Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

BRONKIOLITIS
OLEH :
TESSA WULANDARI,S.KED
FAB 118 044

Pembimbing :
dr. Enny Karyani, Sp.A

 BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD DR DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2021
1
BAB I PENDAHULUAN
2
LATAR BELAKANG

Bronkiolitis Penyakit Infeksi Inflamasi pada bronkiolus


Respiratorik Akut-bawah

Komplikasi Gagal
Anak < 2 Tahun Puncak Angka mortalitas di negara Napas Bahkan
Usia 2 - 6 Bulan berkembang > negara maju Apnea

Diagnosis Dan Tatalaksana Yang Tepat

Rahajoe, dkk. (2008)


Shawn, dkk. (2014)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
DEFINISI

Bronkiolitis Kumpulan Gejala Dan


Tanda Klinis
1. Infeksi Saluran
Penyakit Infeksi Respiratorik Akut Pernapasan Atas
bawah 2. Diikuti Wheezing Dan
3. Peningkatan Usaha
Inflamasi pada bronkiolus Bernafas

Rahajoe, dkk. (2008) Anak kurang dari 2 tahun


Shawn, dkk. (2014)
5
EPIDEMIOLOGI
1. Bronkiolitis → anak < 2 tahun → insidensi puncak
usia 2 - 6 bulan.
2. Di AS → anak laki-laki > anak perempuan, anak yang
tidak diberi ASI > diberi ASI.
3. Risiko lebih tinggi → anak dari ibu usia muda atau
ibu yang merokok selama kehamilan.

American Academy of Family Physicians, (2006). Robin J Green, dkk. (2010). 6


EPIDEMIOLOGI
1. Angka morbiditas dan mortalitas → Negara
berkembang >Negara maju.
2. Indonesia → Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2002
dan 2003 → 50% berusia < 6 bulan dan penderita
laki-laki > perempuan.

American Academy of Family Physicians, (2006). Robin J Green, dkk. (2010). 7


ETIOLOGI
Tabel 2.1 Penyebab Bronkiolitis
Agen penyebab bronkiolitis
Penyebab Respiratory syncytial virus
tersering Human rhinovirus
95% kasus Parainfluenza virus
Human metapneumovirus
Adenovirus
Influenza virus
Enterovirus

Junawanto Irwan, dkk. (2016).


8
FAKTOR RISIKO
Tabel 2.2 Faktor Risiko Bronkiolitis
Faktor lingkungan Faktor Host
• Riwayat terpapar asap rokok • Riwayat prematuritas
• Durasi singkat / tidak menyusui • penyakit jantung bawaan
• Faktor sosial ekonomi yang buruk • Kelainan anatomi saluran napas
• Riwayat penitipan anak

Rahajoe, dkk. (2008)


9
PATOGENESIS

Giovanni A. Rossi dan Andrew A. Colin. (2014).


10
PATOFISIOLOGI

Caballero Mauricio T, dkk. (2017). 11


DIAGNOSIS

ANAMNESI
S

PEMERIKSA
AN PEMERIKSA
PENUNJAN AN FISIK
G
Rahajoe (2008)
12
ANAMNESIS

Identitas pasien : usia < 2 tahun

Keluhan pertama muncul yaitu batuk pilek dan/atau


rinorea.

Lalu diikuti keluhan mengi (wheezing)

Riwayat kontak dengan anak lain yang mengalami ISPA


(Penitipan anak)

Rahajoe (2008) 13
ANAMNESIS

Riwayat kelahiran : Lahir prematur (<36 minggu)

Keluhan penyerta demam, sulit makan dan minum

Riwayat penyakit sebelumnya : Penyakit jantung


bawaan, kelainan anatomi saluran napas

Rahajoe (2008) 14
PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum : tampak rewel THORAX :
atau sesak
a) Inspeksi : Retraksi (+),
b) Kesadaran : apnea (bayi grunting (+)
pretamur)
b) Perkusi : Hipersonor
c) Tanda vital : suhu > 38,5 C,
o

takipnea, dan/atau disertai c) Auskultasi : Wheezing


takikardi, saturasi oksigen dan/atau disertai crackles.
<92%
d) Pernapasan cuping hidung
Rahajoe, dkk. (2008)
Shawn, dkk. (2014) 15
PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN
EKSTREMITAS
Hepar dan lien dapat teraba
akibat tertekan diafragma Sianosis
paru yang hiperinflasi.

Tanda-tanda dehidrasi juga dapat


ditemukan pada anak malas minum
dan makan

Rahajoe, dkk. (2008)


Shawn, dkk. (2014) 16
Tabel 2.3 Respiratory Distress Assessment Initial (RDAI)
  SKOR Skor
0 1 2 3 4 maksimal

Wheezing :            
Ekspirasi (-) Akhir ½ ¾ Semua 4
Inspirasi (-) Sebagian Semua 2
Lokasi (-)  2 dari 4 lap.  3 dari 4 2
Paru lap. Paru
Retraksi :            
Supraclavic (-) Ringan Sedang Berat 3
ular (-) Ringan Sedang Berat 3
Intercostal (-) Ringan Sedang Berat 3
Subcostal
Total           17
Keterangan :
•Gangguan pernapasan ringan ( skor 0-4 )
•Gangguan pernapasan sedang (skor 5-8 )
•Gangguan pernapasan Berat ( skor > 8 )
Rahajoe, dkk. (2008)
Shawn, dkk. (2014) 17
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap :


Menilai leukosit (leukopenia atau normal)
2. Elektrolit : pada anak tanda dehidrasi (+)
3. Analisa Gas Darah : pada kasus gagal napas
untuk menilai Asidosis

 Foto thorax : hiperaerasi


atau hiperinflasi, ateletaksis.
Friedman Jeremy N, dkk. (2014).
Shawn, dkk. (2014) 18
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Namun di Indonesia
Masih jarang dilakukan
→ sebagian kasus
banyak diberikan
antibiotik
Swab nasopharing : pemeriksaan
Rapid antigen RSV atau ELISA .
Friedman Jeremy N, dkk. (2014).
Shawn, dkk. (2014) 19
DIAGNOSIS BANDING
  Bronkiolitis Asma Bronkopneumonia
• Usia < 2 tahun > 2 tahun Semua umur
• Etiologi Virus Alergen Bakteri
• Demam + - +
• Riwayat keluarga - -/+ -

• Riwayat alergi - + -
• Pemeriksaan Wheezing pertama Wheezing Rhonki 
Fisik kali Berulang

Hiperaerasi atau Bercak infiltrate


• Foto thorax hiperinflasi
• Respon terhadap Lambat • Cepat -
bronkodilator

Rahajoe, dkk. (2008)


Shawn, dkk. (2014) Friedman Jeremy N, dkk. (2014) 20
TATALAKSANA
NON- FARMAKOLOGI
OBSERVASI OKSIGENASI

jika Spo2 < 90%


Tanda-tanda vital
(suhu, laju pernapasan, nadi Nasal kanul (0,5-3 LPM)
dan saturasi oksigen)
Masker (maksimum 4 LPM)

Target SpO2 >90%


Caballero Mauricio T, dkk. (2017)
21
TATALAKSANA
NON- FARMAKOLOGI
PEMBERIAN NUTRISI DAN EDUKASI KELUARGA
CAIRAN
1. Informasi mengenai penyakit bronkiolitis
2. Beberapa kasus hanya memerlukan tindakan
1. Melalui oral (jika pasien mampu) suportif.
2. Intravena atau selang nasogastrik 3. Orangtua harus melakukan pemantauan
(jika pasien sulit melalui oral atau ketat kearah lebih berat.
penurunan kesadaran)
4. Menghindari anak dari paparan asap rokok
5. melakukan cuci tangan.
Caballero Mauricio T, dkk. (2017) 22
FARMAKOLOGI
BRONKODILATOR RIBAVIRIN
1. Masih kontroversi 1. Masih kontroversi
2. Salbutamol dosis 0,05–1 2. Nebulizer aerosol 20 mg/ml
mg/kgBB/kali → dalam NaCl →12-18 jam per hari selama
3% hingga 4 mL → setiap 6 3-7 hari.
jam. 3. Cara kerja → Menghambat
3. Cara kerja → bronkodilatasi, translasi messenger RNA
↓pelepasan mediator dari sel (mRNA) virus ke dalam
mast, ↓edema mukosa protein virus

Caballero Mauricio T, dkk. (2017)


Rahajoe, dkk. (2008) 23
FARMAKOLOGI
  KORTIKOSTEROID ANTIBIOTIK
1. Masih kontroversi 1. Indikasi jika ada infeksi
2. Bolus deksametason 1 sekunder.
mg/kgbb→diikuti dosis 0,5 2. Ampisilin 100-200
mg/kgbb/hari setiap 8 jam.
mg/kgbb /hari →
3. Cara kerja → Mengurangi intravena dibagi 4 dosis.
inflamasi

Caballero Mauricio T, dkk. (2017)
Rahajoe, dkk. (2008) 24
KRITERIA RAWAT INAP KRITERIA RAWAT ICU

1. Saturasi oksigen <90% 1. Kegagalan untuk


2. Gangguan pernapasan parah mempertahankan saturasi
(sianosis, grunting, retraksi, oksigen> 90%,
Takipnea) 2. Apnea
3. Tidak mau makan dan/atau minum 3. Hiperkarbia dengan
4. Apnea akibat asidemia
5. Bayi prematur dengan faktor risiko (PH <7,25)
yang mendasari
6. Dehidrasi dan kurangnya intake

Robin J Green, dkk. (2010) 25


KRITERIA PULANG
Status pernapasan membaik
( takipnea (-), retraksi (-), spo2 >90% pada suhu ruangan)
Status nutrisi
(mampu intake peroral)
Status sosial
(orangtua mampu melakukan perawatan dirumah)
Pemantauan
Menyarankan kontrol pasca rawat inap.

Robin J Green, dkk. (2010) 26


KOMPLIKASI

JANGKA
JANGKA
PENDEK
PANJANG
(AKUT)

APNEA
ATAU
ARDS ASIDOSIS ASMA
HENTI
NAPAS
Maraqa Nizar F. (2018)
27
PENCEGAHAN
PROMOTIF PREVENTIF

1. Anak dihindari dari paparan Profilaksis palivizumab →


asap rokok selama 5 bulan → dosis 15
mg /kgBB sekali pemberian →
2. Pemberian ASI Eksklusif →
intramuskular
maturitas sistem imun
3. Mencuci tangan

Oymar Knut , dkk. (2014) 28


AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (AAP)
MEREKOMENDASIKAN PEMBERIAN SERUM IMUNOGLOBULIN
ATAU PALIVIZUMAB TERUTAMA PADA :

1. Anak < 24 bulan dengan penyakit paru-paru kronis prematuritas yang


membutuhkan terapi medis (oksigen tambahan, bronkodilator atau terapi
diuretik atau kortikosteroid)
2. Kelahiran prematur dengan usia gestasi < 32 minggu diberikan profilaksis
hingga usia 6 bulan
3. Bayi baru lahir pada usia gestasi 32-35 minggu → memiliki saudara kandung
usia sekolah yang terkena polusi lingkungan atau memiliki abnormalitas saluran
nafas dan gangguan neuromuskular berat.
4. Anak < 24 bulan dengan penyakit jantung bawaan sianotik yang signifikan
secara hemodinamik.2,4

American Academy of Family Physicians, (2006).


29
American Academy of Family Physicians, (2006).
30
PROGNOSIS

Bronkiolitis →Self-limited
Disease
Prognosis Relatif Baik.
Dapat Berkembang 1. Riwayat keluarga ASMA
menjadi Asma 2. Riwayat Alergi

prematuritas
dan usia muda

Petrarca Laura. (2017)


Jeremy N Friedman, dkk. (2018). 31
BAB III
PENUTUP
32
KESIMPULAN
Bronkiolitis → Penyakit Infeksi
Respiratorik Akut-bawah →
Inflamasi Pada Bronkiolus →Anak <
2 Tahun.

Diagnosis dapat ditegakkan


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

33
KESIMPULAN
Prinsip Tatalaksana Bronkiolitis Adalah
Terapi Suportif, Dapat Pula Diberikan
Farmakologi Meskipun Masih
Kontroversi.

Prognosis :
Self-limited Disease→ Relatif Baik.
Riwayat keluarga ASMA dan Riwayat
Alergi→ berkembang menjadi asma
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Rahajoe Nasiti, N. Bambang Supriyatno. Darmawan Budi Setyanto. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008. Hal 333-347
Silver Alyssa H, Nazif Joanne M. 2019. Bronchiolitis. 40 (11)
Shawn L. Ralston, dkk. 2014. Clinical Practice Guideline: The Diagnosis, Management, and
Prevention of Bronchiolitis. American Academy Of Pediatrics, 134 (35)
American Academy of Family Physicians, the American College of Chest Physicians, and the
American Thoracic Society. 2006. Diagnosis and Management of Bronchiolitis. Pediatrics, 118 (4)
Robin J Green, dkk. 2010. South African guideline for the diagnosis, management and prevention of
acute viral bronchiolitis in children. SAMJ,100(5): 320-325
Giovanni A. Rossi dan Andrew A. Colin. 2014. Infantile respiratory syncytial virus and human
rhinovirus infections: respective role in inception and persistence of wheezing. European Respiratory
Journal, 45; 774-789.
Mustafa Ghulam. 2013. Bronchiolitis. Pakistan Pediatrics Review, 1; 5-10.
Oymar Knut , dkk. 2014. Acute bronchiolitis in infants, a review. Scandinavian Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine. 22-23.

36
Erickson Evelyn N, dkk. 2020. Pediatric Bronchiolitis.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519506/ ( diakses tanggal 18 januari 2021 )
Caballero Mauricio T, dkk. 2017. Viral bronchiolitis in young infants: new
perspectives for management and treatment. Journal de pediatria, 93 (s1); 75-83.
Todd A Florin, dkk. 2017. Viral bronchiolitis. Lancet, Vol 389.
Friedman Jeremy N, dkk. 2014. Bronchiolitis: Recommendations for diagnosis,
monitoring and management of children one to 24 months of age . Paediatr Child
Health, 19(9):485-91
Junawanto Irwan, dkk. 2016. Diagnosis dan Penanganan Terkini Bronkiolitis pada
Anak. CDK-241, vol. 43 (6)
Petrarca Laura. 2017. The treatment of acute bronchiolitis: past, present and future.
Breathe ; Vol 13 (1)
Maraqa Nizar F. 2018. Bronchiolitis.
https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview (diakses tanggal 29 januari
2021)
37

Anda mungkin juga menyukai