Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

G1P0A0 KEHAMILAN 38-39 MINGGU JANIN TUNGGAL


HIDUP 
DENGAN KISTA OVARIUM KANAN

Disusun oleh:

Galuh Nandya Carnetita


2265050064

Pembimbing:

dr. Juniaty Caroline Simanjuntak Sp.OG (K), M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 8 AGUSTUS– 15 OKTOBER 2021
DAFTAR ISI

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
II.1 Kista Ovarium..............................................................................................9
II.2 Kista Dermoid............................................................................................17
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................23
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26

2
BAB I

STATUS PASIEN

1. Identita Pasien

Nama : Ny. MA
Usia/TTL : 26 Tahun / 09-08-1996
Alamat : Kuningan Barat, Jakarta Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Biaya : BPJS
Suku : Jawa

2. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Anamnesis dilakukan saat 30-08-2022 di IGD RSUD Pasar Minggu,
pasien datang dengan keluhan keluar air-air sejak jam 00.10 WIB
dengan warna jernih serta rasa kenceng kenceng

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang rujukan dari PKC Mampang Prapatan , saat ini ibu
mengatakan keluar air-air sejak jam 00,100 WIB jernih , mules jarang
diraskaan, flek darah (-) , Gerakan janin aktif. HPHT 26-11-2022 TP
3-9-2022

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit DM, HT, Jantung, asma, alergi obat/makanan

3
disangkal

4. Riwayat Antenatal Care (ANC)


ANC Rutin setiap bulan di PKC Mampang Prapatan

5. Riwayat Menstruasi

Menarche : Usia 15 tahun


Siklus haid : Tidak teratur, 3-6 bulan
Durasi haid : 5 – 8 Hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 26/11/2021
Taksiran persalinan : 3/9/2022

6. Pernikahan
pernikahan di tahun 2021

7. Riwayat Obstetri
Belum pernah hamil sebelumnya serta tidak memiliki riwayat
keguguran.

8. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menjadi akspetor KB

9. Riwayat Pengunaan Obat


Pasien sering mengkonsumsi obat diet berbagai macam semenjak
tahun 2019-2021 namun berhenti dikarenakan hamil. Pasien
mengatakan tidak mengingat obat yang diminum. Konsumsi obat
hormonal maupun obat lain disangkal oleh pasien

10. Riwayat Pribadi Sosial dan Ekonomi

Pasien merupakan karyawan swata dengan pola makan tidak


teratur. Pola makan pasien cenderung tidak seimbang dan
tidak bervariasi. pasien lebih sering mengonsumsi Junkfood
dan tidak mengonsumsi sayur maupun buah. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, sementara
suami pasien bekerja sebagai wiraswasta dan merokok

11. Riwayat Penyakit Keluarga

4
Pasien menyangkal riwayat penyakit DM, penyakit paru,
ginjal dan jantung pada keluarga pasien. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat kista atau tumor atau keganasan
maupun kelainan obstetric dan ginekologi di keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : baik
- kesadaran :compos mentis
- Tekandan darah : 110/70 mmhg
- Nadi : 92x/menir
- Pernapasan : 20x / menit
- Suhu : 36,3 C
- SpO2 : 100% on room air
- BB sekarang : 75 Kg
- BB sebelum hamil : 60 kg
- Tinggi : 160 cm

4. Status Generalis
- Kulit kepala : Bersih
- Rambut : Hitam, tidak kusam, tidak rontok
- Muka : Pucat
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih
- Mulut : Bersih
- Telinga : Simetris
- Hidung :bersih tidak ada benjolan dalam hidung
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
- Dada dan Axila : Tidak ada retraksi dada maupun pembesaran
kelenjar
- Abdomeen : Luka operasi tidak ada
- Nyeri tekan maupun nyeri ketuk tidak ada

5. Status Obstetri
- Pemeriksaan Luar
o Leopold 1 : teraba bulat tidak melenting
o Leopold 2 : sebelah kiri terabas ekstrimitas, sebelah kanan teraba
keras panjang memapan
o Leopold 3: bulat keras melenting
o Leopold 4 : bagian terendah janin sudah masuk pap

5
- TFU 30 cm
- HIS 1x10’ , 10 detik
- DJJ 138x/menit
- VT Portio kenyal, arah posterior, pembukaan 1 cm, presentasi kepala,
HD 1+
- CTG Kategori 1
- Hasil USG tanggal 0/8/22 di Bidan Ita :

o JPKTH , Plasenta Anterior, UK 37 minggu 4 hari


o TBJ 3158 gram, JK perempuan , ICA Cukup
o TP 3/9/22

6. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan lab :
- Hasil antigen tanggal 30/8/2022 di RSUD PM Negatif
- Hasil Swab PCR tanggal 30/8/2022 di RSUD PM Negatif

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


30/8/2022 31/8/2022
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 11.8 11.4* 11.7-15.5 g/dL
Hematokrit 35 34* 35-47%
Eritrosit 3.92 10^6 / ul 3,78* 3.8-5.2 juta/uL
  Leukosit 13.0 10^3/ ul 21.5 10^3* 3.600-

11.000/uL
Trombosit 254 10^3/ ul 229 10^3 150K-440K /uL
HITUNG JENIS
Basofil 0,0% - 0-1%
Eosinofil 0,0% - 1-3%
Neutrofil batang 4% - 2-6%
Neutrofil Segmen 10 %* - 50-70%
LImfosit 84%* - 20-40%
Monosit 6 - 2-8%
NLR 8,4 * - < 3.12
LED 74 mm/jam* - 0 – 20 mm/jam
MCV 80 89 80-100 fL
MCH 30 30 26-34 pg
MCHC 34 34 32-36 g/dL
RDW 13.8 13.1 11.5-14.5%
KOAGULASI

6
PT 13.3 - 10.80-14.40 detik
INR 0,93 -
APTT 30.1 - 25.000-35.000
detik
FUNGSI GINJAL
Ureum 16 - < 48 mg/dl
Kreatinin 0,80 - 0,60-1,10 mg/dl
ELEKTROLIT
Natirum 141 - 135-147 mEq/L
Kalium 5 - 3.50-5.00 mEq/L
Chloride 105 - 95 -105 mEq/L
IMUNOSEROLOGIS
HbSag Non reaktif -
Anti HCV Elisa Non reaktif -
Anti HIV I Non reaktif -

- pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaan histopatologi dilakukan post operasi karena ditemukan


terdapat kista ovarium dilakukan pada 30-08-2022 hasil didapatkan 31-
08-20222

o Diagnosis Klinis :
Kista ovarium dextra dd/ kista dermoid dextra

o Hasil pemeriksaan Makroskopik:


Kantung jaringan identitas sesuai dengan keterangan kista
ovarium dextra berisi sebuah jaringan kantung berukuran 5,1 cm x
4,5 cm x 3,1 cm berwarna kecoklatan sebagian kekuningan
dengan konsistensi kenyal kistik. Pada pembelahan, tebal dinding
0,1-0,4 cm didapat ruangan berdiameter 3-4cm berisi cairan jernih
encer dan massa seperti bubur berwarna kuning serta rambut

o Hasil Pemeriksaan Mikroskopik :


Sediaan menunjukan jaringan ovarium dengan tumor yang terdiri
dari komponen-komponen yang berasal dari dua lapisan
germinal , yaitu mesoderm dan ectoderm. Komponen mesoderm
berupa jaringan kartilago, Komponen ectoderm berupa kelenjar
sebasea, folikel rambut, ruangan yang dilapisi epitel squamosa,

7
kompleks berkeratin, lumen berisi massa keratin. Stroma disebuk
cukup limfosit. Tidak didapatkan tanda malignansi

o Kesimpulan:
Jaringan kista ovarium dekstra ; Teratoma matur

7. Diagnosa Kerja
- Diagnosa Preoperatif
(30/8/2022) PK 1 Laten pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH,
KPD 9 jam
(31/08/2022) Gagal induksi pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH
dengan KPD > 1 hari CTG Kategori 2

- Diagnosa Postoperatif (31-08-2022 09:59)


P1A0 partus maturus dengan SC + kistektomi ai gagal induksi KPD > 1
hari CTG Kategori 2 + Kista ovarium dextra dd/kista dermoid

8. Tatalaksana
- Tatalaksana Preoperatif
- ceftriaxone 2x1 gr iv
- induksi persalinan dengan misoprostol ¼ pervarginam/ 6 jam 2x
pemberian kedua jam 16.30
- 30/8/2022 jam 21.15 = pembukaan 2 dan his 2x10’ 25 detik djj
154x/menit dan portio mulai mengarah ke axial
- 31/08/2022 jam 06.10 = pembukaan 3 kemudian dinyatakan
gagal induksi dan KPD >1 hari
- observasi vk (KU dan TNSP, HIS, DJJ, Kemajuan Persalinan)
- dipuasakan jam 02.00 tanggal 31/08/2022 karena gagal induksi

- Tatalaksana Postoperatif
o drip oksitosin 2 amp/kolf 20 tpm
o metergin 3x1 amp iv
o ceftriaxone 2x1 gr iv
o asam tranexamat 3x500 mg iv
o ketorolac 3x1 amp iv
o Periksa PA untuk jaringan
o Kontrol kembali minggu
- Obat untuk balik
o Cefadroxyl 2x500 mg po
o Asam Mefenamant 3x500 mg po

8
o TTD 1x1
9. Prognosis
- Ibu : Dubia ad bonam
- Anak : Dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kista Ovarium

II.1.1 Definisi
Kista ovarium merupakan kantung yang berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di ovarium. Kista
ovarium in dapat dibentuk kapan saja dimasa pubertas sampai
menopause bahkan kehamilan. Kista ini merupakan suatu
tumor dapat berukuran kecil ataupun besar, kistik maupun
solid, jinak maupun ganas.1

II.1.2 Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui namun diduga
diakibatkan oleh factor factor yang saling berhubungan.
sebagai berikut:
- Gaya hidup tidak sehat : konsumsi makanan tinggi lemak dan
kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga,
merokok dan mengonsumsi alcohol, terpapar dengan polusi
dan agen infeksius, sering stress, zat polutan
- ganguan pembentukan hormone yaitu pada mekanisme umpan
balik ovarium dan hipotalamus.

II.1.3 Klasifikasi
Menurut Ricci & Kyle (2009) Kista ovarium dibagi menjadi 2
jenis: kista ovarium fungsional dan kista ovarium patologis.
Kista ovarium fungsional diartikan demikian dikarenakan kista
ini terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi atau

9
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal,
umunya ukurannya<6cm . Kista patologis dikatakan demikian
karena kista ini timbul karena pemicunya berkaitan dengan
pertumbuhan abnormal dari sel. Bersifat jinak juga ganas dan
dapat menyebar ke bagian tubuh lain
o Kista Fisiologis
1. Kista folikular:
jenis tumor jinak ovarium paling sering
ditemukan. Kista ini terjadi akibat kegagalan
proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan
intrafolikel tidak diabsorbsi kembali . Ukuran
folikel umumnya tidak lebih dari 5 cm. Hal ini
bersifat fisiologis dan tidak dibutuhkan
perawatan, Kista folikel ini dapat terjadi pada
Wanita usia produktif dan menopause.
Umumnya tidak menunjukan gejala dan
menghilang dalam waktu<60 hari.

Gambar 2.1 Kista Folikular

2. Kista Korpus Luteum:


Dalam keadaan normal korpus luteum akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Namun
terkadang , korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum persisten) , perdarahn yang
terjadi dialamnya menyebabkan terjadinya kista.
Kista korpus luteum ini terjadi bila tidak dapat
berdegenerasi di 14 hari setelah periode
menstruasi terakhir. Kista korpus luteum
berukuran >3 cm dan diamteri kista sebesar 10
cm. Pada kista ini memberi gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal
dari sel-sel teka.

10
Gambar 2.2 Kista Korpus Luteum

3. Kista Teka Lutein.


Tidak pernah mencapai ukuran yang besar.
Umumnya bilateral dan berisi cairan jernih
kekuningan Kista lutein merupakan kista yang
tumbuh akibat pengaruh hormone human
corionigondaotropin (HCG). Kista lutein dapat
terjadi pada kehamilan, umumnya berasal dari
corpus luteum hematoma. Gejala yang timbul
biasanya rasa penuh atau menekan pada pelvis

11
Gambar 2.3 Kista Teka-Lutein

o Kista Patologis
1. Kista Denoma : berasal dari sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar
dan menimbulkan nyeri

Gambar 2.4 Kista Denoma

2. Kista Coklat (endometrioma) : disebut coklat


karena berisi timbunan darah yang berwarna
coklat kehitaman. Merupakan jaringan
endometrium yang tidak pada tempatnya.

Gambar 2.5 Kista Coklat

3. Kista Dermoid : Kista ini berisi bagian-bagian


tubuh (kulit, kuku, rambut, gigi, lemak). Dapat
dijumpai di kedua indung telur, berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala.

Gambar 2.6 Kista Dermoid

4. Kista Ovari Senosum: mempunyai permukaan


yang rata dan halus, terjadi pada ke2 ovarium.

12
Ukuran kista 5-15 cm , kista berisi cairan
serosa, jernih kekuningan

5. Kista Ovari Musinosum: Multilokuler dan


loukuslus yang berisi cairan musinosum
berwarna kebiruan di dalam kapsul yang
dindingnya tegng

II.1.4 Patofisiologi
Kista dapat terbentuk apabila fungsi ovarium mengalami
abnormal yang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Pada kondisi dimana
folikel tersevut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, folikel terbentuk secara tidak sempurna
sehingga membentuk kista ovarium . Meskipun belum jelas
penyebab nya namun ada beberapa factor pendukung seperti 2

1. Adanya penumpukan lemak berlebih atau lemak yang tidak


sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah
dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko
tumbuhnya kista dan factor genetic.
2. Ganguan Hormon : kelebihan atau peningkatan hormone
progesterone dan esterogen dapat memicu terjadinya kista
ovarium
3. Faktor Genetik: Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu
kanker yaitu disebut dengan gen protoonkogen. Protoonkogen
dapat bereaksi akibat dari paparan karsinogen (lingkungan,
makanan, kimia), polusi dan paparan radiasi.
4. Pengobatan Infertilitas : Pengobatan infertilitas dengan
konsumsi obat kesuburan dilakukan induksi ovulasi dengan
gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH
dapat menyebabkan kista berkembang.
5. Hipertiroid : Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya
sekresi hormon tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar
pituitari memproduksi TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan
faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.
6. Faktor Usia : Kista ovarium jinak terjadi pada wanita
kelompok usia reproduktif. Pada wanita yang memasuki masa
menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista
ovarium ganas. Ketika wanita telah memasuki masa
menopause, ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat

13
menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause
yang renda
7. Faktor Lingkungan : perubaan gaya hidup seperti rokok
ataupun alkohol

II.1.5 Manifestasi klinis


Umumnya pasien dengan kista ovarium dapat merasakan
gejala-gejala seperti;
o Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai
rasa agak gatal
o  Rasa nyeri sewaktu berhubungan atau nyeri rongga
panggul jika tubuh bergerak
o  Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi
selesai. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa.
Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih
pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi
pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.
o Perut membesar, perasaan penuh tertekan di perut
bagian bawah
o Mual dan ingin muntah
o Nyeri saat buang air kecil dan konstipasi
o Nyeri spontan pada perut.

II.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosa kista


ovarium antara lain sebagai berikut:
o Laparaskopi : pemeriksaan ini berguna untuk
mengetahui apakah tumor berasal dari ovarium atau
tidak
o USG : untuk melihat bentuk, letak dan batas tumor
o Foto rontgen
o Pemeriksan CA-125: untuk melihat apakah terjadi
proses keganasan pada kista atau tidak
o Pemeriksaan PA

II.1.7 Penatalaksanaan:
Tatalaksana pada kista ovarium dapat disebut berbeda dengan
setiap pasien. Penangannya meliputi:

14
o Kontrasepsi oral : untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Namun dilakukan pada kista yang
masih kecl <4 cm
o Laparaskopi : memotong kista melalui sayatn kecil
dengan memasukan alat seperti selang yang dilengkapi
kamera dan pisau bedah
o Laparartomi : mengangkat kista melalui sayatn besar di
abdomen
o Kisterektomi. pengangkatab kista pada ovarium tanpa
mengambil ovarium
o Ooferektomi : pengangkatan ovarium apabila kista
dipandang besar atay dicurigai adanya kanker ovarium

Penentuan terapi didasarkan pada ukuran kista, tingkat


keganasan, dan gejala yang ditimbulkan. Metode observasi
dapat dilakukan pada kista yang ditemukan pada perempuan
prepubertas dan wanita yang berada dalam masa reproduksi
ataupun pada kista yang asimptomatik. Pada kelompok tersebut
kebanyakan kista ovarium yang diderita merupakan kista
fungsional yang akan terregresi spontan dalam waktu 6 bulan.
Sebaliknya, wanita postmenopause memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk berkembang menjadi keganasan. Prevalensi kista
ganas lebih tinggi daripada kista jinak pada wanita
postmenopause. Akan tetapi, terdapat kriteria seorang wanita
postmenopause dengan kista ovarium simpel yang hanya
memerlukan observasi ketat saja seperti: (1) kista unilokular
berdinding tipis yang didapatkan dari hasil USG; (2) kista
dengan diameter <5 cm; (3) tidak ada pembesaran kista pada
periode observasi; (4) kadar CA125 serum yang normal. Kista
yang berdiameter sampai dengan 10 cm masih dapat dilakukan
observasi, jika lebih besar maka dapat dipertimbangkan untuk
pembedahan.4Pembedahan dapat dilakukan apabila kista
berukuran cukup besar sehingga menimbulkan gejala ataupun
pada kecurigaan keganasan. Pembedahan yang dapat dilakukan
berupa cystectomy ataupun oophorectomy. Pada cystectomy
hanya dilakukan pengangkatan kista tanpa mengangkat seluruh
ovarium. Dengan metode ini fertilitas tetap dapat
dipertahankan. Metode ini umumnya dilakukan untuk lesi yang
berukuran kecil dan pasien masih dalam usia reproduktif
dan masih ingin untuk hamil. Sedangkan untuk lesi yang lebih
besar dianjurkan untuk dilakukan oophorectomy yaitu metode

15
dengan mengangkat seluruh ovarium karena pada kista yang
berukuran lebih besar lebih rendah untuk terjadi ruptur pada
saat dilakukan enukleasi. Selain itu pada kista yang lebih besar
juga akan semakin sulit untuk dilakukan rekonstruksi anatomi
ovarium serta adanya risiko keganasan yang lebih tinggi. Pada
wanita postmenopause, oophorectomy lebih dianjurkan karena
risiko keganasan kelompok tersebut lebih tinggi dan juga
keuntungannya lebih besar dibandingkan dengan risikonya.5

Terapi pembedahan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu


metode minimal invasif seperti laparoskopi serta pembedahan
terbuka seperti laparotomi. Pada kista yang berukuran kecil dan
jinak dapat dilakukan cystectomy dan oophorectomy secara
laparoskopik. Namun jika kista sudah berukuran besar,
pengangkatan laparoskopi tidak dianjurkan karena akan
mengganggu mobilitas instrument dan tidak muat pada saat
pengangkatan. Oleh karena itu, kista berukuran besar tersebut
dapat diangkat secara laparotomi. Selain observasi dan
pembedahan, terdapat pula terapi dengan menggunakan pil KB
oral kombinasi. Meski demikian, belum ditemukan studi yang
cukup kuat untuk mendukung efektivitas terapi menggunakan
pil KB oral kombinasi ini.6

Pada tabel dibawha juga dijelaskan bagaimana tatalaksana


neoplasma ovarium pada kehamilan 3

16
Gambar 2.7 algoritma penangan pada neoplasma
ovarium selama kehamilan

II.1.8 Komplikasi

o Perdarahan intratumor : Perdarahan di dalam kista


terjadi sedikit demi sedikit kemudian berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar dan menimbulkan gejala
klinik nyeri abdomen.
o Infeksi pada tumor : Infeksi pada kista dapat terjadi bila
di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
Menimbulkan gejala seperti demam, nyeri pada
abdomen dan mengganggu aktivitas sehari-hari
o Robekan dinding kista : Pada torsi tungkai kista, akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut. ada
kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rongga abdomen disertai perdarahan intra
abdomen dan menimbulkan rasa nyeri disertai tanda-
tanda akut.
o Keganasan Kista : Dijumpai kista pada usia sebelum
menarche atau kista pada usia diatas 45 tahun.
perubahan kearah keganasan dapat terjadi pada kista
denoma ovari serosum, kista denoma ovari musinosum
dan kista dermoid

II.2 Kista Dermoid

II.2.1 Definisi
Kista ini berisi bagian-bagian tubuh (kulit, kuku, rambut, gigi,
lemak). Dapat dijumpai di kedua indung telur, berukuran kecil
dan tidak menimbulkan gejala. Teratom berkisar dari yang
terdiferensiasi dengan baik (matur) yang bisa disebut kista
dermoid hingga yang padat dan ganas (Immatur)

17
Gambar 2.8 Gambaran Kista Dermoid

II.2.2 Epidemiologi
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium
yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang
masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,
Lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Pada penelitian yang melibatkan
460.000 wanita, diamati bahwa tingkat kejadian tahunan kistik
teratoma adalah 1,2 hingga 14,2 kasus per 100.000 9

II.2.3 Etio-patofisiologi
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat
pembentukan lapisan embryonal. Lapisan ectoderm yang saat
dewasa akan menjadi sel-sel folikel rambut, tulang serta gigi
secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Menariknya
juga bahwa kemampuan dari teratoma ini dapat berdeferensiasi
tidak hanya jaringan tapi bisa berkembang menjadi system
organ, seperti epitel pernapasan dengan blok kartilago dan
fragment tulang dalam jari kaki. 13

Gambar 2.9 Organogenesis

II.2.4 Faktor yang Mempengaruhi


Meskipun belum dapat dijelaskan dengan baik, namun
beberapa pnelitian menyebutkan factor resiko yang dapat
mengakibatkan hal ini terjadi seperti: menarche yang telat
dengan mens yang ireguler, pengunaan alcohol berlebihan,

18
riwayat teratoma sebelumnya, infertilitas dan olahraga yang
kurang 8

II.2.5 Manifestasi Klinis


Teratoma jenis ini biasanya asimtomatii atau dapat memiliki
gejala minimal. Teratoma ini lebih sering ditemukan sebagai
temuan incidental pada studi radiografi, selama pemeriksaan
fisik atau operasi perut. Gejala paling umun berikutnya yang
dilaporkan pada saat presentasu adalah nyeri perut bagian
bawah diikuti oleh massa perut atau panggul yang teraba 7

II.2.6 Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik, palpasi ovarium secara bimanual untuk


menentukan ada tiaknya massa adneksa, ukuran uterus dan
nyeri tekanan abnormal harus dinilai meskipun sering tidak
teraba

Penilaian Awal: Ini melibatkan penilaian awal pasien,


termasuk tanda-tanda vital, riwayat terperinci, pemeriksaan
fisik dengan lebih menekankan pada pemeriksaan perut dan
panggul, diikuti dengan hitung darah lengkap, panel
metabolisme lengkap, dan tes kehamilan. Teratoma kistik
matur tidak memiliki penanda tumor diagnostik yang spesifik.
Penanda tumor serum, khususnya alpha-fetoprotein (AFP),
human chorionic gonadotrophin (hCG), dan lactate
dehydrogenase (LDH) telah terbukti memainkan beberapa
peran dalam diagnosis dan tindak lanjut. Teratoma kistik
biasanya asimtomatik dan sering ditemukan pada pemeriksaan
untuk kondisi lain. Namun, pada pasien dengan nyeri perut,
ketidaknyamanan, dan peningkatan lingkar perut, pencitraan
harus dilakukan.

Pencitraan: Meskipun radiografi polos dapat menunjukkan


badan radiopak karena kalsifikasi selama pemeriksaan untuk
patologi saluran kemih atau usus, kista dengan sangat sedikit
atau tanpa kalsifikasi dapat dengan mudah terlewatkan.
Ultrasonografi adalah pemeriksaan radiologi awal yang lebih
disukai untuk evaluasi massa adneksa. Teratoma kistik muncul
sebagai massa heterogen dengan fokus echogenic
menyebabkan bayangan akustik karena kalsifikasi, sebum, dan
rambut.

19
Evaluasi histopatologi tetap menjadi standar emas untuk
diagnosis. 14

Gambar 2.10 tampilan USG kista dermoid

pada gambaran histopatologi kistik teratoma atau kistik


dermoid ini digambarkan Sebagian besar diisi dengan bahan
sebasea yang cair pada suhu tubuh dan mengeras pada suhu
kamar. Ukuran tumor juga bervariasi dari massa kistik yang
sanggat kecil hingga dapat berukuran 39 cm dengan 80%
berukuran 10 cm atau kurang. 10 Tumor ini paling sering
unilateral, melibatkan ovarium kanna (72%) dan bilateral pada
12% . 11 Pemeriksaan mikroskopis dari isi mengkonfirmasi
diagnosis dengan mengidentifikasi jaringan yang berasal dari
lapisan sel germinal berikut; Jaringan ectodermal (epitel dan
jaringan saraf), jaringan mesodermal (oto, lemak,tulang, tulang
rawan), dan jaringan endoderma (jaringan tiroid, epitel
gastrointestinal). 12

II.2.7 Tata laksana


Pengobatan definitive teratoma kistik adalah pembedahan.
Namun harus dipertimbangkan juga pada Wanita pra-
menopause yang ingin hamil dan memiliki ukuran kista kurang
dari 6 cm direkomendasikan manajemen konservatif selama
tingkat pertumbuhan kista <2cm/tahun. Pada teratoma kista
selama kehamilan, pengawan dianjurkan sejauh pasien tidak

20
mengalamiu gejala akut. Pada Wanita preemenopause , lesi
dermoid simtomatik kurang dari 5 cm lebih disukai kistketomi
laparaskopi sederhana, namun bila lebih besar dari 5- 6 cm dan
telah melibatkan seluruh ovarium dengan distoris struktur
harus diangkat dengan ooforektomi. Laparaskopi adalah teknik
standar emas untuk manajemen bedah. Bedah laparoskopi
memiliki keuntungan diagnostik di mana pengambilan sampel
cairan peritoneum dan eksplorasi rongga abdominopelvis untuk
kemungkinan keganasan dapat dilakukan untuk menilai
keterlibatan struktur yang berdekatan. Laparotomi
direkomendasikan pada kasus-kasus kompleks seperti massa
kompleks yang masif, ruptur kista dengan keadaan darurat
akut, atau keganasan dengan stadium lanjut. Ketika kecurigaan
transformasi maligna tinggi, manajemen mencakup analisis
potongan beku dari spesimen jaringan oleh ahli patologi
selama operasi.

II.2.8 Komplikasi
- Torsi: Salah satu komplikasi tumor ovarium adalah rotasinya di
sekitar pedikel (ligamen pendukung), mengganggu aliran
darahnya sendiri yang menyebabkan infark gangren atau
hemoragik. Insiden torsi berkisar antara 3 hingga 21%, paling
sering terjadi pada kelompok dengan ukuran 5 hingga 15 cm.15
Teratoma berukuran sedang lebih rentan terhadap torsi
dibandingkan dengan teratoma kecil atau besar. Putaran ringan
di sepanjang pedikel juga dapat mempengaruhi drainase vena
yang mengakibatkan kongesti dan akhirnya perdarahan di
dalam kista itu sendiri.

Gambar 2.11 Torsi Ovarium

- Ruptur Ovarium: Meskipun bukan kejadian yang sangat


umum, risiko ruptur adalah 1 hingga 4% pada teratoma
ovarium. Kebocoran isi cairan sebaceous seperti kista, sel

21
epitel deskuamasi, tulang, atau gigi ke dalam rongga
peritoneum dapat menyebabkan peritonitis akut atau kronis.
- Infeksi: Risiko infeksi pada teratoma kistik adalah sekitar 1
hingga 4%. Rute infeksi dapat hematogen, limfomatous, atau
dengan perluasan langsung dari struktur yang berdekatan
seperti usus. Infeksi juga dapat mempengaruhi kista untuk
membentuk perlengketan atau bahkan pecah pada kasus yang
parah.
- Adhesi: Kadang-kadang, kista dapat menjadi tergantung pada
suplai darah omentum atau struktur sekitarnya dengan
membentuk sirkulasi kontralateral dan benar-benar terlepas
dari pedikelnya, oleh karena itu disebut "dermoid parasit."
Peradangan kronis dapat menyebabkan perlengketan yang
memburuk, meningkatkan risiko obstruksi usus.
- Transformasi menjadi ganas: Transformasi ganas telah
dilaporkan terjadi pada 1 sampai 3% dari semua kasus teratoma
kistik antara 30 dan 70 tahun, dengan insiden yang lebih tinggi
pada pasien antara 40 sampai 60 tahun. Dari mereka,
karsinoma sel skuamosa adalah yang paling umum (50%). 50%
lainnya melibatkan karsinoma sel transisional, melanoma
maligna, koriokarsinoma, karsinoid, sarkoma, dan
adenokarsinoma. Pasien dengan ukuran tumor >10mm terlihat
memiliki risiko lebih tinggi mengalami transformasi maligna.16

22
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang pada jam 00.10 hari Selasa, 30 agustus 2022 ke IGD RSUD Pasar
minggu dengan keluhan kencang kencang dan keluar air. Diagnosis masuk pasien
adalah PK 1 Laten pada G1P0A0 hamil 38-39 minggu, JPKTH dan KPD. Kemudian
pasien diberikan induksi berupa misoprostol 2x dalam selang waktu 6 jam namun
tidak ada kemajuan sehingga dikatakan gagal induksi dan kemudian direncanakan
SC.

Pada saat operasi , didapatkan temuan incidental berupa kista ovarium dextra dengan
diagnosis bandingnya adalah kista dermatome. Hal ini sejalan dengan teori
manifestasi klinis pada kista dermatome bahwa kebanyakan pasien tidak meraskan
gejala dan biasanya ditemukan secara incidental. Kemudian dilakukan kistektomi
untuk pengangkatan kista dan jaringan segera dimasukan ke PA untuk pengamatan
lebih lanjut.

Anamnesis dilakukan post operatif dengan mempertimbangkan pada kedua diagnosis


tersebut yaitu kista dermatome dan kista ovarium dextra. Pada anamnesis pasien
mengatakan bahwa selama masa remaja maupun saat kehamilan tidak merasakan
gejala apapun, tidak memiliki riwayat kista maupun kelainan obstetric lainnya baik
untuk pasien maupun keluarganya, tidak pernah memiliki infeksi panggul maupun
nyeri pada panggul, tidak memiliki rasa sakit saat melakukan hubungan seksual serta
bab dan bak lancar. Demam, mual muntah, penurunan berat badan serta keputihan
disangkal pasien. Namun pasien memiliki riwayat haid yang tidak pernah teratur
semenjak menarche , siklus haid biasa bertahan 2-3 bulan dengan paling lama adalah
6 bulan. Durasi haid paling cepat 5 hari dan paling lambat 8 hari disertai dismenorea
primer untuk 1-3 hari pertama haid. Pada kehamilan di UK 5 bulan juga pasien
merasakan nyeri dari punggung kanan ke bawah menjalar ke vagina seperti tertekan
hal ini semakin parat saat pulang kerja dan biasanya bertahan selama 1 jam. Pasien
juga memiliki kebiasaan tidak suka makan sayuran dan setiap hari mengkonsumsi
makanan junkfood. Pasien mengkonsumsi rutin berbagai macam obat diet pada tahun
2019-2021.. Hasil PA juga didapatkan pada tanggal 31 dan dinyatakan bahwa
jaringan kista ovarium dekstra ; Teratoma matur.

Seluruh gejala yang dirasakan oleh pasien tidak sejalan dengan teori apabila
ditemukannya kista ovarium , namun gejala ini juga sejalan dengan penemuan kista
dermoid dikarenakan pasien biasanya tidak meraskan gejala. Ini bisa terjadi
dikarenakan kista belum mencapai >5 cm sehingga belum menganggu pasien. Namun

23
pada usia 5 bulan pasien mulai mengatakan nyeri menjalar dari punggung kanan kea
rah vagina, hal ini dapat terjadi dikarenakan kista mulai tertekan oleh adanya janin di
ibu, karena pada usia 5 bulan , janin seharusnya sudah berada setinggi pusat

Kista ovarium yang paling sering muncul pada ibu hamil adalah kista fungsional
berupa kista luteal, namun kista luteal ini akan hilang dengan sendirinya selama 16
minggu , namun juga ada yang dapat bertahan setelah kehamilan namun tidak
menimbulkan gejala. Hal ini diakibatkan karena pada masa kehamilan korpus luteum
dapat tetap bertahan dikarenakan korpus luteum menghasilkan progresteron,
progestron ini dapat berfungsi dalam mempertahankan kehamilan dan memberikan
efek relaksasi pada endometrium. Sehingga korpus luteum yang berdegenerasi lama
inilah dapat mengakibatkan kista luteal. Kista ovarium juga tidak berpengaruh baik
bagi bayi maupun ibu hanya bila sudah mengalami torsio saja maka akan
mempengaruhi kondisi ibu nya 17

Secara teorinya kista ovarium dapat mengakibatkan siklus menstruasi yang berat atau
tidak teratur atau ada perdarahan diantara siklus menstruasi apabila kista
ovariummnya menghasilkan hormone seks yang menyebabkan pertumbuhan
endometrium. 6 Baik obat diet maupun pola makan sebenernya berpengaruh pada
ketidakseimbangan hormonal yang menjadi salah satu factor resiko kista ovarium
fungsional namun tidak pada kista ovarium patologik. Penanganan yang dilakukna
pada kasus ini juga sudah tepat dikarenakan segera dilakukan kistektomi ketika
ditemukan adanya kista pada ibu.

24
BAB IV

KESIMPULAN
Kista ovarium merupakan kantung yang berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di ovariu, Kista ovarium memiliki 2
klasfiikasi yaitu fisiologis terjadi karena siklus menstruasi dan patologis
yang terjadi karena pertumbuhan sel abnormal. Kista ovarium dapat terjadi
karena berbagai etiologid dan disumbang oleh berbagai factor resiko juga.
Dengan begitu penanganan harus disesuaikan dengan besarnya kista ,
progresivitas serta kondisi dari ibu hamilnya.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Seftika L. Asuhan Kebidana Ganguan Reproduksi Pada Ny.S Umur 29 Tahun
Dengan Kista Ovarium di Ruangan Ginekologi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Kota Semarang. [ Thesis ] Universitas Muhamadiyah Semarang. 2017
2. Putri RH. Pasien Kista Ovarium dalam Pengobatan Non Farmakologi dengan
Kunyit dan Air Kelapa. [Thesis] Universitas Muhamadiya Malang. 2019
3. Avriyani RL, ISwari WA, Pardede T U, dkk. Tatalaksana Neoplasma Ovarium
pada Kehamilan. CDK-255/vol 44 no 8 thn 2017
4. Mobeen S. Ovarian Cyst [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library
of Medicine; 2020 [cited 2021Mar30]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK560541/
5. Hoffman BL, Schorge JO, Halvorson LM, Hamid C, Corton M, Schaffer JI.
Williams gynecology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2020
6. National Center for Biotechnology Information. Ovarian cysts: Overview.
Cologne: Institute for Quality and Efficiency in Health Care; 2019.
7. Shareef S, Ettfagh L. Dermoid cyst. National Center for Biotechnology
Information: Overview. 2021
8. Westhoff C, Pike M, Vessey M. Benign ovarian teratomas: a population-based
case-control study. Br J Cancer. 1988 Jul;58(1):93-8.
9. Gadducci A, Guerrieri ME, Cosio S. Squamous cell carcinoma arising from
mature cystic teratoma of the ovary: A challenging question for gynecologic
oncologists. Crit Rev Oncol Hematol. 2019 Jan;133:92-98. 
10. Caruso PA, Marsh MR, Minkowitz S, Karten G. An intense clinicopathologic
study of 305 teratomas of the ovary. Cancer. 1971 Feb;27(2):343-8. 
11. Saba L, Guerriero S, Sulcis R, Virgilio B, Melis G, Mallarini G. Mature and
immature ovarian teratomas: CT, US and MR imaging characteristics. Eur J
Radiol. 2009 Dec;72(3):454-63
12. Outwater EK, Siegelman ES, Hunt JL. Ovarian teratomas: tumor types and
imaging characteristics. Radiographics. 2001 Mar-Apr;21(2):475-90
13. Ashley DJ. Origin of teratomas. Cancer. 1973 Aug;32(2):390-4
14. Ahmed A, Lotfollahzadeh S. Cystic Teratoma: Review. National Center for
Biotechnology Informatin. 2022
15. Pantoja E, Noy MA, Axtmayer RW, Colon FE, Pelegrina I. Ovarian dermoids
and their complications. Comprehensive historical review. Obstet Gynecol
Surv. 1975 Jan;30(1):1-20
16. Rathore R, Sharma S, Arora D. Clinicopathological Evaluation of 223 Cases of
Mature Cystic Teratoma, Ovary: 25-Year Experience in a Single Tertiary Care
Centre in India. J Clin Diagn Res. 2017 Apr;11(4):EC11-EC14.
17. Chiang G, Levine D. Imaging of adnexal masses in pregnancy. J Ultrasound
Med.  2004;23:805–819.

26

Anda mungkin juga menyukai