Disusun oleh:
Pembimbing:
2
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identita Pasien
Nama : Ny. MA
Usia/TTL : 26 Tahun / 09-08-1996
Alamat : Kuningan Barat, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Biaya : BPJS
Suku : Jawa
2. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Anamnesis dilakukan saat 30-08-2022 di IGD RSUD Pasar Minggu,
pasien datang dengan keluhan keluar air-air sejak jam 00.10 WIB
dengan warna jernih serta rasa kenceng kenceng
3
disangkal
5. Riwayat Menstruasi
6. Pernikahan
pernikahan di tahun 2021
7. Riwayat Obstetri
Belum pernah hamil sebelumnya serta tidak memiliki riwayat
keguguran.
8. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menjadi akspetor KB
4
Pasien menyangkal riwayat penyakit DM, penyakit paru,
ginjal dan jantung pada keluarga pasien. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat kista atau tumor atau keganasan
maupun kelainan obstetric dan ginekologi di keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : baik
- kesadaran :compos mentis
- Tekandan darah : 110/70 mmhg
- Nadi : 92x/menir
- Pernapasan : 20x / menit
- Suhu : 36,3 C
- SpO2 : 100% on room air
- BB sekarang : 75 Kg
- BB sebelum hamil : 60 kg
- Tinggi : 160 cm
4. Status Generalis
- Kulit kepala : Bersih
- Rambut : Hitam, tidak kusam, tidak rontok
- Muka : Pucat
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih
- Mulut : Bersih
- Telinga : Simetris
- Hidung :bersih tidak ada benjolan dalam hidung
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
- Dada dan Axila : Tidak ada retraksi dada maupun pembesaran
kelenjar
- Abdomeen : Luka operasi tidak ada
- Nyeri tekan maupun nyeri ketuk tidak ada
5. Status Obstetri
- Pemeriksaan Luar
o Leopold 1 : teraba bulat tidak melenting
o Leopold 2 : sebelah kiri terabas ekstrimitas, sebelah kanan teraba
keras panjang memapan
o Leopold 3: bulat keras melenting
o Leopold 4 : bagian terendah janin sudah masuk pap
5
- TFU 30 cm
- HIS 1x10’ , 10 detik
- DJJ 138x/menit
- VT Portio kenyal, arah posterior, pembukaan 1 cm, presentasi kepala,
HD 1+
- CTG Kategori 1
- Hasil USG tanggal 0/8/22 di Bidan Ita :
6. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan lab :
- Hasil antigen tanggal 30/8/2022 di RSUD PM Negatif
- Hasil Swab PCR tanggal 30/8/2022 di RSUD PM Negatif
11.000/uL
Trombosit 254 10^3/ ul 229 10^3 150K-440K /uL
HITUNG JENIS
Basofil 0,0% - 0-1%
Eosinofil 0,0% - 1-3%
Neutrofil batang 4% - 2-6%
Neutrofil Segmen 10 %* - 50-70%
LImfosit 84%* - 20-40%
Monosit 6 - 2-8%
NLR 8,4 * - < 3.12
LED 74 mm/jam* - 0 – 20 mm/jam
MCV 80 89 80-100 fL
MCH 30 30 26-34 pg
MCHC 34 34 32-36 g/dL
RDW 13.8 13.1 11.5-14.5%
KOAGULASI
6
PT 13.3 - 10.80-14.40 detik
INR 0,93 -
APTT 30.1 - 25.000-35.000
detik
FUNGSI GINJAL
Ureum 16 - < 48 mg/dl
Kreatinin 0,80 - 0,60-1,10 mg/dl
ELEKTROLIT
Natirum 141 - 135-147 mEq/L
Kalium 5 - 3.50-5.00 mEq/L
Chloride 105 - 95 -105 mEq/L
IMUNOSEROLOGIS
HbSag Non reaktif -
Anti HCV Elisa Non reaktif -
Anti HIV I Non reaktif -
- pemeriksaan histopatologi
o Diagnosis Klinis :
Kista ovarium dextra dd/ kista dermoid dextra
7
kompleks berkeratin, lumen berisi massa keratin. Stroma disebuk
cukup limfosit. Tidak didapatkan tanda malignansi
o Kesimpulan:
Jaringan kista ovarium dekstra ; Teratoma matur
7. Diagnosa Kerja
- Diagnosa Preoperatif
(30/8/2022) PK 1 Laten pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH,
KPD 9 jam
(31/08/2022) Gagal induksi pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH
dengan KPD > 1 hari CTG Kategori 2
8. Tatalaksana
- Tatalaksana Preoperatif
- ceftriaxone 2x1 gr iv
- induksi persalinan dengan misoprostol ¼ pervarginam/ 6 jam 2x
pemberian kedua jam 16.30
- 30/8/2022 jam 21.15 = pembukaan 2 dan his 2x10’ 25 detik djj
154x/menit dan portio mulai mengarah ke axial
- 31/08/2022 jam 06.10 = pembukaan 3 kemudian dinyatakan
gagal induksi dan KPD >1 hari
- observasi vk (KU dan TNSP, HIS, DJJ, Kemajuan Persalinan)
- dipuasakan jam 02.00 tanggal 31/08/2022 karena gagal induksi
- Tatalaksana Postoperatif
o drip oksitosin 2 amp/kolf 20 tpm
o metergin 3x1 amp iv
o ceftriaxone 2x1 gr iv
o asam tranexamat 3x500 mg iv
o ketorolac 3x1 amp iv
o Periksa PA untuk jaringan
o Kontrol kembali minggu
- Obat untuk balik
o Cefadroxyl 2x500 mg po
o Asam Mefenamant 3x500 mg po
8
o TTD 1x1
9. Prognosis
- Ibu : Dubia ad bonam
- Anak : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kista Ovarium
II.1.1 Definisi
Kista ovarium merupakan kantung yang berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di ovarium. Kista
ovarium in dapat dibentuk kapan saja dimasa pubertas sampai
menopause bahkan kehamilan. Kista ini merupakan suatu
tumor dapat berukuran kecil ataupun besar, kistik maupun
solid, jinak maupun ganas.1
II.1.2 Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui namun diduga
diakibatkan oleh factor factor yang saling berhubungan.
sebagai berikut:
- Gaya hidup tidak sehat : konsumsi makanan tinggi lemak dan
kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga,
merokok dan mengonsumsi alcohol, terpapar dengan polusi
dan agen infeksius, sering stress, zat polutan
- ganguan pembentukan hormone yaitu pada mekanisme umpan
balik ovarium dan hipotalamus.
II.1.3 Klasifikasi
Menurut Ricci & Kyle (2009) Kista ovarium dibagi menjadi 2
jenis: kista ovarium fungsional dan kista ovarium patologis.
Kista ovarium fungsional diartikan demikian dikarenakan kista
ini terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi atau
9
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal,
umunya ukurannya<6cm . Kista patologis dikatakan demikian
karena kista ini timbul karena pemicunya berkaitan dengan
pertumbuhan abnormal dari sel. Bersifat jinak juga ganas dan
dapat menyebar ke bagian tubuh lain
o Kista Fisiologis
1. Kista folikular:
jenis tumor jinak ovarium paling sering
ditemukan. Kista ini terjadi akibat kegagalan
proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan
intrafolikel tidak diabsorbsi kembali . Ukuran
folikel umumnya tidak lebih dari 5 cm. Hal ini
bersifat fisiologis dan tidak dibutuhkan
perawatan, Kista folikel ini dapat terjadi pada
Wanita usia produktif dan menopause.
Umumnya tidak menunjukan gejala dan
menghilang dalam waktu<60 hari.
10
Gambar 2.2 Kista Korpus Luteum
11
Gambar 2.3 Kista Teka-Lutein
o Kista Patologis
1. Kista Denoma : berasal dari sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar
dan menimbulkan nyeri
12
Ukuran kista 5-15 cm , kista berisi cairan
serosa, jernih kekuningan
II.1.4 Patofisiologi
Kista dapat terbentuk apabila fungsi ovarium mengalami
abnormal yang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Pada kondisi dimana
folikel tersevut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, folikel terbentuk secara tidak sempurna
sehingga membentuk kista ovarium . Meskipun belum jelas
penyebab nya namun ada beberapa factor pendukung seperti 2
13
menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause
yang renda
7. Faktor Lingkungan : perubaan gaya hidup seperti rokok
ataupun alkohol
II.1.7 Penatalaksanaan:
Tatalaksana pada kista ovarium dapat disebut berbeda dengan
setiap pasien. Penangannya meliputi:
14
o Kontrasepsi oral : untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Namun dilakukan pada kista yang
masih kecl <4 cm
o Laparaskopi : memotong kista melalui sayatn kecil
dengan memasukan alat seperti selang yang dilengkapi
kamera dan pisau bedah
o Laparartomi : mengangkat kista melalui sayatn besar di
abdomen
o Kisterektomi. pengangkatab kista pada ovarium tanpa
mengambil ovarium
o Ooferektomi : pengangkatan ovarium apabila kista
dipandang besar atay dicurigai adanya kanker ovarium
15
dengan mengangkat seluruh ovarium karena pada kista yang
berukuran lebih besar lebih rendah untuk terjadi ruptur pada
saat dilakukan enukleasi. Selain itu pada kista yang lebih besar
juga akan semakin sulit untuk dilakukan rekonstruksi anatomi
ovarium serta adanya risiko keganasan yang lebih tinggi. Pada
wanita postmenopause, oophorectomy lebih dianjurkan karena
risiko keganasan kelompok tersebut lebih tinggi dan juga
keuntungannya lebih besar dibandingkan dengan risikonya.5
16
Gambar 2.7 algoritma penangan pada neoplasma
ovarium selama kehamilan
II.1.8 Komplikasi
II.2.1 Definisi
Kista ini berisi bagian-bagian tubuh (kulit, kuku, rambut, gigi,
lemak). Dapat dijumpai di kedua indung telur, berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala. Teratom berkisar dari yang
terdiferensiasi dengan baik (matur) yang bisa disebut kista
dermoid hingga yang padat dan ganas (Immatur)
17
Gambar 2.8 Gambaran Kista Dermoid
II.2.2 Epidemiologi
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium
yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang
masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,
Lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Pada penelitian yang melibatkan
460.000 wanita, diamati bahwa tingkat kejadian tahunan kistik
teratoma adalah 1,2 hingga 14,2 kasus per 100.000 9
II.2.3 Etio-patofisiologi
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat
pembentukan lapisan embryonal. Lapisan ectoderm yang saat
dewasa akan menjadi sel-sel folikel rambut, tulang serta gigi
secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Menariknya
juga bahwa kemampuan dari teratoma ini dapat berdeferensiasi
tidak hanya jaringan tapi bisa berkembang menjadi system
organ, seperti epitel pernapasan dengan blok kartilago dan
fragment tulang dalam jari kaki. 13
18
riwayat teratoma sebelumnya, infertilitas dan olahraga yang
kurang 8
II.2.6 Diagnosis
19
Evaluasi histopatologi tetap menjadi standar emas untuk
diagnosis. 14
20
mengalamiu gejala akut. Pada Wanita preemenopause , lesi
dermoid simtomatik kurang dari 5 cm lebih disukai kistketomi
laparaskopi sederhana, namun bila lebih besar dari 5- 6 cm dan
telah melibatkan seluruh ovarium dengan distoris struktur
harus diangkat dengan ooforektomi. Laparaskopi adalah teknik
standar emas untuk manajemen bedah. Bedah laparoskopi
memiliki keuntungan diagnostik di mana pengambilan sampel
cairan peritoneum dan eksplorasi rongga abdominopelvis untuk
kemungkinan keganasan dapat dilakukan untuk menilai
keterlibatan struktur yang berdekatan. Laparotomi
direkomendasikan pada kasus-kasus kompleks seperti massa
kompleks yang masif, ruptur kista dengan keadaan darurat
akut, atau keganasan dengan stadium lanjut. Ketika kecurigaan
transformasi maligna tinggi, manajemen mencakup analisis
potongan beku dari spesimen jaringan oleh ahli patologi
selama operasi.
II.2.8 Komplikasi
- Torsi: Salah satu komplikasi tumor ovarium adalah rotasinya di
sekitar pedikel (ligamen pendukung), mengganggu aliran
darahnya sendiri yang menyebabkan infark gangren atau
hemoragik. Insiden torsi berkisar antara 3 hingga 21%, paling
sering terjadi pada kelompok dengan ukuran 5 hingga 15 cm.15
Teratoma berukuran sedang lebih rentan terhadap torsi
dibandingkan dengan teratoma kecil atau besar. Putaran ringan
di sepanjang pedikel juga dapat mempengaruhi drainase vena
yang mengakibatkan kongesti dan akhirnya perdarahan di
dalam kista itu sendiri.
21
epitel deskuamasi, tulang, atau gigi ke dalam rongga
peritoneum dapat menyebabkan peritonitis akut atau kronis.
- Infeksi: Risiko infeksi pada teratoma kistik adalah sekitar 1
hingga 4%. Rute infeksi dapat hematogen, limfomatous, atau
dengan perluasan langsung dari struktur yang berdekatan
seperti usus. Infeksi juga dapat mempengaruhi kista untuk
membentuk perlengketan atau bahkan pecah pada kasus yang
parah.
- Adhesi: Kadang-kadang, kista dapat menjadi tergantung pada
suplai darah omentum atau struktur sekitarnya dengan
membentuk sirkulasi kontralateral dan benar-benar terlepas
dari pedikelnya, oleh karena itu disebut "dermoid parasit."
Peradangan kronis dapat menyebabkan perlengketan yang
memburuk, meningkatkan risiko obstruksi usus.
- Transformasi menjadi ganas: Transformasi ganas telah
dilaporkan terjadi pada 1 sampai 3% dari semua kasus teratoma
kistik antara 30 dan 70 tahun, dengan insiden yang lebih tinggi
pada pasien antara 40 sampai 60 tahun. Dari mereka,
karsinoma sel skuamosa adalah yang paling umum (50%). 50%
lainnya melibatkan karsinoma sel transisional, melanoma
maligna, koriokarsinoma, karsinoid, sarkoma, dan
adenokarsinoma. Pasien dengan ukuran tumor >10mm terlihat
memiliki risiko lebih tinggi mengalami transformasi maligna.16
22
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang pada jam 00.10 hari Selasa, 30 agustus 2022 ke IGD RSUD Pasar
minggu dengan keluhan kencang kencang dan keluar air. Diagnosis masuk pasien
adalah PK 1 Laten pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH dan KPD. Kemudian
pasien diberikan induksi berupa misoprostol 2x dalam selang waktu 6 jam namun
tidak ada kemajuan sehingga dikatakan gagal induksi dan kemudian direncanakan
SC.
Pada saat operasi , didapatkan temuan incidental berupa kista ovarium dextra dengan
diagnosis bandingnya adalah kista dermatome. Hal ini sejalan dengan teori
manifestasi klinis pada kista dermatome bahwa kebanyakan pasien tidak meraskan
gejala dan biasanya ditemukan secara incidental. Kemudian dilakukan kistektomi
untuk pengangkatan kista dan jaringan segera dimasukan ke PA untuk pengamatan
lebih lanjut.
Seluruh gejala yang dirasakan oleh pasien tidak sejalan dengan teori apabila
ditemukannya kista ovarium , namun gejala ini juga sejalan dengan penemuan kista
dermoid dikarenakan pasien biasanya tidak meraskan gejala. Ini bisa terjadi
dikarenakan kista belum mencapai >5 cm sehingga belum menganggu pasien. Namun
23
pada usia 5 bulan pasien mulai mengatakan nyeri menjalar dari punggung kanan kea
rah vagina, hal ini dapat terjadi dikarenakan kista mulai tertekan oleh adanya janin di
ibu, karena pada usia 5 bulan , janin seharusnya sudah berada setinggi pusat
Kista ovarium yang paling sering muncul pada ibu hamil adalah kista fungsional
berupa kista luteal, namun kista luteal ini akan hilang dengan sendirinya selama 16
minggu , namun juga ada yang dapat bertahan setelah kehamilan namun tidak
menimbulkan gejala. Hal ini diakibatkan karena pada masa kehamilan korpus luteum
dapat tetap bertahan dikarenakan korpus luteum menghasilkan progresteron,
progestron ini dapat berfungsi dalam mempertahankan kehamilan dan memberikan
efek relaksasi pada endometrium. Sehingga korpus luteum yang berdegenerasi lama
inilah dapat mengakibatkan kista luteal. Kista ovarium juga tidak berpengaruh baik
bagi bayi maupun ibu hanya bila sudah mengalami torsio saja maka akan
mempengaruhi kondisi ibu nya 17
Secara teorinya kista ovarium dapat mengakibatkan siklus menstruasi yang berat atau
tidak teratur atau ada perdarahan diantara siklus menstruasi apabila kista
ovariummnya menghasilkan hormone seks yang menyebabkan pertumbuhan
endometrium. 6 Baik obat diet maupun pola makan sebenernya berpengaruh pada
ketidakseimbangan hormonal yang menjadi salah satu factor resiko kista ovarium
fungsional namun tidak pada kista ovarium patologik. Penanganan yang dilakukna
pada kasus ini juga sudah tepat dikarenakan segera dilakukan kistektomi ketika
ditemukan adanya kista pada ibu.
24
BAB IV
KESIMPULAN
Kista ovarium merupakan kantung yang berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di ovariu, Kista ovarium memiliki 2
klasfiikasi yaitu fisiologis terjadi karena siklus menstruasi dan patologis
yang terjadi karena pertumbuhan sel abnormal. Kista ovarium dapat terjadi
karena berbagai etiologid dan disumbang oleh berbagai factor resiko juga.
Dengan begitu penanganan harus disesuaikan dengan besarnya kista ,
progresivitas serta kondisi dari ibu hamilnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Seftika L. Asuhan Kebidana Ganguan Reproduksi Pada Ny.S Umur 29 Tahun
Dengan Kista Ovarium di Ruangan Ginekologi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Kota Semarang. [ Thesis ] Universitas Muhamadiyah Semarang. 2017
2. Putri RH. Pasien Kista Ovarium dalam Pengobatan Non Farmakologi dengan
Kunyit dan Air Kelapa. [Thesis] Universitas Muhamadiya Malang. 2019
3. Avriyani RL, ISwari WA, Pardede T U, dkk. Tatalaksana Neoplasma Ovarium
pada Kehamilan. CDK-255/vol 44 no 8 thn 2017
4. Mobeen S. Ovarian Cyst [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library
of Medicine; 2020 [cited 2021Mar30]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK560541/
5. Hoffman BL, Schorge JO, Halvorson LM, Hamid C, Corton M, Schaffer JI.
Williams gynecology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2020
6. National Center for Biotechnology Information. Ovarian cysts: Overview.
Cologne: Institute for Quality and Efficiency in Health Care; 2019.
7. Shareef S, Ettfagh L. Dermoid cyst. National Center for Biotechnology
Information: Overview. 2021
8. Westhoff C, Pike M, Vessey M. Benign ovarian teratomas: a population-based
case-control study. Br J Cancer. 1988 Jul;58(1):93-8.
9. Gadducci A, Guerrieri ME, Cosio S. Squamous cell carcinoma arising from
mature cystic teratoma of the ovary: A challenging question for gynecologic
oncologists. Crit Rev Oncol Hematol. 2019 Jan;133:92-98.
10. Caruso PA, Marsh MR, Minkowitz S, Karten G. An intense clinicopathologic
study of 305 teratomas of the ovary. Cancer. 1971 Feb;27(2):343-8.
11. Saba L, Guerriero S, Sulcis R, Virgilio B, Melis G, Mallarini G. Mature and
immature ovarian teratomas: CT, US and MR imaging characteristics. Eur J
Radiol. 2009 Dec;72(3):454-63
12. Outwater EK, Siegelman ES, Hunt JL. Ovarian teratomas: tumor types and
imaging characteristics. Radiographics. 2001 Mar-Apr;21(2):475-90
13. Ashley DJ. Origin of teratomas. Cancer. 1973 Aug;32(2):390-4
14. Ahmed A, Lotfollahzadeh S. Cystic Teratoma: Review. National Center for
Biotechnology Informatin. 2022
15. Pantoja E, Noy MA, Axtmayer RW, Colon FE, Pelegrina I. Ovarian dermoids
and their complications. Comprehensive historical review. Obstet Gynecol
Surv. 1975 Jan;30(1):1-20
16. Rathore R, Sharma S, Arora D. Clinicopathological Evaluation of 223 Cases of
Mature Cystic Teratoma, Ovary: 25-Year Experience in a Single Tertiary Care
Centre in India. J Clin Diagn Res. 2017 Apr;11(4):EC11-EC14.
17. Chiang G, Levine D. Imaging of adnexal masses in pregnancy. J Ultrasound
Med. 2004;23:805–819.
26