Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik
Sub Topik
Sasaran
Hari/Tanggal

IMPETIGO
Pengunjung Poli Anak
(orang tua/wali pasien)
SENIN, 16 JANUARI 2017

Waktu

09.00 SELESAI

Tempat

DEPAN POLI ANAK RSUD SULTAN SYARIF


MOHAMMAD ALKADRI PONTIANAK

Penyuluh

Dokter Muda
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

I. TUJUAN

Tujuan umum

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pengunjung poli


Anak dapat memahami mengenai tentang impetigo
a. Sasaran memahami pengertian dan penyebab penyakit
impetigo
b. Sasaran memahami gejala penyakit Impetigo
c. Sasaran memahami penanganan dan pencegahan
penyakit Impetigo.

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Impetigo
Impetigo adalah penyakit kulit superfisial yang disebabkan infeksi piogenik
oleh bakteri. Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang
umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka merah
pada wajah, khususnya di sekitar hidung dan mulut, dan badan.
B. Etiologi
Penyebabnya yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus beta
hemolyticus.
C. Klasifikasi Impetigo
-

Impetigo krustosa. Merupakan bentuk paling umum dari impetigo, yang biasanya
dimulai dengan noda merah pada wajah, paling sering di sekitar hidung dan mulut.
Luka dengan cepat memecah dan mengeluarkan cairan atau nanah yang kemudian
membentuk kerak berwarna kuning. Luka tersebut mungkin gatal, akan tetapi tidak

terasa sakit.
Impetigo bulosa. Umumnya diderita oleh bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.
Impetigo ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berisi cairan biasanya pada dada,
pinggul, lengan atau leher. Kulit di sekitarnya biasanya merah dan gatal tetapi tidak
terluka. Benjolan berisi cairan ini dapat pecah dan menyisakan kerak berwarna
kekuningan, dapat besar atau kecil, dan dapat hilang lebih lama daripada impetigo
jenis lainnya.

D. Gejala dan Tanda


Gejala klinis impetigo krustosa antara lain:
1. Munculnya bercak merah menyerupai luka yang tidak terasa sakit, namun gatal.
2. Bercak bisa menyebar dalam waktu singkat ketika disentuh atau digaruk, kemudian
berganti menjadi kerak berwarna kecokelatan.
3. Setelah kerak yang ukurannya sekitar 2 sentimeter ini kering, yang tersisa adalah
bekas berwarna kemerahan.
4. Bekas berwarna kemerahan ini dapat sembuh tanpa bekas dalam jangka waktu
beberapa hari atau minggu.

Gejala klinis impetigo bulosa antara lain:


1. Kulit melepuh dan berisi cairan berukuran 1-2 sentimeter yang terasa sakit dan
membuat kulit di sekitarnya gatal.
2. Kulit melepuh yang dalam waktu singkat dapat menyebar dan kemudian pecah
dalam beberapa hari.
3. Pecahan kulit yang melepuh kemudian meninggalkan kerak berwarna kuning.
4. Setelah sembuh, kerak kuning tersebut hilang tanpa meninggalkan bekas sama
sekali.
E. Cara Penularan
Impetigo sangat mudah menular melalui sentuhan atau kontak fisik baik secara
langsung dengan luka ataupun daerah kulit yang terinfeksi, maupun secara tidak
langsung melalui penggunaan barang penderita impetigo.
F. Pencegahan
Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan.
Goresan ringan atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila
perlu olesi dengan zat anti-bakteri.
Untuk mencegah penularan:
1. Menjaga kebersihan kulit dengan mencuci tangan dan kaki menggunakan
sabun
2. Hindari kontak dengan cairan yang berasal dari luka infeksi di kulit
3. Gunakan sarung tangan ketika menggunakan salep antibiotik dan segera cuci
tangan anda setelahnya
4. Apabila sudah bersetuhan dengan anak menderita impetigo segera
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun
5. Memotong kuku anak anda dengan rutin untuk menghindari kerusakan kulit
akibat menggaruk area yang terinfeksi
6. Hindari berbagi penggunaan barang dengan penderita
7. Barang-barang yang digunakan harus dipisahkan dan dicuci dengan sabun dan
air panas secara rutin

B. Komplikasi impetigo
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis
menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai
dengan adanya ulkus dan krusta tebal yang dapat menyisakan jaringan parut.
2. Selulitis dan Erisepelas
Impetigo dapat menjadi infeksi invasif hingga menyebabkan terjadinya selulitis dan
erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit yang
mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan eritema
setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam. Sedangkan
erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial
ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai
gejala prodromal.
3. Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo yang umumnya disebabkan oleh
Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-5%).
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada
bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh
Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap individu,
tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik. Faktor yang berperan
penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60
serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis setelah pioderma
streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria
makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.
4. Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokus
yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.
5. Infeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus (MRSA).
MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlah
antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit
diobati. Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang
mengeluarkan pus. MRSA juga dapat menyebabkan pneumonia dan bakterimia.

C. Penatalaksanaan
Pengobatan utama impetigo adalah dengan menggunakan antibiotik.
Antibiotik di sini dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik oles dan antibiotik minum.
Antibiotik oles digunakan jika infeksi yang terjadi masih ringan, berada pada satu
area, dan belum menyebar ke mana-mana. Sedangkan antibiotik minum digunakan
jika gejala impetigo tidak bisa ditangani lagi dengan antibiotik oles, makin berat dan
menyebar.
Sebenarnya sebagian besar kasus impetigo bisa sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu hingga tiga minggu tanpa diobati. Namun tujuan pengobatan
antibiotik di sini adalah untuk mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi
risiko penularan terhadap orang lain.
Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah
dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis
terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas di sekolah atau tempat
lainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
-

Mupirocin
Mupirocin (Pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari
Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat
sintesis protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase
sehingga menghambat aktivitas coccus Gram positif seperti Staphylococcus
dan sebagian besar Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk
pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus
pyogenes.

Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum.
Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau
krim asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama
efektif dengan mupirocin topikal.

Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain
Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis
dinding sel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid
pirofosfat sehingga aktif melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus

dan Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri


superfisial kulit seperti impetigo.
-

Retapamulin
Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dan telah menunjukkan
aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat seperti
metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin.
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi

yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.


a. Pilihan Pertama (Golongan Lactam)
-

Golongan Penicilin (bakterisid)


Amoksisilin+ Asam klavulanat: dosis 2x 250-500 mg/hari (25

mg/kgBB) selama 10 hari


-

Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)


Sefaleksin: dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10

o
hari.
o

Kloksasilin: dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.

b. Pilihan Kedua
-

Golongan Makrolida (bakteriostatik)


o

Eritromisin: dosis 30-50mg/kgBB/hari.

Azitromisin: dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari
untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.

METODE, MEDIA, SUMBER


METODE
MEDIA
SUMBER

Penyuluhan dan Tanya Jawab


Health Promotion Box Mobile
Buku dan Internet

II. KEGIATAN
KEGIATAN
WAKTU

TAHAP
KEGIATAN

5 menit

Pendahuluan

15 menit

Kegiatan Inti

PENYULUH
-

5 menit

Penutup

III.

Perkenalan
Menjelaskan tujuan penyuluhan
Menyebutkan tema penyuluhan
Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur
Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
Memberikan kesempatan kepada
sasaran lain untuk menjawab
pertanyaan dari salah satu sasaran.
Menyimpulkan materi penyuluhan
yang telah disampaikan
Menyampaikan ucapan terimakasih
atas perhatian sasaran dan waktu
yang telah diberikan
Mengucapkan salam

SASARAN
Pengunjung
poli Anak

Pengunjung
poli Anak

Pengunjung
poli Anak

EVALUASI
PROSEDUR

Evaluasi dilakukan setelah materi penyuluhan

BENTUK

Tanya-jawab

JENIS

Evaluasi terbuka

PERTANYAAN

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)


RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak

Anda mungkin juga menyukai