Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN
GAGAL NAPAS
Nama Kelompok 4:
Susilawati
Nida rozarna
Sonya aprily mulyanti
Silka islamiyati
Feni suhada
Zaenudin
Definisi Gagal Napas
Gagal nafas adalah sindrom pertukaran gas yang tidak memadai karena
disfungsi satu atau lebih komponen penting dari sistem pernapasan: chest
wall (termasuk pleura dan diaphragm), airways, alveolar-capillary units,
pulmonary circulation, nerves dan CNS atau brain stem. Pada gagal
nafas. paru tidak dapat mengoksigenasi darah dan mengeluarkan karbon
dioksida secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, meskipun
saat istirahat. Gagal napas merupakan alasan paling umum dilakukan
perawatan di Intensive Care Unit (ICU). (Opdhal, 2010).
Etiologi Gagal Napas
Gagal napas dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :

01 Hipoventilasi

Ketidakcocokan Ventilasi-
02 Perfusi

03 Gangguan Difusi
Etiologi Gagal Napas
Gagal napas dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :

01 Hipoventilasi
Hipoventilasi atau kegagalan ventilasi terjadi
ketika volume udara "segar" yang masuk dan
keluar dari paru-paru berkurang secara
signifikan. Hal ini biasanya disebabkan oleh
kondisi di luar paru-paru seperti depresi pusat
pernapasan (misalnya, overdosis obat, terapi
oksigen aliran tinggi pada orang dengan PPOK
lanjut)
Etiologi Gagal Napas
Gagal napas dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :

02 Ketidakcocokan Ventilasi-Perfusi

Ketidakcocokan ventilasi dan perfusi terjadi


ketika area paru-paru berventilasi tetapi tidak
perfusi atau ketika area perfusi tetapi tidak
berventilasi
Etiologi Gagal Napas
Gagal napas dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :

03 Gangguan Difusi
Gangguan difusi menggambarkan suatu
kondisi di mana pertukaran gas antara udara
alveoli dan darah paru paru terhambat karena
peningkatan jarak untuk difusi atau penurunan
permeabilitas membran pernapasan terhadap
pergerakan gas. Ini paling sering terjadi pada
kondisi seperti penyakit ARDS, edema paru,
dan pneumonia.
Manifestasi Klinis
Kegagalan pernapasan
secara konvensional
didefinisikan oleh PO²
arteri kurang dari 60 mm
Hg, PCO² arteri lebih dari
50 mm Hg, atau keduanya.
Kegagalan pernapasan dimanifestasikan oleh :

Hiposekmia
( Kadar oksigen rendah
dalam darah )

hipoksemia yang lebih parah dapat menghasilkan


perubahan kepribadian, gelisah, perilaku gelisah
atau agresif, gerakan otot yang tidak terkoordinasi,
euforia, gangguan penilaian, delirium. dan,
akhirnya, pingsan dan koma.hipoksemia akut yang
berat dapat menyebabkan kejang, perdarahan
retina, dan kerusakan otak permanen.
Kegagalan pernapasan dimanifestasikan oleh :

Hiperkapnia
( Kadar karbon dioksida
tinggi dalam darah )
Manifestasi dari hiperkapnia mempengaruhi
sejumlah fungsi tubuh, termasuk fungsi
ginjal, fungsi saraf, fungsi kardiovaskular,
dan keseimbangan asam basa. Peningkatan
kadar PCO2, menghasilkan penurunan pH
dan asidosis respiratorik
Klasifikasi Gagal Napas

Type 1 Type 2

Hipoksemia (PaO2
<60 di permukaan Hypercapnic (PaCO2>45)
laut
Klasifikasi Gagal Napas

Type 3 Type 4
Kegagalan pernapasan
perioperatif Syok
Patofisiologi
Secara mekanisme terdiri dari :

Kegagalan hipoksemia Kegagalan hiperkapnia


1. Ventilasi/perfusi (V/Q) tidak Penurunan ventilasi menit (MV)
sesuai. relatif terhadap permintaan dan
2. Shunt Peningkatan ventilasi ruang mati
3. Diperburuk oleh 02 (SvO2) vena
campuran rendah.
Secara Etiologi terdiri dari :

1. Kegagalan sistem saraf (tipe II): Hipoventilasi sentral dan


Neuropati.
2. Kegagalan otot (pompa) (Tipe II): Distrofi otot dan Miopati.
3. Kegagalan transmisi neuromuskular (Tipe II): Myasthenia gravis.
4. Kegagalan jalan napas (Tipe II): Obstruksi dan Disfungsi.
5. Kegagalan dinding dada dan rongga pleura (Tipe II): Kifoskoliosis,
Obesitas morbid, Pneumotoraks, Hemotoraks.
6. Kegagalan pembuluh darah paru (Tipe I): Emboli paru, Hipertensi
paru.
7. Kegagalan unit alveolar (Tipe I): Collapse, flooding, edema, darah,
nanah, aspirasi, Fibrosis
Pathway
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal napas berfokus pada perbaikan


masalah yang menyebabkan gangguan pertukaran gas
bila memungkinkan dan untuk menghilangkan hipoksemia
dan hiperkapnia.
Hipoksemia biasanya diobati dengan terapi oksigen.
Oksigen dapat diberikan melalui kanula hidung atau
masker.
Terapi untuk hiperkapnia diarahkan pada penurunan kerja
pernapasan dan peningkatan keseimbangan ventilasi
perfusi.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gagal Napas
Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
- Peningkatan sekresi pemapasan
- Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2) Breathing
- Distress pernapasan pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, sianosis
3) Circulation
- Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
- Papiledema
- Penurunan haluaran urine
Pengkajian

4) Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS dengan
memperhatikan refleks pupil, diameter pupil

5) Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak lemah, adanya
perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.
Pengkajian

b. Pengkajian sekunder
1) Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
- Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas atau
peningkatan frekuensi nafas.
3) Riwayat
Riwayat kesehatan sebagai berikut. Manifestasi saat ini, Sepsis ditandai dengan demam,
menggigil, Pneumonia ditandai dengan batuk, produksi sputum, nyeri dada, emboli paru
yang ditandai dengan sesak napas yang tiba-tiba atau nyeri dada.
Pengkajian
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara. Denyut nadi,
frekuensi nafas yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis.

b) Integumen
Cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan: mental: cemas, gelisah, bingung. stupor. Peraba: tidak ada
masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin tajam tumpul baik.

c) Kepala
Sakit kepala

d) Mata
Penglihatan penglihatan buram, diplopia, dengan atau tanpa kebutaan tiba-tiba.
Pengkajian
e) Hidung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman

f) Telinga
Pendengaran telinga berdengung

g)Mulut
Lidah ada masalah dalam pengecap

h) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

i) Thorak
Gejala riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru
Pengkajian
j) Kardiovaskuler
Tanda Takikardia, irama ireguler, S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman's sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di
mediastinum)
TD: hipertensi hipotensi

k) Abdomen
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi. Penurunan haluaran urine
Ekstremitas
Edema pada extremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2-4.

l) Genitalia
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada rahim/serviks
Pengkajian

m) Nyeri Kenyamanan
Gejala nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan
abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
Tanda: Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis

n) Keamanan
Gejala riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi kemoterapi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan
kelelahan otot pernapasan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan hilangnya fungsi jalan napas, peningkatan
sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap
hipoventilasi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa :Gangguan ventilasi spontan

Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
…x24 jam diharapkan ventilasi spontan tidak terganggu dengan kriteria hasil :
1. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
2. Kedalaman inspirasi
3. Kesimetrisan ekspansi dada
4. Kemudahan dalam bernapas
5. Tidak ada retraksi dada
6. Tidak ada pernapasan cuping hidung
7. Auskultasi suara napas dalam batas normal
8. Volume tidal dalam batas normal
9. Hasil rongten dada dalam retang yang diharapkan
10. Tes fungsi pari-paru dalam rentang yang diharapkan
Intervensi Keperawatan
Intervensi :
Dukungan ventilasi
Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pemapasan
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis, frekuensi dan kedalaman napas, penggunaan
otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
Terapeutik
3. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. Berikan posisi semi Fowler atau Fowler
5. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
6. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. nasal kanul, masker wajah, masker rebreathing
atau non rabreathing)
7. Gunakan bag-valve mask, jika perlu
Intervensi Keperawatan
Intervensi :

Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu
Pemantauan respirasi
Observasi
4. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
5. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperrventilasi, Kussmaul, Chryne-stokes,
Biof, ataksik)
6. Monitor kemampuan batuk efektif
Intervensi Keperawatan
Intervensi :

4. Monitor adanya produksi sputum


5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. Informasikan hasil pemeriksaan, jika perlu
Implementasi
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncakan
dalam rencna tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui beberapa hal diantaranya bahaya-bahaya
fisik dan perlindungan pada klien, tiknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat
perkembangan psaien.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Jangan keseringan mikirin saingan kamu. Lawan
kamu sebenarnya ya diri kamu sendiri
( males , menunda-nunda , ga percaya diri,
overthingking)

TERIMA KASIH !

Anda mungkin juga menyukai