Di Susun Oleh :
KUSWATI, S.Kep
2341053
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESA
Pasien menyangkal adanya demam, batuk (-), pilek (-), sesak (-), dan nyeri perut di
sangkal.
Pasien menyangkal adanya keluhan pada BAB dan BAK.
Riwayat Psikososial
Pasien merokok (+) 1-2 bungkus/hari
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Status gizi : gizi kurang
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
HR : 96x/menit
RR : 24x/menit
o
Suhu : 36.8 C
Status Generalis
Kepala : normochepal
Mata :
Pupil : bentuk bulat, diameter 3 mm/3 mm
Refleks pupil : +/+, isokor
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus
sama simetris dekstra sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Bunyi jantung I dan II murni regular
Murmur (-), gallops (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (+), asites (-), scar luka operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Palpasi : (-) perut distensi tegang untuk dipalpasi
Perkusi : hipertimpani seluruh kuadran abdomen
RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan muntah-muntah sejak 2 hari yang lalu, pasien muntah
setiap kali makan dan minum, darah (-), lendir (-), pasien juga mengeluh nafsu makan
menurun, dan jantung sering berdebar-debar, pasien mengeluh sering merasa gerah dan sering
keluar keringat. Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium Pemeriksaan Darah Rutin (30 Agustus
2021)
3
WBC 9.1 10 /π L 4.8 - 10.8
Ly % 5.9 % 20.0 - 40.0
Mo % 4.4 % 0.0 - 11.0
Gr % 89.7 % 40.0– 70.0
3
Ly # 0.5 10 /π L 1.0– 4.3
3
Mo # 0.4 10 /π L 0.0– 1.2
3
Gr # 8.2 10 /π L 1.9 – 7.6
6
RBC 3.95 10 /π L 4.7 – 6.1
HGB 9.0 g/dL 14.0 – 18.0
HCT 28.3 % 42– 52
ANALISA KASUS
Dasar diagnosis ileus obstruktif e.c tumor colorectal pada kasus ini adalah
Laki-Laki, 66 tahun
tidak bisa BAB dan kentut sejak 10 hari SMRS
BAB cair, berlendir dan darah (+) sejak 5 bulan SMRS
Distensi abdomen (+)
Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)
Hipertimpani seluruh kuadran abdomen, pekak hati (-)
Rectaltouche darah (+), lendir (+), feses (-).
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Komplikasi
• Dehidrasi
• Perforasi dan iskemia intestinal
• Peritonitis dan septikemia
PENATALAKSANAAN
Pengobatan small bowel obstruction telah berkembang selama dekade terakhir dan
sekarang meliputi pencegahan primer pada initial laparotomi.
• Antiadhesion barriers mungkin bermanfaat dalam mengurangi keparahan adhesi setelah
operasi. Produk-produk ini diaplikasikan pada permukaan usus pada akhir operasi dan
berperan sebagai penghalang untuk pembentukan adhesi antara loop usus yang berdekatan dan
antara usus dan peritoneum parietal.
•
Obstruksi nonstrangulasi dapat diobati jika pasien secara klinis stabil. Landasan mengobati
semua obstruksi usus adalah resusitasi cairan yang cukup untuk mencapai output urine
minimal 0,5 mL / jam / kg. resusitasi ini harus memenuhi maintenance cairan elektrolit dan
kebutuhan untuk nothing-by-mouth (NPO) pasien serta mengganti kehilangan sebelum dan
berlanjut dari nasogastrik (NG) dekompresi. Penting untuk mendukung perawatan pasien
dengan obstruksi usus yaitu nasogastric suction yang dapat mengurangi bahaya aspirasi paru
dari muntahan dan meminimalkan distensi usus.
•
Obstruksi strangulasi dan peritonitis memerlukan intervensi operasi segera. Kematian
terkait dengan gangren usus bisa mendekati 30% jika operasi tertunda di luar 36 jam.
•
Fluid replacement harus dimulai dengan larutan isotonik. Nilai elektrolit serum, urin output
per jam, dan tekanan vena sentral dapat dimonitor untuk menilai kecukupan resusitasi. Pasien
dengan obstruksi usus biasanya dehidrasi dan kehilangan natrium, klorida, dan kalium,
membutuhkan agresif intravena, penggantian dengan larutan garam isotonik seperti Ringer
laktat. Urine output harus diobservasi dengan pemasangan kateter. Antibiotik harus diberikan
hanya sebagai profilaksis sebelum operasi.
•
Intervensi operative umumnya dilakukan melalui insisi garis tengah, tetapi irisan inguinal
standar dapat digunakan dalam kasus hernia inguinalis atau hernia femoralis inkaserata.
Selama eksplorasi, semua perlekatan yang segaris dan sumber obstruksi diidentifikasi. Setiap
2
gangren usus direseksi.
KOMPLIKASI
Ileus dapat meningkatkan pembentukan adhesi, karena segmen usus memiliki kontak
lebih lama, memungkinkan adhesi lebih kuat dan distensi usus menyebabkan luka serosa dan
iskemia. Setiap karsinoma yang menyebabkan obstruksi cepat bermetastasis. Perforasi dan
iskemia usus dapat menyebabkan peritonitis dan septikemia. Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, hipovolemia dan septikemia semua dapat menyebabkan peredaran darah collaps dan
gagal ginjal akut. Pada obstruksi kolon akut-pseudo, jika perforasi atau iskemia terjadi angka
1
kematian sampai 40%.
PROGNOSIS
Prognosis berkaitan dengan etiologi obstruksi. Sebagian besar pasien yang dirawat
konservatif untuk obstruksi usus halus yang adhesive tidak memerlukan future readmissions,
kurang dari 20% dari pasien tersebut akan memiliki suatu kekambuhan kembali selama 5
tahun berikutnya dengan episode obstruksi usus yang lain. Tingkat mortalitas perioperatif
terkait dengan operasi untuk nonstrangulasi obstruksi intestinal kurang dari 5%, dengan
kebanyakan kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan comorbiditas yang signifikan.
1
Tingkat mortalitas yang terkait dengan operasi untuk berbagai strangulasi obstruksi 8-25%.
Angka kematian pasca operasi dari nonstrangulasi obstruksi sangat rendah. Hambatan yang
berkaitan dengan usus strangulasi membawa kematian sebesar 8% jika operasi ini dilakukan
dalam waktu 36 jam setelah timbulnya gejala. Kematian bisa mendekati 30% jika operasi
2
tertunda di luar 36 jam.