Anda di halaman 1dari 42

KEGAWATDARURA

TAN SISTEM
PERNAFASAN
Agil Putra Tri Kartika, S.Kep., Ns., M.Kep
GAGAL NAFAS
PENGERTIAN
 Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi.
 Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan
 Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia)
JENIS
 Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.

 Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.

 Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti PPOK, TB, bronkitis kronik, emfisema dan penyakit
paru hitam (penyakit penambang batubara).
ETIOLOGI
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan
sangatmempengaruhiventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran
dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi
jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal
nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar

5. Penyakit akut paru


Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan
materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas
PATOFISIOLOGI
 Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami
kerusakan yang ireversibel.
 Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-24 x/mnt. Kapasitas vital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-15 ml/kg).
 Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan
medulla oblongata).
 Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal.
 Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid.
PATHWAY
TANDA DAN GEJALA

 Gagal nafas total


• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga
serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi paru
 Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan seperti snoring dan whizzing,
gurgling, stridor.
• Ada retraksi dada

 Hiperkapni atau hipoksemia


• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg

• Pemeriksaan rontgen dada


Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

• Hemodinamik

• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
PENATALAKSANAAN

SUPLEMEN OKSIGEN
• Merupakan tindakan temporer sambil dicari diagnosis etiologi dan terapinya.

• Pemberian O2 peningkatan Gradien Tekanan O2 Alveolus dgn kapiler


Difusi lebih banyak peningkatan PaO2
OBAT DAN PENATALAKSANAAN LAINNYA

·       Mukolitik
·       Postural orainase
·       Chest physical therapy
·       Nasotracheal suctioning
·       Cough/deep Breathing Exercise
PENGKAJIAN
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Ganggaun ventilasi spontan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringa perifer
DAFTAR PUSTAKA
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB
Lippincott company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana


Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa


Aksara, Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice,


fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia
EFFUSI PLEURA
Adanya akumulasi cairan di dalam rongga pleura.
Kondisi ini jarang bersifat primer tetapi sekunder
akibat penyakit lain

20
 Ca yang meluas khususnya pada paru dan mamae
 Infeksi : TBC, Pneumonia, dll
 Gagal jantung kongestif
 Penyakit hepar
 Penyakit ginjal
 Meig’s syndrome (Tumor-tumor pelvis non metastase
khususnya pada ovarium)

21
PERTIMBANGAN FISIOLOGIS
 Rongga pleura merupakan rongga potensial
 Memiliki 10-20 cc cairan yang berfungsi sebagai lubricant saat paru
mengembang dan mengempis
 Memiliki tekanan negatif ( + - 2 mmHg)
 Adanya akumulasi cairan dalam rongga pleura akan mengganggu
proses ventilasi dimana complience paru akan menurun

22
PATHOFISOLOGI
Cairan masuk kedalam rongga pleura melalui mekanisme :
 Peningkatan tekanan intra kapiler pulmoner
 Peningkatan permeabilitas kapiler pulmoner
 Penurunan tekanan osmotik koloid ; hypoalbumin
 Peningkatan tekanan negatif intrapleural ; atelektasis
 Kerusakan ataupun kegagalan drainage limfatik pada rongga pleura ;
obstruksi atau carcinoma mediastinal

23
TERGANTUNG PENYEBAB DAN
MEKANISME PERPINDAHAN CAIRAN

24
PENGKAJIAN
Keluhan utama yang biasa dirasakan adalah sesak nafas dan nyeri dada.
Kaji dengan pendekatan :
 Provocative – Palliative
 Quality – Quantity
 Region – Radiaton
 Severity
 Time Bound

25
PENGKAJIAN : RESPIRASI
 Tachypnea, dangkal, dyspnoe, pernafasan abdominal,
retraksi intercosta, penggunaan otot pernafasan tambahan
 Dullness pada perkusi diatas akumulasi cairan
 Suara paru menurun dan mungkin tidak terdengar sama
sekali pada area akumulasi cairan
 Pergerakan dada tidak simetris
 Bila effusi pleura akibat penyakit infeksi paru, ditemukan
tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakit
primernya

26
PENGKAJIAN : SIRKULASI
 Tachycardi, rate reguler / ireguler
 TD normal atau meningkat
 Bila Effusi pleura akibat gagal jantung ditemukan tanda gejala gagal
jantung

27
PENGKAJIAN : INTEGUMEN
 Cyanosis
 Suhu tubuh normal / meningkat
 Diaphoresis
 Pada gagal jantung ditemukan akral yang dingin, oedema (gagal
jantung, gangguan hepar)

28
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Chest x-ray ; sedikitnya 200 – 300 cc akumulasi cairan
dapat terdekteksi melalui chest x-ray
2. Pleura pungsi
3. USG
4. Lab :
Pemeriksaan cairan pleura
Pemeriksaan urine ; EP e.c hypoalbumin
Analisis Gas Darah
Pemeriksaan darah lengkap

29
PNEUMOTHORAX:
Opening that connect the outside air
with intrapleural space; result is that
air flows into intrapleural space;
this eliminates the pressure gradient
between the thoracic cavity and the
atmosphere, and the lungs cannot
inflate
GAMBARAN PNEUMOTHORAX
SIMULASI PHANTOM
CT THORAX
: MEDIASTINAL SHIFT MAY OCCUR TOWARD THE UNINVOLVED SIDE AS
A RESULT OF INCREASED PRESSURE WITHIN THE PLEURAL SPACE; THIS
INVOLVES THE TRACHEA, ESOPHAGUS, HEART, AND GREAT VESSELS.
THORACOSTOMY (CHEST
TUBE)
CONCLUSION
CXR WITH RECURRENT RIGHT-SIDED
PNEUMOTHORAX, DESPITE THORACOSTOMY TUBE IN PLACE

CT scan with giant bullae and anterior


pneumothorax after insertion of a second
thoracostomy tube
ASMA

Penyakit jalan
nafas yang
intermiten,
reversible di
mana trakea dan
bronki berespons
dalam secara
hiperaktif
terhadap stimuli
tertentu.
JENIS-JENIS ASMA
Asma Alergik
Asma Idiopatik atau Non-alergen
Asma Gabungan
PATOFISIOLOGI

Asma adalah obtruksi jalan napas difus


reversible.
Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari
yang berikut ini:
Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki,
yang menyempitkan jalan napas.
Pembengkakan membran yang melapisi
bronki.
Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
MANIFESTASI KLINIS
Batuk
Dispnea
Mengi

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Agonis Beta
2. Metilxantin
3. Antikolinergik
4. Kortikosteroid
5. Inhibitor sel mast

Anda mungkin juga menyukai