Anda di halaman 1dari 43

Tutorial

Herawati Salsabila
1810029022

Pembimbing :
dr. Marwan, M. Kes, Sp.P

STASE ILMU PENYAKIT DALAM


LABSMF PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
Skenario
Tn.PC/ 39 tahun/ Anggrek

Keluhan Utama
Sesak nafas

RPS

KU sudah dialami sejak 5 hari terakhir, dan dirasakan sepanjang hari

KU diperberat saat posisi terlentang dan saat timbul batuk

KU memberat sejak 2 jam SMRS sesaat setelah merasa nyeri dada


kanan

Nyeri dada kanan timbul 2 jam SMRS dan dirasakan seperti tertindih
beban berat dan tidak diperngaruhi oleh gerakan pernapasan.

Batuk berdahak keputihan dialami sejak 1 tahun terakhir dan memberat


jika sedang baring, darah (-)

Penurunan berat badan dan 1 tahun ini (10kg), nafsu makan menurun
RPD
- DM
- Hipertensi (-)
- Penyakit Jantung(-)
- Alergi (-)

RPK
- Tidak ada

Riwayan
kebiasaan
- Perokok aktif dari sekitar 15 tahun
- Alkohol tidak ada
Obat rutin
- Metformin
Pemeriksaan Fisik
GCS E4V5M6 Keadaan umum tampak sakit sedang

Tanda Vital TD 100/60 N 74x/menit RR 26x/menit T 37 C suhu


mmHg reguler, kuat reguler aksila
angkat
Head Anemis (-/-), Ikterik (-/-), sianosis (-)

Neck Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Thoraks Cor Ins = gerak nafas asimetris, retraksi (-)


dan Pal = gerak dada asimetris, fremitus S menurun pada apex paru
Paru Per = redup pada lapang paru kanan
A = vesikuler (+/+) menurun, ronkhi (+/+), wheezing (-/-), S1 S2 reguler,
Murmur (-)
Abdomen I = distensi (-)
Pal = nyeri tekan (-) epigastrium, hepatosplenomegali (-)
Per = timpani (+/+) , asites (-)
Aus = BU (+) normal

Ekstremitas Akral hangat, edema ekstremitas atas/bawah : (-/-)/(-/-), CRT <2 detik, tidak
ada kelemahan pada ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium
Lab Value Lab Value
(1/9/19) (1/9/19)
Hemoglobin 11,8 g/dL pH 7,52
Leukosit 6.190 /mcL pCO2 30,20 mmHg
Trombosit 225.000 pO2 91,80 mmHg
/mcL SO2% 97,80
HCT 34,5%
FIO2 32,0%
Glukosa sewaktu 187
HCO3 24,9 mmol/L
Albumin 0,9 g/dL BEecf 1,8 mmol/L
Natrium 125 mmol/L
Kalium 3,9 mmol/L
Chloride 96 mmol/L
112 Reaktif
Foto thorax
01/09/2019
Temporary problem list Permanent problem list
kelainan pulmonal kelainan pulmonal
• Sesak napas

• Gerakan dada asimetris Sesak nafas

• Fremitus (S) menurun Efusi pleura dextra

• Suara nafas (S) menurun

• Perkusi ICS III dst (D) redup

• Foto thorax: perselubungan


radiopak lapang paru
kanan, sudut kostofrenikus
kanan tidak tampak
mengesankan efusi pleura
• Diagnosis pulmonal :
• Efusi pleura dextra ec tb paru +
112 on arv
Tatalaksana Sp.p
• O2 NASAL KANUL 4 LPM

• IVFD RL 14 TPM

• INJ CEFTRIAXONE 2X1

• INJ COTRIMOXAZOLE 2X2 TAB

• INJ METILPREDNISOLON 3X1

• CODEIN 3X10

• OAT KATEGORI 1
EFUSI PLEURA
DEFINISI

• Akumulasi cairan dalam rongga pleura lebih


dari normal. Normal cairan pleura < 20 mL 
akibat produksi cairan berlebihan atau
penurunan penyerapan cairan ataupun karena
keduanya
• Bukan merupakan suatu penyakit namun
merupakan tanda atau manifestasi umum dari
suatu penyakit
PENYEBAB

TRANSUDATE EXUDATE

• CHF • INFLAMASI (TB,


• NEPHROTIC penumonia
SYNDROME bacterial, emboli
• CIRRHOSIS pulmonal, lupus)
• MALIGNANCY
Kriteria light (1/lebih  exudate)
• Protein cairan pleura dibagi protein serum > 0,5
• LDH cairan pleura dibagi LDH serum > 0,6
• LDG cairan pleura >2/3 batas atasi nilai normal LDH
serum
+ PATOGENESIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Sesak kadang disertai batuk dahak atau tanpa


dahak
1. Anamnesis • Nyeri pleuritik
• Kadang disertai demam, menggigil, dan bisa
juga tanda/gejala TB

• Inspeksi : Tertinggal pada pergerakan


napas. Dada yang terkena cembung.
• Palpasi : Fremitus melemah
2. Pemeriksaan Fisik • Perkusi : redup sampai pekak
• Auskutasi : Suara napas melemah / tidak
terdengar

• Jumlah cairan <100 mL tidak akan tampak dan


biasanya baru terlihat jelas jika cairan >300 mL
3. Foto rontgen • Biasanya akan terlihat sudut costoprenicus
thoraks menghilang disertai adanya meniscus sign
• Dapat disertai adanya pendorongan organ ke sisi
lainnya jika sangat masif
Tata laksana :
1. OBATI PENYAKIT DASAR
2. PUNKSI PLEURA:
• INDIKASI
• DIAGNOSTIK
• PALIATIF ( MENGURANGI GEJALA; SESAK NAFAS )
• CAIRAN PRODUKTIF
PNEUMOTHORAX
DEFINISI

Pneumotoraks adalah akumulasi udara dalam


ruang potensial antara pleura visceral dan
parietal
Klasifikasi

Ada atau tidaknya hubungan dengan atmosphere

Closed pneumothorax Open pneumothorax

Tension pneumothoraxtekanan intrapleura melebihi


tekanan atmosphere (life threatening)

Berdasarkan etiologi

Pneumohorax traumatik

Pneumothorax spontan

Pneumothorax iatrogenik
lanjutan
Pneumothorax traumatik

Benda tajam/runcing Benda tumpul


(pisau, peluru, dll) (bemper mobil)

Pleural space kontak Costa fraktur


dengan atmoshpere
Defek pada pleura
Visceral
Sucking chest
One-way-valve
wound
Gas dari paru masuk
ke cavum pleura
Open pneumothorax Tension
pneumothorax
Closed
pneumothorax
+
Diagnosis
• sesak napas, nyeri dada (didapatkan pada 75-90%
pasien)
1. Anamnesis • batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% pasien)
• tidak menunjukkan gejala (didapatkan pada 5-
10% pasien

• Inspeksi : Tertinggal pada pergerakan napas.


Lebih cembung , sela iga melebar
2. Pemeriksaan • Palpasi
• Perkusi
: Fremitus melemah , Deviasi trakea
: Hipersonor, tanda 2 pendorongan
Fisik organ
• Auskutasi : Suara napas melemah / tidak
terdengar

• bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan


3. Foto rontgen paru (avascular pattern) dengan batas paru
thoraks berupa garis radioopak tipis yang berasal dari
pleura

4. CT SCAN • didapatkan adanya kolaps paru, udara di rongga


pleura, dan deviasi dari struktur mediastinum.
PENATALAKSANAAN

• terapi oksigen
• observasi
• aspirasi sederhana dengan kateter vena
• WSD
• pemasangan tube
• Pleurodesis
GAGAL NAFAS
lanjutan
Definisi

kegagalan sistim pernafasan untuk mempertahankan


pertukaran oksigen dan karbondioksida yg dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan

Gangguan dapat terjadi pada :


-Dinding dada (termasuk pleura dan diafragma)
-Jalan napas
-Alveolar-Kapiler
-Sirkulasi Paru
-Saraf
-SSP atau Batang otak
+

•KLASIFIKASI
• Gagal nafas tipe I (Hipoksemia) -> kadar PaO2 arteri <60mmHg

• Gagal nafas tipe II (Hiperkapnia) -> Kadar PaO2 arteri > 45mmHg
+
Gagal nafas tipe I (Hipoksemia)

Kelainan yang mempengaruhi parenkim paru (termasuk jalan nafas,


ruang2 alveolar, dan sirkulasi pulmonal). Pasien dengan kelainan ini
hampir selalu ditandai dengan hipoksemia, tetapi dapat disertai
atau tidak disertai hiperkapnia :

Pneumonia bakterial atau viral


Asthma
Penyakit paru intertsisial
Emboli paru

Gagal nafas tipe II (Hiperkapnia)

Kelainan yang terutama mempengaruhi komponen non paru


sistem pernafasan. Kelainan ini umumnya menyebabkan
hiperkapnia. :

Penyakit yang menyebabkan lemah otot pernafasan


Penyakit SSP yang mengganggu pengendalian ventilasi
Kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding
dada
Diagnosis : Anamnesis

• Sepsis : demam, menggigil


• Pneumonia : demam, batuk, produksi sputum, nyeri dada
• Emboli paru : sesak dengan onset mendadak, nyeri dada
• COPD eksaserbasi akut : riwayat merokok berat, batuk, produksi sputum
• Edema pulmonal kardiogenik : nyeri dada, dispenu paroksismal
nokturna, ortopnea
• Edema nonkardiogenik : adanya faktor resiko seperti sepsis, trauma,
aspirasi, atau transfusi darah
• Neuromuscular respiratory failure atau konsumsi obat atau racun :
adanya abnormalitas sensorik atau kelemahan anggota tubuh
• Eksposur terhadap bahan tertentu untuk asma, aspirasi, trauma inhalasi
Pemeriksaan Fisik

• Hipotensi dengan perfusi buruk  sepsis atau emboli paru


• Hipertensi dengan perfusi buruk  edema pulmoner
kardiogenik
• Suara nafas wheezing atau stridor  obstruksi saluran
napas
• Peningkatan tekanan vena jugularis  disfungsi ventrikel
kanan dikarenakan hipertensi pulmonal
• Takikardia dan aritmia  edema pulmoner kardiogenik
Pemeriksaan Penunjang

AGD Marker serologis jantung


-PaO2 < 55 : tipe I -Troponin, CK-MB
-PCO2 > 45 : tipe II Mikrobiologi
Darah Lengkap -Kultur sputum/aspirasi trakeal/lavage
-Anemia : edema pulmoner kardiogenik brocheoalveolar
-Polisitemia : hipoksia kronik -Darah, urin, cairan tubuh (contoh : cairan
-Leukositosis : infeksi pleura)
-Trombositopenia : sepsis Foto Thorax
EKG
Echocardiography
Spirometri
Penatalaksanaan

ABC
-Pastikan airway paten
-Pastikan pasokan oksigen tambahan cukup dan bantuan ventiasi apabila dibutuhkan
-Bantu sirkulasi apabila diperlukan
•Tangani penyebab apabila memungkinkan
-Infeksi : antimikroba
-Obstruksi jalan napas : bronkodilator, glukokortikoid
-Perbaiki fungsi jantung : diuretik, vasodilator, morfin, inotropik, revaskularisasi
Ventilasi mekanik
-Non-invasif (apabila pasien dapat melindungi jalan napasnya dan hemodinamik stabil) 
masker
-Invasif : endotracheal tube (ETT) atau trakeostomi (apabila jalan napas atas obstruksi)
Hemoptisis
Definisi

Ekspektorasi darah atau dahak bercampur


darah yang berasal dari saluran napas
bawah dan parenkim paru
Klasifikasi

Hemoptisis non masif


Berdasarkan < 200 mL dalam 24 jam
tingkat keparahan/
kuantitas darah

Hemoptisis masif
• 100-1000 ml dalam 24 jam
• 200-1000 ml dalam 24 jam
Berdasarkan jumlah • Sekurang-kurangnya 200 ml dalam 24 jam atau
darah sebanyak 50ml/ episode batuk
• Derajat 1: bloodstreak
• Derajat 2: 1-30 CC
• Derajat 3: 30-150 CC
• Derajat 4: 150-500 CC
• Massive: 500-1000cc/ >>
Kriteria hemoptisis masif

Kriteria hemoptisis masif yang menurut Busroh (1978)


sebagai berikut:
1.Batuk darah sedikitnya 600 ml/24 jam.
2.Batuk darah volume antara 250-600 ml/24 jam pada
pasien
dengan kadar Hb<10g/dL dan masih terus berlangsung.
3.Batuk darah volume antara 250-600 ml/24 jam pada
pasien
kadar Hb>10 g/dL sedangkan dalam pengamatan 48 jam
masih belum berhenti.
Etiologi

• abses paru, necrotizing pneumonia,


Infeksi parasit, jamur, tuberkulosis paru, dan
virus.

Kelainan • bronkitis, bronkiektasis


paru

• kanker paru, adenoma bronkial dan


Neoplasma metastasis kanker

• disfungsi trombosit, trombositopenia,


Kelainan
disseminated intravascular
hematologi coagulation (DIC)
Etiologi

Kelainan • stenosis mitral, endokarditis


Jantung trikuspidal

Kelainan • hipertensi pulmoner, malformasi


pembuluh darah arterivena, aneurisma aorta

• jejas toraks, ruptur bronkus,


Trauma emboli lemak

• akibat tindakan bronkoskopi, biopsy


Iatrogenik paru, kateterisasi Swan Ganz dan
limfangiografi
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi hemoptisis berbeda tiap proses patologik tertentu:


•Bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa.
•Tuberkulosis paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding
kaviti “aneurisma Rassmussen”)
•Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri
bronchial misal: bronkiektasis.
•Kanker paru akibat pembuluh darah yang terbentuk rapuh sehingga mudah
berdarah
PENEGAKAN DIAGNOSA
 Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
 Bedakan batuk darah (hemoptisis) dan muntah darah
(hematemesis)
Perbedaan Hemoptisis Hematemesis
Anamnesis Tanpa keluhan mual atau Disertai keluhan mual atau
muntah muntah
Pasien memiliki riwayat Pasien biasanya tidak
penyakit paru memiliki riwayat penyakit
paru
Mungkin mengalami asfiksia Jarang disertai asfiksia
Pemeriksaan sputum Frothy Jarang frothy
Kemerahan cair atau tampak Warna kehitaman/Coffe
ada bekuan darah ground appearance
bercampur dahak

Merah segar atau pink Kecoklatan atau kehitaman


Laboratorium pH alkali pH asam
Bercampur dengan makrofag Bercampur dengan sisa
dan neutrofil makanan
KOMPLIKASI

 Asfiksia
 Syok hipovolemik
 Pneumonia
aspirasi
 Atelektasis
Penatalaksanaan

Tujuan umum:
1.Mencegah terjadinya aspirasi
2.Menghentikan perdarahan
3.Mengobati penyakit paru
penyebab dasar perdarahan
Penatalaksanaan : non masif
Penatalaksanaan : non masif
Penatalaksanaan : masif

Langkah I: Menjaga jalan napas dan stabilisasi


penderita (ABC)
Langkah II: Mencari sumber perdarahan dan
penyebab perdarahan (Foto thorax, ct scan thorax,
broncoscopy)
Langkah III : Pemberian terapi spesifik (iced saline
lavage, obat topikal epineprine, tamponade
endobrokial, vasopresin IV, Asam traneksamat IV)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai