KEPERAWATAN KRITIS
-Kontrak Perkuliahan & Penjelasan Silabus
-Konsep dasar Keperawatan pasien kritis
-Asuhan Keperawatan pada klien dengan kondisi
kritis sistem pernafasan :
-ARDS
-Edema Paru
-Status Asmatikus
-Gagal Nafas
Oleh :
Asnani, S.Kep.Ns. M.Ked
Konsep dasar Keperawatan pasien
kritis
a. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
b. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk
menopang dan mempertahankan sistem-sistem
tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan
c. Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta
mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui
untuk mencegah kerusakan/gangguan yang lebih
luas.
d. Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan & adaptasi pasien
secara konstan thd status yg selalu berubah.
e. Implementasi
Ditujukan terapi dari gejala yg muncul pertama
kali utk pencegahan krisis & secara terus-
menerus dlm jangka wkt yg lama sampai dpt
beradaptasi dg tercapainya tingkat kesembuhan
yg lebih tinggi atau terjadi kematian.
f. Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan
dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing- masing tindakan / terapi,
secara terus-menerus menilai kriteria hasil untuk
mengetahui perubahan status pasien.
Respon individu dan keluarga terhadap
pengalaman keperawatan kritis
• Cemas
• Takut Diperlukan
• Panik keterlibatan
• Marah perawat spesialis
• Perasaan bersalah keperawatan kritis
• Distress spiritual
Ciri – ciri seorang perawat spesialis keperawatan
kritis (Robertson et al, 1996) adalah :
1. Mengelola pasien dengan standar yang konsiten
2. Menghormati rekan kerja
3. Sebagai Role model
4. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktek
5. Respon thd perubahan lingkungan secara kontinyu
6. Menerapkan hsl riset dalam praktek
7. Mendukung staf yg kurang pengalaman dan
menunjukan kesadaran kebutuhan dari keutuhan unit
8. Profesional yang aktif
9. Memperlihatkan keterampilan komunikasi yg efektif
10.Memperlihatkan keterampilan pengkajian
11.Mampu Bertindak sebagai koordinator perawatan
EDEMA PARU
Oleh :
Asnani, S.Kep.Ns. M.Ked
2011
EDEMA PARU
• Edema Paru Akut (Acute Pulmonal
Edema) dikategorikan sbg keadaan
kedaruratan dimana telah terjadi
penumpukan cairan lebih dari setengah
lapangan paru sehingga terjadinya ggn
difusi (pertukaran gas) antara O2 dan
CO2. perlu pertolongan segera dan
perawatan yg intensif
Etiologi Edema Paru
Penyebab tersering :
1. peningkatan tekanan hidrostatik akibat dari
adanya :
• Gangguan Faal Paru
-Kerusakan pembuluh darah paru
-Edema paru neurogenik
-Oedema paru akibat peningkatan tekanan
udara (barotrauma) misalnya di ketinggian.
• Gangguan Jantung (Kardiogenik)
-Gagal jantung Kanan
-Gagal Jantung Congestif
-Kerusakan katup jantung (stenosis mitral)
2. peningkatan permeabilitas kapiler paru akibat
dari adanya :
• Insufisiensi paru pasca trauma
• Aspirasi cairan lambung
• Sepsis
• Pneumonia
• Overdosis heroin
• Luka bakar inhalasi (thermal atau kimiawi)
• Toksisitas oksigen
• Tenggelam/hampir tenggelam
• Emboli lemak
• Uremia
PATOFISIOLOGI
Aspirasi cairan lambung
Gangguan ginjal Sepsis
Ggl Jantung ka./Kongestif Trauma luas Pneumonia
Terapi cairan overload Luka bakar inhalasi
Aliran balik darah Pemakaian heroin Oksigen konsentrasi >>
paru terhambat Tempat tinggi Emboli lemak
Uremia
↑ tekanan intrakapiler Sindrom kongesti vena Tenggelam
pulmonal Efek Neurogenik
Oleh :
Asnani, S.Kep.Ns. M.Ked
Pengertian ARDS:
• Pulmonary Function
Test → dg Spirometer
MANAGEMENT THERAPI
⚫ Tujuan :
Support pernapasan
Mengobati penyebab
Mencegah komplikasi
⚫ TERAPI :
1. Intubasi utk pemasangan ETT
2. Ventilator mekanik utk mempertahankan keadekuatan
level O2 darah.
3. Sedasi utk mengurangi kecemasan dan kelelahan
4. Pengobatan tergantung gejala & proses penyakitnya :
Dopamine → utk meningkatkan curah jantung &
tekanan darah.
Antibiotik →utk mengatasi infeksi
Kortikosteroid →utk mengurangi respon inflamasi
dan mempertahankan stabilitas membran paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
⚫Tidak efektifnya jalan nafas b.d hilangnya
fungsi jalan nafas, ↑ sekret, ↑ resistensi jalan
nafas dtd : dispneu, perubahan pola nafas,
penggunaan otot pernafasan, batuk dg / tanpa
sputum, cyanosis, hipoxemia.
⚫Ggn pertukaran gas b.d alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli,
hilangnya surfaktan pd permukaan alveoli dtd :
takipneu, penggunaan otot bantu pernafasan,
cyanosis, perubahan BGA.
⚫Ggn perfusi jaringan b.d ↓ aliran balik vena dan
↓ curah jantung, edema, hipotensi.
⚫ Pola napas tdk efektif b.d pertukaran gas
tdk adekuat, ↑ sekresi, ↓ kemampuan utk
oksigenasi dg adekuat / kelelahan.
⚫ Cemas / takut b.d krisis situasi,
pengobatan, perub. status kesehatan,
takut mati dtd ekspresi dr masalah yg
dialami, merasa tdk berdaya, gelisah.
⚫ Defisit pengetahuan mengenai kondisi,
terapi yg dibutuhkan b.d kurang
informasi, salah persepsi dtd
mengajukan pertanyaan, menyatakan
masalahnya.
PRIORITAS TINDAKAN KEPERAWATAN
⚫Memperbaiki/mempertahankan fungsi
respirasi optimal dan oksigenasi
⚫Meminimalkan/mencegah komplikasi
⚫Mempertahankan nutrisi adekuat untuk
penyembuhan / membantu fungsi
pernafasan
⚫Memberikan support kepada pasien dan
keluarga
⚫Memberikan informasi ttg proses penyakit,
prognose, dan pengobatan
ASKEP KLIEN DENGAN
ASMA (STATUS ASMATIKUS)
Oleh :
Asnani, S.Kep.Ns. M.Ked
2011
PENGERTIAN
Asma bronchial
• Proses peradangan disaluran napas yg
mengakibatkan hiperrespon trakea &
bronkus thd berbagai macam rangsangan
yg menyebabkan penyempitan saluran
napas menyeluruh shg timbul sesak napas
yg reversibel baik spontan maupun dengan
terapi, peningkatan sekresi kelenjar mukosa
bronkus dan spasme bronkus (Kardjito, dkk,
1994 & American thoracic society)
Status Asmatikus
• Suatu serangan asma yg berat, berlangsung
dlm beberapa jam s.d hari, yg tdk
memberikan perbaikan pada pengobatan yg
lazim.
Meninggal
TANDA DAN GEJALA
Objektif :
Sesak berat dg ekspirasi disertai wheezing
Dpt disertai batuk dg sputum kental, sukar
dikeluarkan
Bernapas dg menggunakan otot-otot tambahan
Sianosis, takikardi, gelisah
Subyektif :
Klien merasa sulit bernapas, sesak, & anoreksia
Psikososial :
Cemas, takut, dan mudah tersinggung
Kurangnya pengetahuan ttg penyakitnya
Pemeriksaaan penunjang
• spirometri : menetukan adanya obstruksi jalan napas
& fungsi paru
• tes provokasi bronchial : menentukan adanya
hiperaktivitas bronchial
• tes kulit : menetukan adanya Ig E yg spesifik dlm tbh
• radiologi : menentukan letak kelainan paru-paru
• analisa gas darah : menentukan hipoksemia,
asidosis/alkalosis
• darah : eosinofil, basofil, lekosit ↑.
• sputum : mengetahui kuman penyebab infeksi/allergi
PENATALAKSANAAN
Faktor penting yang harus diperhatikan :
• Saat serangan
• Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya
dan dosisnya)
• bronkodilator : aminophylin, adrenalin/efineprin,
ephedrine
• ekspektoran : OBH, GG, antihistamin
• kortikosteroid
• antibiotika
• terapi oksigen
• fisioterapi dada
• psikoterapi
• penkes
Diagnosa keperawatan pada klien dengan asma
bronchial diantaranya :
• ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d spasme
otot polos bronkus, edema bronkus & hipersekresi
• ketidakefektifan pola pernapasan b/d akumulasi
secret pada bronkus
• gangguan pertukaran gas b/d penumpukan udara
& penyebaran udara tidak merata, odema alveoli
• cemas b/d ancaman serangan asma yang tiba-tiba
• resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake makanan tidak adekuat &
peningkatan metabolisme tubuh
Tujuan perawatan pada diagnosa 1 yaitu
diharapkan jalan napas klien kembali efektif dg
kriteria : sesak napas ↓, sputum dpt keluar,
suara napas normal.
Intervensi :
• atur posisi yg nyaman (fowler/semifowler)
• ajari latihan napas dalam
• lakukan/ajari fisioterapi dada
• beri minum 2000-2500cc/hari
• beri O2 jika perlu
• beri nebulizer sesuai terapi
• beri obat ekspektoran & bronkodilator sesuai
terapi
ASKEP KLIEN DENGAN
GAGAL NAFAS
Oleh :
Asnani, S.Kep.Ns. M.Ked
2011
GAGAL NAFAS
PENGERTIAN
• Pertukaran gas yg tdk adekuat shg tjd
hipoksia, hiperkapnia (konsentrasi CO²
arteri ↑), dan asidosis.
• Suatu kelainan dlm pertukaran gas di paru
yg menjurus ke hipoksemia dg / tanpa
hiperkapnia. Dikenal istilah “Rule of Fifty “
yg berarti bahwa Pa O² <50mmHg dan Pa
CO² >50 mmHg.
nilai normal analisa gas darah :
Asidosis Respiratorik
-Gelisah (pH Darah ↓ & Pa CO² ↑ )
-TD
Hypoxia & Hypoxemia yang lama
-Aritmia
-Asidosis metabolik
-Konstriksi Vaskuler paru
Terjadi shunting peredaran darah ke pembuluh
darah yang lebih besar tanpa melalui unit
pertukaran gas.
Hypercapnea meningkat
Kesadaran
Obstruksi jalan nafas menetap
menurun
Gagal nafas
Meninggal.
TANDA DAN GEJALA
- Sesak nafas, Nafas Cepat dangkal, RR >
dari 35 X/mnt, retraksi otot bantu nafas
- Cyanosis, Keluar keringat dingin, Nyeri
kepala , Pusing
- Tekanan darah Meningkat, Aritmia
jantung, Nadi meningkat, Palpitasi
- Tidak tenang, gelisah, cemas, Depresi,
kesadaran menurun
PEMERIKSAAN
FISIK :
• T, N, R Meningkat, Suhu Normal / meningkat
• Tampak penggunaan otot bantu pernafasan
• Tampak tanda tanda hypoxia
• Gelisah, tidak tenang, cemas
• Kesadaran menurun
PENUNJANG :
• Foto Rontgen
• ECG
• CT Scan
• Lab : Pa O² < 50 mmHg, Pa CO² > 50 mmHg,
pH <<, HCO³¯ <<
PENANGANAN
1. Terapi oksigen dengan masker 8 – 10 L / Mnt, jika tidak
ada perbaikan berikan Oksigen 100% bag&mask
2. Istirahat Total (Kurangi konsumsi Oksigen)
3. Bersihkan saluran nafas dan lendir /benda asing
(kurangi kerja nafas) dengan humidifier, Clapping,
Vibrasi dan postural drainage
4. Pemberian obat perangsang pernafasan
5. Pemberian Antibiotik
6. Pemberian Diuretika k/p
7. Pasang Ventilator mekanik jika ada hipoventilasi alveoli
8. Pemberian Surfactan exogen untuk membuka dan
mengembangkan alveoli sehingga complience
menurun dan oksigenasi normal.
9. Monitor Analisa gas darah, elektrolit dan tekanan arteri
pulmonal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan Gagal nafas dengan pemasangan Ventilator
mekanik adalah :
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan
produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d sekresi tertahan, proses
penyakit
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan, obstruksi
selang ETT
4. Cemas b.d penyakit kritis, takut terhadap kematian
5. Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang
ETT
6. Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas b.d
pemasangan selang ETT
7. Resiko tinggi cedera b.d penggunaan ventilasi mekanik,
selang ETT, ansietas, stress
RENCANA KEPERAWATAN
• Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d
peningkatan produksi sekret
• Tujuan :
• Klien akan memperlihatkan kemampuan
meningkatkan dan mempertahankan
keefektifan jalan nafas
• Kriteria hasil :
– Bunyi nafas bersih
– Ronchi (-)
– Tracheal tube bebas sumbatan
Intervensi Rasional
1.Auskultasi bunyi nafas Mengevaluasi keefektifan
tiap 2-4 jam atau bila bersihan jalan nafas.
diperlukan.
2.Lakukan penghisapan Menjamin kefektifan jalan
bila terdengar ronchi nafas.
3.Pertahankan suhu Membantu mengencerkan
humidifier tetap hangat ( sekret.
35 – 37,8 C).
Gangguan pertukaran gas b.d sekresi
tertahan,proses penyakit, pengesetan
ventilator yang tidak tepat
Tujuan : Klien akan memperlihatkan
kemampuan pertukaran gas yang
kembali normal
Kriteria hasil :
- Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
BE ( -2 - +2)
- Tidak cyanosis
Intervensi Rasional
1.Cek analisa gas darah Evaluasi keefektifan setting
setiap 10 –30 mnt setelah ventilator yang diberikan.
perubahan setting
ventilator. Evaluasi kemampuan
2.Monitor hasil analisa gas bernafas klien.
darah atau oksimetri
selama periode
Sekresi menghambat
penyapihan.
kelancaran udara nafas.
3.Pertahankan jalan nafas
Deteksi dini adanya
bebas dari sekresi.
kelainan.
4.Monitpr tanda dan
gejala hipoksia.
Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan,
pengesetan ventilator yang tidak tepat,
peningkatan sekresi, obstruksi ETT
Tujuan : Klien akan mempertahankan pola
nafas yang efektif
Kriteria hasil :
• Nafas sesuai dengan irama ventilator
• Volume nafas adekuat
Intervensi Rasional
1.Lakukan pemeriksaan ventilator Deteksi dini adanya kelainan
tiap 1-2 jam . atau ggn fungsi ventilator.
2.Evaluasi semua alarm dan tentukan Bunyi alarm menunjukkan
penyebabnya. adanya ggn fs. ventilator.
3.Pertahankan alat resusitasi manual Mempermudah melakukan
(bag & mask) di posisi tempat tidur pertolongan bila ada ggn fungsi
sepanjang waktu. ventilator.
4.Monitor slang/cubbing ventilator Mencegah berkurangnya aliran
dari terlepas, terlipat, bocor atau udara nafas
tersumbat.
5. Masukkan penahan gigi (pada Mencegah tergigitnya slang ETT
pemasangan ETT lewat oral). Mencegah terlepasnya
6.Amankan slang ETT dengan fiksasi tercabutnya slang ETT
yang baik Evaluasi keefektifan pola nafas
7. Monitor suara nafas dan
pergerakan ada secara teratur.
ASKEP KLIEN DENGAN
“VENTILATOR”
1. BIODATA
2. RIWAYAT PENYAKIT/ KEPERAWATAN
✓ KELUARGA
✓ TIM MEDIS LAIN
✓ REKAM MEDIS
✓ PENCETUS/ PENYEBAB GAGAL NAFAS
3. KELUHAN
➢ SESAK NAFAS/ NAFAS TERASA BERAT
➢ KELELAHAN, KETIDAKNYAMANAN
4. PERNAFASAN
A. Setting Ventilator :
1. Mode Ventilator : CMV, SIMV, PS, CPAP
2. Fio2 : Prosentase Yang Diberikan
3. Peep
B. Gerakan Nafas
C. EKSPANSI DADA KANAN Dan KIRI
D. Suara Nafas : Ronchi, Wheezing
E. Gerakan Cuping Hidung Dan Otot
Bantu Nafas.
F. Sekret : Jumlah, Konsistensi, Warna
G. Humidifier : Kehangatan, Batas Aqua
H. Agda Terakhir
I. Fhoto Thorak Terakhir
5. TEKANAN DARAH
TD, Nadi, Irama Jantung, Perfusi, Syanosis
6. SISTEM NEUROLOGI
3. Pertahankan suhu
humidifier tetap hangat 3. Membantu untuk
(35-37,8 derajad celsius mengencerkan secret
4. Monitor status hidrasi klien 4. Mencegah sekresi menjadi
kental
5. Lakukan fisioterapi nafas/ 5. Memudahkan pelepasan
dada sesuai indikasi dengan sekret.
cara clapping, vibrating, .
postural drainage
6. Berikan obat mukolitik
sesuai indikasi/ program
6. Mengencerkan sekret
7. Kaji suara nafas sebelum
dan sesudah melakukan 7. Menentukan lokasi
tindakan penghisapan. penumpukan secret dan
mengevaluasi keberhasilan
8. Observasi tanda-tanda vital tindakan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan. 8. Deteksi adanya kelainan
KRITERIA EVALUASI
1. KLIEN MENGALAMI PERBAIKAN
VENTILASI DAN OKSIGENASI.
2. KLIEN MENDAPAT PERFUSI YANG
ADEKUAT
3. KLIEN MENGALAMI PERBAIKAN POLA
NAFAS
4. KENYAMANAN FISIOLOGIS DAN
PSIKOLOGIS MENINGKAT
5. KEBUTUHAN KOMUNIKASI VERBAL
TERPENUHI
6. TIDAK TAMPAK TANDA-TANDA
KOMPLIKASI PEMASANGAN VENTILATOR
TEHNIK WEANING
SYARAT :
1. PENYAKIT DASAR DI PARU-PARU SUDAH
MEMBAIK
2. SISTEM KARDIOVASKULER STABIL TANPA
IONOTROPIK DOSIS TINGGI
3. PASIEN SADAR BAIK, TAK MEMERLUKAN
SEDASI ATAU ANALGESI DOSIS BESAR
4. PENGGUNAAN FiO2, 50 %
5. PEEP < 5 mmHg
6. EKSPIRASI MINUTE VOLUME, 10 L/ menit
( UNTUK DEWASA )
PROSEDUR WEANING
1.Beritahukan Pasien Tentang Rencana
Weaning, Cara, Perasaan Tak Enak Pada Awal
Weaning, Lakukan Support Mental Pada
Pasien Terutama Yang Sudah Menggunakan
Ventilator Dalam Waktu Lama.
2.Obat-obat Sedasi Diminimalkan
3.Lakukan Pada Pagi Hari Atau Siang Hari
Dimana Masih Banyak Staff Icu
LANJUTAN……
5. Gunakan T-piece Atau Cpap Dengan
Fio2 Sesuai Semula.
6. Monitoring : Keluhan Subjektif,nadi,
Frekwensi Nafas, Irama Jantung,
Kerja Nafas, Saturasi Oksigen.
7. Agda 30 Menit Setelah Prosedur
8. Dokumentasikan : Tehnik Weaning,
Response Pasien, Lamanya Weaning.
PENYEBAB KEGAGALAN
WEANING
1. Kelemahan Umum
2. Gangguan NUTRISI
3. Kelainan Metabolik
4. Kelainan Neuromuskuler
5. Nyeri
6. Cemas
7. Hambatan Dinding Thoraks
8. Sumbatan Jalan Nafas
9. Pipa Ett Yang Terlalu Kecil
GANGGUAN IRAMA JANTUNG
(ARRHYTHMIA)
GANGGUAN IRAMA JANTUNG
(ARRHYTHMIA)
Eko Rustamaji Wiyatno, SST,M.Tr.Kep
Pengertian Aritmia
• Aritmia adalah gangguan irama
jantung akibat otot jantung yang
s eh a r u s n ya b erden y u t s eca ra
t era t u r beru ba h men j a di l ebi h
cepat, lebih lambat, atau tidak
beraturan mengganngu kinerja
jantung tidak efisien.
• Aritmia disebabkan adanya
gangguan pada impuls elektrik
yang berfungsi mengatur detak
j a n t u n g seh i n gga t i da k da pa t
bekerja dengan baik (Susilowati,
2021).
• Aritmia timbul akibat perubahan
elektrof isiologi sel-sel miokardium.
P eru ba h a n el ek t rof is i ol ogi i n i
bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu
rekaman graf ik aktivitas listrik sel
(Price, 1994).
• A ritmia jantung umumnya tid ak berbahayaNamun
beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam
nyawa
• Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan.
Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR
yang lambat (disebut bradiaritmia < 60 per menit). Aritmia
bi sa j uga t e rj ad i d e ngan HR yang c e pat (d i se but
tachiaritmia> 100 per menit).
KONDUKSI LISTRIK JANTUNG
• Konduktor adalah bagian yang
memiliki sifat penghantar listrik
dan merupakan jalur listrik
mengalir
• Nodus Sinoatrial (SA Node)
sebagai pemacu jantung
penghasil impuls
• Antara Lain:
Nodus Sinoatrial
Traktus Internodus
Nodus atrioventrikular
HIS Bundle
Left Bundle branch
Righ Bundle Branch
Serat purkinye
Etiologi aritmia jantung
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau
spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark
miokard
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi)
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis
sistem konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan
resiko terkena aritmia jantung
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup
jantung abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung
lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis
aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena
penyakit arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding
ven t r i kel k i r i men j a di k a k u da n t eba l , ya n g da pa t
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi
irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid
melepaskan hormon tiroid terlalu banyak menyebabkan
denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur
menyebabkan fibrilasi atrium Sebaliknya, metabolisme
melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan f lu serta obat lain yang
mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi f akto r resiko untuk
obesitas dapat meningkatkan penyakit
jantung koroner, resiko terkena aritmia
jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner
da n te ka na n da ra h tinggi a ka n
meningkat akibat diabetes yang tidak
terkontrol. Selain itu, gula darah rendah
(hypoglycemia) juga dapat memicu
terjadinya aritmia.
h. Ketidakseimbangan Elektrolit
• kalium, natrium, dan magnesium membantu memicu dan
mengatur impuls elektrik pada jantung.
• elektrolit tinggi atau rendah dapat memengaruhi impuls elektrik
pada jantung -> aritmia jantung.
i. Terlalu Banyak Minum Alkohol
• alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya atrial
fibrillation
j. Konsumsi Kafein atau Nikotin
• Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko
aritmia jantung yang lebih serius
IRAMA JANTUNG NORMAL
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik)
berasal dari Nodus SA, disebut dengan Irama Sinus
(“Sinus Rhytem”)
Kriteria Irama Sinus adalah :
Iramanya teratur / reguler
frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
Gelombang P normal ( positip di lead II negatif
di lead aVR),
Gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
Gelombang QRS normal ( <0,12 detik)
PR interval normal (0,12-0,20 detik)
• Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di
atas kemungkinan suatu kelainan
Macam-Macam Aritmia
• Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama
teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang
terpenting pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit,
irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF
Sinus Aritmia
• Ciri-cirinya :
• Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang
membedakannya adalah pada sinus aritmia
• iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi
Sinus Arrest
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Junctional Rhytm
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm
Junctional Takikardia
• Ciri-cirinya:
• Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau
HR pada junctional takikardia lebih
• dari 100 x/menit
Ventrikel Takikardia/ VT
• Ciri-cirinya :
• Irama regular
• Frekwensi 100-250x/menit
• Tidak ada gelombang P
• Komplek QRS lebar atau lebih dari normal
ventrikel Fibrilasi/VF
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
Supra Ventrikuler Takikardia/SVT
• Ciri-cirinya :
• Irama teratur
• Frekwensinya lebih dari 150x/menit
• Gel P tertutup oleh gel T
• Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat
duri ikan)
Atrial Flutter
• Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal
Atrial Takikardia
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi
Atrial takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial
takikardia (PAT).
Tanda Dan Gejala Aritmia
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi );
Palpitasi ,Detak jantung cepat (tachycardia)
Detak jantung lambat (bradycardia), kulit
pucat, sianosis, berkeringat
Pingsan, pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, perubahan pupil.
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
Nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, Wheezing)
m ungkin ada m e nunjukkan kom plikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal
Letargi / Lemah atau keletihan
Pemeriksaan Gangguan Irama
Jantung
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
k on d uk s i . M en yatak an ti p e/s um b er d i s ri tm i a d an efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan
jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium
dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
GDA/nadi oksimetri : H i p o k s e m i a d a p a t m e n y e b a b k a n /
mengeksaserbasi disritmia.
Penatalaksanaan MedisObat-obat
antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
a. Kelas 1 A
• Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
• Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
• Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b. Kelas 1 B
• Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
• Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c. Kelas 1 C
• Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
• Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi
jantung, angina pektoris dan hipertensi
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
• Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
• Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
• Kardioversi : Tindakan menggunakan
aliran listrik secara sincron. Artinya energi
listrik akan dilepaskan secara sinkron
dengan gelombang “R”. Indikasi : Ventrikel
Tahhikardi, Supra entrikel Takhikardi (SVT),
Atrial Fibrilasi, Atrial Fluter.
• Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang
digunakan pada keadaan gawat darurat.
Indikasi: Ventrikel Fibrilasi (VT), Ventrikel
Takhikardi Tanpa Nadi (VF)
• Terapi pacemaker : alat listrik yang
mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian primer :
• Airway :Suara nafas, sumbatan jalan nafas
• Breathing
• distress pernafasan, hipoksemia, retraksi otot interkosta, dispnea,
sesak nafas
• Circulation
Henti jantung, aritmia, tingkat kesadran, TD, Sianosis , Capilary Refill,
B. Pengkajian sekunder
Riwayat penyakit
• keluarga :penyakit jantung, stroke, hipertensi
• Riwayat kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
• Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
• Kondisi psikososial
C. Pengkajian fisik
• Aktivitas : kelelahan umum
• Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
• Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
• Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
• Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
• Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
• Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
• Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
Diagnosa keperawatan dan Intervensi
Penurunan Curah Jantung (D.0008)
kriteria hasil:
Curah jantung (L.02008)
1. kekuatan nadi perifer meningkat
2. takikardia menurun
3. dispnea menurun
4. tekanan darah membaik
5. gambaran EKG aritmua membaikIntervensi
Perawatan Jantung (I.02075)
Observasi:
1. Identifikasi tanda/gejala primer
Penurunan curah jantung (meliputi
dispenea, kelelahan, adema ortopnea
paroxysmal nocturnal dyspenea,
peningkatan CPV)
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
6. Monitor EKG 12 sadapoan
7. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi).
Terapeutik:
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri,
5. Berikan dukungan emosional dan spiritual
6. Berikan oksigen untuk memepertahankan SpO2 >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
Intoleransi Aktivitas (D.0056)
kriteria hasil:
1. Frekuensi nadi membaik
2. Keluhan lelah menurun
3. Aritmia (Bradikardi simptomatis) menurun
4. Perasaan lemah menurun
5. Tekanan darah
Manajemen Energi (I. 05178)
Observasi
1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitasrah membaik
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
• Ansietas (D.0080)
Tingkat Ansietas (L.01006) menurun
• Kriteria Hasil :
1. Verbalisasi kehawatiran akibat kondisi yang dihadapi menurun
2. Perilaku gelisah menurun
3. Keluhan pusing menurun
Reduksi ansietas (I.09314).
Observasi :
1. Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
2. Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
Terapeutik :
1. Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
2. Dengarkan dengan penuh perhatian.
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika
perlu.
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
4. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu.
Defibrilasi
EKO RUSTAMAJI,SST,M.Tr.Kep
Pengertian..
• Terapi elektrik (DC Syok) adalah tindakan
yang dilakukan terhadap korban gawat
darurat yang mengalami ganguan irama
jantung dengan menggunakan alat yang
dinamakan defibrilator
Pengertian..
• Defibrilasi :Pemberian tenaga listrik yang
UN synchronized menyebabkan kejutan
(shock) pada klien dengan ventrikel
takhikardi atau ventrikel fibrilasi menjadi
suatu irama jantung yang menunjang
hidup.
• Cardioversi :Bentuk defibrilasi yang
synchronized yang digunakan untuk
menghentikan irama jantung yang
mengancam jiwa/ mengkonversi aritmia,
menjadi irama sinus.
Jenis Defibrilator
1. Otomatis Eksternal
Defibrilators (AED)
• Sangat Praktis karena
penggunaannya tidak
memerlukan pelatihan medis
khusus
• Ditemukan ditempat2 umum , mis:
bandara
• Alat ini mampu menganalisis
irama jantung dan menentukan
jenis tindakan sesuai kebutuhan
• Tidak dpt diganti secara manual
2. Semi Automated
•Mirip dengan AED tetapi bisa diganti
secara manual dan memiliki
tampilan EKG
•Banyak digunakan oleh paramedis
•Alat ini memiliki kemampuan untuk
kecepatan menganalisis irama
jantung
B. Cardioversi ( Synchronized)
1. Takikardi ventrikular yang stabil (teraba
nadi carotis)
2. Supraventikular (SVT) tidak stabil dan
sulit dikelola dengan obat - obatan
chest compression + adrenalin
NO DC
Coarse Ventriculer Fibrilation
DC
Ventriculer tachycardia ( VT –pulseless )
Energi yg
direkomendasikan
• Defibrilasi : 360 Joule
• Cardioversi : 50 – 200 Joule
Letak paddle
• Pasang paddles pada posisi
apex (mid axila kiri) dan
parasternal dibawah klavikula
• ( Bolehterbalik )
• Tekan dengan kekuatan 10 kg
DC shock
1. Lakukan dulu
proses resusitasi
Oles dulu paddles dengan
jelly ECG tipis rata, baru
kemudian switch ON
2. Switch ON
• Pilih energi yg dibutuhkan
360 j
• Pasang paddles pada
posisi apex dan
parasternal (boleh terbalik)
3. Charge 360 Joules (Non-synchronized)
• DC
Tekan charge pada peddle apeks / pd unit
defibrilator
shock
• Ucapkan dengan keras :
Awas semua lepas dari pasien!
– nafas buatan berhenti dulu
– Atas bebas,
samping bebas,
bawah bebas,
saya bebas!
4. Shock!!
• Beri tekanan pada kedua paddle 10 kg
• Tekan tombol discharge dua tombol paddles
bersama
5. Lepas paddles dari dada, lanjutkan chest
compression. Tanpa liat hasil
6. Segera pijat jantung lagi 2 menit
baru evaluasi (raba lagi/ baca lagi ECG
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan
DC Shock
Tenang ae ,
aq wes kebal
listrik
Komplikasi penggunaan defiblirator
NO DC
Coarse Ventriculer Fibrilation
DC
Ventriculer tachycardia ( VT –pulseless )
Korban tidak sadar BLS
Guideline
bebaskan jalan nafas 2010
Head tilt,chinlif, jawtrush
evaluasi
CPR
Pijat jantung 100 x pm BLS
Nafas 10 x pm
Sinkronisasi 30:2
Segera ECG
Siap DC shock
rosc
managemen asistol
Observasi di ICU
Waspada CA berulang
Eko Rustamaji W
Obat yg dibutuhkan untuk
mengatasi keadaan gawat darurat
Disiapkan dan disediakan
ditempat yg mudah dijangkau
Semua petugas harus tahu
tempatnya
Tempat tidak tidak dirubah –
rubah
Obat harus selalu siap pakai
Harus 5 tepat : Pasien, Obat,
Dosis, Waktu, Cara
Obat Emergency
WASPADA
Memperburuk Iskemi miokard
MerangsangVentrikular Atropi, Mudah terjadi
Aritmia Jantung
Menyebabkan Hipertensi pada pasien yang tidak
henti jantung
Indikasi :
Cardiak arrest tipe shockable (VT
Pulseless dan VF)
Sebagai obat pendukung pada
kardiversi elektrik kasus2 SVT dan
PSVT
Efek Samping :
Vasodilatasi dan hipotensi
Memiliki efek initropik negtif
Bradicardia
Heart Block
Sediaan 1 amp = 150 mg dalam 3 cc
Pada kasus cardiac arrest VF dan VT pulseless
dosis awal 300mg bolus, diencerkan dalam
20 – 30 ml saline atau dektrose,
Pertimbangkan diulangi dalam 3 – 5 menit,
150 mg reccurent VT/ VF dan diteruskan
dengan infus 900 mg /24 jam.
Pada kasus aritmia pada kompleks QRS lebar
yang stabil , dosis maksimum pemberian 2,2
gr IV /24 jam
Indikasi :
Diberikan pada henti jantung dengan irama
VF / VT tanpa nadi sebagai alternatif
amiodaron.
Bisa diberikan pada VT dengan hemodinamik
stabil dengan fungsi LF yang baik.
Efek samping:
Berlebihan dapat menimbulkan toksisitas
Dosis dikurangi pada pasien dengan fungsi
hati yang menurun maupun fungsi ventrikel
Dosis :
Dosis awal 1,0 – 1,5 mg/ IV bolus
Via ETT : 2 – 2,5 % IV doses
Bolus kedua : 0,5 – 0,75 mg/ kg setelah 10’
Bolus tambahan : 0,5 – 0,75/ mg every 5’ – 10’
(bila tetap ada aritmia ) sampai total 3 mg/kg
1 jam pertama
Kemudian continuous iv inflamation : 2- 4
mg/min (pada sirkulasi spontan)r
Dopamin
Inotropik : merangsang efek alfa
dan beta adrenergik untuk
kontrktilitik miocard, CO dan tensi
Indikasi
Hipotensi (sistolik 70 – 00 mmhg)
dengan disertai tanda syok
Bradikardia sitomatik dengan
hipotensi atau setelah kembalinya
sirkulasi spontan setelah CPR
DOSIS :
Dosis rendah ( 2 – 3 mcg/kg/BB/ menit)
Dosis Sedang 6 – 10 mcg/kg/BB/ menit)
Dosis lebih dari 10 mcg /kg/BB/ menit)
Pemakaian
Dosis awal : 2 – 20 mcg di titrasi sesuai respon
pasien dan dosis dapat ditingkatkan hingga
tekanan darah dan produksi urin membaik
Sebaiknya gunakan infusion pump agar laju
infus stabil
Possitive Inotropic effect : meningkatkan curah jantung
menurunkan resistensi vaskuler perifer
Tidak terlalU menyebabkan takikardia dibandingkan
dopamin
Meningkatkan aliran darah ke ginjal dan mensenterika
dengan cara karena meningkatkan curah jantug
Dapat dikombinasikan dengan Dopamine
Indikasi
Edema paru dengan
curah jantung rendah
Disfungsi ventrikel
kiri yang tak dapat
diberi vasodilator
Dosis Dicampur dengan D5W atau normal saline
Dosis 2 – 10 mikrogram/kg/menit
Komplikasi
Dapat menyebabkan takikardia , arrhythmia dan
fluktuasi tekanan darah
Dapat memprovokasi iskemia miokard
Indikasi
Edema paru dengan curah jantung rendah
Disfungsi ventrikel kiri yang tak dapat diberi
vasodilator
MORPHINE
Mengurangi kecemasan, sakit dan
iskemia
Meningkatkan venous capacitance
Menurunkan systemic vascular
resistance
Menurunkan kebutuhan oksigen, iskemia
dan luas infark
Indikasi
Sakit dan cemas karena IMA
Acute cardiogenik pulmonary edema
STEMI diberikan 2- 4 mg IV dapat diberikan
dosis tambahan 2-8 mg IV dalam intervale 5 –
15 menit .
NSTE- ACS berikan 1- 5 mg IV jika gejala tidak
berkurangdengan pemberian nitrat
GOAL: Menghilangkan Nyeri
Efek Samping
Depresi nafas
Mual dan bradikardia
Hipotensia dan perubahan laju jantung
ASUHAN KEPERAWATAN
CARDIOGENIK SYOK