ILMU BEDAH
NEGLECTED CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS
Disusun Oleh :
Angelina Pramusinta / 01073170140
Karina Terry / 01073170033
Gabriella Patricia / 01073170090
Putri Paramitha Oeniasih / 01073170122
Pembimbing :
dr. Putut Sugiantoro, Sp.OT
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada:
Waktu dan Tanggal : pukul 14.00 WIB
Lokasi : Bangsal Lt. 6 Rumah Sakit Umum Siloam
Keluhan Utama : Kedua kaki bengkok sejak lahir.
Status Generalis
Kepala dan wajah:
o Bentuk kepala simetris
o Rambut hitam tersebar merata
o Kulit kepala normal
o Tidak ada luka atau scar bekas operasi, massa, deformitas
· Mata:
o Mata normal, tidak cekung
o Pupil isokor (3mm/3mm)
o Refleks cahaya +/+
o Konjungtiva tidak pucat
o Sklera tidak ikterik
· THT:
Telinga:
o Telinga kanan dan kiri simetris
o Tidak ada bekas luka, deformitas
o Tidak nyeri
o Tidak ada sekret
Hidung:
o Bentuk normal dan septum di tengah
o Tidak ada bekas luka, deformitas, massa, darah
o Mukosa tidak hiperemis
o Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tenggorokan:
o Faring tidak hiperemis
o Uvula di tengah
o Tonsil: T1/ T1tidak hiperemis·
Mulut:
o Mukosa mulut normal, tidak ada massa
o Lidah normal, tidak ada defiasi
o Tidak ada luka di bibir, lidah, dan pallatum
· Leher:
o Leher simetris, tidak ada luka atau bekas operasi, jejas dan kemerahan
o Tidak ada pembesaran KGB
o Trakea intak di tengah
o JVP 7 cm
· Thorax:
Jantung:
o Inspeksi:
- Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi:
- Iktus kordis tidak teraba
o Perkusi
- Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra.
· Abdomen
o Inspeksi:
- Perut datar
- Tidak ada massa, deformitas, bekas operasi, scar, jejas, distensi striae
o Auskultasi:
- Bising usus normal
o Perkusi:
- Perkusi 4 regio abdomen normal (timpani)
- Tidak ada shifting dullness
- Batas hepar normal, tidak ada hepatomegali
o Palpasi:
- Nyeri tekan negatif pada sembilan regio.
- Tidak teraba masa pada 9 regio
- Tidak ada pembesaran hati, limpa dan ginjal
· Ekstremitas :
- Akral hangat
- CRT normal <2 detik
- Forefoot dan midfoot dapat diposisikan dan digerakkan pada posisi dorsofleksi
dan plantarfleksi, tetapi hindfoot tidak dapat digerakkan.
SGOT 22 U/L 0 - 32
SGPT 15 U/L 0 - 33
Platelet Count 293.00 10^3/uL 150.00 –
440.00
ESR 30 mm/hours 0 - 20
PT-APTT
Prothtombin Time
INR 0.92
A.P.T.T
Diff Count
Basofil 0 % 0-1
Eosinophil 2 % 1-3
Band Neutrophil 3 % 2-6
Lymphocyte 21 % 25 - 40
Monocyte 6 % 2-8
Elektrolit
Darah Rutin
Ht 37.8 % 35 - 47
Creatinine
SGOT 21 U/L 0 - 32
SGPT 13 U/L 0 - 33
ESR 42 mm/hours 0 - 20
MCV 88 fL 80 - 100
PT-APTT
Prothtombin Time
INR 0.95
A.P.T.T
Diff Count
Basofil 0 % 0-1
Eosinophil 2 % 1-3
Lymphocyte 24 % 25 - 40
Monocyte 3 % 2-8
Elektrolit
Darah Rutin
Hb 12.5 Gr/dl 11.7 – 15.5
Ht 37.5 % 35 - 47
Paru : Normal
Mediastinum : Normal
Trakea dan Bronkus : Normal
Hilus : Normal
Pleura : Normal
Diafragma : Normal
Jantung CTR : <50%
AORTA : Normal
Vertebra Thoracal dan tulang-tulang lainnya : Normal
Jaringan Lunak : Normal
Abdomen yang tervisualisasi : Normal
Leher yang tervisualisasi : Normal
Sinus Rythm
Foto pedis sinistra per tanggal 25 / 1 / 19 AP, oblique view
Findings : terpasang fiksasi eksterna pada regio pedis sinistra, kedudukan pedis sinistra valrus
Impression : terpasang fiksasi eksterna pada regio pedis sinistra, kedudukan pedis sinistra
valrus
1.12 DIAGNOSIS
Neglected Congenital Talipes Equinovarus
1.13 TINDAKAN :
Dilakukan Operasi Subtalar Arthrodesis Sinistra pada tanggal 28/2/19
Foto pedis sinistra per tanggal 1 / 3 / 19 AP, oblique view
Findings : terpasang fiksasi eksterna pada regio pedis sinistra, kedudukan pedis sinistra valrus
Impression : terpasang fiksasi eksterna pada regio pedis sinistra, kedudukan pedis sinistra
valrus
1.14 PROGNOSIS
AD VITAM : Bonam
AD FUNCTIONAM : Dubia Ad Bonam
AD SANATIONAM : Dubia Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Kaki merupakan organ anggota gerak yang berfungsi sebagai penyangga beban tubuh
manusia dalam keadaan berdiri serta mampu memindahkan posisi saat sedang dalam keadaan
berpijak. Secara spesifik, kaki terletak distal dari sendi ankle dan terdiri dari mata kaki,
metatarsal dan jari-jari kaki. Fungsi kaki secara anatomis dan fisiologis dapat bekerja dengan
baik dengan adanya bantuan dari struktur-struktur seperti tulang, otot serta ligamen.
A. Tulang
Secara keseluruhan, kaki manusia memiliki 26 buah tulang. Ke-26 tulang ini terdiri dari 7
tulang tarsal, 5 metatarsal dan 14 falang. Tulang-tulang ini kemudian dikelompokkan lagi
berdasarkan letaknya pada segmen fungsional kaki, yaitu:
1. Hindfoot (segmen posterior)
Terdiri dari talus dan kalkaneus, yang merupakan bagian proksimal tulang tarsal.
● Talus adalah bagian paling superior dari kaki dan terletak di atas tulang
kalkaneus. Selain berartikulasi dengan tulang kalkaneus, talus juga
berartikulasi dengan tulang tibia dan fibula untuk membentuk sendi
ankle, serta dengan tulang navikular pada sisi medial kaki.
● Kalkaneus merupakan tulang yang terletak di bawah talus. Kalkaneus
berproyeksi ke belakang dari sendi ankle untuk membentuk tumit.
Bagian posterior dari tumit dibagi lagi menjadi regio atas, tengah dan
bawah, dimana pada regio tengah merupakan tempat menempelnya
tendon akiles.
2. Midfoot (segmen tengah)
Terdiri dari 5 tulang tarsal yaitu navikular yang merupakan bagian intermediate
tulang tarsal serta tulang kuboid, kuneiform lateral, kuneiform intermedia dan
kuneiform medial yang merupakan bagian distal dari tulang tarsal.
● Tulang navikular berbentuk seperti perahu dan terletak di sisi medial
dari kaki. Navikular berartikulasi dengan talus pada bagian belakang
dan dengan tulang tarsal bagian distal pada sisi depan dan lateralnya.
● Tulang kuboid (berasal dari kata yunani ‘kubus’) berartikulasi dengan
kalkaneus pada posterior, dengan kuneiform lateral pada sisi medial
serta dengan dasar dari metatarsal lateral pada sisi anteriornya.
● Tulang kuneiform terdiri dari 3 yaitu kuneiform lateral, intermedia dan
medial. Selain berartikulasi dengan satu sama lain, tulang tersebut juga
membentuk sendi dengan navikular pada sisi posterior dan ketiga
metatarsal bagian medial pada bagian posteriornya.
3. Forefoot (segmen anterior)
Terdiri dari 5 metatarsal dan 14 falang
● Metatarsal: tulang metatarsal terdiri dari metatarsal I sampai V, dimana
I yang membentuk ibu jari dan V membentuk kelingking. Setiap dari
metatarsal memiliki bagian kepala pada ujung distalnya, batang yang
memanjang pada bagian tengah dan dasar pada ujung proksimalnya.
● Falang: Merupakan tulang jari-jari kaki. Setiap jari kaki memiliki 3
falang (proksimal, tengah dan distal), kecuali pada ibu jari dimana
hanya memiliki 2 bagian yaitu proksimal dan distal.
● Artikulatio talotarsalis
Terdiri dari 2 buah sendi terpisah akan tetapi secara fisiologis merupakan 1 kesatuan,
yaitu artikulatio talokalkanearis (subtalar) dan artikulatio talokalkaneonavikularis.
Fungsi dari sendi ini adalah untuk inversi dan eversi dari kaki.
○ Artikulatio subtalar: sendi di antara permukaan inferior talus bagian posterior
dengan permukaan superior dari kalkaneus. Sendi ini diperkuat oleh ligamen
talokalkaneus lateral, medial, posterior dan interoseus.
○ Artikulatio talokalkaneonavikularis: sendi antara kepala talus dengan
kalkaneus dan ligamen kalkaneonavikular (ligament spring) pada bagian
bawah dan dengan tulang navikular di bagian depan. Ligamen yang
memperkuat adalah ligamen tibionavikular, kalkaneonavikular plantaris dan
ligamen bifurkatum.
● Artikulatio tarsotransversa (CHOPART): disebut juga sebagai sendi midtarsal atau
“surgeon’s tarsal joint”yang sering menjadi tempat amputasi kaki. Sendi ini terdiri
dari artikulatio talonavikular dan artikulatio kalkaneokuboid.
● Artikulatio tarsometatarsal (LISFRANC): sendi di antara basis os metatarsal I-V
dengan permukaan sendi distal pada os kuneirofmis I-III.
● Artikulatio metatarsofalangeal: berfungsi untuk pergerakan fleksi-ekstensi serta
abduksi dan adduksi dari sendi metatarsal
● Artikulatio interfalangeal: berfungsi untuk pergerakan fleksi-ekstensi serta abduksi
dan adduksi dari interfalang.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi neglected clubfoot rata-rata sekitar 1 per 1000 kelahiran hidup. 50% bayi
dengan kelainan ini bersifat bilateral, dan kelainan bentuk unilateral lebih sering terjadi pada
sisi sebelah kanan. Prevalensi global CTEV diperkirakan antara 0,6 dan 1,5 per 1000
kelahiran hidup dengan presentasi sekitar 80%. Menurut perkiraan 2014 oleh Global Clubfoot
Initiative, prevalensi CTEV adalah 1,4 per 1.000 kelahiran hidup di Swedia. Di Australia,
prevalensi lebih tinggi di antara populasi Aborigin daripada populasi Kaukasia, masing-
masing 3,5 dan 1,1 per 1.000 kelahiran hidup. Prevalensinya adalah 0,76 per 1000 kelahiran
hidup di Filipina dan 0,9 per 1.000 kelahiran hidup di India. Sebuah studi menggunakan data
yang dikumpulkan dari 10 program pengawasan cacat lahir di AS menunjukkan prevalensi
keseluruhan CTEV adalah 1,29 per 1.000 kelahiran hidup; 1,38 di antara kulit putih non-
hispanik; 1,30 pada hispanik dan 1,14 di antara kulit hitam non-Hispanik atau Afrika-
Amerika.4
Sebuah tinjauan baru-baru ini yang dilakukan oleh Smythe et al mengungkapkan
bahwa perkiraan yang dikumpulkan untuk prevalensi kelahiran CTEV di LMIC (low middle-
income countries) menurut wilayah WHO adalah 1,11 (0,96 hingga 1,26) di dalam wilayah
Afrika, 1,74 (1,69-1,80) di Amerika, 1,21 (0,73,-1,68 ) di Asia Tenggara (tidak termasuk
India), 1,19 (0,96-1,42) di India, 2,03 (1,54-2,53) di Turki (wilayah Eropa), 1,19 (0,98-1,40)
di wilayah Mediterania Timur, 0,94 (0,64-1,24) ) di Pasifik Barat (tidak termasuk Cina) dan
0,51 (0,50-0,53) di Cina. Dalam LMIC, prevalensi kelahiran CTEV bervariasi antara 0,51 dan
2,03 per 1000 kelahiran hidup.4
2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari CTEV masih belum dapat dipastikan walaupun sudah dilakukan beberapa
penelitian, akan tetapi terdapat beberapa hipotesis yang cukup mendukung5.
2.9 DIAGNOSIS
CTEV dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis dapat diketahui riwayat pasien, sedangkan pada pemeriksaan
fisik inspeksi kaki, biasanya akan ditemukan betis pasien terlihat kurus, serta terdapat
deformitas yang cukup mencolok yaitu equinus pada pergelangan kaki, varus pada hindfoot
dan adduksi serta supinasi pada forefoot. Pemeriksaan palpasi dapat digunakan untuk
menentukan derajat deformitas pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui lebih lanjut.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering digunakan pada kasus CTEV adalah xray.
Posisi yang dipilih adalah anteroposterior (AP) dengan dan tanpa mengaplikasikan beban,
serta posisi lateral. Tujuannya adalah untuk menilai apakah terdapat deformitas osteo-
artikular serta melihat fleksibilitas. Parameter radiologi yang seringkali digunakan adalah
sudut talokalkaneus pada proyeksi AP dan lateral9.
Gambar 7. Foto Xray AP dan Lateral pada kaki kanan pasien dengan CTEV (pre-operasi)10
2.10 TATALAKSANA
CTEV biasanya didiagnosis segera setelah lahir hanya dengan melihat penampilan
kaki bayi. Tatalaksana CTEV biasanya dimulai dengan tatalaksana nonsurgikal dan dimulai
sesegera mungkin setelah bayi lahir.11
Tatalaksana Nonsurgikal
Metode Ponseti
Dr. Ignacio memelopori metode ini pada tahun 1940-an. Metode ini merupakan
metode spesifik casting, manipulasi serial CTEV dan operasi pemotongan tendon Achilles
(contoh : tenotomy). Ligamen dan tendon kaki dimanipulasi setiap minggu diikuti dengan
menerapkan cast fiberglass yang membantu membawa ligamen pada posisi semula (techorto).
Salah satu prinsip utama teknik ini adalah konsep bahwa jaringan-jaringan kaki bayi baru
lahir, termasuk tendon, ligamen, kapsul sendi, dan tulang-tulang tertentu, akan menghasilkan
manipulasi dan casting pada kaki dalam interval mingguan. Dengan menerapkan teknik ini
pada clubfoot dalam beberapa minggu pertama kehidupan, sebagian besar dapat berhasil
dikoreksi tanpa perlu operasi rekonstruksi besar.11
Proses korektif menggunakan teknik Ponseti dapat dibagi menjadi dua fase:
· Fase Perawatan – Pada fase ini kelainan diperbaiki sepenuhnya
Fase perawatan harus dimulai sedini mungkin, secara optimal dalam minggu pertama
kehidupan. Manipulasi dan casting dilakukan setiap minggu. Setiap cast menahan kaki pada
posisi yang dikoreksi dan memungkinkan untuk re-shape secara bertahap. Secara umum, lima
hingga enam cast diperlukan untuk memperbaiki alignment kaki dan pergelangan kaki. Pada
saat cast terakhir, mayoritas bayi (70% atau lebih tinggi) akan memerlukan prosedur bedah
perkutan untuk mendapatkan pemanjangan tendon Achilles yang memadai.
· Fase Pemeliharaan – Fase ini digunakan untuk mencegah rekurensi
Cast terakhir tetap di tempat selama tiga minggu, setelah itu kaki bayi ditempatkan ke dalam
perangkat ortotik yang dapat dilepas. Orthosis dikenakan 23 jam per hari selama tiga bulan
dan kemudian pada malam hari selama beberapa tahun. Kegagalan menggunakan orthosis
dengan benar dapat menyebabkan kekambuhan CTEV. Hasil yang baik telah ditunjukkan di
beberapa pusat, dan hasil jangka panjang menunjukkan bahwa fungsi kaki sebanding dengan
fungsi kaki normal.11
Gambar 11. Cast ponseti awal. Perhatikan posisi kaki depan agar sejajar dengan tumit,
dengan ujung luar kaki miring lebih jauh ke bawah karena kekencangan tendon Achilles.11
Gambar 12: Setelah cast pertama, kaki lurus dan cavus dan lipatan tidak lagi terlihat.11
Biasanya cast dipasang dalam dua tahap: pertama short-leg cast tepat di bawah lutut, yang
kemudian diperpanjang di atas lutut ketika plester dipasang. Hal ini lebih disukai pada anak-
anak yang lebih tua (lebih dari 2-3 bulan). Ponseti menekankan pentingnya long-leg casts,
yang penting untuk mempertahankan peregangan tendon dan ligamen yang memadai.11
- Casting Kedua : Setelah 1 minggu, cast pertama dihilangkan dan setelah periode
manipulasi singkat toe-to-groin plaster cast berikutnya diterapkan.
Gambar 13. Cast kedua diterapkan dengan tepi luar kaki masih miring ke bawah dan kaki
depan bergerak sedikit ke luar.11
Fase dalam proses manipulasi dan casting ini berfokus untuk meluruskan kaki, mensejajarkan
kaki depan dengan tumit. Perawatan dilakukan untuk menjaga kemiringan kaki; koreksi
kemiringan ini dikarena ketatnya pergelangan kaki. Sebelum melakukan casting, dokter akan
memanipulasi kaki depan sesuai dengan teknik yang dijelaskan Ponseti dengan hati-hati
untuk meregangkan kaki, menentukan jumlah koreksi yang dapat dipertahankan ketika
plaster cast diterapkan.
Poin penting lainnya dalam teknik Ponseti adalah bahwa tumit tidak pernah dimanipulasi
secara langsung. Koreksi bertahap dari hindfoot dan midfoot sedemikian rupa sehingga tumit
secara alami akan bergerak ke posisi yang benar.
- Casting Selanjutnya
Manipulasi dan casting dilanjutkan setiap minggu selama dua hingga tiga minggu ke depan
untuk meluruskan kaki depan secara bertahap. Hal ini memungkinkan kaki depan bergerak
sesuai dengan tumit.
Gambar 14. Cast ketiga. Tendon Achilles diregangkan, membawa tepi luar kaki ke posisi
yang lebih normal saat kaki depan diputar lebih jauh ke luar.11
Setelah empat atau lima cast diterapkan, kaki mulai kembali ke posisi normal.
- Tendon Achilles
Tendon Achilles adalah tendon di belakang pergelangan kaki yang memungkinkan
pergelangan kaki bergerak ke atas dan ke bawah. Pada anak-anak dengan CTEV tendon ini
memendek sehingga mencegah pergelangan kaki dari membengkok dengan benar. Pada
sebagian besar anak tendon harus diperpanjang untuk memungkinkan gerakan pergelangan
kaki yang cukup. Dalam teknik Ponseti, dilakukan dengan pelepasan tendon bedah perkutan
yang memungkinkan pergelangan kaki diposisikan pada sudut yang tepat dengan kaki.
Pelepasan perkutan ini merupakan prosedur cepat yang biasanya dilakukan melalui punktur
kecil, dalam anestesi lokal.11
- Casting terakhir : Kaki dan pergelangan kaki kemudian dipasang cast pada posisi akhir
yang dikoreksi
gambar 15. Cast terakhir diterapkan, dan tendon Achilles diregangkan lebih jauh dengan kaki
depan menunjuk ke atas.11
Biasanya sebanyak lima atau enam cast yang diperlukan untuk memperbaiki kaki dan
pergelangan kaki.
Metode French
Metode French merupakan metode populer untuk perawatan clubfoot yang juga
menghindari perawatan bedah yang luas. Metode ini membutuhkan manipulasi harian dan
peregangan clubfoot pada bayi yang baru lahir dengan memberikan perawatan rutin dua
bulan diikuti dengan imobilisasi dengan adhesive taping untuk mempertahankan koreksi.12
Tatalaksana Surgikal
Jika manipulasi atau serial casting gagal maka operasi diperlukan. Koreksi
pembedahan biasanya tidak dilakukan hingga anak berusia antara enam dan sembilan bulan.
Perawatan bedah dilakukan untuk memperbaiki clubfoot dan meluruskan kaki pada posisi
semula. Prosedur bedah biasanya terdiri dari pelepasan dan perpanjangan tendon dan kapsul
sendi kaki. Pembedahan membutuhkan dua insisi dan penyisipan pin kecil untuk
memperbaiki koreksi kelainan bentuk. Pin dilepas dari kaki yang dioperasi setelah empat
sampai enam minggu setelah operasi dan cast ditempatkan dalam periode waktu 84 hari.
Klasifikasi tatalaksana surgical :
1. Pelepasan jaringan lunak yang melepaskan tendon / ligamen ketat di sekitar sendi dan
menghasilkan perpanjangan tendon. Langkah ini diperlukan pada sekitar 30-50% dari semua
pasien clubfoot. Transfer tendon memperbaiki tendon atau ligamen pada posisi yang tepat.
2. Osteotomi atau artrodesis merupakan prosedur yang dilakukan pada tulang. Metode
ini membuat tulang dan sendi lebih stabil, untuk memfasilitasi tulang tumbuh dengan kuat.
Pada anak berusia >5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Anak berusia diatas 10
tahun atau jika tulang kaki sudah matur, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas
reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. Talokalkaneus, art. Talonavikularis,
dan art. Kalkaneokuboid.
Laporan menunjukkan bahwa pelepasan jaringan lunak sirkumferensial radial pada aspek
medial, lateral, posterior dan planar pada usia dini memperoleh hasil yang baik. Expander
jaringan lunak juga membantu untuk penutupan kulit sebelum dilakukan operasi.12