Anda di halaman 1dari 23

Keperawatan Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUANG


PERAWATAN MATERNITAS
RS LABUAN BAJI

Oleh:
DESRINA AKMAR
NIM : 14420201023

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (……………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plasenta previa sentralis dan lateralis, Panggul sempit, Disporsi sefalo
pelvik, Repture uteri mengancam, Partus lama, Partus tak maju, Distosia
serviks, Pre-eklamsia, Malpresentasi janin dapat meningkatkan resiko kematian
pada ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan
mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding perut yang disebut seksio sesarea (Nurarif A.H & Kusuma
Hardhi, 2015).
Seksio sesarea adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan
untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding rahim yang masih utuh
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Persalinan dengan cara seksio
sesarea dapat menimbulkan masalah tehnik menyusui terhadap ibu dan bayi.
Keterlambatan Pengeluaran kolostrum pada ibu post partum seksio sesarea
disebabkan karena timbulnya nyeri post partum yang secara fisiologis
menghambat pengeluaran hormon oksitosin yang sangat berperan dalam proses
laktasi (zamzara et al.2015).
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) negara tersebut
diantaranya adalah Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%). Angka
kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011 rata - rata sebesar 7%
dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada pada tahun 2006 sampai dengan
2012 rata - rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2013 &
2016).
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar
hanya sekitar 10 – 15% dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut
tentunya di dasarkan pada analisis resiko - resiko yang muncul akibat sesar.
Baik resiko bagi ibu maupun bayi. Menurut data WHO (2016)
Kementrian kesehatan (2015) ASI di lampung mengalami penurunan
sebesar 8,8% hal ini terlihat dari data tahun 2014 63,7%, sedangkan 2015
54,4%. Berdasarkan data yang diambil pada 13 april 2017 di Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu diruang kebidanan diperoleh pada tahun 2016
terhitung mulai januari – Desember 2016 jumlah pasien mencapai 212 orang
(Data Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, 2016).
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Seksio Sesarea
2. Untuk Mengetahui Etiologi Seksio Sesarea
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Seksio Sesarea
4. Untuk Mengetahui Penyimpangan KDM Seksio Sesarea
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Seksio Sesarea
6. Untuk Mengetahui Komplikasi Seksio Sesarea
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Seksio Sesarea
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Seksio Sesarea
9. Untuk Mengetahui Pengkajian Klien Dengan Seksio Sesarea
10. Untuk Mengetahui Diagnosis Keperawatan Klien Dengan Seksio Sesarea
11. Untuk Mengetahui Intervensi Keperawatan Klien Dengan Seksio Sesarea

A. Konsep Medis
1. Definisi
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Seksio Sesarea umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2016).
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin /
panggul ), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida,
solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai
penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi,
2015).

3. Manifestasi Klinis
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Disporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan ukuran panggul
d. Repture uteri mengancam
e. Partus lama (prlnged labor)
f. Partus tak maju (obstructed labor)
g. Distosia serviks
h. Pre-eklamsia dan hipertensi
i. Malpresentasi janin
 Letak lintang
 Letak bokong
 Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
 Presentasi rangkap jika resposisi tidak berhasil
 Gemeli
4. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang -
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
 Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
 Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
 Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama
b. Pendarahan disebabkan karena :
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Atonia Uteri
 Pendarahan pada placentabled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonalisasi terlalu tinggi
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglbin / Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urunalisis
h. Amnio sentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Cairan intervena sesuai indikasi, anastesi, perjanjian dari orang
terdekat untuk tujuan, seksio sesarea test laboratorium sesuai indikasi,
tanda – tanda vital, pemasangan volley kateter.
b. perawatan post partum
Pasien berbaring miring didalam pemulihan dengan pemantauan
ketat TTV tiap 15 menit dan 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1
jam berikutnya dan selanjutnya setiap jam. Yakinkan kepala pasien agak
tengadah agar jalan nafas bebas, tungkai bagian atas posisi fleksi,
analgetik diberikan, mobilisasi, makan dan minum, setelah diperiksa
peristaltik usus 6 jam post partum bila positif maka pasien dapat
diberikan minum hangat sedikit – sedikit, seterusnya dilanjutkan dengan
makanan biasa bila pasien telah flatus, kassa harus diganti hari ke-3
sebelum pasien pulang, kateter dibuka 12 – 24 jam pasca bedah (Rizky
Amalia, 2016).
 

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan seksio sesarea data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu :
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
e. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda - tanda
persalinan.
f. Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
g. Pola - pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien post partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien post partum sering terjadi adanya perasaan sering /
susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih -
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
h. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang - kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang - kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang - kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang -
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang - kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat.

h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang - kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan - kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Tanda - tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
(http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-
sc-sectio-caesaria_28.html) diakses pada tanggal 11 Mei 20017.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
b. Nyeri berhubungan dengan luka post op
c. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri
d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan sensivitas
kandung kemih
3. Intervensi Keperawatan
No Dx. keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
.
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Latihan Batuk Efektif
tidak efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam pasien dapat  Identifikasi 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan kemampuan batuk
Meningkatkan status kemampuan batuk
2. Untuk mengetahui adanya
akumulasi secret pernafasan yang  Monitor tanda tanda dan gejala infeksi
adekuat meningkat dari dan gejala infeksi 3. Mengethaui jumlah dan
skala 2 (cukup menjadi skla saluran napas karakteristik cairan
4 (ringan) dengan KH :  Monitor input dan
1. Frekuensi pernapasan output cairan ( mis.
normal (30-50x/menit) jumlah dan
1. Irama pernapasan karakteristik)
normal 2. Terapeutik
2. Kemampuan untuk  Atur posisi semi- 4. Membantu menurangi
mengeluarkan secret Fowler atau Fowler sesak nafas
(pasien dapat 3. Edukasi
melakukan batuk efektif  Jelaskan tujuan 5. Agar klien mengetahui
jika memungkinkan) dan prosedur batuk tujuan dan prosedur batuk
efektif
3. Tidak ada suara nafas efektif
6. Untuk mengurangi kerja
tambahan (spt: ronchi,  Anjurkan tarik pernfasan
weezing, mengi) napas dalam melalui 7. Untuk mencapai ventilasi
4. Tidak ada penggunaan hidung selama 4 detik, yang lebih terkontrol
otot bantu nafas (tidak ditahan selama 2 detik, 8. Membersihkan sekresi pada
adanya retraksi kemudian keluarkan jalan nafas
dinding dada) dari mulut dengan bibir
5. Tidak ada batuk mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan
mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk 9. Mengurangi kekentalan
dengan kuat langsung dahak
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika
perlu

2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan MANJEMEN NYERI


dengan luka post op keperawatan selama 3x24 Observasi:
jam, diharapkan nyeri 1. Kaji secara komprehensif 1. Memudahkan perawat
berkurang. terhadap nyeri termasuk menentukan intervensi
Kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, selanjutnya
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan 2. Factor penyebab inilah bisa
nyeri intensitas nyeri diketahui hal yang dapat
2. Melaporkan bahwa 2. Kaji tipe dan sumber nyeri memperburuk ataupun
nyeri berkurang Terapeutik: mengurangi nyeri
3. Mampu mengenali 3. Mengajarkan cara 3. Tekhnik farmakologi
nyeri melakukan teknik relaksasi membantu mengurangi
4. Mengatakan rasa nafas dalam nyeri tanpa obat seperti
nyaman setelah nyeri Edukasi: nafas dalam
berkurang 4. Tingkatkan istirahat 4. Untuk menegurangi nyeri
Kolaborasi:
5. Kolaborasi pemberian 5. Asam mefenamat sebagai
anlagetik analgetik membantu
mengurangi nyeri secara
farmakologi

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Tindakan 1) Mengetahui tanda dan
jam diharapkan terhindar Observasi gejala infeksi lokal dan
invasi bakteri
dari risiko infeksi dengan 1) Monitor tanda dan gejala sistemik pada pasien
kriteria hasil : infeksi lokal dan sistemik
 Nyeri menurun Terapeutik
 Mengetahui cara 2) Batasi jumlah pengunjung 2) Meminimalisir terpaparnya
mengurangi 3) Cuci tangan sebelum dan kuman baik dari pasien ke
penularan infeksi sesudah kontak dengan pengunjung maupun
 Mengetahui aktivitas pasien dan lingkungan sebaliknya
yang dapat pasien 3) Mencegah terjadinya
meningkatkan infeksi 4) Pertahankan teknik aseptik infeksi silang antara tenaga
pada pasien berisiko tinggi medis dengan pasien
maupun sebaliknya
4) Prinsip aseptik mampu
mencegah atau mengurangi
penularan ataupun
terpaparnya kuman baik
dari pasien ke tenaga medis
Edukasi maupun sebaliknya.
5) Jelaskan tanda dan gejala 5) Memberikan pengetahuan
infeksi kepada pasien terkait tanda
6) Ajarkan cara mencuci dan gejala infeksi
tangan dengan benar 6) Mencegah terpaparnya
7) Anjurkan meningkatkan kuman dan menambah
asupan nutrisi pengetahuan pasien
sehingga derajat kesehatan
optimal.
7) Untuk mempertahankan
kekebalan tubuh melawan
infeksi
Menjaga keseimbangan
cairan untuk
mempertahankan
kekebalan tubuh melawan
infeksi
5. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan asuhan Manajemen eliminasi urine 1) Mengetahui terjadinya
keperawatan selama 3x24 Observasi : gangguan pada eliminasi
urin berhubungan
jam, diharapkan nyeri 1. urin
dengan penurunan retensi urin
berkurang. 2) Mengetahui penyebab
sensivitas kandung Kriteria hasil : 2. terjadinya retensi urin
o Mengungkapkan menyebabkan retensi urine 3) Untuk mengetahui warna,
kemih
pemahaman tentang 3. jumlah dan konsistensi
kondisi Terapeutik : urin
4.
o Mengidentifikasi cara- 4) Pada penderita Infeksi
berkemih
cara untuk mencegah sering mengeluh sering
5.
stasis dan edema berkemih tertama di
6.
jaringan malam hari
atau kultur
5) Mengurangi keinginan
Edukasi :
berkemih
7.
6) Memudahkan perawat
infeksi saluran kemih
dalam melakukan
Kolaborasi :
8. intervensi
suposituria uretra jika perlu 7) Agar keluarga dan pasien
mengetahui tanda dan
gejala Infeksi
8) Mengurangi berkemih

4. Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan 1. Mengetahui adanya tanda-


keperawatan selama 3x24 Observasi : tanda dehidrasi
jam, diharapkan nyeri 1. Monitor status hidrasi 2. Mengetahui adanya
berkurang. (mis: frekuensi nadi, kehilanagan BB
Kriteria hasil : kekuatan nadi, akral, 3. Memudahkan perawat
1. Serum albumin, kelembapan mukosa, menentukan intervensi
kreatinin, hematocrit, turgor kulit, TD) selanjutnya
BUN dalam rentan 2. Monitor BB
normal 3. Monitor hasil pemeriksaan
2. PH urin, urin creatinin laboratorium
dalam batas normal
3. Tidak terjadi kelemahan Terapeutik :
otot 1. Catat intake output dan 1. Membantu mengetahui
4. Tidak terjadi disritmia hitung balans cairan dalam balans cairan
5. Tidak terjadi asites 24 jam 2. Membantu memenuhi
6. Tidak terjadi distensi 2. Berikan asupan cairan cairan pada psien
vena jugularis sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena
bila perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik Membantu mengurangi nyeri
jika perlu pada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Data SDKI 2012. Angka kematian ibu melonjak.nasional.sindownes.com. Diakses


tanggal 3 februari 2016.
Dian Puspita Yani. 2015. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Menyusui
Yang Benar di Bidan Praktek Mandiri Lilis Zanuarsih Sumobito Jombang.
Jurnal Edu Health Vol. 5 No. 1.
http://ejurnal.latansamishiro.ac.id/index.php/OBS/article/download/127/12. Diakses
tanggal 5 februari 2016.
http://poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN
https://jagakesehatanmu.wordpress.com/2011/07/12/risiko-kesehatan-bagi-bayi yang-
tidak-diberi-asi/ diakses pada tanggal 11 Mei 2017
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-sc-sectio-
caesaria_28.html diakses pada tanggal 11 Mei 2017
Ikhwa. 2014. https//ikhwamedia.wordpress.com. Tafsir-doa-surah-al-ahqoof-ayat-
15/.=fhaljq. Diakses tanggal 5 februari 2016.
Kementrian kesehatan. 2015. https://kupastuntas.com
Lestari, indryani Maya dan Misbah Nurul. 2014. Hubungan Antara Paritas dan
Umur Ibu Dengan Kejadian Plasenta Previa. Volume.2. No.2. Banten: Jurnal
Obstretika Scientia.
Marlina. 2016. Faktor Persalianan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan. Volume VII, Nomor 1. hal 57 – 65.
Nurarif A.H & Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Nanda NIC – NOC
edisi jilid 3. Jogyakarta : Media Action.
Runiari, Nengah. Dkk. 2014. Usia Dan Paritas Dengan Plasenta Previa Pada Ibu
Bersalin.
RAWATAN/JUNI %202014/Nengah%20Runiari,%20dkk.pdf. Diakses Tanggal 3
Februari 2016.
Veibymiaty, Dkk. 2014. Faktor-faktor yang berperan meningkatnya angka
kejadian
SectioCaesarea.volume2.No.1.Manado.http//ejournal.unsrat.ac.id/indeks.php/
jkp/article/viewFile/4052/3568. Diakses tanggal 5 Juni 2016.
Zamzara, Ernawati, Susanti. 2015. Pengaruh pijat oksitosin terhadap waktu
pengeluaran kolostrum ibu post partum sc. Jurnal ilmu kesehatan. Vol. 8 No. 2
hal 229 – 241
- Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) Partus lama
-Panggul sempit -Partus tak maju
-Disporsi sefalopelvik -Distosia serviks
-Repture uteri mengancam -Pre-eklamsia
-Malpresentasi janin

seksio sesarea

Post ansestasi spiral Luka post operasi Post partum nifas

Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan Distensi


medulla saraf terputus terbuka
oblongata
kandung kemih
otonom

Penurunan
Penurunan saraf Merangsang Proteksi Udem dan memar
refleks batuk diuretra
vegetatif area kurang
sensorik
Akumulasi Gangguan rasa Penurunan sensivitas &
Penurunan Invasi bakteri
sekret nyaman sensasi kandung kemih
peristatik usus

Bersihan jalan Resiko Resiko infeksi


Nyeri Gangguan eliminasi urin
nafas tidak efektif konstipasi

Anda mungkin juga menyukai