Polip nasal,
aringotrakheomalacia
Gangguan
aliran udara
Intratoraka
l
Gangguan
volume udara
Ekstratorak
al
Inspiratory constrant
Hepatomegali, gastritis,
peritonitis
Gangguan pusat respirasi
Hiperventilasi
Asidosis metabolik,
trauma
4 kapitis, anemia,
psikogenik
Macam-macam
Sesak napas:
1. Tachypnea, Freq > Normal
(12-20/menit)
Dyspnea (+) / (-)
Dyspnea Tachypnea (+) / (-)
2. Hyperventilasi, Ventilasi
eliminasi CO2 > N
PCO2
3. Exertional Fatique
dyspnea yang
sesungguhnya
* Cardiovaskuler
* Neuromusculer Fatique
* Penyakit-penyakit non
pulmonal lain
Etiologi sesak
Pemeriksaan Umum
TANDA VITAL
Tekanan darah
Sistol < 90 mmHg gawat darurat!
Temperatur
< 35C (95F) atau > 41C(105.8F) gawat darurat!
Tekanan nadi
Pulsus paradoksus pada saat inspirasi naik > 10 mmHg
Obstruksi pulsus paradoksus mningkat
Obstruksi membaik pulsus paradoksus menurun
Frekuensi napas
< 5 x/menit hipoventilasi kemungkinan bsr respiratory arrest
> 35 x/menit hiperventilasi ok ggg parah otot2 pernapasan lelah
gagal napas
Tampilan umum
Mengantuk + napas lambat, pendek ok obat, retensi CO2, g3 SSP (mis :
stroke, edema serebral, pendarahan subaraknoid)
Gelisah + napas cepat ok hipoksemia berat krn primer penyakit paru/sal
napas, anxiety attack, histerical attack
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Sianosis
Napas yang lambat dan pendek retensi
CO2
Napas yang gelisah, napas cepat dan dalam
Palpasi
Ggg pengembangan hemitoraks tertinggal pengembangan
hemitoraks
Akibat dari :
Obstruksi salah satu bronkus utama
Pneumotoraks
Efusi pleura
Perkusi
Hipersonor hiperinflasi paru seperti pada asma akut,
emfisema, pneumotoraks
Redup konsolidasi paru, efusi pleura
Auskultasi
Intensitas suara napas pd k2 bidang paru obstruksi sal
napas pada konsolidasi, efusi pleura, pneumotoraks
Ronki kasar dan nyaring obstruksi parsial atau
penyempitan sal napas
Ronki basah halus paru berisi cairan
Ronki bilateral + irama gallop gagal jantung kongestif
Egofoni konsolidasi
Sesak & rasa sakit friction rub
Pemeriksaan Laboratorium
Sputum gram
menentukan jenis
kuman
Analisa gas darah
Diagnosis gagal nafas akut pO2
< 50 atau pCO2 > 50 dan ph <
Digunakan sebagai petunjuk
penggunaan suplemen oksigen
dan keputusan untuk
menggunakan ventilasi mekanis
Spirometri
Untuk memberi informasi
beratnya obstruksi
PEFR < 50% = obstruksi parah
RADIOLOGI
Foto toraks PA dan
lateral
Adanya
bula,kista,emfisema
atau diafragma
mendatar PPOK
Adanya kardiomegali
sesak yang
berkaitan dengan
jantung
Oksigen
Oksigen harus diberikan kecuali bila terjadi retensi CO2
yang akan memburuk karena tingginya oksigen yang
diberikan (FIO2)
Tujuan terapi oksigen mempertahankan PaO2 sebesar
60-70 mmHg dengan kenaikan minimal pada PaCO2
normal
Skala dispnea
Tingka
t
Derajat
Kriteria
Normal
Ringan
Terdapat kesulitan bernapas, napas pendekpendek ketika terburu-buru atau ketika berjalan
menuju puncak landai
Sedang
Berat
4 dariSangat
Terlalu
sulit untuk
bernapas
bila 1982
meninggalkan
Data
Brooks SM,
chairman:
ATS News
8:12-16,
Berat
rumah atau sulit bernapas ketika memakai baju
atau membuka baju.
Diagnosis :
Anamnesis
Keluhan awal
Akut : serangan asma bronkial, emboli paru, pneumotoraks,
atau infark miokard
Kronik :
eksaserbasi penyakit paru yang kronik
Perkembangan proses sedikit demi sedikit seperti pada efusi pleura
atau gagal jantung kongestif
Kelainan paru
Kelainan
jantung-paru
Kelainan non
jantung non
paru
Gagal jantung
kongestif
Kelainan paru
obstruktif
PPOM dengan
Hipertensi
pulmonal
Gangguan
metabolik
Penyakit
jantung koroner
Kelainan paru
restriktif
Emboli paru
kronik
Psikogenik
Infark miokard
Kelainan paru
herediter
Trauma dada
Penyakit
neurimuskular
Kardiomiopati
Pneumothoraks
Hipertrofi
ventrikel kiri
Perikarditis
Aritmia
Kelainan THT
Patofisiologi
20
Ventilatory defect
diagnosis
Diagnosi
s
Normal
Kondisi
% VC > 80%
Obstrukti
f
Restriktif
Kombina
si
% VC < 80%
Manifestasi klinis
Sesak napas ringan
Gangguan pernapasan
Nyeri dada
Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan
peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok
Kelainan
Manifestasi klinis
SARS
Demam >38 C
Batuk
Kesulitan Bernapas (Napas Pendek, Sesak Napas)
Kulit Kemerahan
Sakit kepala
Nyeri Otot dan Diare
Pneumonia
Asma
Dekade ke 6
Variasi
paling cepat awal 40
Sangat berperan
- kurang
- dpt memperberat
Reversibiliti
obstruksi kronik
- obs. episodik
obstruksi
dan menetap
- VEP-1 normal
waktu remisi
VEP-1 menetap
- VEP-1 membaik
dgn bronkodilator
dgn bronkodilator
sedikit perbaikan
PPOK
Asma
Perjalanan
penyakit
progresif
lambat
episodik
Riwayat
alergi
jarang
sering
Kapasiti
difusi
menurun
normal
Hipoksemia
kronik
Spirometri
bronkodilator
jarang
Asma
Asma
Penyakit gangguan inflamasi kronis saluran
pernapasan yg dihubungkan dgn hiperresponsif,
keterbatasan aliran udara yg reversible & gejala
pernapasan.
Penyempitan jalan napas disebabkan
EPID
bronkospasme, edema mukosa, & hipersekresi
Menyerang lebih kurang 300 juta orang
yg kental.efek merokok
mukus
Sering merupakan
Sekitar 10-12% dewasa dan 15% anak-anak
Anak-anak insiden pria 2x wanita
Dewasa pria = wanita
Definisi
Asma adalah keadaan yang ditandai
dengan serangan berulang dispnea
paroksimal*, dengan mengi akibat
kontraksi spasmodik bronki. Pada bbrp
kasus, terdapat manifestasi alergi pada
orang-orang yang peka, yang lain
dicetuskan oleh latihan fisik yang berat,
partikel-partikel iritan,atau stress
psikologik.
* dispnea paroksimal : sukar bernafas
Epidemiologi
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) :
Asma merupakan 10 besar penyebab
kesakitan & kematian di Indonesia. Asma
menduduki peringkat ke-5 dari 10
penyebab kesakitan bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema.
Atopic
asthma
Non atopic
asthma
Karena infeksi
Drug induced
asthma
Occupational
asthma
asthma
Etiologi
ASMA
Faktor-faktor resiko
lingkungan (penyebab)
INFLAMASI
Hiperesponsif
jalan nafas
Obstruksi
jalan nafas
Pencetus
Gejala
Pencetus Asma
Ada dua faktor pencetus asma:
Pemicu / trigger yang
meyebabkan menyempitnya saluran
pernafasan (bronkokonstriksi)
Tidak menyebabkan
peradangan
Pemicu yang menyebabkan
bronkokonstriksi antara
lain:
Perubahan cuaca dan suhu
udara
Polusi udara
Asap rokok
Infeksi saluran pernafasan
Gangguan emosi
B. Faktor lingkungan
Bahan-bahan di dalam ruangan :
- Tungau debu rumah
- Binatang, kecoa
Bahan-bahan di luar ruangan
- Tepung sari bunga
- Jamur
Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap,
pewarna makanan
Obat-obatan tertentu
Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
Infeksi saluran napas
Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu.
Perubahan cuaca
KLASIFIKASI ASMA
ASMA EKSTRINSIK
ASMA INTRINSIK
Etiologi
Reaksi
hipersensitifitas tipe I
yang dipicu oleh
pajanan ke suatu
antigen ekstrinsik
Bersifat nonimun,
rangsangan kecil
pada org normal akan
berakibat
bronkospasme pada
pasien
Jenis
-Asma atopik
-Asma pekerjaan
-Aspergilosis
bronkopulmonal
alergik
Pemeriksaan lab
Klasifikasi Asma
Berdasarkan perjalanan klinik :
Gejala
Gejala Malam
Faal Paru
Intermitten
Bulanan
Gejala <1x/mingguTanpa
gejala diluar serangan
Serangan singkat
< 2x sebulan
Persisten ringan
Mingguan
Gejala >1x/minggu tetapi
<1x/hari
Serangan dapat
mengganggu aktivitas dan
tidur
>2x sebulan
APE >80%
VEP1>80% nilai prediksi
APE>80% nilai terbaik
Variabiliti APE 20-30%
Persisten sedang
Harian
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur
Membutuhkan
bronkodilator setiap hari
>1x seminggu
APE 60-80%
VEP1 60-80% nilai
prediksi
APE 60-80% nilai terbaik
Variabiliti APE>30%
Persisten berat
Kontinyu
Gejala terus menerus
Sering kambuh
Aktivitas fisik terbatas
Sering
APE<60%
VEP1 <60% nilai prediksi
APE <60% nilai terbaik
Variabiliti APE >30%
GEJALA
GEJALA
MALAM
INTERMITTE
N
Mingguan
< 1x / minggu
Tanpa gejala di luar serangan
Serangan singkat
Fungsi paru asimtomatik dan normal
di luar serangan
PERSISTEN
RINGAN
Mingguan
VEPI atau
APE > 80%
Normal
PERSISTEN
SEDANG
Harian
Gejala harian
Menggunakan obat setiap hari
Serangan mengganggu aktifitas dan
tidur
Serangan 2x / minggu, bisa berharihari
> Sekali
seminggu
VEPI atau
APE > 60 %
Tetapi < 80
% normal
PERSISTEN
BERAT
Kontinu
Sering
VEPI atau
APE < 80 %
Normal
< 2x
sebulan
FUNGSI
PARU
VEPI atau
APE > 80%
Karakteristik
Terkontrol
Terkontrol partial
Tak terkontrol
Gejala harian
Keterbatasan
aktifitas
Tidak
Gejala asma
malam hari
Tidak
Beberapa
Kebutuhan akan
obat-obatan
pelega
Normal
< 80%
Eksaserbasi
Tidak
Ringan
Sedang
Berat
aktivitas
Dapat berjalan
Dapat berbaring
Jalan terbatas
Lebih suka duduk
Suka berjalan
Duduk
Bicara
Beberapa kalimat
Kalimat terbatas
Kesadaran
Mungkin
terganggu
Biasanya terganggu
Biasanya
terganggu
Frekuensi
napas
Meningkat
Meningkat
Sering >
30x/menit
Retraksi
otot2 bantu
napas
Umumnya tidak
ada
Ada
Mengi
Lemah sedang
Keras
Keras
Frekuensi
nadi
< 100
100-120
>120
Pulsus
paradoksus
APE sudah
brokodilator
(%)
> 80%
60-80-%
< 60%
PaCO2
< 45 mmHg
< 45 mmHg
< 45 mmHg
Sa02
> 95%
91-95%
< 90%
Asma episodik
jarang (asma
ringan)
Asma episodik
sering (asma
sedang)
Asma persisten
(asma berat)
Frekuensi serangan
< 1X/bulan
>1X/bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Di antara serangan
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Pemeriksaan fisik di
luar serangan
Normal
Mungkin terganggu
(ada kelianan)
Anti inflamasi
Tidak perlu
Non steroid/steroid
inhalasi dosis
rendah
Steroid inhalasi/oral
PEF/FEV1 >80%
PEF/FEV1 60-80%
Variabilitas >15%
Variabilitas >30%
Variabilitas >50%
PATOGENESIS
Allerge
n
Pelepasan IgE
histamin,
prostaglandi
n,
Saluran napas
hiperresponsif
Kontraksi otot
polos
leukotrin
Kelelahan
otot
Peningkatan
kerja otot
pernapasan
Peningkatan
kerja napas
Ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi, Peningkatan
resistensi aliran, Hiperinflasi
pulmoner
Obstruksi saluran
napas
Inefisiensi
pertukara
n gas
Hambatan
aliran udara
ekspirasi
berat
Hiperinfla
si dianmik
Gagal
napas
Patofisiologi
Patogenesis
Asma sebagai Penyakit Inflamasi
Asma saat ini dipandang sebagai
penyakit inflamasi saluran nafas
karena dijumpai syarat-syarat
radang.
Dengan demikian
penyempitan saluran
nafas pada asma akan
menimbulkan:
Hipoventilasi
Ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Gangguan difusi gas di
tingkat alveol
KELAINAN YANG
TIMBUL
MAKROSKOPIK
kelainan terpenting ditemukan
pd bronkus dan bronkiolus.
Dinding bronkiolus lebih tebal
drpb biasa dan di dalam
lumen dapat terlihat
kumpulan lendir kental yg
dapat menyubat lumen.
MIKROSKOPIK
- Selaput lendir yg sembab,
berserbukan sel radang
eosinofil dan limfosit dan
kelenjar lendir hiperplastik
- Penebalan membran basalis
- Hipertrofi otot polos
- Dlm lumen tdpt sekret lendir
basofilik
GAMBARAN KLINIS
- Nafas berbunyi ngikngik
- Batuk-batuk
- Nafas pendek
tersengal-sengal
- Sesak dada
- Susah berbicara dan
berkonsentrasi
- Pundak membungkuk
- Bayangan abu-abu
atau membiru pada
kulit, bermula dari
mulut
Manifestasi Klinis
Batuk
Sesak nafas
Ciri Asma:
Bronkokonstriksi :
Hiperresponsivitas
Remodelling
Peningkatan massa otot
polos
Wheezing (mengi)
Dyspneu
Edema mukosa
Hipersekresi mukus
Kerusakan epitel
Riwayat
penyakit
Pemeriksaan
Fisis
untuk
menentukan
waktu saat
timbulnya
serangan &
beratnya gejala
Membandingkan
dng eksaserbasi
sebelumnya
Semua obat yg
digunakan
Riwayat di RS
Kunjungan ke
GD
riwyat episode
gagal napas
Keadaan umum
pasien
Pada kondisi sangat
berat akan duduk
tegak
Penggunaan otot
tambahan
Adanya retraksi otot
(Sternokleidomastoide
us & supra sternal)
F. pernapasan
>30x/mnt
Takikardi >120x/mnt
F. jantung 90120x/mnt
Pengukuran saturasi
oksigen
Foto
toraks
Foto toraks
dilakukan dng
tanda & gejala
adanya
pneumotoraks,
instabilitas
kardiovaskular
atau suara
napas yang
asimetris
Monitor
Irama jantung
EKG tidak diperlukan
secara rutin, tetapi untuk
lansia selain menderita
asma juga menderita
penyakit jantung harus
secara rutin
Diagnosis
Anamnesa
1. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan,
batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam
hari.
2. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
3. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau
penyakit alergi yang lain.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah,
penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru :
Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma
terdorong ke bawah.
Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
Perkusi : hipersonor
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium:
Darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik)
Sputum (eosinofil, spiral Curshman, kristal Charcot-Leyden)
Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
menentukan adanya obstruksi jalan napas.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin didapat
peningkatan eosinofil dan IgE
Sputum didapat adanya
eosinofil, spiral crushman,
kristal charcot Leyden.
Foto toraks dapat normal
diluar serangan, hiperinflasi
saat serangan, adanya
penyakit lain
Faal paru (spirometri /peak
flow meter) menilai berat
obstruksi, reversibilitas,
variabilitas
Uji provokasi bronkus untuk
membantu diagnosis
Yg membedakan asma
dgn penyakit paru lain
Pada asma serangan
dapat hilang dengan
atau tanpa obat
Gejala asma juga
bervariasi dr individu ke
individu yg lain, bahkan
juga bervariasi pada
individu sendiri(gejala
pada malam hari lebih
sering muncul
dibanding siang hari)
Pengobatan
OBAT ASMA
Pada dasarnya penanganan asma yang
Obat2 yg m inflamasi sal
paling efektif adalah dengan menghindari
napas
faktor-faktor pencetus asma dan
menggunakan obat asma untuk mengurangi Obat2 untuk mengurangi
pembengkakan saluran pernafasan.
bronkospasme
Pengobatan asma secara cepat/jangka
pendek yaitu dengan menggunakan obat
pelega saluran pernafasan seperti inhaler
dan nebulizer yang berfungsi
menghentikan serangan asma.
Tujuan Penatalaksanaan
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi penyakit
Meningkatkan fungsi paru mendekati normal
Mempertahankan fungsi paru
Menghindari efek samping obat
Mencegah obstruksi yang ireversibel
Mencegah kematian karena asma
Pengobatan Asma
Farmako terapi:
Bronkodilator :
Reseptor Beta 2 Adrenergik
Teofilin
Anti musicarnic agents
Anti inflamasi :
Kortikosteroid
Inhibitor degranulasi sel mast
Humanized monoclonal Ab (Anti IgE)
Leukotrien pathway inhibitor
Berat ringannya
serangan
Terapi
lokasi
Ringan
Sedang
- puskesmas
- klinik rawat jalan
- IGD
-praktek dokter umum
-rawat inap jika tidak ada
respons dalam 4 jam.
Berat
Terbaik :
-Oksigen 2-4 liter/menit
-agonis beta 2 nebulasi diulang
s/d 3 kali dalam 1 jam pertama
-aminofilin IV dan infuse
-steroid IV diulang tiap 8 jam
- IGD
- Rawat inap apabila dalam
3 jam belum ada perbaikan
-pertimbangkan masuk ICU
jika keadaan memburuk
progresif.
Mengancam jiwa
Terbaik
ICU
-lanjutkan terapi sebelumnya
-pertimbangkan intubasi dan
ventilasi mekanik
Obat pelega
Intermiten
Tidak perlu
Persisten Ringan
Obat pelega
Persisten Sedang
Persisten Berat
Terapi
Lokasi
RINGAN
Aktivitas hampir normal
Bicara dlm kalimat penuh
HR<100x/menit
Terbaik:
Agonis isap boleh diulang 1 jam kemudian
atau tiap 20 menit dlm 1 jam
Alternatif:
Agonis oral 3x<2mg
Teofilin 75-150mg
Lama terapi menurut kebutuhan
Di rumah
SEDANG
Hanya mampu berjln jarak
dkt
Bicara dlm kalimat terputusputus
HR 100-120x/menit
Terbaik:
Agonis secara nebulisasi2,5-5mg, dpt
diulangi s.d 3x dlm 1 jam pertama dan dpt
dilanjutkan setiap 1-4 jam kemudian
Alternatif:
Agonis IM/adrenalin SC
Teofilin IV 5mg/kg BB pelan2
Steroid IV/ kortison 100-200mg, IM
deksametason 5 mg IV
O 4 L/menit
Puskesmas
Klinik rawat
jalan
UGD
Praktek
dokter
umum
Dirawat RS
bila tdk
respon dlm
2-4 jam
Terapi
Lokasi
BERAT
Sesak pd istirahat
Bicara dlm kata terputusputus
HR>120x/menit
Terbaik:
Agonis secara nebulisasi, dpt diulangi s.d 3x
dlm 1 jam pertama selanjutnya dpt diulang
setiap 1-4 jam kemudian
Teofilin IV dan infus
Steroid IV dpt diulang/8-12 jam
Agonis SC/IV/6jam
O 4L/menit
Pertimbangkan nebulisasi Ipratropium bromide
20 tetes
UGD
Rawat bila tdk
respon dlm
maks.3 jam
Pertimbangkan
rawat ICU bila
cenderung
memburuk
progresif
MENGANCAM JIWA
Kesadaran menurun
Kelelahan
Sianosis
Henti napas
Terbaik:
Lanjutkan terapi sebelumnya
Pertimbangkan ventilasi mekanik
Pertimbangkan anestesi umum utk terapi
pernapasan intensif. Bila perlu dilakukan
kurasan bronkoalveolar
ICU
Agonis 2
adrenoreseptor
Inhalasi, oral, dan IV:
Kerja singkat:
Salbutamol
(albuterol)
Terbutalin, Rimeterol
Fenoterol, Pirbuterol
Antagonis
reseptor
muskarinik
Inhalasi:
Ipratropium
bromida
Oxitropium
bromida
Xantin
Kerja lama:
Salmeterol,
Formoterol
Efek samping
(terkait dosis)
Tremor otot
Takikardia, palpitasi
hipokalemia
Jarang
Ipratropium
-rasa pahit
Nyeri kepala,
muntah, mual,
rasa tidak
nyaman di
abdomen,
diuresis, aritmia
jantung, epilepsi,
gangguan
perilaku (?)
Tipe
Kortikosteroid
Inhalasi:
Beklometason proprionat
Fluktikason proprionat
Budesonid
Oral:
Prednison, prednisolon
Cromon
Inhalasi:
Natrium
kromoglikat
(kromolin)
Nedokromil
natrium
Oral:
Antagonis reseptor:
Montelukast,
Zafirlukast, Pranlukast
Jarang
IV:
Hidrokortison
Metilprednison
Efek samping
(terkait dosis)
Inhalasi:
Kandidiasis oral, suara serak,
batuk
Oral dan dosis tinggi:
Retardasi pertumbuhan,
memar, supresi aksis
hipotalamus-hipofisis,
osteoporosid, retensi air,
hipertensi, peningkatan berat
badan, masalah mata, diabetes,
psikosis
Antileukotrien
Iritasi tenggorokan
dengan inhalasi
bubuk
Inhibitor
lipooksigenase:
Zileuton
Penatalaksanaan Non
Farmakologi
Pencegahan
Komplikasi
Pneumotoraks
Menghindari kelelahan
Atelektasis
Gagal nafas
Diagnosa Banding
Dewasa :
PPOK
Bronkitis kronik
Gagal Jantung Kongestif
Batuk kronik akibat lain
Disfungsi laring
Obstruksi mekanis
Emboli paru
Anak :
Benda asing di sal nafas
Laringotrakeomalasia
Pembesaran kel limfe
Tumor
Stenosis trakea
bronkiolitis
DIAGNOSIS
BANDING
Dewasa
KOMPLIKASI
Pneumotoraks
Anak
PPOK
Bronkitis Kronik
Gagal Jantung
Kongestif
Batuk kronik
akibat lain-lain
Disfungsi laring
Obstruksi
mekanis
Emboli paru
Benda asing di
saluran napas
Laringtrakeomal
asia
Pembesaran
kelenjar limfe
Tumor
Stenosis trakea
Bronkiolitis
Pneumomediastinu
m
Emfisema sub kutis
Ateletaksis
Aspergilosis
bronkopulmonar
alergik
Gagal nafas
Bronkitis
Gagal jantung kanan
PENCEGAHAN ASMA
1. Pencegahan primer
. Mencegah terjadinya sensitisasi pada bayi/anak yang
mempunyai resiko untuk menjadi asma dikemudian hari
dengan cara mengenali adanya faktor resiko/alergen
2. Pencegahan sekunder
. Mencegah terjadinya asma/inflamasi pada seorang anak
yang sudah tersensitisasi, dengan cara pemberian obat
anti histamin, menghindari alergen
3. Pencegahan tersier
Mencegah terjadinya serangan pada seorang anak yang
sudah menderita asma dengan cara menghindari faktor
pencetus, pemberian terapi jangka panjang (kortikosteroid
baik yang diberikan sendiri maupun kombinasi dengan
beta agonis kerja panjang/ anti leukotrien)
PPOK
PPOK
Penyakit paru yg ditandai oleh hambatan aliran udara yg
bersifat non reversibel atau reversibel sebagian
disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis
FAKTOR RESIKO
Merokok
Usia > 50 tahun
Laki-laki
Infeksi dada pada masa kanak-kanak
Asma
Status sosioekonomi rendah
Defisiensi 1-antitripsin
Polusi atmosfer
PPOK
PPOK (penyakit paru obstruktif kronis): penyakit yang
ditandai dengan gangguan aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversibel (GOLD).
PPOK:
Emphysema : destruksi & pembesaran ruang alveolus
Chronic bronchitis
Small airway disease : penyempitan bronkiolus
Etiologi PPOK
Kebiasaan merokok
Polusi udara
Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat
bekerja
Riwayat infeksi saluran napas
Bersifat genetik yaitu defisiensi alfa 1 antitripsin
Faktor Resiko
Polusi di dalam ruangan (asap rokok, asap kompor)
Polusi di luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor,
debu jalanan)
Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas
beracun)
Infeksi saluran napas bawah berulang,
Defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terdapat
di Indonesia.
Ada 2 penyebab
penyumbatan aliran udara:
Emfisema adalah suatu
pelebaran kantung udara kecil
(alveoli) di paru-paru, yang
disertai dengan kerusakan
pada dindingnya.
Dalam keadaan normal,
sekumpulan alveoli yang
berhubungan ke saluran nafas
kecil (bronkioli), membentuk
struktur yang kuat dan
menjaga saluran pernafasan
tetap terbuka. Pada emfisema,
dinding alveoli mengalami
kerusakan, sehingga bronkioli
kehilangan struktur
penyangganya. Dengan
demikian, pada saat udara
dikeluarkan, bronkioli akan
mengkerut. Struktur saluran
udara menyempit dan sifatnya
menetap.
Bronkitis kronis
adalah batuk
menahun yang
menetap, yang
disertai dengan
pembentukan
dahak dan bukan
merupakan akibat
dari penyebab
yang secara medis
diketahui
(misalnya kanker
paru-paru). Pada
saluran udara kecil
terjadi
pembentukan
jaringan parut,
pembengkakan
lapisan,
Emphysema
Bronkitis kronik
Asma-akut
Etiologi
Rokok, genetik
Rokok, polusi
udara
Hipersensitivitas tipe
I,
Lokasi
Alveol
Bronki
Bronkus kecil,
bronkiolus
Patofisiologi
Destruksi dinding
alveolar,
hilangnya
elastisitas,
ekspirasi
terganggu, barrel
chest,
hiperinfeksi
Produksi dan
sekresi mukus
bertambah
banyak, inflamasi
dan infeksi,
obstruksi
Batuk,
dyspnea
Kadang batuk
dyspnea
Batuk, dyspnea,
wheezing
Sputum
Sedikit
Banyak, purulen
Mukus kental
Sianosis
Tidak
Iya
Pada asmaticus
Infeksi
Kadang-kadang
Sering
Kadang-kadang
Cor pulmonale
Terjadi saat
Biasa
Jarang
Klasifikasi PPOK
Baru
Gold 2003
Derajat
Gejala klinis
Faal paru
Derajat 0
Beresiko
Normal
Derajat I
PPOK Ringan
Derajat II
PPOK Sedang
Derajat III
PPOK Berat
Derajat IV
PPOK Sangat Berat
Manifestasi Klinis
Biasanya penderita di atas
usia 40 tahun
Sesak, batuk, wheezing
Auskultasi ekspirasi > 4 detik
Batuk
produktif
sputum
mukoid
Sesak napas yang progresif,
memburuk dengan aktivitas,
persisten
Batuk darah blood-streaked
purulen sputum (eksa-serbasi)
Nyeri dada (pleuritis,
pneumotoraks, emboli paru)
Anoreksi & BB progresif
jelek
GEJALA EKSASERBASI
1. Batuk makin sering /
hebat
2. Produksi sputum
bertambah banyak
3. Sputum berubah warna
4. Sesak napas
bertambah
5. Keterbatasan aktiviti
bertambah
6. Terdapat gagal napas
akut pada gagal napas
kronik
7. Kesadaran menurun
Patofisiologi
Obstruksi saluran napas
Hiperinflasi ( peningkatan
kapasitas total paru )
Bisa disimpulkan
bahwa hiperinflasi
merupakan
mekanisme
kompensasi untuk
obstruksi saluran
napas.
Namun hiperinflasi
dapat mengakibatkan
diafragma menjadi
lebih datar dari
normal pada waktu
ekspirasi.
Patofisiologi
Hipertrofi dan hiperplasi
Kelenjar mukus
Bronkitis kronik
emfisema
Penyempitan terjadi
Krn metaplasia sel goblet
Saluran pernafasan
menjadi lebih kecil
(<2mm)
Sesak
PPOK
Pemeriksaan radiologi
Diagnosis
Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3
gejala klinis tadi dan faktor-faktor penyebab
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi:
Tampak
kurus
dengan barrel shaped chest
Palpasi: Fremitus taktil dada
berkurang atau tidak ada
Perkusi
dada:
hipersonor,peranjakan
hati
mengecil,batas paru hati lebih
rendah,pekak
jantung
berkurang.
Auskultasi:
Suara
napas
berkurang dengan ekspirasi
memanjang.
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa
Gambaran Klinis
PPOK
1.
2.
3.
4.
5.
Asma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gagal jantung
kongestif
1.
2.
3.
4.
Riwayat hipertensi
Ronki basah halus di basal paru
Gambaran foto toraks pembesaran jantung dan edema paru
Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi
Bronkiektasis
1.
2.
3.
4.
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa
Gambaran Klinis
Tuberkulosis
1.
2.
3.
Sindrom Obstruksi
Pasca TB (SOPT)
1.
2.
3.
Farmakologi PPOK
Antikolinergik inhalasi => first line terapi,
dosis harus cukup tinggi : 2 puff 4-6x/day; jika
sulit gunakan nebulizer 0.5 mg setiap 4-6 jam
Simpatominetik : second line terapi : terbutalin,
salbutamol
Kombinasi antikolinergik dan
simpatomimetik => untuk meningkatkan
efektivitas
Metil ksantin => banyak ADR, dipakai jika
yang lain tidak mempan
Mukolitik => membantu mengencerkan dahak,
namun tidak memperbaiki aliran udara => masih
kontroversi, apakah bermanfaat secara klinis atau
Farmakologi PPOK
Kortikosteroid => benefit is very limited, laporan
tentang efektivitasnya masih bervariasi, kecuali jika
pasien juga memiliki riwayat asma
Oksigen => untuk pasien hipoksemia, cor pulmonale.
Digunakan jika baseline pO2 turun sampai < 55
mmHg
Antibiotik => digunakan bila ada tanda infeksi,
bukan untuk meintenance therapy
Vaksinasi => direkomendasikan untuk high-risk
patients : vaksin pneumococcus (tiap 5-10 th) dan
vaksin influenza (tiap tahun)
1-proteinase inhibitor => untuk pasien yang
defisiensi 1-antitripsin => digunakan per minggu,
masih mahal => contoh : prolastin
Inhaler (g)
40-80 (MDI)
Oral (mg)
0,25-0,5
100-200 (MDI)
100-200
(MDI&DPI)
250-500 (DPI)
10
12-24(MDI&DPI)
50-100 (MDI&DPI)
24
0,5-0,20
2,5-5,0
5-10
2-4
2,5-5
0,25-0,5
200
100-400
10-2000mg
18 (DPI)
Metilxantin
Aminofilin
Teofilin SR
Glukokortikosteroi
d Sistemik
Prednison
Metilprednisolon
Nebuliser
(mg/ml)
5-60 (pil)
4,8,16
(pil)
4-6
4-6
4-6
6-8
12
12
4-6
12-24
Obat
Glukokortikosteroid
inhaler
Beklometason
Budesonide
Flutikasone
Triamsinolon
Kombinasi 2-agonis
(short acting dengan
antikolinergik dalam satu
inhaler
Fenoterol / Ipratropium
Salbutamol / Ipratoprium
Kombinasi 2-agonis
(short acting dengan
antikolinergik dalam satu
inhaler
Formoterol /
Budesonide
Salmeterol /
Flutikasone
Inhaler (g)
Nebuliser
(mg/ml)
100,250,400
(MDI&DPI)
100,200,400 (DPI)
50-500 (MDI&DPI)
100(MDI)
0,2-0,4
0,2:0,25:0,
5
200/800 (MDI)
75/15 (MDI)
1,25/0,5
0,75/4,5
4,5/80,160 (DPI)
(9/320) (DPI)
500 (DPI)
25/50,125, 250
(MDI)
Oral
(mg)
Lama kerja
(jam)
40
6-8
6-8
Prognosis
Bergantung pada
NONFARMAKO
obstruksi udara.
Menghentikan
Pasien dengan cor
kebiasaan merokok
pulmonale, hiperkapnia,
kebiasaan merokok dan
Rehabilitasi paru-paru
penurunan berat badan
secara komprehensif
dengan OR dan latihan memiliki prognosis
buruk.
pernafasan
Kematian biasanya
Perbaikan nutrisi
terjadi akibat
infeksi,gagal napas akut,
emboluss paru,atau
aritmia jantung
KOMPLIKASI
KUMAN
PENYEBAB
Streptococcus
pneumoniae
Moraxella
catarrhalis
H. influenzae
Gejala
Sesak napas yg
semakin bertambah
Batuk produktif dng
perubahan volume atau
purulensi sputum
Tidak khas seperti
malaise, fatigue,
gangguan susah tidur
Menurut Roisin :
Gejala Respirasi : sesak
napas yg semakin
bertambah berat,
peningkatan vol &
purulensi sputum, batuk
yg semakin sering &
napas yang dangkal &
cepat
Gejala sistemik :
peningkatan suhu tubuh,
peningkatan denyut nadi
serta gangguan status
mental pasien
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis
Gambraan Klinis
PPOK
1.
2.
3.
4.
5.
Asma
1.
2.
3.
4.
5.
Gagal
Jantung
Kongestif
1.
2.
3.
4.
Riwayat hipertensi
Ronki basah halus di basal paru
Foto toraks: pembesaran jantung dan edema paru
Pemeriksaan faal paru: restriksi
Bronkiekstasis
Tuberkulosis
Pemeriksaan
Tes fungsi
paru
AGD
Foto toraks
Dilakukan untuk
melihat adanya
komplikasi seperti
pneumoni
EKG
Membantu
penegakan
diagnosis hipertrofi
ventrikel kanan,
aritmia, & iskemia
Lanjutkan
tatalaksana, kurangi
jika mungkin
Ke dokter
Tatalaksana jangka
panjang
Rujuk ke
RS
Perburukan
tanda dan
gejala
Tambahkan kortikosteroid
oral
Antibiotik ada tanda infeksi
saluran napas
Diuretika bila ada kelebihan
cairan
Nilai ulang
tanda selama
2 hari
Tidak mengancam
jiwa
Ruang rawat
Penatalaksanaan di Rumah
Bronkodilator :
Glukokortikosteroid
FEV 1 < 50% prediksi, dapat
diberi 40 mg prednisolon
(oral) / hari selama 10-14 hari
bersama dengan pemberian
bronkodilator.
Budesonid nebulizer bisa
dipakai sebagai alternatif terapi
selain oral.
Untuk pengobatan non
asidosis.
Antibiotik
Penatalaksanaan di
Rumah Sakit
Bronkodilator kerja cepat : beta
2 agonis dan antikolinergik
dosis ditinggikan dan frekuensi
pemberian dinaikkan
Steroid : oral / IV
Antibiotik : oral / IV
Pertimbangkan teofilin oral / IV
(masih kontroversial)
Pertimbangkan ventilator
mekanik invasif (pada keadaan
berat seperti ancaman gagal
napas akut, kelainan basa
berat / perburukan status
mental)
Obat
Antikolinergik
Ipratropium brom
Tiotropium
2 agonis
Fenoterol
Salbutamol
Terbutalin
Procaterol
Formoterol
Salmeterol
Metilxantin
Aminofilin
Teofilin SR
Inhaler (g)
Nebuliser
(mg/ml)
40-80 (MDI)
18 (DPI)
0,25-0,5
6-8
24
100-200 (MDI)
100-200
(MDI & DPI)
250-500 (DPI)
10
12-24
(MDI & DPI)
50-100
(MDI & DPI)
0,5 - 2,0
2,5 - 5,0
46
46
5 10
Oral (mg)
24
2,5 5
0,25 0,5
Lama kerja
(jam)
46
68
12
12
200
100 - 400
46
12 - 24
Obat
Glukokortikosteroid
Sistemik
Prednison
Metilprednisolon
Glukokortikosteroid
Inhaler
Beklometason
Budesonide
Flutikasone
Triamsinolon
Inhaler (g)
Nebuliser
(mg/ml)
5 60 (pil)
4,8,16 (pil)
10 2000
mg
100,250,400
(MDi & DPI)
100,200,400
(DPI)
50 500
(MDI & DPI)
100 (MDI)
Oral (mg)
0,2 - 0,4
0,2 ; 0,25 : 0,5
40
Lama kerja
(jam)
Obat
Kombinasi 2
agonis (short
acting) dng
antikolinergik dlm
satu inhaler
Fenoterol /
Ipratropium
Salbutamol /
Ipratropium
Inhaler (g)
Nebuliser
(mg/ml)
200/80 (MDI)
1,25 / 0,5
68
75/15 (MDI)
0,75 / 4,5
68
Kombinasi 2
agonis (long
acting) dng
glukokortikosteroid
dalam satu inhaler
4,5/80,160 (DPI)
Formoterol/
(9/320) (DPI)
Budesonide
50/100,250, 500
Salmeterol/
(DPI)
Flutikasone
25/50,125,250
(MDI)
Oral (mg)
Lama kerja
(jam)
Spektrum PPOK
Istilah
klinis
Bronkitis
kronik
bronkiekta
sis
asma
bronkioliti
s
emfisema
Lokasi
anatomik
Kelainan
patologik
Etiologi
Tanda/gejala
bronkus
Hiperplasi &
hipersekresi
kelenjar mukosa
Asap
rokok,polusi
udara
Batuk,produksi
sputum
bronkus
Dilatasi saluran
udara &jaringan
parut
Infeksi
persisten /berat
Batuk,sputum
purulen,dema
m
bronkus
Hiperplasi otot
polos,mukus
berlebih,radang
Imunologi/idiop
atik
Napas berbunyi
episodik,batuk,
sesak
bronkiolus
Radang pada
jaringan
paru/obliterasi
Asap
rokok,polusi
udara
Batuk,sesak
(dispnea)
asinus
Pelebaran ruang
udara;destruksi
dinding
Asap rokok
Sesak
(dispnea)
EMFISEMA
EMFISEMA
DEFINISI
distensi rongga udara di
sebalah distal bronkiolus
terminalis dengan disertai
destruksi septum alveolaris
(harrison)
suatu perubahan anatomis
parenkim paru yg ditandai
oleh pembesaran alveolus
dan duktus alveolaris yg
tidak normal, serta destruksi
dinding alveolaris (buku
patfis)
gangguan pengembangan
paru yg ditandai pelebaran
ruang udara dalam paru
disertai destruksi jaringan.
(PA-WHO)
EPID
Sekitar 50 % orang dewasa
yg diautopsi mengalami
emfisema. Sebagian dari
mereka tidak menimbulkan
gejala.
Emfisema sentriasinar :
laki2 > wanita, terutama
pd usia dekade ke-6
Terdapat keterkaitan yg
jelas antara merokok
dalam jumlah besar dan
emfisema, dan tipe paling
parah terjadi pada perokok.
Meskipun emfisema tidak
menyebabkan distabilitas
sampai usia sekitar 50 80
thn, defisit ventilasi sudah
dapat bermanifestasi
secara klinis beberapa
dekade sblmnya.
ETIOLOGI
Smoking
Polusi udara
Defisiensi 1-antitripsin
(faktor genetik)
Etiologi Emfisema
Destruksi progresif septum alveolar
dan kapiler recoil elastik paru
menurun
Kolapsnya jalan napas distal selama
ekspirasi menyebabkan udara
terperangkap dan hiperinflasi alveolar
dan terbentuk ruang udara besar
( bula )
Klasifikasi Emfisema
Paracicatricial
Emfisem
a
Lobular
Klasifikasi Emfisema
Tempat proses
Sentra-lobular
Kerusakan di sentral
asinus, bagian distal
normal
Panlobular
Kerusakan di seluruh
asinus
Tidak dpt
ditentukan
Kerusakan di
seluruh asinus tapi
tdk dpt ditentukan
tempat mulainya
Klasifikasi
Emfisema Sentriasinar (Sentrilobular)
Emfisema fokal
(lokalisata)
- kelainan hanya lokal &
dapat berbentuk
sentrilobuler atau
panlobuler.
Emfisema bullosa
- terdapat di bagian
perifer paru-paru
disertai pembentukan
ruang udara besar
seperti balon.
Emfisema sentriasinar
Emfisema panasinar
(panlobuler)
Melibatkan seluruh
alveoli secara merata
dan terbanyak pada
paru bagian bawah.
Dinding mulai
berubang,membesar
dan bergabung menjadi
1 ruang saat dinding
berintegrasi
Lebih menyerang
bagian atas paru dan
cenderung tidak
tersebar merata
Menyerang seluruh
paru bag basal tampak
Sering ditemukan pada lebih parah
bronkitis akut karena
Biasa ditemukan pada
merokok, jarang
ditemukn pada orang
emfisema primer
yang tidak merokok
Lebih banyak
mengenai saluran napas
distal, duktus dan sakus
alveoler.
PATOGENESIS
Menghilangnya elastisitas paru-paru
Jalan napas kecil kolaps dan udara terperangkap
Kelainan radang pada bronkus dan bronkiolus yang sering
disebabkan karena asap rokok dan debu industri yang banyak
Hilangnya septum alveolar dan kapiler mengurangi recoil elastik
paru kolaps jalan napas distal menyebabkan terperangkapnya
gas dan hiperinflasi alveolar terbentuk ruang udara besar
(bula)
Pada perokok :
Tumbukan partikel asap, terutama di percabangan bronkiolus
respiratorik influks neutrofil & makrofag kedua sel tsb
mengeluarkan berbagai protease.
Peningkatan aktivitas protease terbentuknya pola sentriasinar
spt ditemukan pada para perokok. Kerusakan jar diperhebat o/
inaktivasi antiprotease (yg bersifat protektif) o/ spesies oksigen
reaktif yg terdapat dlm asap rokok
Patogenesis
Terjadi akibat 2 ketidakseimbangan penting:
ketidakseimbangan protease-antiprotease dan
ketidakseimbangan oksidan-antioksidan.
1.Neutrofil (sumber utama protease sel) secara
normal mengalami sekuestrasi di kapiler perifer,
termasuk di paru, dan beberapa memperoleh
akses ke rongga alveolus
2.Setiap rangsangan yg meningkatkan, baik jumlah
leukosit (neutrofil & makrofag) di paru maupun
pelepasan granula yg mengandung protease,
meningkatkan aktivitas proteolitik
3.Pada kadar antitripsin-alfa1 serum yg rendah,
destruksi jar elastik menjadi # terkendali & timbul
emfisema
Bronkhitis kronik
Batuk kronik, menghasilkan
sputum
Hipoventilasi
Sianosis, hipoksemia dengan
polisitemia sekunder
Retensi CO2
Edema
Cor pulmonal
Volume paru, DLCO dan
compliance paru normal
Diagnosis
Anamnesa :
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang
Faal Paru
Darah Rutin
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler
alveoli
Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai
hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
Pemeriksaan Enzimatik
Kadar alfa-1-antitripsin rendah.
Manifestasi Klinis
Keluhan utama sesak napas
Pemeriksaan fisik :
Kurus
Saat bernapas menggunakan otot-otot pernapasan
tambahan
Takipnea
Bentuk dada barrel chest ( bertambahnya diameter
Anteroposterior dada )
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : Suara napas melemah dan terdapat ronki
Pada emfisema saturasi Hb masih cukup , karena volume
napas permenit dinaikkan, penderita disebut pink puffer
Foto paru :
Paru mengalami hiperinflasi dengan diafragma rendah dan
datar
Tujuan Penatalaksanaan
Memperlambat progresi penyakit
Mengurangi gejala kronik
Mencegah eksaserbasi akut
Penatalaksanaan
Pengelolaan sehari-hari :
Bronkodilator : gol teofilin, gol 2 agonis, antikolinergik
Kortikosteroid
Mengurangi sekresi mukus : minum cukup, obat ekspektoran,
mukolitik, nebulisasi dan humidifikasi
Pencegahan
Penyuluhan : menerangkan hal-hal yang dapat memperberat
penyakit, cara pengobatan yang baik dan hal-hal yang harus
dihindari
Pencegahan :
Rokok
Menghindari polusi
Vaksin dianjurkan untuk mencegah eksaserbasi : Vaksin influensa dan
pneumokokkus
KOMPLIKASI
Sering mengalami
infeksi ulang pada
saluran pernapasan
Proses peradangan yang
kronis di saluran napas
Tingkat kerusakan paru
makin parah
Gangguan respirasi total
Infeksi sekunder
Payah jantung kanan
Pecahnya alveolus yang
dapat menimbulkan
pneumonia
Prognosis jangka
pendek maupun jangka
panjang bergantung
pada umur dan gejala
klinis waktu berobat.
Penderita yang
berumur kurang dari 50
tahun dengan :
- Sesak ringan, 5 tahun
kemudian akan terlihat
ada perbaikan.
- Sesak sedang, 5
tahun kemudian 42 %
penderita akan sesak
lebih berat dan
meninggal.
Bronkitis kronik
Emfisema paru
Asma
Gangguan yg ditandai
dengan pembentukan
mukus yang berlebihan
dalam bronkus dan
bermanifestasi sebagai
batuk dan pembentukan
sputum sedikitnya 3
bulan dalam 1 thn dan
selama 2 thn
Etiologinya karena rokok
dan polusi
Etiologi menyebabkan
perlambatan dari
aktivitas silia dan
fagositosis sehingga
timbunan mukus
meningkat sedangkan
pertahanan tubuh
menurun
Temuan patologisnya
adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah dan
ukuran sel2 goblet
Perubahan anatomi
paru berupa
pembesaran alveolus
dan duktus alveolus
yang tidak normal
serta destruksi dinding
alveolus
Jenis :
Emfisema
sentriasinar
Emfisema
panasinar
(panlobuler)
Emfisema asinar
dista (paraseptal)
Biasanya emfisema
paru muncul
bersamaan dengan
bronkitis
Merupakan suatu
perubahan parenkim
paru yang ditandai
dengan hipersensitivitas
cabang trakeobronkial
terhadap berbagai
alergen dan
bermanesfestasi sebagai
penyempitan jalan
napas periodik dan
reversibel
Asma dapat cepat
dibedakan dengan
serangan mengi
paroksimal
Pemicu yang
menyebabkan
bronkokonstriksi antara
lain:
Perubahan cuaca dan
suhu udara
Polusi udara
Asap rokok
Infeksi saluran
Pneumotoraks
DEFINISI
-Terdapat udara bebas dalam rongga pleura
- Mekanisme timbulnya pneumotoraks
Artifisialis
sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalamrongga pleura,
dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga dapat
beristirahat. Pada zaman dulu pneumotoraks artifisialis seringdikerjakan
untuk terapi tuberkulosis paru
Traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis
maupun pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
Spontan
Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya
telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan
karsinoma bronkus.
Etiologi
Pneumotoraks spontan primer : paru normal, adanya
ruptur bleb pleura
Pneumotoraks spontan sekunder : berhubungan dengan
penyakit paru (PPOK, pneumonia, dll), ruptur pleura
Traumatik, misalnya pada luka tusuk
Klasifikasi
1. Berdasarkan kejadian atau penyebab
.
PNEUMOTORAKS SPONTAN
Pneumotoraks
spontan primer
(PSP)
secara klinis tidak ada
penyakit paru
bisa timbul pd usia 10-30
thn, tinggi, kurus,
kebiasaan merokok, L: 71,4
%, P: 31,6%
bullae subpleural (76 100%)
recurrent rate : 20 60%
berkurang bila dilakukan
pleurodesis
kontroversi
Pneumotoraks spontan
sekunder (PSS)
Timbul sebagai
komplikasi penyakit
paru, paling sering PPOK
kematian 1-17%
Insidens (USA) : 26/100.000 populasi / thn
Potensial timbul
kegawatan
Recurrent rate : 40 - 60
%
Patogenesis
Faktor infeksi atau radang paru.
Infeksi atau radang paru walaupun minimal akan membentuk jaringan parut pada
dinding alveoli yang akan menjadi titik lemah.
Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan
Kista pecah
pneumotoraks
viseralis
Diagnosis
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu
rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai
sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan
batuk-batuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini
makin lama dapat berkurang atau bertambah
hebat.
Berat ringannya perasaan sesak nafas ini
tergantung dari derajat penguncupan paru, dan
apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak.
Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks
yang minimal sekali pun akan menimbulkan
sesak nafas yang hebat
PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi, terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang,
batuk-batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser ke arah yang
sehat.
b) Palpasi, dijumpai spatium interkostalis yang melebar
Stemfremitus melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat
dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke arah yang
sehat.
c) Perkusi, dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi, dijumpai suara nafas yang melemah, sampai
menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen
foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A akan terlihat garis
penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila
pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam
rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang
merupakan batas udara dan cairan.
Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan
ekspirasi maksimal
Pemeriksaan toraks
- Inspeksi
- statis
Palpasi
Perkusi
- hipersonor
- pergeseran mediastinum
Auskultasi
pneumotoraks)
Pemeriksaan penunjang
Foto toraks
Saturasi oksigen
Ultrasonografi atau CT
DIAGNOSIS
Pemeriksaan radiologis (PA &
Lateral)
- Paru kolaps
- Bayangan radiolusen /
avaskuler
- Kadang tampak air-fluid level
- Garis penguncupan paru
(halus)
- Pendorongan mediastinum
CT Scanning toraks : bila foto
toraks tidak jelas
Tujuan PENATALAKSANAAN
Mengeluarkan udara
dalam rongga pleura
Mengusahakan
penyembuhan lesi di
pleura
Mencegah timbulnya
pneumotoraks
berulang
Mengurangi masa
rawat
PENATALAKSANA
AN
Bila pneumotoraks :
- Kurang dari 15% konservatif
(kecuali bila sesak)
- Lebih dari 15% / sesak napas
~ segera punksi pleura ( pnx ventil)
~ mini WSD / venocath
~ WSD (Water Seal Drainage adalah Suatu sistem
drainage yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga
pleura)
~ rawat
- Cari penyebab pneumotoraks
Penatalaksanaan
Apabila penderita datang dengan sesak
nafas, apalagi kalau sesak nafas makin
lama makin bertambah kita harus segera
mengambil tindakan. Tindakan yang lazim
dikerjakan ialah pemasangan WSD (Water
Seal Drainage).
Apabila penderita sesak sekali sebelum
WSD dapat dipasang, kita harus segera
menusukkan jarum ke dalam rongga pleura.
Tindakan
sederhana
ini
akan
dapat
menolong
dan
menyelamatkan
jiwa
penderita.
Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat kita
gunakan infus set, dimana jarumnya
ditusukkan ke dalam rongga pleura di
tempat yang paling sonor waktu diperkusi.
Sedangkan ujung selang infus yang lainnya
dimasukkan ke dalam botol yang berisi air
Diagnosis Banding
1. Emfisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. Infark jantung
5. Infark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas
Komplikasi
Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan
pleuritis, empiema , hidropneumotoraks.
Gangguan hemodinamika.
Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah
yang sehat dan mengakibatkan penurunan
cardiac output, sehingga dengan demikian dapat
menimbulkan syok kardiogenik.
Emfisema, dapat berupa emfisema kutis atau
emfisema mediastinalis
Ateletaksis
Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
Dari luar
bronkus
ETIOLOGI
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh:
pneumothorak,
cairan pleura,
peninggian diafragma,
herniasi alat perut ke dalam rongga thorak,
tumor thorak seperti tumor mediastinum.
Atelektasis Resorpsi
Atelektasis
Kompresi
Mikroatelekta
sis
Atelektasis
Kontraksi
Obstruksi bronkus,
sumbat
mukopurolen/mukus
hambat udara
mencapai jalan
napas distal kolaps
alveolus
Kelainan ini dpt
mengenai seluruh
paru, 1 lobus,atau 1
atau lbh segmen.
Obstruksi bs
disbbkan o/ aspirasi
benda asing, bekuan
darah pembedahan
mulut atau
anestesia.
Jalan napas bisa
tersumbat oleh
tumor, KGB (pd TB),
Penimbunan
darah,cairan,
atau udara di
dalam rongga
pleura
kolaps paru
Srg tjd pada
efusi pleura
krn gagal
jantung, lalu
pd
pneumotoraks
.
Atelektasis
basal krn
posisi
diafragma
meninggi srg
tjd pd pasien
tirah-baring,
Berkurangnya
ekspansi paru
scr
generalisata
akibat
serangkaian
proses, dan
tjd hilangnya
surfaktan.
Dpt tjd pd
sindrom
gawat napas
akut pd
neonatus
serta peny.
Paru yg
berkaitan dgn
peradangan
intertisium.
Atelektasis
Krn fibrosis
lokal
menghamba
t ekspansi &
meningkatkan
recoil elastik
wkt ekspirasi.
* Atelektasis
(kec krn
kontraksi)
bpotensi
pulih& hrs
segera diterapi
untuk mcegah
hipoksemia
dan inf.
Sekunder pd
paru yg
kolaps.
Gejala
FAKTOR RESIKO
Pembiusan
(anestesia)/pembe
dahan
Tirah baring jangka
panjang tanpa
perubahan posisi
Pernafasan
dangkal
Penyakit paru-paru
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala dari
hasil pemeriksaan fisik.
Foto rontgen dada akan menunjukkan adanya daerah
bebas udara di paru-paru.
Untuk menentukan letak terjadinya obstruksi mungkin
perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau bronkoskopi
serat optik.
Pengobatan
Intinya mengurangi obstruksi jalan napas dan infiltrat pada area paru yang
kolaps.
Pemberian O2 diperlukan untuk penanganan hipoksia dan bronkoskopi
dapat digunakan untuk pendiagnostik dan penatalaksanaan.
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
Postural drainase
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paruparu yang terkena mungkin perlu diangkat
Efusi pleura
Efusi pleura
pengumpulan cairan di dalam rongga pleura
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara
selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada
Etiologi
GEJALA
Gagal jantung
batuk
Pneumonia
- cegukan
Tuberkulosis
- pernafasan yang
Histoplasmosis
Abses dibawah diafragma cepat
Emboli paru
- nyeri perut
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid,
isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen,
prokarbazin)
Pencegahan
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakitpenyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura
Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila
diagnosa kausal belum dapat ditegakkan
Emboli paru
EMBOLI PARU
Penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paruparu) oleh suatu embolus, yang terjadi secara
tiba-tiba.
Emboli bisa berupa:
Patofisiologi
Trombus di vena lepas ikut aliran darah sebagai
tromboemboli masuk ke arteri pulmonalis
TERSANGKUT obstruksi total / sebagian
gangguan hemodinamik dan respirasi
A.Gangguan hemodinamik :
I.
II.
Faktor Predisposisi
Pembedahan
Tirah baring
Stroke
Serangan jantung
Obesitas (kegemukan)
Patah tulang tungkai atau tulang pangggul
Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal
(pada kanker tertentu)
Persalinan
Trauma berat
Luka bakar
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru :
- Gas darah arteri
- Oksimetri denyut nadi
Pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli :
- Rontgen dada
- Scaning ventilasi/perfusi paru
- Angiogram paru
Pemeriksaan untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab
tersering) :
- USG Doppler pada aliran darah anggota gerak
- Venografi tungkai
- Pletsimografi tungkai
Penatalaksanaan
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita
yang memiliki resiko tinggi mengalami
kekambuhan, mungkin perlu dilakukan
pembedahan : embolektomi paru (pemindahan
embolus dari arteri pulmonalis).
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka
dipasang penyaring pada vena kava inferior. Alat
ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang
dirancang untuk menghalangi bekuan yang besar
agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah
paru.
PENCEGAHAN
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan
(terutama orang tua), disarankan untuk:
menggunakan stoking elastis
melakukan latihan kaki
bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera
mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
pembentukan gumpalan.
PENCEGAHAN
Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan
memperlambat penyembuhan, sehingga hanya
diberikan kepada orang yang memiliki resiko
tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:
Benda asing
Cair
Gas
BENDA
ASING
ENDOGEN
Sekret
kental
Darah
Bekuan
darah
Nanah
Krusta
dll
Anorgani
k
Patogenesis
Bend
a
Asing
Mati
Edema
dan
inflamasi
mukosa
hidung
Ulseras
i
Hidup
Epistaksi
s
Jaringan
granulasi
Reaksi
Inflamasi
Infeksi
Lokal
Sinusitis
Destruksi
masif tulang
rawan dan
tulang hidung
Patogenesis
Bend
a
Asing
Anorgani
k
Organik
Ke distal
Bronkus
Iritasi
Mukosa
Jaringan
Granulasi
Edema dan
Peradangan
Bronkus
Perubahan
Patologik Jaringan
Sumbatan
Bronkus
Toksemia
Batuk
Demam
Batuk
Spasmodik
Laringotrakeobronkiti
s
Diagnosis
Anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu
Tiba-tiba timbul choking(rasa tercekik)
Rasa tersumbat di tenggorok
Bicara gagap
Obstruksi jalan napas segera
Diagnostik Pasti : Endoskopi
Pemeriksaan penunjang
Radiologik
Video Fluroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan
inspirasi dan adanya obstruksi parsial.
Bronkogram
Untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada
pandangan endoskopi, serta perlu untuk melihat bronkiektasis
akibat benda asing yang lama berada di bronkus.
Pemeriksaan Laboratorium
Mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta
tanda infeksi traktus trakeobronkial.
Penatalaksanaan
Benda asing di trakea
Bronkoskopi
endoskopi
Benda asing di
bronkus
Bronkoskopi
Servikotomi
torakotomi
Penatalaksanaan
Benda asing di hidung
Memakai pengait (haak)
Cunam Nortman/wire loop
BRONKHITIS KRONIK
BRONKHITIS KRONIK
Bronkhitis kronik adalah peradangan kronik saluran
pernapasan bagian bawah, yang umumnya dicetuskan
oleh pajanan berulang ke asap rokok, udara berpolusi,
atau alergen
Bronkhitis kronik terjadi bila terdapat batuk produktif
yang persisten sedikitnya 3 bulan berturut-turut selama
minimal 2 tahun berurutan
Epitel tracheobronchial
diinvasi oleh agen
penyebab aktivasi
inflamasi pelepasan
cytokine demam,
malaise
Epitel tracheobronchial
dapat rusak atau
terhipersensitisasi
gejala batuk yg
berkepanjangan (13mgg)
Setelah beberapa hari
sputum purulent
(menunjukan adanya
migrasi leukosit). Anak
kebiasaan menelan
sputum emesis
Keseluruhan episode
biasanya 2mgg, jarang
melebihi 3mgg
Mikroskopik: menebalnya
mukosa bronchus &
TAMPILAN UMUM:
Pada beberapa hari pertama
gejala infeksi sal pernafasan atas
yg ringan (yg tidak bisa
dibedakan) + batuk terus menerus
hingga 5 hari (10-20hr / 1-3wk)
Pada masa ini, apabila ps
menjalani pulmonary testing
hasil abnormal
Cth: 40% ps acute bronchitis
FEV1 < 80%
TAMPILAN PADA ANAK:
Pada anak-anak, biasanya
datang dg gejala infeksi sal napas
atas spt rhinitis. 3-4 hari
kemudian muncul batuk yg
sering, Dapat produktif maupun
tidak
Pada anak lebih besar, chest
pain dapat timbul, diselingi dg
batuk
ETIOLOGI
JENIS
- Simple chronic
bronchitis
- Chronic obstructive
bronchitis
- jika disertai obstruksi
saluran napas yang
menetap
Patogenesis
Iritasi bronkus, asap rokok, polusi
Paralisis silia
bronkospasme
Statis mukus
Hipertrofi,hiperplas
Kelenjar mukus
Produksi mukus
bertambah
Keterangan
Gejala
Komplik
asi
Pem
Fisik
Pem.
Penunja
ng
Bronchitis Tatalaksana
NonFarmako
2006 guidelines of the American College of Chest Physicians (ACCP) for treating
bronchitis
Tirah baring, dianjurkan perbanyak asupanacute
cairan
TERAPI
Kondisi Klinik
Patogen
Terapi Awal
Bronkhitis akut
Biasanya virus
Bronkhitis Kronik
H.influenzae,
Moraxella catarrhalis,
S. pneumoniae
Bronkhitis Kronik
dg
komplikasi
s.d.a,K. Pneumoniae,
P. aeruginosa, Gram
(-) batang lain
Lini I: Quinolon
Lini II: Ceftazidime, Cefepime
Bronkhitis Kronik
dg
infeksi bakteri
s.d.a.
lama terapi 5-14 hari sedangkan pada bronkhitis kronik optimalnya selama 14
hari. Pemberian antiviral amantadine dapat berdampak memperpendek lama sakit bila
diberikan dalam 48 jam setelah terinfeksi virus influenza A.
Etiologi
Udara
ETIOLOGI
Infeksi
virus
dingin
olahrag
a
Polen
pekerjaa
n
Bulu,
kelupasan
kulit hewan
Stress,
emosi
Obat
ttntu
geneti
k
tung
au
Asap
rokok
KLASIFIKASI
Derajat asma
Gejala
Gejala malam
Intermiten mingguan
Gejala <1X/minggu
Tanpa gejala diluar serangan
Serangan singkat
Fungsi paru asimtomatik dan normal luar
serangan
2X sebulan
Persisten ringan
mingguan
> 2X
seminggu
Persisten sedang
harian
Gejala harian
Menggunakan obat setiap hari
Serangan menggangu aktivitas dan tidur
Serangan 2X/minggu, bisa berhari-hari
> Sekali
seminggu
Persisten berat
kontinu
Sering
Karakteristik
Terkontrol
Terkontrol partial
Tak terkontrol
Gejala harian
Keterbatasan
aktifitas
Tidak
Gejala asma
malam hari
Tidak
Beberapa
Kebutuhan akan
obat-obatan
pelega
Normal
< 80%
Eksaserbasi
Tidak
TERAPI DEWASA
KLASIFIKASI COPD
Tingkat
0
berisiko
I
ringan
II
sedang
FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, gejala biasanya
mulai
progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III
berat
FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Pada tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena
mulai dirasakan sesak nafas atau serangan penyakit.
IV
sangat
berat
FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
respirasi kronis.
203
Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika
walaupun