“CA RECTI”
Disusun Oleh:
Marlina Elviana
J510170098
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
REFERAT
“CA RECTI”
Disusun Oleh:
Marlina Elviana
J510170098
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
Dipresentasikan dihadapan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Mengingat akan banyaknya prevalensi dan bahaya yang
ditimbulkan akibat ca recti, maka penting bagi kita sebagai tenaga
medis khususnya dokter untuk mengetahui dan memahami cara
mendiagnosis ca recti dan mengetahui penatalaksanaan dari ca recti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Rectum
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3
sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum
dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut
juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan
fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum
ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid
junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis
superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang
merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang
2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka
interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna.
Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus
dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan
seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup
sehingga tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di
dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena
ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v.
pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang
mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya
mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah
anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh
rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan
v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika
inferior dan aorta
B. Definisi
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi
abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Tahap promosi merupakan hasil interaksi
antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap
sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut
complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap
promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi generik
dalam sel, meningkatkan sintesisi DNA, meningkatkan salinan
pasangan gen dan merubah pola komunikasi antarsel.
c) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen)
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk
pasien carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA)
yang paling umum digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50
tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien
dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes
skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena
dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain
carcinoma colorectal.
Uji faecal occult blood test (FOBT)
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan terhadap darah
dalam feces. Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac
based (pemeriksaan kimiawi) dan immunochemical. Pemeriksaan
dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan
FOBT positif tidak menderita karsinima colon. Sensitivitas dari
pemeriksaan immunochemical jauh lebih baik daripada
pemeriksaan secara kimiawi.
Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT,
SGGT, dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke
hepar.
Barium Enema yaitu Cairan yang mengandung barium
dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays
pada traktus gastrointestinal bawah. Bila medium kontras seperti
barium masuk kedalam usus bagian bawah maka kanker tampak
sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi atau gangguan
pengisian.
Pemeriksaan Radiologik :
Pemeriksaan foto toraks PA
Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru dan untuk
persiapan pembedahan
CT scan/MRI
Ultrasonografi (USG) abdomen
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati.
Ultrasonografi (USG) endorektal (bila dapat dikerjakan)
PET scan (bila diperlukan/tidak rutin)
Pemeriksaan Patologi Anatomi Biopsi dari rektum dan spesimen
reseksi menentukan jenis keganasan dan derajat diferensiasinya.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang
paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.
Pemeriksaan Kolonoskopi/proktoskopi Endoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi pada
pasien dengan perdarahan rektum.
Pemeriksaan endoskopi yang dapat dilakukan:
Sigmoidoskopi rigid / Rektoskopi.
Sigmoidoskopi Rigid digunakan untuk visualisasi kolon dan rektum
sebenarnya kurang efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi
fleksibel.
Sigmoidoskopi fleksibel (Lebih efektif dibandingkan dengan
sigmoidoskopi rigid untuk visualisasi kolon dan rektum).
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat
sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid.
Polip recti
Polip banyak ditemukan pada anak di bawah umur 10 tahun,
umunya bersifat soliter. Kebanyakan polip tidak menimbulkan
keluhan, gejala utama berupa perdarahan per anum bercampur
dengan lendir. Perdarahan bersifat intermiten, darah yang keluar
berwarna terang atau gelap tergantung lokasi polip. Sering disertai
gangguan defekasi yang sering dikacaukan dengan gejala disentri
amuba. Polip yang besar dapat menimbulkan tenesmus, konstipasi,
atau peningkatan frekuensi BAB. Beberapa polip menghasilkan
mukus yang keluar melalui rektum. Polip dapat ditemukan melalu
pemeriksaan intrarektal atau dengan proktosigmoideskopi, pada
keadan yang meragukan pemeriksaan dilanjutkan dengan barium
enema. Polip tampak berupa filling defect berbentuk bulat dan
batas tegas.
Hemorrhoid
Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.
Gejala dan tandanya yaitu darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak bercampur dengan feses, anemia akibat perdarahan
berulang, pruritus anus akibat iritasi kulit perianal, nyeri jika
terdapat trombosisi yang luas.
I. Stadium
Tujuan dari penentuan stadium penyakit ini adalah untuk
mengetahui perluasan dan lokasi tumor untuk menentukan terapi yang
tepat dan menentukan prognosis. Stadium pada penyakit kanker rektal
hampir mirip dengan stadium yang ada pada penyakit kanker kolon.
Klasifikasi stadium
a. Sistem TNM
T- Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak ada evidens adanya tumor primer
Tis : Karsinoma in situ: intraepitelial atau invasi lamina
propria.
T1 : Tumor invasi submukosa
T2 : Tumor invasi muskularis proria
T3 : Tumor invasi melewati muskularis propria ke dalam
jaringan perikolorektal
T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum viseral
T4b : Tumor invasi langung atau menempel pada organ atau
struktur lain
M- Metastasis jauh
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Metastasis jauh
M1a : Metastasis terbatas pada satu organ atau bagian (contoh:
hati, paru-paru, ovarium, kelenjar non-regional
M1b : Metastasis pada lebih dari satu oragan/bagian atau
Peritoneum
Grading
Pembagian derajat keganasan tumor berdasar kriteria yang dianjurkan
WHO:
Grade I: Tumor berdifferensiasi baik, mengandung struktur glandular
>95%
Grade II: Tumor berdifferensiasi sedang, mengandung komponen
glandular 50-95%
Grade III: Tumor berdifferensiasi buruk, mengandung komponen
glandular 5-50%, adenokarsinoma musinosum dan signet ring cell
carcinoma termasuk dalam grade III
Grade IV: Tumor tidak berdifferensiasi, kandungan komponen
glandular <5%, adenokarsinoma medular termasuk dalam grade IV.
b. Sistem dukes
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel
karsinoma dibagi menjadi 4:
J. PENATALAKSAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa
metode
yang dipakai antara lain :
a. Transanal excision digunakan untuk lesi yang superfisial pada
pasein dengan derajat I atau II.
b. Low anterior resection (LAR) digunakan untuk lesi yang
terletak di tengah atau 1/3 atas rektum. Low anterior resection
Insisi lewat abdomen, kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis
dengan rectum
3. Radioterapi
Biasanya diberikan sebelum pembedahan (neoadjuvant) pada
tumor yang tumbuh keluar dari rectum atau telah menyebar ke nodus
limfatikus, dengan tujuan menurunkan resiko rekurensi. Radioterapi
preoperatif dapat menurunkan angka rekurensi setelah pembedahan
dari 27% menjadi 11%, dan meningkatkan angka keberhasilan jangka
panjang dari 48% menjadi 58%.
Adjuvant, jika tumor menyebabkan perforasi dari rectum atau
karsinoma sudah menyebar ke nodus limfatikus.
Palliative, untuk mengurangi ukuran tumor untuk meringankan gejala.
Berikut adalah tabel tentang rekomendasi kemoterapi dan
radioterapi pada pasien kanker rektum setelah dilakukan pembedahan.
Stage Rekomendasi terapi
Stage I Tanpa terapi adjuvant
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau
lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran ke organ lain.
L. PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
o Stadium I - 72%
o Stadium II - 54%
o Stadium III - 39%
o Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat
berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal
lebih sering terjadi. Penyakit kambuhpada 5-30% pasien, biasanya pada 2
tahun pertama setelah operasi. Faktor - faktor yangmempengaruhi
terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium
tumor,lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif
tumor. Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan
mencapai 3-32% penderita.Beberapa faktor seperti letak tumor,
penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar limfa,perforasi rektum pada
saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi rekurensi local.
BAB III
KESIMPULAN
Kanker rektum adalah salah satu dari keganasan rektum
yangkhusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat
gangguanproliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Jenis terbanyak
adalah adenokarsinoma. Umumnya didahului oleh kondisi pramaligna
seperti adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan
kolitis ulseratif.
Karsinoma kolorektal masih merupakan penyebab kematian kedua
untuk kanker terutama di Amerika Serikat. Sreening awal untuk
mengarahkan diagnosa Karsinoma kolorektal penting dilakukan untuk
meningkatkan survivalnya. Screening awal yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan darah samar di feses, sigmodoskopi, kombinasi darah samar
feses dan sigmoidoskopi, kolonoskopi, dobel kontras barium enema.
Penyebab pasti karsinoma rektal belum diketahui, diduga
dipengaruhi beberapa komponen genetik dan faktor lingkungan. Salah
satu penyebab kanker rectum adalah pola makan yang rendahserat. Karena
makanan yang rendah serat tidak melancarkan BAB, tanda dan gejala
pasien dengan kanker rectum, diantaranya: adanya darah pada feses,
konstipasi , perubahan dalam penampilan feses, anemia, perdarahan rectal,
diare, nyeri kejang, dan kembung.
DAFTAR PUSTAKA
American Joint Comitte on Cancer (AJCC)., 2010. Colon and Rectum
Cancer Staging. 7th Edition. Springer-Verlag New York: American
Cancer Society.