KELOMPOK DISKUSI 2
Bakri Bayquni Nasution
Rohayatun
Alvin Pratama Jauharie
Syahrina Fakihun
Dede Achmad Basofi
Dodi Novriadi
Herick Alvenus Willim
Ridha Rahmatania
Gita Amalia Asikin
Elsa Restiana
Nisa Khinanty
I11110010
I11111008
I11111063
I11112002
I11112011
I11112014
I11112022
I11112027
I11112032
I11112057
I11112075
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit dengan Batuk Berdahak dan Berdarah
Batuk Berdarah (hemoptisis)1
Berdasarkan jumlah yang dikeluarkan hemoptisis dibagi menjadi :
Pasien emfisema lain yang ekstrem serta memiliki bronkitis kronik dan
riwayat infeksi berulang dengan sputum purulen biasanya memiliki dyspnea
yang kurang mencolok serta dorongan nafas. Hal tersebut menyebabkan
mereka akan menahan karbon dioksida sehingga hipoksia dan seringkali
sianosis.
Untuk bisa mengerucutkan pada suatu diagnosis penyebab sesak nafas,
perlu dilakukan pemeriksaan fisik lengkap sehingga tidak perlu melakukan
pemeriksaan laboratorium. Patologi orofaringeal atau nasofaring dapat
ditemukan dengan mengidentifikasi kelainan obstruktif kasar dari bagian
hidung atau tenggorokan. Palpasi leher dapat mengungkapkan massa, seperti
di thyromegaly, yang dapat berkontribusi untuk obstruksi saluran napas.
Bruits leher adalah indikasi penyakit makrovaskuler dan mengarahkan pada
penyakit arteri koroner, terutama jika pasien memiliki riwayat diabetes,
hipertensi atau merokok.
Pemeriksaan thorax dapat menunjukan peningkatan diameter
anteroposterior, tingkat pernapasan tinggi, kelainan bentuk tulang belakang
seperti kyphosis atau scoliosis, bukti trauma dan penggunaan otot aksesori
untuk bernapas. Kyphosis dan scoliosis bisa menyebabkan pembatasan paru.
Auskultasi paru-paru memberikan informasi mengenai karakter dan simetri
nafas suara seperti rales, ronki, suara tumpul atau mengi. Rales atau mengi
dapat mengindikasikan gagal jantung kongestif, dan ekspirasi mengi saja
dapat mengindikasikan penyakit paru-paru obstruktif.
Pemeriksaan kardiovaskular dapat menunjukan murmur, suara jantung
tambahan, kelainan dari detak atau irama jantung. Sebuah murmur sistolik
dapat menunjukkan stenosis aorta atau insufisiensi mitral, sebuah suara
jantung ketiga dapat mengindikasikan gagal jantung kongestif dan ritme yang
tidak teratur bisa menunjukkan fibrilasi atrial. Perfusi perifer ekstremitas
harus dievaluasi dengan menilai pulsasinya, kapillari refill, edema dan pola
pertumbuhan rambut.
Pemeriksaan psikiatrik dapat mengungkapkan kecemasan disertai dengan
gemetar, berkeringat atau hyperventilation.4
tersebut?
Adakah dahak pada batuk tersebut? Bagaimana warna dahaknya?
Apakah dahak tersebut disertai darah? Apakah warna darahnya (merah
terang/merah gelap)?
Seberapa banyak darah pada dahak tersebut? (satu sendok teh, sendok
Riwayat Obat-obatan
Nama
Tujuan
Dosis obat
Apakah membeli obat tersebut dengan/tanpa resep dokter?
Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga yang menderita hipertensi?
Adakah keluarga yang menderita Diabetes Melitus?
batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru
tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa
akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
-
Demam
Pemeriksaan Fisik7
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit
umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama
daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan
fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pemeriksaan Penunjang7
Pemeriksaan Bakteriologik
-
Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak,
cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan
jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
Kompleks ranke
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Diagnosis
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dilaksanakan sesuai alur
sebagaimana dalam bagan Alur diagnosis TB paru8
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
-
Kanamisin
Kuinolon
Dosis OAT
-
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB,
30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau:
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:
15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
-
Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat
(penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri
sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadangkadang dapat
menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada
dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg
BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa
minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk
dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek
samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis
yang digunakan dan umur penderita. Risiko tersebut akan
meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal.
Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging
(tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat
dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi
0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat
keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang
timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada
kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti
kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi
segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis
dapat dikurangi 0,25gr Streptomisin dapat menembus barrier
plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab
dapat merusak syaraf pendengaran janin.
PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
-
TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas Paduan obat yang
diberikan : 2 RHZE / 4 RH
Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE
Prognosis
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan
ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi
kurang baik.
2.5 Bronkitis
Definisi
Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami
inflamasi. Saluran ini membawa udara ke paru paru. Orang yang
mengalami bronkitis sering menderita batuk disertai lendir (mukus). Mukus
merupakan cairan pelicin pada saluran bronkial. Bronkitis juga dapat
menyebabkan mengi (sebuah siulan atau suara melengking ketika bernapas),
nyeri dada atau ketidaknyamanan, demam, dan sesak napas9
dan nyeri tenggorokan. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala
lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk
bisa menetap selama beberapa minggu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bisa di dapatkan14-16:
1. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
2. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat).
3. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
4. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang.
5. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah
di pinggir sternum.
6. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan
peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan
edema kaki
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung diangnosis adalah
sebagai berikut14-16:
1. Cultures dan Staining. Mendapatkan kultur sekresi pernapasan untuk
virus influenza, Mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella pertussis ketika
organisme ini diduga. Metode kultur dan tes imunofluoresensi telah
dikembangkan untuk diagnosis laboratorium pneumoniae infection
dengan mendapatkan usap tenggorokan. Kultur dan gram stainning dari
dahak sering dilakukan, meskipun tes ini biasanya tidak menunjukkan
pertumbuhan atau flora saluran pernapasan normal. Kultur darah dapat
membantu jika superinfeksi bakteri dicurigai.
2. Kadar Procalcitonin. Kadar procalcitonin mungkin berguna untuk
membedakan infeksi bakteri dari infeksi nonbakterial. Penelitian telah
4. Radiografi Dada. Radiografi dada harus dilakukan bagi pasien yang fisik
temuan pemeriksaan menunjukkan pneumonia. Pasien tua mungkin tidak
memiliki tanda-tanda pneumonia, karena itu, radiografi dada dapat
dibenarkan pada pasien, bahkan tanpa tanda-tanda klinis lain infeksi.
Pemeriksaan radiologi Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya
tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus
menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah ataupun tramline
shadow yang menunjukkan adanya penebalan dinding bronkus.
Gambaran Dirty chest. Karena terjadi infeksi berulang yang disertai
terbentuknya jaringan fibrotik pada bronkus dan percabangannya, maka
corakan bronkovaskular akan terlihat ramai dan konturnya irregular. Ini
merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering ditemukan
pada foto thoraks.17
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
-
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
Hemophilus influenza
-
TMP-SMZ
Azitromisin
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
-
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumonia
-
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumonia
-
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat.
Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit
pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti
kurang dari 5% pada penderita rawat jalan, sedangkan penderita yang dirawat
di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America
( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan
kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III
sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka
kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di
RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.
2.7 Kanker Paru19
Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di
paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer)
maupun keganasan dari luar paru (metastasis). Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic
carcinoma).
Gejala Klinis
Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk, sesak napas atau
nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak kunjung
sembuh dengan pengobatan biasa pada kelompok risiko harus ditindak
lanjuti untuk prosedur diagnosa kanker paru. Keluhan suara serak
menandakan telah terjadi kelumpuhan syaraf atau gangguan pada pita suara.
Gejala klinis sistemik yang juga kadang menyertai adalah penurunan berat
badan dalam waktu yang singkat, nafsu makan menurun, demam hilang
timbul. Gejala yang berkaitan dengan gangguan neurologis (sakit kepala,
lemah/parese) sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau
tulang belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejala awal pada kanker
yang telah menyebar ke tulang.
Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada
terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan darurat
yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma
vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan
metastasis
tumor di tulang atau otak. Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK
ditentukan beberapa faktor:
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 6000 cGy, dengan
cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum
penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1. PS < 70.
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3. Fungsi paru buruk.
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status)
harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO.
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam
kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis
obat anti kanker dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan
pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
hemodinamik berupa
vasokonstriksi arteri
paru, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi klinis yang timbul. Sebagian
besar gambaran EKG yang timbul pada emboli paru masif sama seperti
pada kondisi korpulmonal akut, berupa:
Gelombang T inversi pada sadapan prekordial kanan
Gelombang P Pulmonal pada sadapan II, III, aVF
Gambaran Right Bundle Branch Block
Lain-lain : aritmia, takikardia, flutter atrial
d. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Toraks
Pemeriksaan x-ray toraks tidak dapat membuktikan ataupun
menyingkirkan diagnosis emboli paru secara pasti. Berbagai kelainan
radiologi dapat ditemukan pada hasil foto toraks pasien emboli paru.
Gambaran atelektasis, efusi pleura, pembesaran arteri pulmonal,
kardiomegali, bahkan gambaran toraks normal dapat ditemukan pada
pasien emboli paru.
Beberapa tanda khas radiografi yang mungkin dapat ditemukan pada
pasien emboli paru, namun tidak spesifik dan tidak sensitif yaitu:
Hamptons Hump
Gambaran ini menunjukkan adanya gambaran radioopak
berbentuk segitiga dengan apeks menghadap ke hilus. Ini
menunjukkan adanya infark paru di daerah distal dari thrombus.
Pallas sign
Pembesaran arteri pulmonal desending
Westermarks Sign
Terdapat penurunan corakan vascular paru di area yang
terlokalisasi.
Panah
putih
menunjukkan
Westermarks
sign,
panah
hitam
heparin,
low
Pada
Emboli
Paru
massif
yang
menyebabkan
ketidakstabilan
BAB III
KESIMPULAN
Laki-laki 35 tahun mengalami TB paru BTA positif (+) kasus baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Z. Manifestasi Klinikdan Pendekatan Pada Pasien Dengan Kelainan
Pernapasan. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarta M, Setiati
S, editor. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Ed 5. Jakarta : Interna
Publishing; 2009. h.969-73
2. Markum HMS. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007
3. Mukerji V. Dyspnea. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd ed. Boston: Butterworth Publishers,1990. h. 78-80
4. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology: The Heart.8th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007. P. 381, 487
5. Aaronson PI, Ward JPT. At a Glance Sistem Kardiovaskular: Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular. 3th ed. Jakarta: EGC, 2010. h.68.
6. Bickley, Lynn.S. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Ed.8. Jakarta: EGC. 2009.
Sesak nafas
Pendarahan di saluran
napas
Infeksi saluran
pernapasan
Anamnesis
DD:
Pemeriksaan Fisik
Bronkitis
TB paru
Pemeriksaan Sputum
Pneumonia
Kanker Paru
Pemeriksaan Rontgen
Spirometri
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dan
Tatalaksana
Emboli Paru