Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah kepada 5 hal antara lain:
a. Oksigenasi jaringan menurun
b. Kebutuhan oksigen meningkat
c. Kerja pernapasan meningkat
d. Rangsangan pada sistem saraf pusat
e. Penyakit neuromuskuler.
2. Dada Berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya,
dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat
berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sebagai perasaan
yang berat di bagian dada. Rata-rata orang juga mendeskripsikannya seperti
ada seseorang yang memegang jantungnya, jantung terasa diperas dan dada
nyeri. Asma merupakan penyebab yang umum dari dada berat. Oleh karena
itu, penderita asma sering mengeluhkan dada berat pada serangan asma.
Penderita Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) juga
mengeluhkan dada berat yang sering disebut heart burn. Beberapa alasan
lainnya yang dapat diasosiasikan dengan nyeri dada adalah diabetes,
merokok, penggunaan obat berlebih, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
dan lain-lain. Pneumonia, batuk, ulkus gaster, dan emboli pulmonal juga dapat
menyebabkan nyeri pada dada.
Gejala nyeri pada dada juga mengindikasikan perikarditis. Nafas yang
pendek dengan gejala nyeri dada yang tajam mengindikasikan adanya
inflamasi pada paru, kondisi yang dinamakan pleurisy. Ini juga diartikan
sebagai kerusakan alveolus pada jaringan paru atau pneumotoraks.
Pneumonia juga menyebabkan dada berat disertai demam. Iritasi pleura yang
disebabkan oleh emboli pulmonal merupakan penyebab lain dari nyeri dada.
3. Mengi
Mengi merupakan bunyi siul dengan pitch yang tinggi saat bernapas.
Bunyi ini muncul ketika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi
adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas
terdengar saat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi
umumnya muncul ketika saluran nafas menyempit atau adanya hambatan
pada saluran udara yang besar atau pada seseorang yang mengalami
gangguan pita suara. Penyebab mengi antara lain asma, bronkiektasis,
bronkiolitis, bronchitis, emfisema, GERD, gagal jantung, reaksi alergi, medikasi
(aspirin), pneumonia, merokok, dan infeksi viral.
5) EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal
pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1
dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
Pengkajian Fisik
1) Kesadaran: Kesadaran menurun
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Head to toe
a. Mata
Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau
endokarditis)
b. Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut
c. Hidung
Pernafasan dengan cuping hidung
d. Dada
Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya. Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit (pucat, sianosis) dan
kondisi kulit, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti:
kiphosis, scoliosis dan lordosis.
Catat jumlah pergerakan dada atau pernafasan (mengalami peningkatan
yaitu > 20), irama pernafasan (tidak teratur), kedalaman pernafasan
(pendek), dan kesimetrisan pergerakan dada (asimetris).
Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2
sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
Kelainan pada bentuk dada :
- Barrel Chest: Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi
peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien
emfisema.
- Funnel Chest (Pectus Excavatum): Timbul jika terjadi depresi dari
bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan
pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini
dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat
kecelakaan kerja.
- Pigeon Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai akibat dari
ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP.
Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
- Kyphoscoliosis Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas
ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien
dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang
mempengaruhi thorax.
- Kiposis: meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae
torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
- Skoliosis: melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi
vertebral
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura. Jika ada gangguan maka pergerakan dada akan asimetris.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
Pasien terlihat kelelahan dan gelisah
Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit,
terutama jika klien mengeluh nyeri. Vocal premitus : getaran dinding
dada yang dihasilkan ketika berbicara.
Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Temuan saat dilakukan perkusi :
Pemeriksaan Diagnostik
a. BGA (pada pasien dispnea dapat terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah)
b. Saturasi oksigen (Saturasi oksigen kurang dari normal)
c. X-ray/foto thorax (untuk mengetahui penyebab dari dispnea seperti
pneumothorax, hematothorax, dll)
d. Tes fungsi pulmonal (dengan spirometri, nilai FEV1 atau FVC bisa mengalami
peningkatan dan juga bisa menunjukkan penurunan).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasil: 2) Pasang mayo bila perlu
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Respiratory Status : Gas exchange
4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respiratory Status : ventilation
6) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Vital Sign Status
7) Monitor respirasi dan status O2
Tujuan
No Indikator 8) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
1 2 3 4 5
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
1. Mendemonstrasikan
9) Monitor suara nafas, seperti dengkur
peningkatan ventilasi dan 10) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
oksigenasi yang adekuat cheyne stokes, biot
2. Memelihara kebersihan paru 11) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
paru dan bebas dari tanda dan suara tambahan
tanda distress pernafasan 12) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
13) Observasi sianosis khususnya membran mukosa
3. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
4. AGD dalam batas normal
5. Status neurologis dalam
batas normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA
Morgan WC, Hodge HL. Diagnostic evaluation of dyspnea. Diakses pada Minggu, 31
Juli 2016. Diunduh dari: http://www.aafp.org/afp/980215ap/morgan.html
Chemo Care. Dyspnea (shortness of breath). Diakses pada Rabu, Minggu, 31 Juli
2016. Diunduh dari: http://www.chemocare.com/MANAGING/dyspnea.asp
Farzan S. Cough and sputum production. Diakses pada Minggu, 31 Juli 2016. Diunduh
dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK359/
Pederson K. Chest heaviness. Diakses pada Rabu, Minggu, 31 Juli 2016. Diunduh
dari: http://www.home-remedies-for-you.com/articles/328/general-health-and-
fitness/chest-heaviness.html
Zieve D, Eltz DR. Wheezing. Diakses pada Rabu, Minggu, 31 Juli 2016. Diunduh dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003070.htm