Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. TINJAUAN TEORI LANSIA


1. Defenisi Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nasrullah, 2016)
Lansia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas (Sunarya dkk 2016)
2. Teori-Teori Proses Menua
a. Teori biologi
Teori ini mengatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program genetic
didalam nukleat hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
faktor penyebab terjadinya irulasi sumatik hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian,
dari teori yang ditunjukkan dengan adanya teori membela sel dalam kultur dengan
adanya teori membela sel dalam kultur dengan usus sepsis mutasi sumatik(teori
mercotustirope).
b. Teori emosi
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh penumpukkan berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut terjadi kerusakkan
manusia akibat kesalahan tersebut terjadi kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori automun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca transaksi yang dapat
mengakibatkan kurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self decamenon).jika imun suratik dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada
penurunan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sel mengalami perubahan tersebut
sebagaiselasin dan menghancurkannya
d. Teori kolagen
Kelebihan usia dan stress menyebabkan sel tubuh rusak .peningkatan jumlah kolagen
dalam jaringan menyebabkkan kerusakkan jaringan dan melambatnya perbaikan sel
jaringan.
e. Teori psikososial
1) Actifity teori adalah peranan melibatkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
2) Contuinitas teori adalah adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pada perilaku yang meningkatkan stress.
3) Biggmonent teori adalah putusnya dngan hubungan luas seperti dengan
masyarakat hubungan dengan individu lain.
4) Teory strofikasi usia adalah karena orang digolongkan dalam usia tua dan
mempercepat usia menua.
5) Teory kebutuhan manusia adalah orang yang bisa mencapai aktivitas menurut
penelitian 5% tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
6) Jung teory terdapat tingkat hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
7) Course of human life story yaitu seseorang dalam hubungan ada tingkatan
maksimun.
f. Teory sosiologis
1) Teory interaksi social
Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu yaitu
dasar hal-hal yang dihargai masyarakat yang mengalami interaksi social
merupakan ilmu kemampuan mempertahankan situasi social berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi.
2) Teory aktivitas atau kegiatan
Ketentuan semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.teori
mengatakan bahwa lanjut lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
banyak ikut serta dalam kegiatan social.Ukuran optiman (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup .
3) Teory kepribadian lanjut (enterity teory)
Teori ini mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe kepribdian yang di milikinya.teory ini
mengemukakan adanya keseimbangan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teory pembebasan (caisang metheory)
Teory ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dan masyarakat
kemunduran individu dengan kehidupan lainnya.keadaan ini mngakibatkan
interaksi social lanjut usia menurun baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering mengalami kehilangan. (Nasrullah, 2016)
3. Tipe-Tipe Lanjut Usia
a. Tipe arif bijaksana adalah lanjut usia ini kayak dengan menyesuaikan diri denga
perubahan jaman, mempunyai kesibukkan bersikap ramah,rendah
hati,sederhana,kemauan memenuhi undangan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri adalah lanjut usia, senang mengganti kegiatan yang lain dengan kegiatan
baru, selektif mencari pekerjaan dan teman pergaulan serta memenuhi kebutuhan.
c. Tipe tidak puas adalah lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin mnentang
proses panutan yang mengakibatkan kehilangan kecantikkan,kehilangan daya tarik
jasmani,kehilangan kesuksesan.
d. Tipe pasrah adalah lanjut usia selalu menerima menunggu nasib baik mempunyai
konsep hobi (habis gelap terbit terang).
e. Tipe bingun adalah lnjut usia yang kegiatan kehilangan kepribdian mengasingkan diri
merasa minder menyesal acuh tak acuh. (Sunarya dkk 2016)
4. Mitos-Mitos Lansia
Menurut miller (1995) dalam Sunarya dkk 2016 ada beberapa mitos tentang penuaan
yaitu
a. Mitos kedamaian dan ketenangan
Orang usia lanjut seharusnya dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payah pada
usia mudah saat dewasanya namun kenyataannya ternyata terjadi hal-hal yang
sebaliknya.
b. Mitos konservatisme dan kemunduran pandangan lansia pada yang umumnya
konselvatif menolak inovasi berinteraksi ketinggalan zaman, merindukan masa lalu
kembali sudah berubah keras kepala dan bawel.
c. Mitos sensites
Lansia dipandang sebagai masa dimensa(pikun)yang disebabkan kerusakkan bagian
tetentu akan tetapi dalam kenyataan tidak semua lansia yang mengalami penuaan
disertai kerusakkan otak.
d. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia yang tidak produktif padahal masih banyak lansa yang
memiliki kematangan dan produktfitas mental dan malent yang tinggi.
5. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Menurut WHO lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age)adalah kelompok usia (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (eldery) antara (60-74tahun)
c. Lanjut usia (old) antara (75-90 tahun)
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
d. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e. Usia 40-65 tahun (masa setangah umur, prasenium)
f. Usia 65 tahun keatas (masa lanjut usia, senium) (Nasrullah, 2016).
B. TINJAUAN HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(Sylvia A,price dalam Nurarif dan kusuma, 2015).
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHgtekanan darah tinggi menjadi masalah
hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem
sirkulasi dan organ yang menadapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi
tegang (Palmer 2005 dalam Manuntung, 2018).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan :
a. Hipertensi primer atau esensial disebut juga hipertensi idiopatik karen tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,lingkungan,hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia
b. Hipertensi sekunder penyebab yaitu: penggunaan ekstrogen, penyakit ginjal,sindrom
chussing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
c. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmhg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmhg
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekana sistolik lebih besar dari 160 mmhg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmhg
3) penyebab hipertensi pada orang denga lanjut usia adalah terjadinya perubahan
pada:
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. (Nurarif dan Kusuma 2015)
3. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan
lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal. Secara umum
hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume
darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor heriditer diperkirakan
meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor angiotensin II, gen
angiotensin dan renin, gen sintetase oksida nitrat endotelial; gen protein reseptor kinase
G; gen reseptor adrenergic; gen kalsium transport dan natrium hidrogen antiporter
(mempengaruhi sensitivitas garamm); dan gen yang berhubungan dengan resistensi
insulin, obesitas, hyperlipdemia, dan hipertensi sebagai kelompok bawaan (Manuntung,
2018).
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan aktivis sistem saraf
simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladatif terhadap stimulasi saraf simpatis dan
perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap,
peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA), secara langsung
menyebabkan vasokonstriksi, tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan menurunkan
kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat, memediasi remodeling arteri
(perubahan struktural pada dinding pembuluh darah), memediasi kerusakan organ akhir
pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan air
menyebabkan gangguan aktivitas peptide natriuretik otak (brain natriuretic
peptide,BNF), peptide natriuretik atrial (atrial natriuretic peptide, ANF),
adrenomedulin, urodilatin,dan endotelin dan berhubungan dengan asupan diet kalsium,
magnesium, dan kalium yang rendah. Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi
insulin dan fungsi endotel, hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi
insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis.
Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat dan
vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin dan kadar insulin
yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA (Manuntung, 2018).
Pada hipertensi primer perubahan patologisnya tidak jelas didalam tubuh dan organ-
organ. Terjadi secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah
besar dan pembuluh darah kecil pada organ-organ seperti jantung, ginjal, dan pembuluh
darah otak. Pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak.
Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, begit juga ke otak dan
ekstremitas bawah bisa juga terjadi kerusakan pembuluh darah besar (Ode, 2012).
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penetuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis. (Wijaya dan Putri, 2013)
5. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapatkan suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ sebagai berikut:
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan
diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau
oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila tidak diobati
risiko terkena stroke 7 kali lebih besar
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun
ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan. (Wijaya dan Putri, 2013)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatinin
memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glucosa
Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa
darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada
Menunjukam destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
(Nurarif dan Kusuma 2015)
7. Penatalaksanaan Medis
a) Penatalaksanaan medis
Modifikasi gaya hidup

Tak mencapai sasaran TD (<140/90 mmHg atau <130/80 mmHg pada penderita
DM atau penyakit ginjal gronik)

Pilihan obat untuk terapi permulaan

Hipertensi tanpa indikasi khusus Hipertensi indikasi khusus

Hipertensi derajat 2 Obat-obatan untuk indikasi


TD sistolik ≥ 160 mmHg atau TD khusus
diastolik > mmHg
Umumnya diberikan kombinasi 2 Obat anti hipertensi lainnya
macam obat (biasanya diuretik (diuretik, penghambat EKA,
gol Thiazide dan penghambatan ARB, penyekat β, antagonis Ca)
EKA, atau ARB atau penyekat β, sesuai yang diperlukan.
atau antagonis Ca

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat sampai target


tekanan darah tercapai. Pertimbangkan konsultasi dengan
spesialis hipertensi

(Nurarif dan kusuma 2015)

b) Penatalaksanaan non medis


Terapi komplementer nonfarmakologis yang dilakukan adalah (Djafar et al., 2014):
1) Terapi relaksasi, ditujukan untuk menangani faktor psikologis dan stress yang
dapat menyebabkan hipertensi. Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan
saat stres menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan
tekanan darah tergantung berat stress dan sejauh mana kita mengatasinya.
Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh naik terhadap penurunan
tekanan darah. Relaksasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan teknik
pernapasan yang ritmis dan alami. Didalam relaksasi harus melakukan
pernapasan yang ritmis agar dapat mencapai hasil relaksasi yang optimal melalui
penurunan gelombang otak dari gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan
dengan irama yang teratur akan menenangkan gelombang otak serta
merelaksasikan seluruh otot dan jantung.
2) Teknik massase, menurut (Wijanarko et al., 2010 dalam Djafar et al., 2014),
teknik massase yang digunakan yaitu: Effleurage (menggosok), Petrissage
(memijat), Vibration (menggetarkan).
3) Intervensi bekam, berbekam adalah menghisap darah dan mengeluarkannya dari
permukaan kulit dengan jarum, kemudian darah (Yasin, 2007). Bekam adalah
pengeluaran darah dengan cara pengekopan dibagian tertentu pada tubuh
(Mustaqim, 2010) (Dalam Djafar et al., 2014)
8. Pencegahan
a. Pecegahan
1) Mengukur tensi secara teratur
2) Menurunkan berat badan pada obesitas/kegemukan
3) Pembatasan konsumsai garam dapur
4) Menghentikan konsumsi alkohol
5) Menghentikan kebiasan merokok
6) Melakukan olahraga teratur dan istirahat cukup
7) Diet rendah lemak jenuh
8) Menghindari stress
9) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
b. Pengobatan Hipertensi
1) Berobat secara teratur
2) Minum obat, walaupun tidak ada keluhan (obat seumur hidup) ikuti nasehat dokter
3) Diet rendah garam dan lemak jenuh
4) Hadapi persoalan tidak dengan emosional. (Irwan, 2016)
BAB II
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
1) Gejala
kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menantan
2) Tanda
frekuensi jantung meingkat, perubahan irama jantung, takpnea
b. Sirkulasi
1) Gejala
Riwayat hipertensi, aterosklerosisi, penyakit jantung koroner, katub dan penyakit
serebro vaskuler, apisode palpitasi perspirasi
2) Tanda
kebaikan tekanan darah (pengukuran level dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakkan diagnosis
3) Nadi
Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperi denyut
femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut
palpitea, tibialis, posterior pedealis tidak traba atau lemah.
4) Denyut aplikal
PMI kemungkinan bergeser dan sangat kuat Frekuensi/irama : takikardia, berbagai
disripnia
5) Bunyi jantung
Terdengar s2 pada dasar, s3 (HF), s4 (pergesaran ventrikel kiri/hipertropi ventrikel
kiri). Pesiran vaskuler tedengar diatas karotis hemoralis atau epigastrium (stenosis
arteri), DVJ (distensi vena jugularis) kongisti vena
6) Ekstremitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi feriver), pengisian kapiler
mungin lambat/tertunda (vasokontriksi), kulit pucat, sianosis dan skasoresis
(kongesti, hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
1) Gejala
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, eforia, merah kronik (dapat
mengindiasikan kerusakan serebral)
2) Tanda
letupan suasana hati,gelisah, tangis yang meledak, gerakan tangan empati,otot
muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eleminasi
1) Gejala
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (sperti infeksi/obstrusi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala
Makanan yang disukai yang dapat mencangkup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol.
2) Tanda
BB normal atau obesitas, adanya edema kongestivena, devs glikosuria (hampir
10% hipertensi adalah diabetik)
f. Neurosensori
1) Gejala
Keluhan pening/pusing berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat abngun
dan menghilang saat spontan setelah beberapa jam) episode ebas atau kelemahan
pada satu sisi tubuh gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur) episode
epitaksis
2) Tanda
Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses
pikir.
Respon motorik : perubahan kekuatan genggaman tangan/ refleks tendon dalam
perubahan retinal optik. Dari sklerosis atau penyempinan arteri
ringan sampai berat da perubahan sklerosis dengan edema atau
papilae edema, oksidat, hemoragik tergatung berat dan
lamanya hipertensi.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Gejala
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai (indikasi arterosklerosis pada arteri ektremitas bawah, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
h. Pernafasan
1) Gejala
Dipsnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea noktural
paroksimal batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum riwayat merokok
2) Tanda
Distress respirasi penggunaan otot aksesoris pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi) sianosis
i. Keamanan
1) Gejala
Gangguan koordinasi/ cara berjalan Episode parostesia unilateral transien
Hipotensi postural.
j. Pembelajaran
1) Gejala
Faktor-faktror resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal. Penggunaan pil KB, atau
hormon lain, penggunaan obat/alkohol. (Wijaya dan Putri, 2013)

1. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Intoleransi aktifitas
c. Ansietas
d. Defisit Pengetahuan
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
f. Resiko jatuh
g. Gangguan rasa nyaman
2. Rencana Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
Nyeri Akut Tautan NOC: Manajemen Nyeri:
Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian
Indikator Skala Outcome: nyeri komprehensif
1. Menggunakan tindakan yang meliputi lokasi,
pengurangan nyeri tanpa frekuensi, karakteristik,
analgesic, dipertahankan durasi, kualitas dan
pada 3 (Kadang-kadang factor pencetus.
menunjukkan), 2. Gunakan tindakan
ditingkatkan ke 1 (Tidak pengontrol nyeri
pernah menunjukkan. sebelum nyeri
2. Mengenali kapan nyeri bertambah berat
terjadi, dipertahankan pada 3. Dorong istirahat/tidur
3 (kadang-kadang yang adekuat untuk
menunjukkan), membantu penurunan
ditingkatkan ke 1 (tidak nyeri
pernah menunjukkan)
Intoleransi aktifitas Tautan NOC: Manajemen Energi:
Daya Tahan 1. Monitor intake/asupan
Indikator Skala Outcome: nutrisi untuk
1. Melakukan aktifitas rutin, mengetahui sumber
dipertahankan pada 2 energi yang adekuat
(banyak terganggu), 2. Bantu pasien untuk
ditingkatkan ke 5 (tidak membatasi tidur siang
terganggu) dengan menyediakan
2. Hemoglobin, pasien untuk terjaga
dipertahankan pada 2 (seperti bermain)
(banyak terganggu), 3. Anjurkan periode
ditingkatkan ke 5 (tidak istirahat dan kegiatan
terganggu) secara bergantian

Ansietas Tautan NOC Anxiety Reduction


Tingkat Kecemasan 1. Identifikasi Tingkat
Indikator Outcome: kecemasan pasien
1. Perasaaan gelisah 2. Dorong pasien untuk
dipertahankan pada skala 3 mengungkapkan
(sedang) ditingkatkan ke perasaan, ketakutan dan
skala 5 (tidak ada) persepsi
2. Wajah tegang 3. Dengarkan dengan
dipertahankan pada skala 3 penuh perhatian
(sedang) ditingkatkan ke 4. Jelaskan prosedur dan
skala 5 (tidak ada) apa yang dirasakan
3. Rasa cemas yang selama prosedur
disampaikan secara lisan 5. Instruksikan pasien
dipertahankan pada skala 4 untuk relaksasi nafas
(cukup berat) ditingkatkan dalam
ke skala 5 (tidak ada)
Defisit Tautan NOC Pengajaran Proses
Pengetahuan Pengetahuan: Manajemen Penyakit
penyakit Akut 1. Kaji tingkat pengetahuan
Indikator Outcome: pasien terkait dengan
1. Faktor penyebab dan faktor proses penyakit
kontribusi, dipertahankan 2. Jelaskan patofisiologi
pada 2 (pengetahuan penyakit
terbatas) ditingkatkan ke 4 3. Jelaskan tanda dan gejala
(pengetahuan banyak) umum penyakit
2. Tanda dan gejala penyakit, 4. Berikan informasi
dipertahankan pada 2 mengenai pemeriksaan
(pengetahuan terbatas) diagnostik yang tersedia
ditingkatkan ke 4
(pengetahuan banyak)

Resiko Tautan NOC Manajemen sensasi


ketidakefektifan Status sirkulasi perifer
perfusi jaringan Indikator Outcome: 1. Monitor adanya daerah
otak 1. Tekanan darah sistol tertentu yang hanya peka
dipertahankan pada 2 terhadap
(devisiasi cukup besar dari panas/dingin/tajam/tump
kisaran normal ul
ditingkatkan ke 4 (devisiasi 2. Kolaborasi pemberian
ringan dari kisaran normal) analgetik
2. Tekanan darah diastole 3. Diskusikan mengenai
dipertahan pada 2, penyebab perubahan
(devisiasi cukup besar dari sensasi
kisaran normal
ditingkatkan ke 4 (devisiasi
ringan dari kisaran normal)

Resiko jatuh Tautan NOC Manajemen lingkungan


Keparahan cedera fisik keselamatan
Indocator outcome 1. Identifikasi kebutuhan
1. Lecet pada kulit, skala keamanan pasien
target outcome: berdasarkan fungsi fisik
dipertahankan pada 2, dan kongnitif serta
ditingkatkan ke 3 riwayat perilaku di masa
2. Memar, skala target lalu
outcome : dipertahankan 2. Identifikasi hal-hal yang
pada 2, ditingkatkan ke 4 membahyakan di
lingkungan (misal, fisik,
biologi, dan kimiawi )
Gangguan rasa Tautan NOC Penurunan kecemasan
nyaman Ansiety 1. Gunakan pendekatan
Indocator outcome yang menenangkan
1. Mampu mengontrol 2. Bantu pasien mengenai
kecemasan situasi yang
2. Status lingkungan yang menimbulkan kecemasan
nyaman 3. Instruksikan pasien
3. Status kenyamanan menggunakan teknik
meningkat relaksasi

3. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan pewujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012)
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, asssment,planing), adapuan komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana perawat
menemui keluhan klienn yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan,
O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada klien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan , A
(Assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,dihentikan , dimodifikasi, atau ditambah
dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Dinarti et al.,
2013).
Patofisiologi (penyimpangan KDM)
DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, A. et al. (2013) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Cv.Trans Ifo Media.


Djafar, R. zainal et al. (2014) Prosiding seminar hasil pelaksanaan pengabdian kepada
masyarakat sumber dana DIPA unsri 2013. Palembang.
Irwan (2016) Eoidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Manuntung, A. (2018) Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang: Wineka
Media.
Nasrullah, D. (2016) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur: CV.TRANS INFO
MEDIA.
Nurarif, A. H. dan Kusuma, H. (2015) Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC (jilid 2. 1 ed. Yogyakarta: MediAction.
Ode, S. La (2012) Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi (2012) Konsep & penulisan asuhan keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunarya, dkk,2016.Asuhan keperawatan Gerontik.Edisi I Jogjakarta.

Wijaya, A. S. dan Putri, Y. M. (2013) KMB 1 (Keperawatan Medikal Bedah. 1 ed. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai