Anda di halaman 1dari 14

Tugas Ujian

HIDROKEL

Diajukan pada stase Urologi


Tahap I
dr. Rahmat Syahili
Pembimbing
Prof. Dr. dr. H. Rifki Muslim, Sp.B, Sp.U

SUB BAGIAN BEDAH UROLOGI


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
MEI 2015

HIDROKEL

Pendahuluan
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di rongga antara lapisan parietal dan
viseral tunika vaginalis (cavum vaginalis). Dalam keadaan normal, terdapat produksi cairan di
cavum vaginalis yang diimbangi oleh reabsorbsi sistem limfatik sekitarnya. Kelainan ini
ditemukan pada 80-90% bayi laki-laki, 90 -95% di antaranya akan menghilang spontan sebelum
usia 2 tahun. Hanya sekitar 6% kasus hidrokel memiliki gejala klinis. Hidrokel juga ditemukan
pada satu dari seratus laki-laki dewasa, biasanya terjadi setelah dekade kedua kehidupan.
Patofisiologi terjadinya kelainan ini adalah belum sempurnanya penutupan prosesus
vaginalis, sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke cavum vaginalis, disertai dengan proses
reabsorbsi oleh sistem limfatik di daerah tersebut yang kurang adekuat. Apabila terdapat
hubungan antara hidrokel dengan rongga abdomen maka disebut hidrokel komunikans, terutama
ditemukan pada anak-anak.
Penyebab lain hidrokel adalah kelainan yang didapat pada testis atau epididimis sehingga
menyebabkan terjadinya akumulasi cairan yang berlebihan pada cavum vaginalis. Pada keadaan
ini, tidak terdapat adanya hubungan hidrokel dengan rongga abdomen, disebut juga dengan
hidrokel nonkomunikans. Etiologi hidrokel jenis ini antara lain: tumor, infeksi, atau trauma pada
testis/epididimis, dan merupakan penyebab hidrokel pada penderita dewasa. Hidrokel yang
disebabkan oleh penumpukan cairan pada bagian prosesus vaginalis yang tidak mengalami
obliterasi, tanpa adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika vaginalis testis disebut
hidrokel funikulus, namun kelainan ini jarang ditemukan.

Gambar 1. Klasifikasi hidrokel

Cairan hidrokel bersifat netral, serous, bening dan tidak berbau, mempunyai berat jenis 1.0101.025. Secara mikroskopis terdiri dari air, sel (epitel, endhotel, limfosit), protein, elektrolit,
Kristal cholestrin dan fibrinogen.
Secara spesifik apabila penyebab hidrokel adalah infeksi maka cairan akan berubah menjadi
keruh, berat jenis akan meningkat dan tunika vaginalis akan menebal. Bila penyebabnya adalah
trauma maka akan ditemukan cairan berwarna merah kecoklatan dan terdapat hubungan dengan
tubulus seminiferus sehingga dapat ditemukan sperma.

Etiologi
Berdasarkan etiologinya hidrokel terbagi menjadi:
1. Kongenital
2. Aquisita (dapatan):

Idiopatik : paling sering, penyebab tidak diketahui

Trauma: terdapat riwayat trauma biasanya tendangan di scrotum yang menyebabkan


pembuluh darah pada tunica vaginalis pecah dan terjadi hematocele. Hematocele yang
diserab akan menjadikan cairan berwarna kekuningan sehingga terjadi hidrocele

Infeksi akut atau kronik: infeksi akut misalnya oleh kuman GO, atau E. coli, sedangkan
kronis misalnya oleh kuman TBC akan menyebabkan awalnya terjadi orchitis
epididimo-orchitis yang kemudian akan terjadi peningkatan sekresi endotel dan obstruksi
sehingga terjadi hidrokel.

Keganasan: pada keganasan dapat terjadi dua macam mekanisme (1) tekanan pada
system limfatik dan vena, (2) tumor ganas testis dan scrotum sehingga merangsang tunica
vaginalis sehingga terjadi timbunan cairan serohemoragik

Parasit terutama filarial: cacing ini akan menyebabkan reaksi alergi dan gterbentuknya
jaringan ikat dan kolagen pada pembuluh limfe sehingga terjadi obstruksi baik itu partial
maupun total. Obstruksi ini akan menyebabkan proses absorbs terganggu sehingga terjadi
hidrokel

Radiasi

Sumbatan vena atau limfatik: sumbatan pada system limfatik profunda akan
menyebabkan komplikasi hidrokel misalnya pada limfadenitis banal.

Derajat Hidrokel
Belum manifest:
Derajat 1

: Pembengkakan funikulus

Derajat 2

: penimbunan cairan di funikulus, kecil, ukuran < 6 cm

Sudah manifest:
Derajat 3

: Panjang hidrokel 6-8 cm

Derajat 4

: Panjang hidrokel 8-11 cm

Derajat 5

: Panjang hidrokel 11-15 cm

Derajat 6

: Panjang hidrokel > 15 cm

Gejala dan tanda


Gejala pada anak adalah adanya massa kistik di scrotum yang pada pagi hari akan mengecil
sedangkan di malam hari membesar. Massa akan semakin membesar apabila dalam posisi
berdiri, dapat disertai dengan rasa sakit apabila disebabkan oleh proses infeksi.
Tanda yang dapat ditemukan antara lain:

Scrotum membesar, kulit tegang/meregang pear shape appearance

Konsistensi mulai dari lunak sampai tegang, funikulus spermatikus atau testis tidak teraba

Pada perkusi akan terdengar pekak/dumping

Transluminasi (+)

Panduan Penatalaksanaan Hidrokel


Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-24 bulan dengan harapan
prosesus vaginalis dapat menutup, dan hidrokel akan sembuh dengan sendirinya. Jika hidrokel
masih ada atau bertambah besar, disebut juga dengan hidrokel persisten, maka perlu dipikirkan
untuk dilakukan koreksi.
Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi penyebab yang
mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi dilakukannya intervensi: ukuran hidrokel yang
semakin membesar dan dapat menekan pembuluh darah, adanya tanda-tanda infeksi, adanya
keluhan tidak nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik. Berbagai macam tindakan intervensi
digunakan untuk mengobati penyakit hidrokel, baik invasif maupun minimal invasif.

Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode aspirasiskleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan hidrokel dan disuntikkan zat sklerotik
(tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering dan terjadi
perlengketan. Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas dan kepuasan pasien
terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan.
Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel. Hidrokelektomi dapat
dilakukan dengan berbagai metode

Gambar 2. Pilihan penatalaksanaan hidrokel

Hidrokelektomi Pada Dewasa


Pendekatan pembedahan melalui skrotum
Pada tindakan pembedahan dengan pendekatan skrotum, insisi dapat dilakukan di samping
mediana raphe secara vertikal (pararaphe) atau insisi transversal. Teknik hidrokeletomi memiliki
berbagai macam variasi dan nama, secara garis besar hidrokeletomi dibagi menjadi dua teknik
yaitu dengan teknik eksisi dan teknik dengan plikasi. Teknik-teknik hidrokelektomi tersebut yang
populer dilakukan adalah teknik Jaboulay (eksisi) dan teknik plikasi Lord.

Pada teknik Jaboulay, dilakukan eksisi pada kantong hidrokel secara tipis dengan
meninggalkan sisa lapisan kantong yang cukup banyak sehingga dapat dijahit bersamaan setelah
dlakukan eversi kantong kebelakang testis dan funikulus spermatikus. Teknik ini sangat berguna
untuk kantong hidrokel yang lebar, berat dan tipis.
Teknik plikasi Lord dapat digunakan pada dinding hidrokel yang tipis namun tidak
dianjurkan untuk digunakan pada kantong yang lebar, panjang dan tebal karena teknik ini akan
meninggalkan ikatan-ikatan lipatan dari jaringan yang diplikasi pada skrotum. Prinsip teknik
Lord dilakukan dengan membuka kantong hidrokel, mengeluarkan testis dari kantong, menjahit
tepi kantong hidrokel dan dengan menggunakan jahitan interrupted, secara radial dijahit untuk
plikasi kantong.

B
Gambar 3. Pendekatan skrotal:
A. teknik Jaboulay, B. teknik plikasi Lord

Langkah-langkah pendekatan pembedahan melalui skrotum:


1. Insisi dilakukan di paramediana raphe, sepanjang 6-10 cm pada permukaan anterior skrotum
diatas bagian dari hidrokel.
2. Insisi lapis demi lapis dari kulit, lapisan otot dartos, fasia cremaster hingga tampak lapisan
parietal dari tunica vaginalis dimana lapisan ini adalah dinding luar dari kantong hernia

3. Insisi dinding luar hidrokel, cairan hidrokel dievakuasi dengan menggunakan suction
4. Kantong hidrokel dipisahkan dari skrotum, setelah lalu dibuka secara utuh sehingga tampak
jelas bagian funikulus spermatikus dan testis.
5. Pada teknik Jaboulay, dinding kantong hidrokel dipotong dengan gunting dengan hanya
menyisakan batas dinding sekitar 2 cm dari testis, epididimis dan funikulus spermatikus tepi
dinding hidrokel yang tersisa lalu dijahitkan dibelakang testis dan funikulus spermatikus
dengan jahitan interrupted atau dapat menggunakan jahitan continues(untuk meminimalisir
rembesan darah dari tepi luka), sehingga bagian kantong hidrokel tereversi.
6. Pada teknik plikasi Lord, dilakukan jahitan plikasi (terbentuknya lipatan-lipatan seperti plika)
di sekitar dinding hidrokel dengan jahitan interrupted. Dilakukan kontrol perdarahan untuk
mencegah terjadinya hematoma,
7. Testis dan funikulus spermatikus ditempatkan kembali pada skrotum secara hati-hati untuk
menghindari pluntiran, bila perlu dilekatkan ke bagian dasar dinding skrotum dengan satu
hingga dua jahitan absorbable.
8. Fasia dartos ditutup dengan jahitan interupted absorbable. Lalu dipasang drainase Penrose
pada celah insisi yang telah dibuat (jika diperlukan), untuk mengurangi resiko terjadinya
hematom
9. Kulit ditutup dengan jahitan subkutan.

Gambar 4. Teknik operasi Jaboulay

Gambar 5. Teknik plikasi Lord

Beberapa teknik hidrokeletomi lainnya adalah sebagai berikut:


1. Teknik Von Bergmann : tepi luka dinding hidrokele yang telah dieksisi dijahit bersamaan
namun tidak dilakukan penjahitan kebelakang testis (eversi) seperti teknik Jaboulay
2. Teknik Winkelmann : teknik ini sama dengan teknik Jaboulay, istilah ini biasa dipakai di
Jerman
3. Teknik Andrew : dikenal dengan bloody technique dikarenakan dilakukan dengan cara tunika
vaginalis digunting, lalu dieversi mengeliling testis, namun tepi luka tidak dijahit. Kemudia
dimasukan kembali ke skrotum dan ditutup lapis demi lapis.
4. Radikal (diseksi dan eksisi kantong): insisi kulit di depan testis, setelah kantong dibuka
seluruh tunica vaginalis parietalis dieksisi dan dilakukan hemostasis dan pemsangan drain
5. Teknik Solomon (tanpa diseksi dan eversi di kantong): kantong hidrokel dibuka dengan insisi
kecil, testis dikeluarkan kemudian tunica vaginalis dijahitkan ke sinus epididimis tanpa eksisi
tunica vaginalis
6. Teknik Wilkinson ( tanpa diseksi dan eksisi): kantong hidrokel dibuka, testis ditempatkan di
natara kantong hidrokel dan fascia spermatica interna. Teknik ini memiliki komplikasi
minimal tetapi sering residif.

Pendekatan pembedahan melalui inguinal


Laki-laki yang didiagnosa dengan hidrokel, dimana dicurigai adanya keganasan, sebaiknya
dilakukan pembedahan dengan pendekatan inguinal agar dapat mengendalikan funikulus
spermatikus untuk persiapan kemungkinan dilakukan orchiektomi.

Gambar 7. Pendekatan hidrokelektomi melalui inguinal (dewasa)

Langkah-langkah Teknik Inguinal Dewasa:


-

1. Insisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 4-6 cm, ke arah lateral dari titik tepat di atas
tuberkulum pubikum.

2. Insisi menembus kutis, subkutis, fascia camper, fascia scarpa. Aponeurosis musculus obliqus
externus terlihat.

3.

Aponeurosis musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung hidrokel dan

spermatical cord. Spermatical cord dipreservasi lalu keluarkan isi kantong hidrokel (cairan)
dengan pungsi menggunakan spuit atau diberikan insisi pada dinding kantong hidrokel lalu
dimasukan suction.
-

4. Kantong hidrokel yang telah dinsisi kemudian dapat dilanjutkan dengan penjahitan yang
digunakan pada teknik Jaboulay atau teknik Lord.

5. Testis dan spermatic cord dikembalikan ke tempat awal.

6. Aponeurosis musculus oblique externus dijahit, lapis demi lapis ditutup.

7. Kulit dijahit dengan jahitan subcuticular.

Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel


Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat, pasien dapat dilakukan rawat jalan 4-6 jam
pasca operasi. Namun beberapa kondisi tertentu dapat dilakukan observasi di rawat inap 1-2 hari.
Analgetik lini pertama dapat digunakan untuk mengatasi nyeri post operasi. Antibiotik
diindikasikan pada kasus hidrokel yang disertai infeksi.
Apabila menggunakan drainase, dapat dilepas 48-72 jam pasca operasi karena angka
kejadian hematom pasca operasi rata-rata akan munculi pada 48 jam pasca operasi. Pasca
operasi, dapat digunakan scrotal support untuk melindungi skrotum dari mobilisasi yang
berlebihan.
Pada prinsipnya, hidrokelektomi dapat dilakukan tanpa rawat inap, pasien dapat kembali
bekerja setelah tingkat kenyamanan memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi). Sekitar 2
minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus dihindari untuk
mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum, dimana dapat terjebak oleh
jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder. Pada dewasa, aktivitas olahraga harus
dibatasi selama 4-6 minggu.

Komplikasi
Komplikasi tersering pada operasi hidrokelektomi adalah hematoma. Komplikasi pada
hidrokeletomi terjadi pada 19% kasus. Komplikasi yang dapat terjadi selain hematoma adalah
infeksi, bengkak yang persisten, rekurensi dan nyeri kronik. Tindakan skleroterapi dapat
berdampak negatif fertilitas sehingga pemilihannya harus dihindari pada pasien yang masih
produktif secara seksual.

Daftar Pustaka
1. Adel L. Hydrocelectomy through the inguinal approach versus scrotal approach for
idiopathic hydrocele in adults. Journal of the Arab for medical research. September 2012;
7:68-72
2. Agbakwuru EA, dkk. Hydrocelectomy under local anaesthesia in a Nigerian adult population.
African Health Science. 2008;8(3): 160-2
3. Parviz K, dkk. Surgery of the skrotum and seminal vesicles. Dalam: Campbell-Walsh
Urology, Louis R, dkk (editor). Vol 1. Edisi ke-10.Philadelphia: WB Saunders
Company. 2012. hal 1009-11.
4. Sudeep K, dkk. Comparison of aspiration-sclerotherapy with hydrocelectomy in the
management of hydrocele: A prospective randomized study. International journal of surgery.
Juli 2009; 40(29):392-5.
5. Sadler T. Langmans medical embryology. New York: Lippincott Williams and Wilkins;
2006. hal. 272-310.
6. Tanagho EA . Embriology of the genitourinary system. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW.
Smiths General Urology. Edisi ke-17. California:The McGraw Hill companies; 2000. hal.2345.
7. Zollinger RM, Ellison EC. Hydrocele repair. Dalam: Zollingers Atlas of Surgical Operations,
Marita dkk (edtior). California:The McGraw Hill companies; 2011. hal.474-5.
8. Khaniya S, Agrawal CS, Koirala R, Regmi R, Adhikary S. Comparison of aspirationsclerotherapy with hydrocelectomy in the management of hydrocele: A prospective
randomized study. Int J Surg. Aug 2009; 7(4):392-5.
9. Beiko DT, Kim D, Morales A. Aspiration and sclerotherapy versus hydrocelectomy for
treatment of hydroceles. Urol. April 2003; 61(4):708-12

Anda mungkin juga menyukai