjadi pada 19% kasus. Komplikasi yang dapat terjadi selain hematoma adalah
infeksi, bengkak yang persisten, rekurensi dan nyeri kronik. Tindakan skleroterapi dapat
berdampak negatif fertilitas sehingga pemilihannya harus dihindari pada pasien yang masih
produktif secara seksual.
Daftar Pustaka
1. Adel L. Hydrocelectomy through the inguinal approach versus scrotal approach for
idiopathic hydrocele in adults. Journal of the Arab for medical research. September 2012;
7:68-72
2. Agbakwuru EA, dkk. Hydrocelectomy under local anaesthesia in a Nigerian adult population.
African Health Science. 2008;8(3): 160-2
3. Parviz K, dkk. Surgery of the skrotum and seminal vesicles. Dalam: Campbell-Walsh
Urology, Louis R, dkk (editor). Vol 1. Edisi ke-10.Philadelphia: WB Saunders
Company. 2012. hal 1009-11.
4. Sudeep K, dkk. Comparison of aspiration-sclerotherapy with hydrocelectomy in the
management of hydrocele: A prospective randomized study. International journal of surgery.
Juli 2009; 40(29):392-5.
5. Sadler T. Langmans medical embryology. New York: Lippincott Williams and Wilkins;
2006. hal. 272-310.
6. Tanagho EA . Embriology of the genitourinary system. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW.
Smiths General Urology. Edisi ke-17. California:The McGraw Hill companies; 2000. hal.2345.
7. Zollinger RM, Ellison EC. Hydrocele repair. Dalam: Zollingers Atlas of Surgical Operations,
Marita dkk (edtior). California:The McGraw Hill companies; 2011. hal.474-5.
8. Khaniya S, Agrawal CS, Koirala R, Regmi R, Adhikary S. Comparison of aspirationsclerotherapy with hydrocelectomy in the management of hydrocele: A prospective
randomized study. Int J Surg. Aug 2009; 7(4):392-5.
9. Beiko DT, Kim D, Morales A. Aspiration and sclerotherapy versus hydrocelectomy for
treatment of hydroceles. Urol. April 2003; 61(4):708-12