Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN DISPNEA

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2010).

Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida


dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Schingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner&Sudarth, 2013)

2. ETIOLOGI
a. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) schingga pernafasan lambat dan dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medullaspinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi
ventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraxs
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan
gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas
atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flailchest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologia yang mendasar
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan gagal nafas.
(Arif Mansjoer dkk, 2014)

3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Doengoes, E 2012)
a. Batuk dan produksi skutum
Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba - tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
b. Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada
berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai
alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang
bera dibagian dada. Rata - rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada
seseorang yang memegang jantungnya.
c. Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul
ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda
seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar sat
ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya muncul
ketika saluran napas menyempit atau adanya hambatan pada saluran napas
yang besar atau pada seseorag yang mengalami gangguan pita suara.
d. napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.

4. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal
nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena "kerja pernafasan" menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal
10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien
dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis,
hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan.
Schingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen
menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan
efek dari analgetikopiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut (Brunner&Sudarth, 2013).

5. KOMPLIKASI
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar. gangguan dinding dada, penyakit
obstruktif paru (emfisema,bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada paru
- paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena kehamilan
(Price dan Wilson, 2012). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea
merupakan suatu gejala penyakit - penyakit seperti asma, emfisema, berupa
penyakit paru - paru lain.

6. PENATALAKSANAAN TERAPI DAN PENGOBATAN


a. Oksigenasi
Penanganan Umum Dispnea
1) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
2) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya
3) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.
b. Terapi Farmako
1) Olahraga teratur
2) Menghindari alergen
3) Terapi emosi
c. Farmako
1) Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan,memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
2) Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas,
mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia - Sakit kepala
2) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
3) Papiledema
4) Penurunan haluaran urine
2. Pemeriksaan fisik :
a. System pernafasaan :
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan
tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak) Auskultasi : suara
abnormal (wheezing dan ronchi)
b. System Kardiovaskuler :
Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah
trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Askultasi : Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah
denyut jantung paradok
c. System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan
Glasgow
d. Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup
menetap, Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas
Tanda :
a) Tekanan darah Dapat normal / naik / turun,
b) Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri,
c) Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
d) Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
e) Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi ototjantung
f) Friksi ; dicurigai Perikarditis
g) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
h) Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
i) Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau
bibir.
3) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
Lokasi
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar
ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas
"Crushing ", menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat. Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
palingburukyang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9) Pernafasan:
Gejala :dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal batuk
dengan atau tanpa produksi sputum riwayat merokok, penyakit
pemafasan kronis.
Tanda :peningkatan frekuensi pernafasan nafas sesak / kuat pucat,
sianosis bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10) Interkasisocial
Gejala :Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di Rs
Tanda :Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi
( marah terus-menerus, takut ) Menarik diri

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
b. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
c. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung.

4. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1. SDKI Label: Pola napas Manajemen pola
Pola napas (L.01004) napas (I.01011)
tidak efektif setelah 1. Observasi
(D.0005) dilakukan a. Monitor pola
Mayor tindakan selama napas
DS 1x3 jam b. Monitor bunyi
Dispnea diharapkan napas
DO inspirasi dan c. Monitor sputum
1. Penggunaan ekspirasi yang 2. Terapeutik
alat bantu memberikan a. Pertahankan
pernapasan ventilasi kepatenan jalan
2. Fase adekuat napas
ekspirasi membaik b. Posisikan semi-
memanjang dengan criteria fowler
3. Pola napas Hasil: c. Berikan minum
abnormal 1. Dispnea air hangat
Minor menurun d. Berikan
DS (5) fisioterapi dada
Oeropnea 2. Penggunaa e. Lakukan
DO n otot penghisapan
1. Pernapasan bantu napas lendir
pursed-lip menurun f. Lakukan
2. Pernapasan (5) hiperoksigenisasi
cuping 3. Pemanjang g. Keluarkan
hidung an fase sumbatan benda
3. Diameter ekspirasi padat denan
thoraks menurun forsep
anterior- (5) h. Berikan oksigen
posterior 4. Ortopnea jika perlu
meningkat menurun 3. Edukasi
4. Ventilasi (5) a. Anjurkan asupan
semenit 5. Pernapasan cairan 2000/hari
menurun pursed-lip b. Ajarkan teknik
menurun batuk efektif
(5) 4. Kolabprasi
6. Pernapasan pemberian
cuping bronkodilator.
hidung (5)
7. Ventilasi
semenit
meningkat
(5)
8. Frekuensi
napas
membaik
(5)
9. Kedalaman
napas
membaik
(5)
10. Ekskursi
dada
membaik
(5)
2. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
(D.0077) (L.08066) (I.08238)
Penyebab setelah 1. Oservasi
1. Agen dilakukan a. Identifiasi lokasi,
pencedera tindakan selama karakteristik,
fisiologis 1x3 jam durasi, frekuensi,
2. Agen diharapkan kualitas,
pencedera nyeri intensitas nyeri.
kimiawi menghilang b. Identifiasi skala
3. Agen dengan criteria nyeri
pencedera Hasil: c. Identifiasi
fisik 1. Keluhan respon nyeri non
Mayor nyeri (5) verbal
DS 2. Meringis d. Identifiasi factor
Mengelu nyeri (5) yang
DO 3. Sikap memperberat
1. Tanpak protektif dan
meringis (5) memperingan
2. Bersikap 4. Gelisah (5) nyeri
protektif 5. Kesulitan e. Identifikasi
3. Gelisah tidur (5) penetahuan
4. Frekuensi 6. Mual (5) tentang nyeri
nadi 7. Muntah (5) f. Monitor
meningkat keberhasilan
5. Sulit tidur terapi
Minor oplementer yang
DS sudah diberikan
DO g. Monitor
1. TD efeksamping
meningkat pengguanaan
2. Pola napas analgetik
berubah 2. Terapeurik
3. Nafsu a. Berikan teknik
makan nonfarmakologis
berubah untuk mengatasi
6. Diaphoresi nyeri
s b. Control
lingkungan
c. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurakan
pengunaan
analgetik secara
tepat
e. Ajarkan tehnik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik.

3. Hipervolemia Status cairan Manajemen cairan


(D.002) (L.03028) (I.0309)
Penyebab setelah 1. Observasi
1. Gangguan dilakukan a. Periksa tanda
mekanisme tindakan selama dan gejala
regulasi 1x3 jam hipervolemia
2. Kelebihan diharapkan (mis.dispnea,
asupan hipervolemia edema)
cairan membaik b. Identivikasi
3. Kelebihan dengan criteria penyebab
asupan Hasil: hipervolemia
natrium 1. Dispnea (5) c. Monitor status
4. Gangguan 2. Edema (5) hemodinamik
aliran balik 3. Berat (mis. Frekuensi
vena badan (5) jantung, TD,
5. Efek agen 4. Distensi CPV)
farmakologi vena d. Monitor intake
s jungularis dan output
Mayor (5) cairan
DS 5. Suara 2. Terapeutik
1. Ortopnea napas tabah a. Timbang berat
2. Dispnea tidak ada badan
3. Paroxysmal (5) b. Batasi asupan
nocturnal 6. Kongesti cairan
dyspnea paru (5) c. Tinggikan
(PDN) 7. Perasaan kepala tempat
DO haus (5) tidur 30-40
1. Edema 8. Konsentras derjat
2. Berat badan i urine (5) 3. Edukasi
meningkat a. Anjurkan
3. Jugular melapor jika
venous haluaran urin
pressure <0,5ml dalam 6
4. Reflex jam
hepatojugul b. Anjurkan
ar psitif melapor jika
Minor berat badan
DS meningkat
DO c. Ajarkan cara
1. Distensi mengukur dan
vena mencatat asupan
jugularis dan haluaran
2. Terdengar cairan
suara napas d. Ajarkan cara
tabahan membatasi
3. Hepatomeg cairan
ali 4. Kolaborasi
4. Oliguria a. Kolaborasi
5. Kongerti pemberian
paru diuretic
6. Intek lebih b. Kolaborasi
banyak penggantian
kehilangan
kalium akiat
diuretic

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan diagnostik
2. Pemerikasan gas-gas darah arteri
3. Hipoksemia
Ringan Pa02 < 80 mmHg Sedang Pa02 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
4. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
5. EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia

DAFTAR PUSTSAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius

Brunner&Suddarth. (2013). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC

Doengoes, E. Marylinn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta :


EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta : EGC

Muttaqin. (2012). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.


Salemba Medika: Jakarta.

Wartonah&Tarwoto. 2013. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai