Disusun oleh:
Ramya Harlistya
01.210.62*3
Pembimbing:
dr. Meriwi/anti S1.An (K/C)
HALAMAN PENGESAHAN
0
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Pembimbing,
DAFTAR MASALAH
1
LAPORAN KASUS
STATUS
PENDERITA
1. Identitas Pasien
2
Nama : Ny. Heni Sri
3
Umur : 32 th/10 bl/1 hr
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
No RM : 09-00-19
Tanggal masuk : 02 Mei 2015
Perawatan : Hari ke-3
Pasien bangsal : Bougenville 1
2. Keluhan Utama
Pasien G3P2A0 mengeluh adanya kenceng-kenceng dibagian perut
4
1. Riwayat merokok : disangkal
2. Riwayat komsumsi alcohol : disangkal
3. Riwayat minum jamu : disangkal
DJJ I + 11-12-11
DJJ II+ 12-11-12
3.3. Pemeriksaan Penunjang (02 Mei 2015)
HEMATOLOGI
1. Darah rutin (WB EDTA) Nilai Normal
2. Leukosit : 8,19 103/uL 3,6-11 103/uL
3. Eritrosit : 3,76 103/uL (L) 3,8-5,2 103/uL
4. Hemoglobin : 11,50 g/dL (L) 11,7-15,5 g/dL
5. Hematocrit : 33,40 % (L) 35-47 %
6. MCV : 88,80 fL 80-100 fL
7. MCH : 30.60 pg 26-34 pg
5
8. MCHC : 34,40 g/dL 32-36 g/dl
9. Trombosit : 145 103 /u (L) 150-400 103 /uL
10. RDW : 13,60 % 11,5-14,5 %
11. Diff Count
a. Eosinophil absolute : 0,05 103 /uL 0,045- 0,44 103 /uL
b. Basophil absolute : 0,05 103 /uL 0-0,2 103 /uL
c. Netrofil absolute : 6,28 103 /uL 1,8-8 103 /uL
d. Limfosit absolute : 1,30 103 /uL 0,9-5,2 103 /uL
e. Monosit absolute : 0,51 103 /uL 0,16-1 103 /uL
f. Eosinophil : 0,60 % (L) 2-4 %
g. Basophil : 0,60 % 0-1 %
h. Neutrophil : 76,70 % (H) 50-70 %
i. Limfosit : 15,90 % (L) 25-40 %
j. Monosit : 6,20 % 2-8 %
12. Golongan Darah : A Rh +
13. Kimia Klinik (Serum)
a. Gula Darah Sewaktu : 69 mg/dL <125 mg/dL
14. Serologi-Imun
a. HbsAg : Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)
4. Laporan Anesthesi Durante Operasi
Tindakan operasi : SC (Sectio Caesarea)
Jenis anestesi : Regional Spinal, posisi puncture di lumbal
terbawah, level median.
Lama anestesi : 08.30 — 09.10 WIB
Lama operasi : 08.35 — 09.10 WIB
Premedikasi : Ondancetron 4 mg/2ml (IV)
Induksi : Bunascan Spinal 0.5% Heavy (Bupivacain HCL)
5mg/ml
Maintenance : O2 2 L/menit
Adjuvantia : Sotatic Metoclopramid 5 mg/ml
Oxytocin 10 IU/ml
Pospargin (Methylergometrine Maleat) 0.2 mg/ml
Dycinone Ethamsylate 125 mg/2ml
Asam Traneksamat 500 mg/5ml
Vit. C 100 mg/ml
Vit. K 10 mg/ml
Ketorolac 3% 30 mg/ml
Tramadol 100 mg/2ml
Reverse :-
Terapi cairan : Koloid : FimaHES 500 ml
Pematauan Tanda Vital
6
Post operasi : Selesai operasi pasien dipindahkan ke recovery
room
pKuenmgusiddiaintutupposdiseingpaans
ikeansaddiatnupr lepsatedra.
selanjutnya.
7
Cairan keluar
Perdarahan : ± 300-400 cc
Produksi urin : ± 55 cc/jam
Recovery Room
Masuk jam
: 09.10 WIB
Pulang jam
: 09.25 WIB
8
Keadaan Umum : Baik
Respon Kesadaran : Terjaga
Status mental : Sadar penuh
Infus : RL 20 tpm
Antibiotika : sesuai TS bedah
Inj. Tramadol 3 x 100 mg drip
Inj. Ketolorac 3 x 30 mg iv bila nyeri
Bila muntah, kepala dimiringkan, head down dan suction aktif Boleh langsung minum, makan
Loading cairan RL ≥ 250 ml iv
Inj. Ephedrine HCL ≥ 10 mg iv
Hub. dr. anestesi
9
PEMBAHASAN
1. Pre Operatif
1
History taking bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat
alergi terhadap makanan dan obat-obatan, alergi (manifestasi dispneu atau
skin rash) harus dibedakan dengan dengan intoleransi (biasanya
1
Temporomandibular Joint atau vertebrae servikal, leher yang pendek
mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk dilakukan intubasi trakeal.
aktivitas normal.
1
Masukan Oral
Terapi Cairan
Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian defisit cairan
sebelumnya, kebutuhan maintenance dan luka operasi seperti pendarahan.
Dengan tidak adanya intake oral, defisit cairan dan elektrolit bisa terjadi
cepat karena terjadinya pembentukan urin, sekresi gastrointestinal,
keringat dan insensible losses yang terus menerus dari kulit dan paru.
Kebutuhan maintenance normal dapat diperkirakan dari tabel dibawah:
1
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan
mengalami deficit cairan karena durasi puasa. Defisit bisa dihitung dengan
mengalikan kebutuhan cairan maintenance dengan waktu puasa.
Penggantian Cairan Selama Puasa
• 50 % selama jam I operasi
• 25 % selama jam II operasi
• 25 % selama jam III operasi
Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun
dari anesthesia diantaranya:
●Meredakan kecemasan dan ketakutan
●Memperlancar induksi anesthesia
●Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
●Meminimalkan jumlah obat anestetik
●Mengurangi mual muntah pasca bedah
●Menciptakan amnesia
●Mengurangi isi cairan lambung
●Mengurangi reflek yang membahayakan
2. Durante Operasi
Pemakaian Obat Anestesi
1
Pada kasus ini induksi anestesi menggunakan Bupivacaine HCL
yang merupakan anestesi lokal golongan amida. Obat anestesi regional
bekerja dengan menghilangkan rasa sakit atau sensasi pada daerah tertentu
dari tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer
jaringan tubuh, bersifat reversibel. Mula kerja lambat dibanding lidokain,
tetapi lama kerja 8 jam. Setelah itu posisi pasien dalam keadaan terlentang
(supine).
1
mempertahankan tonus uterus post partum, dengan waktu partus 3-5
menit. Selain oksitosin, juga diberi pospargin 1 ml bolus IV, Mekanisme
kerjanya merangsang kontraksi otot uterus dengan cepat dan poten melalui
1
aktivasi plasminogen menjadi plasmin pada cascade pembekuan darah.
Karena plasmin berfungsi mendegradasi fibrin, maka asam tranexamat
bekerja menghambat degradasi fibrin, yang berujung pada
dengan cara:
- Memulihkan daya lekat dari platelet yang terganggu.
- Memulihkan lapisan endo endothelium dari fibrin.
- Menghambat sintesa Prostasiklin yang merupakan antihemostatik.
- Dengan demikian memulihkan resistensi kapiler yang be rkurang.
Hal ini yang menjelaskan cara kena Dicynone yang nyata pada
perdarahan.
ihnatCi
perbaikan jaringan. Vitamin C juga penting dalam pembentukan
trombosit dan aktivitas dari sel darah putih. Oleh sebab itu vitamin C
memegang peranan penting untuk kelangsungan hidup jaringan ikat,
jaringan tulang rawan, lapisan endotelium pembuluh darah dan lain
sebagainya.
Terapi Cairan
1
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid,
atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low
molecular weight (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan
koloid juga mengandung zat-zat high molecular weight seperti protein atau
glukosa polimer besar. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid
plasma dan untuk sebagian besar intravaskular, sedangkan cairan
kristaloid cepat menyeimbangkan dengan dan mendistribusikan seluruh
ruang cairan ekstraseluler.
Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik,
cairan jenis replacement yang umumnya digunakan. Cairan yang paling
umum digunakan adalah larutan Ringer laktat. Meskipun sedikit
hipotonik, menyediakan sekitar 100 mL free water per liter dan
cenderung untuk
1
DAFTAR PUSTAKA
Anestesiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
Keat Sally, Simon T, Alexander B, Sarah L. 2013. Anaesthesia on the move 1th editional. U.K.