Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PROFESIONALISME PERAWAT DENGAN

RESIKO TERJADINYA MALPRAKTIK


DI RSUD BEKASI TAHUN 2016

Tien Partinah1, Rachmat Trijono2


1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-
syafi’iyah Jakarta, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia
*email : fikesuia@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena
itu maka profesionalisme perawat sangat diperlukan untuk menghindari resiko terjadinya malpraktik.
Tujuan penelitian mengetahui dan menganalisis gambaran profesionalisme perawat, gambaran tigkat
resiko terjadinya malpraktik perawat dan pengaruh profesionalisme perawat terhadap risiko terjadinya
malpraktik di RSUD Bekasi. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif korelasi dengan
desain penelitian Cross Sectional Study. Populasi adalah Perawat RSUD Bekasi yangberjumlah 333
orang. Sampel adalah perawat yang memenuhi kriteria jenjang akademik sarjana keperawatan dan
berjenjang DIII yang telah bekerja lebih dari 5 tahun hingga berjumlah 30 responden. Hasil penelitian
Hubungan antara Profesionalisme Perawat dengan Risiko Terjadinya Malpraktik terbukti tidak
signifikan,nilai chi square sebesar 3,274 dengan taraf signifikansi sebesar 0,070 atau lebih besar dari
0,05. Kesimpulan Pola hubungan antara Profesionalisme Perawat dengan Resiko Terjadinya
Malpraktik menunjukkan bahwa perawat yang kurang profesional lebih beresiko melakukan tindakan
malpraktik. Sedangkan perawat yang profesional kecenderungannya lebih tidak beresiko melakukan
tindakan malpraktik. Saran Profesionalisme perawat lebih di tingkatkan lagidengan mendorong
perawat untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, rekruitment perawat
hendaknya lebih mengutamakan yang berpendidikan S1.

Kata Kunci: profesionalisme, perawat, malpraktik

ABSTRACT
Introduction: The nursing care is a form of professional services that an integral part of health care
that is based on nursing science and troubleshooting. Therefore, the professionalism of nurses urgently
needed to avoid the risk of malpractice. ObjectiveIdentifying and analyzing the professionalism of
nurses, the risk of nursemalpractice and the influence of professionalism of nurses to the risk of
malpractice in RSUD Bekasi.Methods This study used descriptive correlation with cross sectional
method. Population is Nurse of RSUD Bekasi amounting to 333 people. Sampel is nurse fulfilling
ladder criterion of academic treatment master and ladder of DIII which have worked more than 5 year
till amount to 30 responder. Result The relationship between the risk of occurrence of Nursing
Professionalism malpractice proved not significant, chi-square value of 3.274 with a significance level
of 0.070 or greater than 0.05. Conclusion The pattern of the relationship between professionalism
Nurse Occurrence Malpractice Risk shows that nurses are less professional riskier commit
malpractice. While professional carers tendency is not at risk of doing malpractices. Suggestion
Professionalism more nurses on the increase again by encouraging nurses to continue their education
to a higher level, more emphasis should be recruiting nurses educated S1

Keywords: professionalism, nurses, malpractice


A. LATAR BELAKANG kedokteran sehingga dibutuhkan
Berbagai fenomena dugaan pendidikan berbasis perguruan tinggi.
malpraktek olehperawat akhir-akhir ini Kedua, quality of practice, dengan
menjadi sorotan yang sering terdengar meningkatkan kompetensi, berfikir kritis,
dan menjadi populer di kalangan dan mampu mengambil keputusan yang
masyarakat. Menurut Sugono, fenomena tepat serta kepercayaan diri yang kuat
merupakan kejadian yang menarik dalam berinteraksi dengan profesi lain.
perhatian atau luar biasa sifatnya(Dendy Ketiga adalah patient safety. Masyarakat
Sugono, 2008). Fenomena dugaan yang dilayani perawat akan memperoleh
malpraktek perawat menimbulkan tingkat keamanan yang tinggi karena
ketakutan bagi tenaga kesehatan terutama memiliki kualitas praktik. Setiap
perawat itu sendiri. Hal ini menyebabkan pekerjaan ada konsekwensi yang tidak
perawat kadang-kadang bekerja terlalu lepas dari kesalahan (berbuat salah) yang
hati-hati dan ragu-ragu sehingga bisa berupa ketidakberhasilan (nursery error)
menimbulkan penurunan kualitas ataupun suatu kelalaian (nursery
pelayanan keperawatan. negligence). Kesalahan ini tidak akan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU terjadi bilamana perawat bekerja secra
Nomor 38 Tahun 2014 tentang profesional dan sesuai dengan standard
Keperawatan, profesionalisme perawat keperawatan yang didasari keahlian,
sangat diperlukan untuk menghindari ketrampilan dan norma etika, moral.
terulangnya resiko malpraktik. Hal ini (hasl wawancara dengan Pembimbing I)
penting mengingat bahwa pelayanan Berkaitan dengan kewenangan
keperawatan adalah suatu bentuk perawat, secara teknis operasional,
pelayanan profesional yang merupakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
bagian integral dari pelayanan kesehatan. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Sedangkan Penjelasan Pasal 2 huruf c Izin dan Penyelenggara Praktik Perawat
UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang telah mengaturnya khususnya pada Pasal
Keperawatan, mendeskripsikan bahwa 8. Berdasarkan ketentuan tersebut diatur
seorang perawat dalam melakukan bahwa wewenang perawat adalah
praktik keperawatan harus berasaskan melakukan asuhan keperawatan, upaya
etika dan profesionalitas, yakni dalam promotif (peningkatan kesehatan),
menjalankan praktik keperawatan harus preventif (pencegahan penyakit),
dapat mencapai dan meningkatkan rehabilitative (pemulihan) dan
keprofesionalan perawat serta memiliki pemberdayaan masyarakat dan
etika profesi dan sikap profesional pelaksanaan tindakan keperawatan.
Sesuai dengan kemajuan jaman di Namun dalam Pasal 10 Peraturan
bidang pendidikan terutama di bidang Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/
keperawatan maka profesionalisme MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan
keperawatan harus di bangun secara Penyelenggara Praktik Perawat
global, untuk menjadi setara dengan menjelaskan bahwadalam keadaan
profesi lainnya (dokter, farmasi dan lain- darurat untuk penyelamatan nyawa
lain) maka pondasi keperawatan harus seseorang/pasien dan tidak ada dokter di
kuat dengan 3 (tiga) kategori. Pertama, tempat kejadian, maka perawat dapat
evidence based, artinya keperawatan melakukan pelayanan kesehatan diluar
harus memiliki keilmuan dan membuat kewenangan sebagaimana dimaksud
penelitian, yang membedakan body of dalam Pasal 8.
knowledge kepeawatan berbeda dengan
Perawat seringkali melaksanakan Pertama, mengenai keluhan warga soal
tugas-tugas yang merupakan kewenangan kurangnya pelayanan di RSUD Kota
dokter dengan alasan melaksanakan tugas Bekasi, terutama sikap perawat yang
pelayanan kesehatan adalah untuk kurang ramah (Poskotanews.com, 2013).
menolong orang sakit serta memberikan Kedua, DPRD Kota Bekasi mendesak
pelayanan kesehatan yang merata kepada Walikota Bekasi segera membentuk tim
masyarakat khususnya dalam investigasi terkait meninggalnya pasien
menjalankan tugas pemerintah. Perawat miskin karena dugaan malpraktek di
sebenarnya menyadari bahwa ada RSUD Kota Bekasi. Meninggalnya balita
beberapa tindakan medik yang dilakukan bernama Bunga diduga karena ada
selama ini di luar kewenangan sebagai keteledoran dari pihak dokter dan
tenaga perawat. perawat yang memindahkan Bunga dari
Kesadaran perawat dalam ruang ICU ke ruang rawat inap, padahal
melakukan tindakan di luar kondisi pasein belum sembuh betul.
kewenangannya disadari tidak hanya Kasus ini menyangkut masalah moralitas
ketika menjalankan tugas, melainkan dan profesionalisme yang menyebabkan
telah diketahui sejak menjalani nyawa orang meninggal. Balita malang
pendidikan formal perawat. Kewenangan tersebut bernama Bunga berusia 5 tahun
perawat ini telah terakumulasi dalam anak pasangan Abas dan Yeni, warga
berbagai peraturan perundang-undangan Jalan Dewi Sartika, Kelurahan
serta dituangkan dalam Peraturan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Menteri Kesehatan, namun demi alasan Awalnya, Bunga menderita panas tinggi
kemanusiaan membuat perawat harus disertai kejang. Kedua orang tuanya
melaksanakan tindakan yang semestinya sempat membawa Bunga ke RS Mekar
tidak boleh dilaksanakan atau Sari dan RS Bella sebelum dirujuk ke
melaksanakan tindakan diluar RSUD Kota Bekasi. Tiba di RSUD Kota
kewenangannya khususnya dalam hal Bekasi, Bunga dirawat di ruang ICU.
tindakan medik. Namun, tanpa sepengetahuan dan
Pada satu sisi, apabila berpegang persetujuan keluarga, Bunga dipindah ke
teguh pada peraturan perundang- ruang rawat inap biasa. Saat dipindah
undangan yang berlaku, serta inilah kondisi kesehatan Bunga menurun,
melaksanakan pelayanan kesehatan hingga mengalami koma. Berbagai upaya
sesuai dengan kewenangan yang medis dilakukan untuk menyelamatkan
ditetapkan dan standar profesi berarti nyawa Bunga, namun tidak berhasil
perawat tidak dapat melaksanakan tugas (Kopelonline, 2013)
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat Berdasarkan hal-hal tersebut di
sesuai dengan yang dibutuhkan atas, maka penting untuk diadakan
masyarakat. Praktik perawat yang penelitian mengenai Hubungan
memberikan pelayanan kesehatan Profesionalisme Perawat Dengan
peripurna terhadap masyarakat bukanlah Resiko Terjadinya Malpraktik di
tindakan yang tidak berdasar, akan tetapi RSUD Bekasi.
merupakan upaya dan kebijakan
Pemerintah dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat atas pelayanan
kesehatan (Cecep Tribowo, 2010)
Berbagai fenomena di RSUD Kota
Bekasi terkuak di media antara lain:
TUJUAN PENELITIAN keperawatan adalah suatu bentuk
Tujuan yang hendak dicapai dalam pelayanan profesional yang
penelitian ini adalah: merupakan bagian integral dari
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelayanan kesehatan yang didasarkan
gambaran profesionalisme perawat di pada:
RSUD Bekasi. a. Ilmu keperawatan, dan
2. Untuk mengetahui dan menganalisis b. Kiat keperawatan
gambaran tingkat resiko terjadinya Ilmu keperawatan merupakan
malpraktikperawat di RSUD Bekasi. pengetahuan tentang keperawatan
3. Untuk mengetahui dan menganalisis yang disusun secara sistematis
pengaruh profesionalisme perawat menurut metode-metode tertentu yang
terhadap resiko terjadinya malpraktik di dapat dipergunakan untuk
RSUD Bekasi. menerangkan gejala-gejala tertentu
dalam bidang keperawatan itu.
TINJAUAN PUSTAKA Asuhan keperawatandapat
A. Profesionalisme Perawat dikategorikan sebagai ilmu, karena
1. PengertianProfesionalisme mempunyai tiga ciri (Jujun S.
Secara gramatikal, Suriasumantri: 2000). Pertama, ciri
profesionalisme berasal dari kata dasar ontologis, yakni obyek yang ditelaah
profesi yang berarti bidang pekerjaan ilmu keperawatan adalah asuhan
yang dilandasi dengan pendidikan, keperawatan. Kedua adalah
keahlian/ketrampilan, kejujuran: etika, epistemologis, yakni asuhan
moral, dan sebagainya (Dendy keperawatan merupakan rangkaian
Sugono, 2008). proses keperawatan yang diberikan
Perawat berasal dari bahasa latin kepada pasien yang
‘mutrix’ yang berarti ‘merawat’ atau berkesinambungan. Ketiga adalah,
‘memelihara’. BerdasarkanPasal 1 aksiologis, yakni asuhan keperawatan
Angka 2Undang Undang Nomor 38 ditujukan untuk usaha memperbaiki
Tahun 2014 tentang Keperawatan ataupun memelihara derajat kesehatan
pengertian perawat adalah seseorang yang optimal.
yang telah lulus pendidikan tinggi Kiat adalahcara melakukan
keperawatan, baik di dalam maupun di (Dendy Sugono, 2008). Kiat
luar negeri yang diakui oleh keperawatan merupakan cara
pemerintah sesuai dengan ketentuan melakukan tindakan keperawatan.
peraturan perundang-undangan. Seorang perawat yang menguasai kiat
Berdasarkan hal-hal di atas, keperawatan berarti terampil dalam
pengertian profesionalisme perawat melakukan tindakan keperawatan.
adalah bidang pekerjaan seorang yang Dengan demikian dapat diartikan
telah lulus pendidikan tinggi bahwa kiat keperawatan adalah
keperawatan yang dilandasi dengan keterampilan melakukan tindakan
pendidikan, keahlian/ketrampilan, dan keperawatan.
etika. Dengan demikian diketahui
bahwa terdapat 3 (tiga) indikator
2. Indikator Profesionalisme Perawat profesionalisme keperawatan, yakni:
Berdasarka Pasal 1 Angka 3 a. Ilmu keperawatan,
Undang Undang Nomor 38 Tahun b. Ketrampilan, dan
2014 tentang Keperawatan, pelayanan c. Etika.
3. Ukuran Ilmu Keperawatan implementasi keperawatan adalah
Indikator ilmu keperawatan sebagai berikut:
dalam skripsi ini diukur pada asuhan Tahap 1 : Persiapan .
keperawatan saja, yakni: Tahap 2 : Intervensi
a. Pengkajian Keperawatan Tahap 3 : Dokumentasi
Tahapan pengkajian
keperawatan ini mencakup tiga e. Evaluasi Keperawatan
kegiatan, yaitu pengumpulan data, Perencanaan evaluasi
analisis data, dan penentuan memuat kriteria keberhasilan
masalah kesehatan serta proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. keperawatan. Keberhasilan proses
1) Pengumpulan Data dapat dilihat dengan jalan
2) Analisa Data membandingkan antara proses
3) Perumusan Masalah dengan pedoman/rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan
b. Diagnosa Keperawatan tindakan dapat dilihat dengan
Diagnosa keperawatan membandingkan antara tingkat
merupakan suatu pernyataan yang kemandirian pasien dalam
menjelaskan respon manusia (status kehidupan sehari-hari dan tingkat
kesehatan atau resiko perubahan kemajuan kesehatan pasien dengan
pola) dari individu atau kelompok tujuan yang telah di rumuskan
dimana perawat secara sebelumnya.
akuntabilitas dapat identifikasi dan Terdapat 3 (tiga)
memberikan intervensi secara pasti kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
untuk menjaga status kesehatan 1) Tujuan tercapai,
menurunkan, membatasi, 2) Tujuan tercapai sebagian,
mencegah dan merubah (Carpenito, 3) Tujuan tidak tercapai,
2000).
4. Ukuran Ketrampilan
c. Rencana Keperawatan Indikator ketrampilan
Rencana keperawatan adalah keperawatan diukur dari keberhasilan
semua tindakan yang dilakukan perawat melakukan tindakan
oleh perawat untuk membantu keperawatan untuk memenuhi
klien beralih dari status kesehatan kebutuhan dasar manusia (KDM),
saat ini kestatus kesehatan yang di yakni prosedur pengkajian fisik,
uraikan dalam hasil yang prosedur kebutuhan oksigenasi,
diharapkan (Gordon,1993). prosedur kebutuhan nutrisi, prosedur
kebutuhan cairan dan elektrolit,
d. Implementasi Keperawatan prosedur kebutuhan eliminasi fekal
Implementasi keperawatan dan urine, prosedur kebutuhan
adalahinisiatif dari rencana tindakan keamanan dan kenyamanan, prosedur
untuk mencapai tujuan yang spesifik. kebutuhan aktivitas istirahat dan tidur,
Tahap pelaksanaan dimulai setelah prosedur kebutuhan psikososial,
rencana tindakan disusun dan pemeriksaan diagnostik, dan medikasi
ditujukan pada nursing orders untuk (Ratna Aryani, dkk, 2009).
membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Tahapan
5. Ukuran Etika wajar atau kurang kehati-hatian atau
Indikator Etika diukur dengan kewajiban hukum, praktek buruk atau
Kode Etik Keperawata dari Pengurus ilegal atau sikap immora.
Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PP PPNI, 2000), yang 3. Unsur Malpraktik
meliputi 5 (lima) komponen Beberapa tindakan perawat yang
tanggungjawab perawat, yakni dapat digolongkan dalam malpraktik
pertama, tanggungjawab perawat adalah:
terhadap klien., Kedua, a. Pelanggran Informed Consent
tanggungjawab perawat terhadap Keperawatan
praktek. Ketiga, tanggungjawab b. Pelanggaran Hak Klien
perawat terhadap masyarakat. c. Pelanggaran Pelimpahan
Keempat, tanggungjawab perawat Wewenang
terhadap teman sejawat serta kelima,
tanggungjawab perawat terhadap METODE PENELITIAN
profesi. A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
B. Risiko Terjadinya Malpraktik deskriptif korelasi dengan desain
1. Risiko penelitian Cross Sectional Study,
Definisi risiko menurut Hanafi yaitumelihathubunganprofesionalisme
(2004) risiko merupakan besarnya perawat dengan resiko terjadinya
penyimpangan antara tingkat malpraktik.
pengembalian yang diharapkan
(expected return) dengan tingkat B. Lokasi Dan WaktuPenelitian
pengembalian aktual (actual return). Penelitian ini dilakukan di RSUD
Bekasipada bulan Agustus 2016.
2. Pengertian Malpraktik
Menurut Black malpraktik C. Populasi dan Sampel
adalah, setiap sikap tindak yang salah, 1. Populasi
kekurangan keterampilan dalam Adapun populasi penelitian ini
ukuran tingkat yang tidak wajar. adalah Perawat RSUD Bekasi
Istilah ini umumnya dipergunakan yangberjumlah 333 orang.
terhadap sikap tindak dari para dokter,
pengacara dan akuntan. Kegagalan 2. Sampel
untuk memberikan pelayanan Teknik pengambilan sampel
profesional dan melakukan pada menggunakan purpose sampling yaitu
ukuran tingkat keterampilan dan cara pengambilan sampel untuk tujuan
kepandaian yang wajar di dalam tertentu karena sampel yang
masyarakatnya oleh teman sejawat digunakanditentukan dengan beberapa
rata-rata dari profesi itu, sehingga syarat.
mengakibatkan luka, kehilangan atau Kriteria inklusidalam penelitian
kerugian pada penerima pelayanan ini adalah:
tersebut yang cenderung menaruh 1) Pendidikan perawat. Perawat
kepercayaan terhadap mereka itu. berjenjang pendidikan akademik.
Termasuk di dalamnya setiap sikap 2) Program pendidikan. Pendidikan
tindak profesional yang salah, akademik adalah program sarjana
kekurangan keterampilan yang tidak Keperawatan.
3) Perawat yang berjenjang 3. Tingkat Pendidikan Responden
pendidikan D III sudah harus
berpengalaman lebih dari 5 tahun. Tabel 3. Tingkat Pendidikan
Responden
Sampel yang digunakan dalam Tk. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
penelitian ini adalah perawat yang DIII 23 76.7
memenuhi kriteria jenjang akademik
S1 7 23.3
sarjana keperawatan dan berjenjang
Total 30 100.0
DIII yang telah bekerja lebih dari 5
tahun hingga berjumlah 30 responden.
Data di atas menunjukkan
HASIL PENELITIAN bahwaresponden sebagian besar
A. Univariat adalah berpendidikan DIII yaitu
1. UmurResponden sebesar 76,7% sedangkan yang
berpendidikan S1 sebesar 23,3%.
Tabel 1. Umur Responden
Umur Frekuensi Persentase (%) 4. Status PerkawinanResponden
18 - 25 tahun 3 10,0
Tabel 4. Status Perkawinan
26 - 35 tahun 14 46,7 Responden
36 - 45 tahun 11 36,7 St. Perkawinan Frekuensi Persentase (%)
diatas 45 tahun 2 6,7 Kawin 26 86.7
Total 30 100 Tidak Kawin 4 13.3
Total 30 100.0
Data di atas menunjukkan
bahwa responden yang umurnya Data di atas menunjukkan
18-25 tahun sebesar 10%, bahwa responden yang telah
responden berumur 26-35 tahun menikah sebesar 86,7% sedangkan
sebesar 46,7% yang umurnya 36-45 yang tidak menikah sebesar 13,3%.
tahun sebesar 36,7% sedangkan
responden yang umurnya diatas 56 5. Status PekerjaanResponden
tahun sebesar 6,7%.
Tabel 5. Status Pekerjaan
2. Jenis Kelamin Responden
St. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden PNS 15 50.0
JK Frekuensi Persentase (%) Non PNS 15 50.0
Laki-laki 12 40.0 Total 30 100.0
Perempuan 18 60.0
Datadiatas
Total 30 100.0
menunjukkanbahwastatus
pekerjaan responden di RSUD
Data di atasmenunjukkan Bekasi adalah 50 % sebagai
bahwa jenis kelamin responden Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
adalah laki-laki sebesar 40% 50% Non PNS.
sedangkan perempuan sebesar
60%.
6. Variabel Profesionalisme Perawat
Hasil uji normalitas variabel 7. Variabel Resiko Terjadinya
profesionalisme perawat dengan uji Malpraktik
Kolmogorov-Smirnov disajikan Hasil uji normalitas variabel
dalam tabel 6 sebagai berikut. resiko terjadi malpraktik perawat
dengan uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 6. Uji Normalitas disajikan dalam tabel 8 sebagai
Kolmogorov-Smirnov berikut.
Profesionalisme Perawat
TotalP Tabel 8. Uji Normalitas Kolmogorov
N 30 SmirnovResiko Terjadinya
Normal Mean 63.47 Malpraktik
Parametersa Std. Deviation 8.299 TotalM
Kolmogorov Sminov Z 0,528 N 30
Asymp. Sig (2-tailed) 0,943 Normal Mean 50.43
a. Test distribution is Normal. Parametersa Std. Deviation 4.918
Kolmogorov Sminov Z 0,859
Dari hasil uji kenormalan di Asymp. Sig (2-tailed) 0,452
atas, diperoleh nilai signifikan atau test distribution is normal
nilai probabilitas sebesar 0,943 yang
lebih besar dari α = 0,005.Hal ini Dari hasil uji kenormalan di
berarti data tersebut memiliki atas, diperoleh nilai signifikan atau
distribusi normal. nilai probabilitas sebesar 0,859yang
Kategori variabel lebih besar dari α = 0,005.Hal ini
profesionalisme perawat dinyatakan berarti data tersebut memiliki
kurang profesional jika memiliki distribusi normal.
skor kurang dari 63,47 dan Berdasarkan kriteria mean
profesional jika skor lebih atau sama tersebut, maka hasil kategorisasi data
dengan 63,47. Resiko Terjadinya Malpraktik dapat
Hasil kategori disajikan pada tabel 9.
profesionalisme perawat disajikan
dalam tabel 7. dibawah ini. Tabel 9. Resiko Terjadinya Malpraktik
Frequency Percent
Tabel 7. Kategori Profesonalisme Valid Ya 14 46.7
Perawat Tidak 16 53.3
Profesonalisme Perawat Frekuensi (%)
Kurang Profesional Total 30 100.0
14 46.7
Profesional 16 53.3
Berdasarkan di atas,
Total 30 100.0 menunjukkan bahwa jumlah
responden yang beresiko melakukan
Berdasarkan tabel di atas tindakan malpraktik sebesar 14 orang,
menunjukkan bahwaprofesionalisme 46,7%. Sedangkan responden yang
perawat yang kurang baik sebanyak tidak beresiko melakukan tindakan
14 perawat atau 46,7%. Sedangkan malpraktik adalah sebanyak 16 orang
perawat dengan profsionalisme yang atau 53,3%.
baik adalah sebanyak 16 atau 53,3%.
B. Bivariat PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Perawat di RSUD
Tabel 10. Tabulasi Silang antara Variabel Bekasi
Profesionalisme Perawat dan Resiko Perawat adalah salah satu
Terjadinya Malpraktik komponen yang melekat dengan
Profesionali Resiko Terjadinya (Asymp pelayanan kesehatan. Sering kali,
P perawat disebut sebagai ujung tombak
sme Malpraktik Sig.(2-
Value pelayanan kesehatan, karena hampir
Perawat Ya Tidak Sided)
Kurang 9 5 3.274 0,141 semua layanan kesehatan yang
Profesional 64.3% 35.7% diberikan kepada seorang pasien
5 11 dilakukan oleh perawat. Mulai dari
Profesional
31.3% 68.8% menerima pasien, melakukan
pemeriksaan awal, memberikan
Berdasarkan tabel di atas, pada tindakan medis berdasarkan arahan
kategori perawat yang kurang dokter, memeriksa perubahan yang
profesional, frekuensi perawat yang terjadi, merawat pasien, melaporkan
beresiko melakukan malpraktik adalah perkembangan pasien kepada dokter,
sebanyak 9 orang atau 64,3%, adalah diantara pekerjaan yang
sedangkan yang tidak beresiko adalah dilakukan oleh seorang perawat. Karena
sebanyak 5 orang atau 35,7%. banyaknya pekerjaan tersebut, dan
Berdasarkan persentasenya ini, dapat tingginya frekuensi tatap muka antara
dikatakan bahwa ketika perawat kurang pasien dengan perawat, maka tidak sulit
profesional, peluang terjadinya kejadian untuk menerima pernyataan bahwa
tindakan malpraktik lebih besar perawat menjadi salah satu ujung
dibandingkan dengan tidak. Pada tombak yang penting dalam pemberian
kategori Perawat yang Profesional, layanan kesehatan yang berkualitas.
jumlah perawat yang beresiko Kualitas performansi perawat akan
melakukan malpraktik adalah sebanyak sangat banyak menentukan kualitas
5 orang atau 31,3%, sedangkan yang layanan kesehatan yang dapat diberikan
tidak beresiko adalah sebanyak 11 oleh lembaga layanan kesehatan.
orang atau 68,8%. Dengan Mengingat peran perawat yang
perbandingan ini, dapat dikatakan sangat strategis tersebut,
bahwa ketika perawat memiliki profesionalismenya menjadi suatu
profesionalisme dalam melakukan keniscayaan. Profesionalisme, dalam
tugasnya, maka peluang ia melakukan bidang apa pun, akan terkait dengan
tindakan malpraktik menjadi lebih kemampuan seseorang untuk
kecil. melakukan pekerjaannya sesuai dengan
Berdasarkan tebel di atas pengetahuan, keahlian atau
diperoleh nilai chi square (χ2) sebesar keterampilan, dan dilakukan dengan
3,274 yang lebih besar dari nilai χ2 tabel menjunjung tinggi kode etik.
dengan α= 0,005 sebesar 3,841. Atau bisa Performansi perawat yang lemah dalam
juga dilihat dari nilai signifikansi sebesar salah satu aspek akan mengurangi
0,141 yang lebih besar dari α= 0,005. Hal tingkat profesionalisme yang
ini berarti Ho diterima. Dengan kata lain dimilikinya. Dengan kata lain,
tidak terdapat resiko terjadinya seseorang yang profesional adalah
malpraktik dengan perawat yang individu yang melaksanakan tugasnya
profesional. berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya, dilakukan dengan terampil, perawat yang menjadi responden,
dan tidak mengenyampingkan nilai- jumlah responden yang beresiko
nilai etika yang terkait dengan melakukan malpraktik adalah sebanyak
profesinya. 14 orang atau 46,67%. Sedangkan
Temuan penelitian tentang jumlah yang tidak beresiko adalah 16
profesionalisme perawat di RSUD orang atau 53,3%. Serupa dengan
Bekasi bahwa jumlah perawat yang temuan dalam aspek profesionalisme
masuk kategori kurang profesional sebelumnya, meskipun proporsi
adalah sebanyak 14 orang atau 46,7%. perawat yang tidak melakukan
Jumlah perawat yang masuk kategori malpraktik lebih banyak, namun
profesional adalah sebanyak 16 orang proporsi yang berpeluang melakukan
atau 53,3%. Dari temuan ini, meskipun malpraktik relatif sangat besar, yaitu
jumlah perawat yang profesional lebih 46,67%.
banyak, namun proporsi yang kurang
profesional relatif tinggi. Proporsi C. Hubungan antara Profesionalisme
sebanyak 46,7% adalah proporsi yang Perawat dan Resiko Terjadinya
cukup mengkhawatirkan, mengingat Malpraktik di RSUD Bekasi
perawat merupakan ujung tombak Pola hubungan antara
pemberian layanan kesehatan yang Profesionalisme Perawat dengan Resiko
berkualitas. Dengan proporsi perawat Terjadinya Malpraktik menunjukkan
yang kurang profesional cukup banyak, bahwa perawat yang kurang profesional
maka dikhawatirkan akan berpengaruh lebih beresiko melakukan tindakan
terhadap kualitas layanan yang malpraktik. Hal ini terlihat dari
diberikan oleh perawat. Tentu bukan persentase perawat yang kurang
sesuatu yang berlebihan jika kemudian profesional dengan resiko terjadinya
dikatakan ada peluang bahwa 46,7% malpraktik sebesar 64,3%. Sedangkan
dari seluruh layanan kesehatan yang perawat yang profesional
diberikan oleh perawat adalah layanan kecenderungannya lebih tidak beresiko
yang kurang berkualitas, jika melakukan tindakan malpraktik. Hal ini
didasarkan pada temuan penelitian ini. terlihat pada persentase perawat
profesional yang cenderung tidak
B. Resiko Terjadinya Malpraktik di melakukan malpraktik sebesar 68,8%.
RSUD Bekasi Hubungan antara Profesionalisme
Resiko merupakan akibat yang Perawat dengan Resiko Terjadinya
kurang menyenangkan, bisa merugikan Malpraktik terbukti tidak signifikan.
dan membahayakan, dari suatu Hal ini ditunjukkan oleh nilai chi square
perbuatan atau tindakan. Malpraktik sebesar 3,274 dengan taraf signifikansi
sendiri dapat dimaknai sebagai setiap sebesar 0,070 atau dengan kata lain
sikap tindak yang salah karena taraf siginifikansi lebih besar dari 0,05.
kekurangan pengetahuan dan Keeratan hubungan antara kedua
keterampilan dalam ukuran tingkat variabel sangat kecil. Hal ini ditunjukan
yang wajar. Malpraktik dalam layanan pada nilai koefisien kontingensi sebesar
kesehatan adalah salah satu resiko yang 0,314.
akan selalu beriringan dalam setiap Besaran pengaruh hubungan
layanan kesehatan yang diberikan. kedua variabel diperoleh dengan
Data hasil penelitian mengkuadratkan nilai koefisien
menunjukkan bahwa dari 30 orang kontingensi dan dikalikan dengan
100%, yaitu 0,3142 x 100% = 9,86%. 1. Profesionalisme perawat lebih di
Artinya bahwa variabel profesional tingkatkan lagi dengan mendorong
Perawat berpengaruh terhadap Resiko perawat untuk meneruskan pendidikan
Terjadinya Malpraktik hanya sebesar ke jenjang yang lebih tinggi.
9,86%. Sisanya dipengaruhi oleh 2. Guna lebih mengurangi resiko
variabel yang lain. terjadinya malpraktik maka dalam
Hasil penelitian di atas, sesuai recruitment perawat hendaknya lebih
dengan pendapat Henggar Jati yang mengutamakan yang berpendidikan S1.
mengemukakan bahwa terdapat unsur- 3. Hasil penelitian ini menunjukkan
unsur yang dapat dibuktikan dalam bahwa hubungan antara profesionalisme
kesalahan yang dapat dimintai perawat denga resiko terjadinya
pertanggungjawaban, berupa: kelalaian, malpraktik bukan merupakan hubungan
tidak menggunakan standar profesi, yang signifikan. Untuk itu perlu
tidak adanya informed concent, rekam diadakan penelitian dengan variabel
medis, adanya resiko medis dan alasan independent yang lain.
pembenar/pemaaf.
Juga pendapat Angghie DAFTAR PUSTAKA
Ariestiyananda Pramujie, adanya faktor Agus Irianto, 2006, Analisis Yuridis
yang menyebabkan malpraktik seperti: Kebijakan Pertanggungjawaban
faktor pertimbangan keuntungan Dokter Dalam Malprakte, Surakarta:
pribadi, faktor kelalaian dalam FH UNS.
pelayanan medis, dan faktor Adrianus Meliala, 1990, Tinjauan
penyalahgunaan wewenang. Kriminologis terhadap malpraktek
dokter yang diproses secara hukum",
KESIMPULAN Skripsi, Jakarta: FISIP UI
Kesimpulan yang dapat diberikan Arthur J. Koewn, et al, 2000, Basic
berdasarkan temuan dan hasil analisis Financial Manajemen, alih bahasa
adalah sebagai berikut. Chaerul D. Dan Dwi Sulisyorini,
1. Perawat yang masuk kategori Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
profesional adalah sebanyak 53,3%, Jakarta: Salemba Empat.
sedangkan yang masuk kategori kurang Cecep Tribowo, 2010, Hukum
profesional adalah sebanyak 46,7%. Keperawatan, Yogyakarta: Pustaka
2. Sebanyak 53,3% perawat masuk dalam Book Publisher.
kategori tidak beresiko melakukan Dendy Sugono, 2008, Kamus Bahasa
kejadian malpraktik, sedangkan Indonesia,Jakarta: Pusat Bahasa
sebanyak 46,7% perawat beresiko Departemen Pendidikan dan
melakukan tindakan malpraktik. Kebudayaan,
3. Hubungan antara profesionalisme Ika Ningtyas, 2008, Pelaku Malpraktik
perawat dengan resiko terjadinya Disidang, (TEMPO Interaktif,
malpraktik adalah tidak signifikan, maka Rabu, 10 Desember 2008)
H0diterima. Indonesia, Undang Undang, Undang-
undang Republik Indonesia Nomor
SARAN 38 Tahun 2014 tentang
Berdasarkan kesimpulan di atas, Keperawatan, (Lembaran Negara
saran yang dapat diberikan adalah sebagai Republik IndonesiaTahun 2014
berikut. Nomor 307, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor
5612)
Emmet J. Vaughan dan Curtis M. Elliott,
1996, Fundamental of Risk and
Insurance, NewYork: John Willey &
Sons Inc.
Esti Utami, 2016, Malang, Bayi Usia 11
Bulan Meninggal Usai Disuntik
Perawat Antara: Selasa, 02 Februari
2016, 08:39 WIB.)
Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan,
Yogyakarta: BPFE UGM.
Henry C. Black, 1968, Black’s Law
Dictionary, St.Paul, Minn: West
Publishing. Co.
Kamus Kesehatan, 2016,
http://kamuskesehatan.com/arti/malp
raktik/, diunduh tanggal 10 Mei
2016.
Kopelonline, Teledor Urus Pasien DPRD-
Copot Dirut RSUD
Bekasi,http://kopel-
online.or.id/teledor-urus-pasien-
dprd-copot-dirut-rsud-bekasi.kopel,
diunduh tangal 3 Agustus 2016.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggara
Praktik Perawat.
Poskotanews.com,Perawat di RSUD Bekasi
Tidak Ramah,
http://poskotanews.com/2013/06/17/
perawat-di-rsud-bekasi-tidak-ramah,
diunduh tanggal 3 Agustus 2016.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D), Bandung:
Alfabeta.
Wahid Iqbal Mubarak, Lilis Indrawati, dan
Joko Susanto, 2015, Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar, buku 1 dan
buku 2, Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai