Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

“CA RECTI”

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Pendidikan Dokter Umum Stase Ilmu Penyakit Bedah

Disusun Oleh:

Marlina Elviana

J510170098

Pembimbing:

dr. Heru Iskandar, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RSUD DR. HARJONO KABUPATEN PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
REFERAT

“CA RECTI”

Disusun Oleh:

Marlina Elviana

J510170098

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing

dr. Heru Iskandar, Sp. B


(..............................................................)

Dipresentasikan dihadapan

dr. Heru Iskandar, Sp. B


(..............................................................)
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh


pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal dimana sel-sel
kanker akan berkembang cepat, tidak terkendali dan akan terus
membelah diri. Selanjutnya menyusup kejaringan sekitarnya
(invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah dan
menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri untuk
mengganti sel-sel yang telah mati dan rusak namun sebaliknya pada
sel kanker akan mengalami pembelahan terus menerus.

Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering


dari saluran cerna. Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak
di antara tumor ganas saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal
berasal dari rektum. Salah satu pemicu kanker rektal adalah masalah
nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal merupakan salah satu
jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di
dunia. Namun penyakit ini bukannya tidak bisa disembuhkan, jika
penderita telah terdeteksi sejak dini maka kemungkinan untuk sembuh
dapat mencapai 50%.

Penderita kanker rektum berkisar 40.000 pertahun di Amerika


Serikat. Di Indonesia berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker
Dharmais pada tahun 2010 kanker kolorektal masuk dalam 10 besar
kanker tersering dimana kanker rektum menempati urutan keenam dan
kanker kolon menempati urutan kedelapan. Insidensnya meningkat
sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55
tahun. Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran cerna
seperti kolit usus kronis, tergolong berisiko tinggi untuk berkembang
menjadi kanker kolorektal.

Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %,


terutama karena terlambatdalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan penderita datang dalam stadium lanjut atau pada saat
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau adanya
perdarahan rectal.

B. Tujuan Penulisan
Mengingat akan banyaknya prevalensi dan bahaya yang
ditimbulkan akibat ca recti, maka penting bagi kita sebagai tenaga
medis khususnya dokter untuk mengetahui dan memahami cara
mendiagnosis ca recti dan mengetahui penatalaksanaan dari ca recti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Rectum
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3
sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum
dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut
juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan
fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum
ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid
junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis
superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang
merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang
2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka
interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna.
Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus
dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan
seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup
sehingga tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di
dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena
ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v.
pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang
mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya
mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah
anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh
rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan
v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika
inferior dan aorta

B. Definisi

Karsinoma Rekti merupakan keganasan pada rektum yang terjadi


akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan
jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah
adenokarsinoma (65%). Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas
yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan
dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular .
C. Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang
paling sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian
di negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290
kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon
dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan
berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11% dari kejadian kematian
dari semua jenis kanker. Menurut data dari World Health Organization
pada tahun 2003 di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus
baru dan terjadi kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi
demikian juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding
dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda. Sekitar 75 %
ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat, perbandingan insiden pria
: wanita = 3 : 1 dan kurang dari 50 % ditemukan di rektosigmoid dan
merupakan penyakit orang usia lanjut. Menurut data di RS Kanker
Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan
keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker
rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia
selain jenis kanker lainnya. Dari seluruh pasien kanker rektal, 90%
berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40
tahun.
D. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab pasti dari kanker rekti belum diketahui, namun ada


beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit
ini. Faktor risiko dibagi menjadi dua yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
 Usia (>50 tahun)
 Riwayat Kanker Kolorectal atau polip adenoma individual dan
keluarga
 Riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
 Kurang aktivitas
 Obesitas
 Konsumsi tinggi daging merah dan tinggi lemak
 Merokok dan konsumsi alkohol
E. Patofisologi
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari
perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel
kanker disebut transformasi maligna. Karsinogen adalah substansi
yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi
sel yang bersifat otonom dan maligna. Transformasi maligna diduga
mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi,
promosi, dan progresi.
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam genetik sel yang membuat sel
menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen
berupa bahan kimia, virus atau radiasi yang berperan sebagai inisiator
dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah dan
mengalami hambatan perbaikan DNA. Perubahan ini mungkin
dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau dapat
mengakibatkan mutasi selular permanen. Mutasi ini biasanya tidak
signifikan bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.

2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi
abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Tahap promosi merupakan hasil interaksi
antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi pada tahap
sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut
complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap
promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi generik
dalam sel, meningkatkan sintesisi DNA, meningkatkan salinan
pasangan gen dan merubah pola komunikasi antarsel.

3. Progresi (Complete Carcinogen)


Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker
atau karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama
inisiasi dan promosi kini menjadi maligna. Sel-sel ini menampakkan
suatu kecenderungan untuk mernginvasi jaringan yang berdekatan
(bermetastasis).
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6
hari.Pada adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu
proses diferensiasi dan maturasi sel-sel tersebut, yang dimulai dengan
inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC) yang menyebabkan
replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan jumlah sel
tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras
onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan
memperpanjang hidup sel.
F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering


menjadi awal dugaan adanya karsinoma rekti:
 Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi
dan/atau diare selama minimal 6 minggu pada semua umur
 Defekasi seperti kotoran kambing atau lebih kecil dari
biasanya
 Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
 Massa intra-luminal di dalam rektum
 Keluhan tidak nyaman di perut (flatus, kembung, nyeri perut
dan rasa penuh)
 Lemah dan lesu
 Penurunan berat badan
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi,perdarahan,
obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan
kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan
menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat
tergantung dari besarnya tumor. Tumor pada Recti dan kolon asendens
dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda
obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan
juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya
sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah
ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian
proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan
karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan
obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
G. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
Diagnosis ca recti dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Keluhan BAB berdarah dan berlendir, gangguan defekasi, kadang
didapatkan massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia,
penurunan berat badan.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda anemia, kadang
dapat pula ditemukan massa yang teraba pada abdomen, atau tanda-
tanda obstruksi usus.
Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap penderita dengan gejala
anorektal, kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat
dipalpasi pada pemeriksaan rektal. Tujuan pemeriksaan ini untuk
menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan derajat
fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal, serta menetapkan
jarak antara tumor dengan anocutan line. Pada pemeriksaan colok
dubur ini yang harus dinilai adalah:
 Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak
bagian terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas
kelenjar prostat atau ujung os coccygis. Pada penderita
perempuan sebaiknya juga dilakukan palpasi melalui vagina
untuk mengetahui apakah mukosa vagina di atas tumor tersebut licin
dan dapat digerakkan atau apakah ada perlekatan dan ulserasi, juga
untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian batas atas ini tidak
dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur.
 Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui
prospek terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih
dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang
sudah mengalami ulserasi lebih dalam umumnya terjadi perlekatan
dan fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal
seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau
dinding anterior uterus.
 Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan
karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau
fiksasi lesi.

c) Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen)
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk
pasien carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA)
yang paling umum digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50
tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien
dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes
skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena
dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain
carcinoma colorectal.
Uji faecal occult blood test (FOBT)
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan terhadap darah
dalam feces. Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac
based (pemeriksaan kimiawi) dan immunochemical. Pemeriksaan
dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan
FOBT positif tidak menderita karsinima colon. Sensitivitas dari
pemeriksaan immunochemical jauh lebih baik daripada
pemeriksaan secara kimiawi.
Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT,
SGGT, dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke
hepar.
 Barium Enema yaitu Cairan yang mengandung barium
dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays
pada traktus gastrointestinal bawah. Bila medium kontras seperti
barium masuk kedalam usus bagian bawah maka kanker tampak
sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi atau gangguan
pengisian.
 Pemeriksaan Radiologik :
Pemeriksaan foto toraks PA
Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru dan untuk
persiapan pembedahan
CT scan/MRI
Ultrasonografi (USG) abdomen
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati.
Ultrasonografi (USG) endorektal (bila dapat dikerjakan)
PET scan (bila diperlukan/tidak rutin)
 Pemeriksaan Patologi Anatomi Biopsi dari rektum dan spesimen
reseksi menentukan jenis keganasan dan derajat diferensiasinya.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang
paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.
 Pemeriksaan Kolonoskopi/proktoskopi Endoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi pada
pasien dengan perdarahan rektum.
Pemeriksaan endoskopi yang dapat dilakukan:
Sigmoidoskopi rigid / Rektoskopi.
Sigmoidoskopi Rigid digunakan untuk visualisasi kolon dan rektum
sebenarnya kurang efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi
fleksibel.
Sigmoidoskopi fleksibel (Lebih efektif dibandingkan dengan
sigmoidoskopi rigid untuk visualisasi kolon dan rektum).
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat
sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid.

Kolonoskopi (Akurasi sama dengan kombinasi enema barium kontras


ganda + sigmoidoskopi fleksibel untuk KKR atau polip > 9 mm.
Kolonoskopi adalah pemeriksaan endoskopi yang sangat efektif dan
sensitif dalam mendiagnosis karsinoma kolorektal. Tingkat
sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip
kolorektal adalah 95%.
H. Diagnosis Banding
 Karsinoma kolorektal
Kolon kanan Kolon kiri
o Perubahan pola buang air o Perubahan pola buang air
besar  konsistensi feses besar berupa konstipasi
yang masih cair o Perdarahan per rektal
o Perdarahan berlangsung o Nyeri berasal dari daerah
sedikit-sedikit dan sukar dibawah umbilikus
dilihat dengan mata
o Anemia berlangsung lama
o Nyeri berasal dari daerah
epigastrium

 Polip recti
Polip banyak ditemukan pada anak di bawah umur 10 tahun,
umunya bersifat soliter. Kebanyakan polip tidak menimbulkan
keluhan, gejala utama berupa perdarahan per anum bercampur
dengan lendir. Perdarahan bersifat intermiten, darah yang keluar
berwarna terang atau gelap tergantung lokasi polip. Sering disertai
gangguan defekasi yang sering dikacaukan dengan gejala disentri
amuba. Polip yang besar dapat menimbulkan tenesmus, konstipasi,
atau peningkatan frekuensi BAB. Beberapa polip menghasilkan
mukus yang keluar melalui rektum. Polip dapat ditemukan melalu
pemeriksaan intrarektal atau dengan proktosigmoideskopi, pada
keadan yang meragukan pemeriksaan dilanjutkan dengan barium
enema. Polip tampak berupa filling defect berbentuk bulat dan
batas tegas.
 Hemorrhoid
Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.
Gejala dan tandanya yaitu darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak bercampur dengan feses, anemia akibat perdarahan
berulang, pruritus anus akibat iritasi kulit perianal, nyeri jika
terdapat trombosisi yang luas.
I. Stadium
Tujuan dari penentuan stadium penyakit ini adalah untuk
mengetahui perluasan dan lokasi tumor untuk menentukan terapi yang
tepat dan menentukan prognosis. Stadium pada penyakit kanker rektal
hampir mirip dengan stadium yang ada pada penyakit kanker kolon.
Klasifikasi stadium
a. Sistem TNM
T- Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak ada evidens adanya tumor primer
Tis : Karsinoma in situ: intraepitelial atau invasi lamina
propria.
T1 : Tumor invasi submukosa
T2 : Tumor invasi muskularis proria
T3 : Tumor invasi melewati muskularis propria ke dalam
jaringan perikolorektal
T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum viseral
T4b : Tumor invasi langung atau menempel pada organ atau
struktur lain

N- Kelenjar getah bening regional


Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastasis kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N1a : Metastasis pada satu kelenjar getah bening regional
N1b : Metastasis pada 2-3 kelenjar getah bening regional
N1c :Tumor deposit pada subserosa, mesenteri, atau perikolik
nonperitoneal atau jaringan perirektal tanpa metastasis kelenjar
getah bening regional
N2 : Metastasis pada 4 atau lebih kelenjar getah bening
regional
N2a : Metastasis pada 4-6 kelenjar getah bening regional
N2b : Metastasis pada 7 atau lebih kelenjar getah bening
regional

M- Metastasis jauh
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Metastasis jauh
M1a : Metastasis terbatas pada satu organ atau bagian (contoh:
hati, paru-paru, ovarium, kelenjar non-regional
M1b : Metastasis pada lebih dari satu oragan/bagian atau
Peritoneum
Grading
Pembagian derajat keganasan tumor berdasar kriteria yang dianjurkan
WHO:
Grade I: Tumor berdifferensiasi baik, mengandung struktur glandular
>95%
Grade II: Tumor berdifferensiasi sedang, mengandung komponen
glandular 50-95%
Grade III: Tumor berdifferensiasi buruk, mengandung komponen
glandular 5-50%, adenokarsinoma musinosum dan signet ring cell
carcinoma termasuk dalam grade III
Grade IV: Tumor tidak berdifferensiasi, kandungan komponen
glandular <5%, adenokarsinoma medular termasuk dalam grade IV.
b. Sistem dukes
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel
karsinoma dibagi menjadi 4:

J. PENATALAKSAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa
metode
yang dipakai antara lain :
a. Transanal excision  digunakan untuk lesi yang superfisial pada
pasein dengan derajat I atau II.
b. Low anterior resection (LAR)  digunakan untuk lesi yang
terletak di tengah atau 1/3 atas rektum. Low anterior resection 
Insisi lewat abdomen, kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis
dengan rectum

c. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure).


Bagian Distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi,
kemudian dibuat end kolostomi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis,
mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor.
Biasanya diberikan setelah pembedahan (adjuvant), atau sebelum
pembedahan (neo-adjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative).
Kemoterapi sesudah pembedahan biasanya diberikan setelah
karsinoma menyebar ke lymph node (stadium III). Beberapa obat
yang disetujui oleh US Food and Drug Administration adalah :
Adjuvant (setelah pembedahan) kemoterapi :
 Kombinasi dengan infusan 5-fluorouracil, leucovorin, dan
oxaliplatin (FOLFOX)
 5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine (Xeloda)
 Leucovorin (LV, Folinic Acid)
 Oxaliplatin (Eloxatin)
Kemoterapi untuk yang sudah metastasis: Obat pilihan utamanya
adalah :
 kombinasi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX)
dengan bevacizumab atau infusan 5-fluorouracil, leucovorin, dan
irinotecan (FOLFIRI) dengan bevacizumab
 5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine
 UFT atau Tegafur-uracil
 Leucovorin (LV, Folinic Acid)
 Irinotecan (Camptosar)
 Oxaliplatin (Eloxatin)
 Bevacizumab (Avastin)
 Cetuximab (Erbitux)
 Panitumumab (Vectibix)
Sedang dalam percobaan untuk yang karsinoma metastasis yang tidak
efektif dengan kemoterapi di atas :
 Bortezomib (Velcade)
 Oblimersen (Genasense, G3139)
 Gefitinib dan Erlotinib (Tarceva)
 Topotecan (Hycamtin)

3. Radioterapi
Biasanya diberikan sebelum pembedahan (neoadjuvant) pada
tumor yang tumbuh keluar dari rectum atau telah menyebar ke nodus
limfatikus, dengan tujuan menurunkan resiko rekurensi. Radioterapi
preoperatif dapat menurunkan angka rekurensi setelah pembedahan
dari 27% menjadi 11%, dan meningkatkan angka keberhasilan jangka
panjang dari 48% menjadi 58%.
Adjuvant, jika tumor menyebabkan perforasi dari rectum atau
karsinoma sudah menyebar ke nodus limfatikus.
Palliative, untuk mengurangi ukuran tumor untuk meringankan gejala.
Berikut adalah tabel tentang rekomendasi kemoterapi dan
radioterapi pada pasien kanker rektum setelah dilakukan pembedahan.
Stage Rekomendasi terapi
Stage I Tanpa terapi adjuvant

Stage II or III Kemoradiasi neoadjuvan selama 5


minggu
- Lesi kecil/ Menengah - Kemoterapi dasar 5-FU dengan XRT
(180 cGy 5 hari/minggu)
- Istirahat selama 6 minggu
- Eksisi mesorektal total
- Istirahat 4 minggu
- Lanjutkan kemoterapi dasar 5-FU
selama 8 minggu

- Kemoterapi pre dan postoperasi


- Lesi luas - Eksisi mesorektal total

- LAR atau APR paliasi/ pencegahan


Stage IV untuk
sumbatan atau perdarahan
- Kemoterapi adjuvant
- 5 FU + lekovorin ± irinotecan atau
oxaliplatin dengan XRT individual

K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau
lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran ke organ lain.
L. PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
o Stadium I - 72%
o Stadium II - 54%
o Stadium III - 39%
o Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat
berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal
lebih sering terjadi. Penyakit kambuhpada 5-30% pasien, biasanya pada 2
tahun pertama setelah operasi. Faktor - faktor yangmempengaruhi
terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium
tumor,lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif
tumor. Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan
mencapai 3-32% penderita.Beberapa faktor seperti letak tumor,
penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar limfa,perforasi rektum pada
saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi rekurensi local.
BAB III
KESIMPULAN
Kanker rektum adalah salah satu dari keganasan rektum
yangkhusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat
gangguanproliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Jenis terbanyak
adalah adenokarsinoma. Umumnya didahului oleh kondisi pramaligna
seperti adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan
kolitis ulseratif.
Karsinoma kolorektal masih merupakan penyebab kematian kedua
untuk kanker terutama di Amerika Serikat. Sreening awal untuk
mengarahkan diagnosa Karsinoma kolorektal penting dilakukan untuk
meningkatkan survivalnya. Screening awal yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan darah samar di feses, sigmodoskopi, kombinasi darah samar
feses dan sigmoidoskopi, kolonoskopi, dobel kontras barium enema.
Penyebab pasti karsinoma rektal belum diketahui, diduga
dipengaruhi beberapa komponen genetik dan faktor lingkungan. Salah
satu penyebab kanker rectum adalah pola makan yang rendahserat. Karena
makanan yang rendah serat tidak melancarkan BAB, tanda dan gejala
pasien dengan kanker rectum, diantaranya: adanya darah pada feses,
konstipasi , perubahan dalam penampilan feses, anemia, perdarahan rectal,
diare, nyeri kejang, dan kembung.
DAFTAR PUSTAKA
American Joint Comitte on Cancer (AJCC)., 2010. Colon and Rectum
Cancer Staging. 7th Edition. Springer-Verlag New York: American
Cancer Society.

Anderson., 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson


Cancer Center. University of Texas.

Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma. Available from


www.emedicine.com. Acces on Sunday July 24, 2015.

Kementerian Kesehatan RI., 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker


Rektum. Jakarta: Komite Nasional Penanggulangan Kanker
(KPKN).

National Cancer Institute. 2006. Cancer of the Colon and Rectum.


http://www.cancer.gov/cancertopics/types/colon-and-rectal. Acces
December 22, 2013.

Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2010. Usus halus, appendiks, kolon, dan


anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai