RESPIRASI
Anatomi sistem respirasi
Anatomi trakeobronkial dan paru
Bronkiolus dan alveoli
Alveolus dan
membran
respirasi
Fungsi sistem respirasi
Non respiratorik :
a. Rute pengeluaran air dan panas
b. Meningkatkan aliran balik vena
c. Mempertahankan keseimbangan asam basa
d. Berbicara dan vokalisasi lainnya
e. Sistem pertahanan terhadap benda asing
f. Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau
menginaktifkan berbagai bahan yang melewati sirkulasi paru
g. Organ pembau (hidung)
Fisiologi sistem respirasi
Transportasi gas
Hiperkapnia:
Asidosis respiratorius, meningkatnya PaCO2 (>45 mmHg)
Penyebab langsung: hipoventilasi alveolar ( kegagalan
eliminasi CO2)
Keadaan yang berhubungan dengan hiperkapnia: COPD,
obat-obatan penekan pusat pernapasan,
kelemahan/paralisis otot pernapasan, trauma dada,
pembedahan abdomen yang menyebabkan napas dangkal
Hipokapnia:
Alkalosis respiratorius, menurunnya PaCO2< 35
mmHg
Penyebab langsung: hiperventilasi alveolar (eliminasi
CO2 lebih cepat daripada produksinya)
Prosedur diagnostik pada penyakit
pernapasan
I. Metode morfologi:
a. Radiologi:
Radiografi rutin (rontgen):
Keadaan rangka torak dan bentuk mediastinum
Ukuran, bentuk, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk
jantung, aorta, kelenjar limfe, dan pangkal cabang trakeobronkial
Aerasi parenkim paru, lesi paru, kavitas, infiltrasi atau konsolidasi
(terlihat bewarna keputihan karena peningkatan densitas)
Latar belakang hitam pada parenkim: aerasi normal
CT scan: menunjukkan perbedaan densitas jaringan, memberikan
gambaran penampang paru (untuk menentukan stadium kanker paru)
Ultrasound: membantu mendeteksi cairan pleura
Angiografi pembuluh paru: menentukan lokasi emboli masif,
menentukan derajat infark paru, aneurisma
Pemindaian paru: menggunakan radioisotop
Prosedur diagnostik pada penyakit
pernapasan…
Infeksi:
Infeksi saluran napas atas: common cold,
influenza
Infeksi saluran napas bawah: pneumonia,
tuberkulosis
Gangguan obstruksi: asma bronkial, bronkitis,
emfisema
Gangguan restriksi: pneumothorak, atelektasis,
bronkiektasi, fibrosis kistik, ARDS (acute
respiratory distress syndrome), respiratory
distress syndrome of the newborn, penyakit paru
interstitial, gagal napas
Common cold
Sakit kepala
sakit kepala
demam, menggigil
nyeri otot
sekret hidung
batuk kering
sakit tenggorokan
Influenza…: tatalaksana
A. Pneumonia tipikal :
Penyebab biasanya bakteri
bakteri Gram positif.
bakteri ekstraseluler: S. pneumonia, S. piogenes dan
H. influenza.
Mikroorganisme berreplikasi di alveoli
Manifestasi klinik:
Inflamasi dan akumulasi cairan di alveoli
Infiltrasi leukosit dan eksudasi (pada rontgen thorak)
Demam tinggi, nyeri dada, menggigil, malaise
Sputum purulen
Hipoksemia
Pneumonia…: klasifikasi
B. Pneumonia atipikal
Disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak
dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik
standar pneumonia umumnya (pengecatan gram,
biakan darah, pemeriksaan sputum) dan tidak
menunjukkan respon terhadap antibiotik
golongan b-laktam.
Mikroorganisme patogen penyebab pneumonia
atipikal : Mycoplasma pneumoniae (M.
pneumoniae), Chlamydia pneumoniae (C.
pneumoniae) dan Legionella pneumophila (L.
pneumophila)
Mikroorganisme bereplikasi di sekitar alveoli
Perbedaan gambaran klinik pneumonia tipikal dan atipikal
Tanda dan gejala P. atipikal P. tipikal
Onset gradual akut
Suhu kurang tinggi tinggi, menggigil
Batuk non produktif produktif
Dahak mukoid purulen
Gejala lain nyeri kepala, mialgia, jarang
sakit tenggorokan, suara
parau, nyeri telinga
Gejala di luar paru sering lebih jarang
Pewarnaan Gram flora normal atau kokus Gam (+) atau (-)
spesifik
Radiologis ‘patchy’ atau normal konsolidasi lobar
Laboratorium leukosit normal, kadang leukosit lebih tinggi
rendah
Gangguan fungsi hati sering jarang
Pneumonia…: tatalaksana
Etiologi asma ??
Predisposisi genetik untuk perkembangan
asma
Pencetus serangan asma: alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respons
inflamasi akut (yang terdiri atas reaksi asma
tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti
reaksi asma tipe lambat)
Asma…: reaksi asma tipe cepat
Batuk, wheezing
Kesulitan bernapas
Napas cepat dan dangkal
Frekuensi napas meningkat
Produksi mukus >>>
Barrel chest (akibat udara terperangkap di
paru)
Ansietas
Asma…: tatalaksana
Menghindari trigger dan alergen, ventilasi udara yang
baik
Bronkodilator (contoh: albuterol, terbutaline)
Aktivator reseptor β adrenergik kerja singkat
Dapat diberikan dalam bentuk solusi nebulizer atau subkutan.
Obat ini menghambat bronkokonstriksi tetapi tidak mencegah
respon inflamasi
Obat golongan xanthine (contoh: theophylline)
Menyebabkan bronkodilatasi tetapi juga dapat menginhibisi
fase lambat asma.
Biasanya diberikan oral sebagai obat lini kedua yang
dikombinasikan dengan terapi asma lainnya seperti steroid
Asma…: tatalaksana
Obat anti inflamasi (kortikosteroid) — oral atau inhalasi
untuk menghambat respon inflamasi asma
Efek samping penggunaan kortikosteroid oral jangka
panjang: imunosupresi, peningkatan risiko infeksi,
osteoporosis, dan efek pada hormon lain seperti
glukokortikoid
Na-kromolin: anti inflamasi yang menghambat fase awal
dan fase lambat asma.
mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan melibatkan
fungsi sel mast atau respon terhadap alergen
Modifikasi leukotriene (contoh: Zafirlukast) — kelas baru
yang menghambat sintesis mediator inflamasi, leukotrin
Bronkitis
Bronkitis radang pada bronkus dengan manifestasi utama
berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun
kronis.
Proses ini dapat disebabkan perluasan dari proses penyakit
yang terjadi dari saluran napas maupun bawah.
Bronkitis akut berlangsung kurang dari 6 minggu dengan rata-
rata 10-14 hari, bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6
minggu.
Secara umum keluhan pada bronkitis kronis dan bronkitis akut
hampir sama, keluhan pada bronkitis kronis cenderung lebih
berat dan lebih lama.
pada bronkitis kronis terjadi hipertrofi otot-otot polos dan
kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan.
secara klinis, bronkitis kronis ditandai dengan batuk
berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun
berturut-turut
Bronkitis…:etiologi
Demam ringan
Rokok
Faktor genetik
Hipotesis elastase-anti elastase
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim
proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak
terjadi kerusakan jaringan. Perubahan
keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru
rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul
emfisema.
Infeksi
Polusi
Emfisema…: patofisiologi
Penyempitan saluran nafas pada emfisema akibat
elastisitas paru yang berkurang karena defisiensi alfa
1-anti tripsin (protein yang menetralkan enzim proteolitik
yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak
jaringan paru) AAT dapat melindungi paru dari
kerusakan jaringan oleh enzim proteolitik. Di dalam paru
terdapat keseimbangan paru antara enzim proteolitik
elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan.
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal,
tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang
sehingga saluran nafas bagian bawah paru akan tertutup.
pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih cepat
dan lebih banyak yang tertutup ventilasi dan perfusi tidak
seimbang hipoksia dan sesak nafas.
Emfisema…: klasifikasi
1. Absorption atelectasis
Results when the bronchial passages are
blocked with mucus, tumors or edema
May occur with conditions such as chronic
bronchitis or cystic fibrosis in which there is the
accumulation of excess mucus in the
respiratory passages
2. Compression atelectasis
Occurs when lung tissue is compressed
externally by air, blood, fluids or a tumor
Atelektasis…: etiologi
Etiologi intrinsik :
Penyumbatan bronkus
dari dalam tumor bronkus, benda asing, sekresi cairan yang massif
penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor
sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway penumpukan mukus.
Etiologi ekstrinsik :
Pneumothoraks
Tumor
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Penyakit paru-paru
Atelektasis…: patofisiologi
Atelektasis…: patofisiologi
Atelektasis…: patofisiologi
Atelektasis…: patofisiologi
Atelektasis…: patofisiologi
Atelektasis…: gejala
nyeri dada
batuk
Hypoxemia
Hypercapnia
Ventilation–perfusion mismatch
Cyanosis, possible but not always present
Central nervous system symptoms — slurred
speech, confusion, impaired motor function
Altered blood pH
Initial tachycardia and increased cardiac output
followed by bradycardia and decreased cardiac
output
Tanda dan Gejala
Bronchodilators
Correction of blood pH
Oxygen therapy
Mechanical ventilation
Penyakit paru interstisial (Interstitial Lung Disease (ILD)) atau
dikenal juga sebagai penyakit parenkim paru difus (Diffuse
Parenchymal Lung Disease (DPLD)) merupakan terminologi
yang digunakan untuk berbagai kelainan paru akibat faktor-faktor
yang sudah diketahui (penyakit kolagen-vaskular, lingkungan,
obat) maupun yang belum diketahui antara lain idiopathic
interstitial pneumonia, penyakit paru granulomatosa, dan
penyebab lainnya. Kelainan pada kelompok penyakit ini terutama
terjadi pada jaringan interstisium (mencakup ruang antara epitel
dan basal membran endotel), namun juga dapat mempengaruhi
rongga udara, saluran napas perifer, dan pembuluh darah pada
parenkim paru. Secara umum, ILD ditandai dengan empat
manifestasi, yaitu gejala pernapasan seperti sesak dan batuk,
kelainan spesifik pada gambaran radiologis, penurunan
kapasitas paru pada uji faal paru, dan gambaran mikroskopik
berupa inflamasi dan fibrosis