Pembimbing :
dr. Agus Jaya Nugraha Sp.An
Disusun Oleh :
Muthiah Tsamarah
2019730139
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan rahmat dan nikmat kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat dan salam
semoga terlimpahkan pada Nabi kita Muhammadi SAW, Keluarganya, Sahabatnya,
pengikutnya dan kepada kita sekalian. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
salah satu rangkaian tugas dalam stase Ilmu Anestesi yakni Laporan Kasus.
5
DAFTAR ISI
6
7
8
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No. RM : 2307050***
Masuk RS : 14 Juli 2023
Anamnesis
Diambil dari : Autoanamnesis dan Rekam Medis RS Islam Jakarta Cempaka Putih
a. Keluhan Utama
Seorang pasien wanita, 32 tahun dengan diagnosis G1P0A0H2 gravid aterm 38
minggu + HbsAg(+) sebelumnya pasien melaksanakan pemeriksaan triple
eliminasi dapatkan hasil HbsAg rapid positif
b. Keluhan Tambahan :
Nyeri pinggang disangkal,pusing mual muntah disangkal
c. Riwayat Penyakit Sekarang
• Keluar lendir campur darah dari kemaluan tidak ada
• Keluhan keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
• Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada
• Riwayat hamil muda : mual (-),muntah (-), perdarahan (-).
• ANC : kontrol teratur ke dokter spesialis kandungan sejak usia kehamilan
2 bulan
9
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat terdiagnosa Hepatitis B sebelumnyadisangkal .Riwayat sakit kuning
disangkal.Riwayat menderita penyakit jantung, hati, ginjal, DM dan hipertensi
disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular
dan kejiwaan.
f. Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan , cuaca dan obat disangkal
Pemeriksaan Fisik
• PF : KU Kes TD Nd Nfs T
h. Status Obstetrikus
Abdomen
• Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana
hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (+)
10
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 5/7/2023
Assesment :
• G1P1A0 parturien aterm kala I fase aktif + HBsAg (+)
• Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
Rencana : SC
Resume
Ny.S 32 tahun dengan diagnosis G1P0A0 gravid aterm 38 minggu +
HbsAg(+).sebelumnya pasien melaksanakan pemeriksaan triple eliminasi dapatkan hasil
HbsAg rapid positif.Keluhan tambahan nyeri pinggang disangkal,pusing mual muntah
11
disangkal. Riwayat terdiagnosa Hepatitis B sebelumnya disangkal .Riwayat sakit kuning
disangkal.Riwayat menderita penyakit jantung, hati, ginjal, DM dan hipertensi disangkal.
Riwayat alergi makanan , cuaca dan obat disangkal.
Jenis Pembedahan : SC
Jenis Anestesi : Regional
Diagnosis Pasca Bedah : Hepatitis B
Teknik Anestesi : Spinal
Tatalaksana Anestesi
Pramedikasi : Tidak Diberikan
Preoksigenasi : Tidak diberikan
Selama Operasi : Vasodrin 10mg
Bunascan 100mg
Morphine 0,05 mg
Fentanyl 0,005 mg
Ephedrine 10 mg
Oxytocin 20 iu
Ceftriaxone 1 gr
Lidocain 50mg
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel
hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam
sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam
14
nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA
hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian
terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah,
mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon
imunologik penderita terhadap infeksi. Respon antibody humoral bertanggung
jawab terhadap proses pembersihan partikel virus yang berada dalam sirkulasi,
sedangkan antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi. Apabila reaksi
imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat2.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah
sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi
hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan
fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan
terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak
teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan
septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif2,3,4.
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi5:
1. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi
dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan
bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada
anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%.8 Hal ini berkaitan
dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari
hepatitis kronis.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding
pria.
15
3. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama
pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem
imun belum berkembang sempurna.
4. Kebiasaan hidup
Pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
5. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter,
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan
penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
3.4 Penularan
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 45-180 hari (rata-rata 60-90 hari).
Onset penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang tergantung usia
penderita. Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-1%6,8. Sebagian infeksi
akut VHB pada orang dewasa menghasilkan penyembuhan yang sempurna dengan
16
pengeluaran HBsAg dari darah dan produksi anti HBs yang dapat memberikan
imunitas untuk infeksi berikutnya8.
Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi kronis dan sering bersifat
asimptomatik dimana 15-25 % meninggal sebelum munculnya sirosis hepatis atau
kanker hati. Gejala akut dapat berupa mual, muntah, nafsu makan menurun,
demam, nyeri perut dan ikterik7,9.
17
18
19
.
20
21
Konsentrasi VHB dalam berbagai cairan tubuh dapat dibagi dalam 3
kategori yaitu8 :
• Konsentrasi tinggi (darah, serum, eksudat luka)
• Sedang (semen, cairan vagina, saliva)
• Rendah (urine, feses, keringat, air mata, air susu).
VHB 100 kali lebih infeksius daripada HIV dan paling sering mengenai usia
15-39 tahun. Penularan VHB dapat melalui kontak seksual (± 25 %), parenteral
seperti jarum suntik, dan penularan perinatal melalui kontak darah ibu penderita
kronis dengan membran mukus janin7,9. Secara umum penularan VHB melalui
jalur sbb9:
a. Darah: penerimaan produk darah, pasien hemodialisis, pekerja kesehatan,
pekerja yang terpapar darah.
b. Transmisi seksual.
c. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum, penggunaan
ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur
dan silet, tato, akuunktur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama.
d. Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant.
22
Bayi yang mengidap infeksi HBV sejak lahir, memilikipeluang untuk
menderita HBV kronis dan kanker hepatoseluler lebih besar daripada yang
mengidap virus pada usia yang lebih lanjut, sehingga sangat penting untuk
memutus transmisi virus dari ibu ke janin yang dikandungnya
23
biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Perbaikan klinis dan
laboratorium lengkap akan terjadi dalam 16 minggu5.
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar
mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan
berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan
gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic
Oxaloasetic Transaminase) memberikan hasil yang tinggi pada
pemeriksaan fisik, hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun
hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi
gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia2.
24
Sekitar 70% individu akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar
partikel VHB tanpa ada kerusakan sel yang berarti. Pada keadaan ini titer
HbsAg rendah dengan HbeAg yang menjadi negatif dan anti Hbe yang
menjadi positif secara spontan, serta kadar ALT yang normal, yang
menandai terjadinya fase nonreplikatif atau fase residual. Sekitar 20-30%
pasien dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan menyebabkan
kekambuhan.
3.6 Diagnosis
3.6.3 HbeAg
25
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai
positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila
hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi hepatitis B
kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat
menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.
3.6.4 Anti-Hbe
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam
inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein
dari inti VHB.
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe
yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi
akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi
kronis pada seseorang atau orang tersebut penah terinfeksi VHB3,4.
26
Sedangkan ± 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan
mempunyai resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25 % pada
usia dewasa nantinya3.
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan
insiden Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematuritas yang lebih tinggi
diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam suatu studi
pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B) menunjukkan tidak
ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital, lahir mati atau stillbirth,
abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada wanita dengan karier VHB tidak
akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik
pervaginam maupun perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier
pada tahun pertama dan kedua kehidupannya10.Pada bayi yang tidak divaksinasi
dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40% terinfeksi VHB selama 18
bulan pertama kehidupannya dan sampai 40% menjadi karier jangka panjang
dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian harinya9.
VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan mendapat
Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui11.Penelitian yang dilakukan
Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai resiko transmisi VHB
melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier menghasilkan kesimpulan dengan
imunoprofilaksis yang tepat termasuk Ig hepatitis B dengan vaksin VHB akan
menurunkan resiko penularan11. Sedangkan penelitian WangJS, dkk
(dipublikasikan 2003) mengenai resiko dan kegagalan imunoprofilaksis pada
wanita karier yang menyusui bayinya menghasilkan kesimpulan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara ASI dengan susu botol. Hal ini mengindikasikan
bahwa ASI tidak mempunyai pengaruh negatif dalam merespon anti HBs12.
Sedangkan transmisi VHB dari bayi ke bayi selama perawatan sangat rendah10.
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12
jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB
diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulin merupakan produk darah yang
diambil dari darah donor yang memberikan imunitas sementara terhadap VHB
sampai vaksinasi VHB memberikan efek. Vaksin hepatitis B kedua diberikan
27
sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi
pertama10. Penelitian yang dilakukan Lee SD, dkk (dipublikasikan 1988)
mengenai peranan Seksio Sesarea dalam mencegah transmisi VHB dari ibu
kejanin menghasilkan kesimpulan bahwa SC yang dikombinasikan dengan
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis-karier
HbsAg dengan level atau titer DNA-VHB serum yang tinggi12,13,14.
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita hamil pada
saat kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan melahirkan tapi
belum pernah diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita ditemukan HbsAg
positif pada skreening rutin yang menjadi karier VHB. Tetapi pemeriksaan rutin
wanita hamil tua untuk skreening tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus
tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut, riwayat tereksposure dengan
hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang beresiko tinggi untuk tertular seperti
penyalahgunaan obat-obatan parenteral selama hamil, maka test HbsAg dapat
dilakukan pada trimester III kehamilan. HbsAg yang positif tanpa IgM anti HBc
menunjukkan infeksi kronis sehingga bayinya harus mendapat HBIg dan vaksin
VHB9.
3.8 Pencegahan
28
• Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka
mukosa, dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.
2. Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB
• Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam rumah
dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis post eksposure
dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.
29
para ahli cara persalinan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna dalam
transmisi VHB dari ibu ke janin yang mendapatkan imunoprofilaksis. ACOG
tidak merekomendasikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari ibu ke janin.
Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau HbeAg
positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan9.
RANZOG (2016) merekomendasikan infeksi hepatitis B tidak boleh
mengubah cara persalinan.
Namun, rute terbaik persalinan pada wanita hamil dengan HBsAg (+)
masih diperdebatkan. Studi yang lebih lama mengevaluasi tingkat MTCT pada
bayi yang lahir melalui operasi caesar versus persalinan normal tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam tingkat infeksi HBV bayi.
3.10 Terapi
30
Gambar 3.4 Algoritma penatalaksanaan hepatitis B kronik pada kehamilan
31
32
BAB V
KESIMPULAN
1. Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml atau
HbeAg positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan9.
33
DAFTAR PUSTAKA
34