Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM : BIOKIMIA
PERTEMUAN KE : IV
JUDUL PERCOBAAN : LIPID

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAHMUDAH
NPM : 1848201110073
KELAS :A
HARI/TANGGAL : SELASA, 30 JUNI 2020

LABORATORIUM FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
(TAHUN AJARAN 2019/2020)
PERCOBAAN IV
LIPID

I.) Tujuan Percobaan


1. Menguji kelarutan lemak dan minyak pada berbagai jenis pelarut
2. Menentukan bilangan penyabunan suatu lemak/minyak

II.) Dasar Teori


Lipida umumnya merupakan senyawa yang hanya larut dalam pelarut
nonpolar, misalnya kloroform, eter, alkohol, aseton, dan pelarut nonpolar
lainnya. Lipida tidak larut dalam pelarut polar misalnya air. Lipida memilki
beberapa fungsi yaitu sebagai cadangan makanan misalnya triasilgliserol,
sebagai penyusun struktur membran misalnya phospholipidas yang merupakan
penyusun utama membran sel, derivat lipida dapat membentuk hormon,
bersama protein membentuk seyawa gabungan (lipoprotein), yang memiliki
fungsi khusus dalam tubuh organisme (Suhara, 2008).
Lipid adalah salah satu kelas molekul biologis berukuran besar yang tidak
mencakup polimer sejati. Senyawa yang tergolong lipida dicirikan dengan
strukturnya yang khas, yaitu memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor
hidrokarbon yang bersifat non polar. Dalam suatu larutan, kepala yang bersifat
polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa amfipatik
(memiliki dua kutub positif dan negatif). Konsekuensinya di dalam suatu
larutan, lipida dapat membentuk formasi satu lapis lipida (monolayers), dua
lapis lipida (bilayers), misel dan vesikula (Suhara, 2008).
Lipid (Lemak) sederhana terbuat dari dua jenis molekul yang lebih kecil:
gliserol dan asam lemak. Gliserol merupakan alkohol dengan tiga karbon yang
masing-masing berikatan dengan satu gugus karboksil. Sedangkan Asam
lemak memiliki rantai karbon panjang dengan salah satu ujungnya merupakan
gugus karboksil. Asam lemak memiliki panjang, jumlah dan lokasi ikatan
rangkap yang bervariasi. Akibat struktur ini berpengaruh pada penamaan asam
lemak sendiri. Asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut
asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak yang mengandung satu atau lebih
ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh (Campbell, 2010)
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan
hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air
tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, ether atau kloroform.
Fungsi biologis terpenting lipid diantaranya untuk menyimpan energi, sebagai
komponen struktural membran sel dan sebagai pensinyalan molekul (Anonim,
2013).
Lipid merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri
atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen meliputi asam lemak, malam,
sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak, monogliserida, digliserida,
fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan
lain-lain (Chitika, 2013).
Karena begitu besar peranannya sebagai senyawa organik yang terdapat
dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia adalah lipid. Untuk memberikan defenisi yang jelas
tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak
mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip (Anonim, 2013).
Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam
alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar
sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak dan minyak adalah
trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari)
gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang : pada
temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian
besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam
tumbuhan cenderung berupa minyak.
Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai :
1. Penyimpan energi dan transpor
2. Struktur membran
3. Kulit pelindung, komponen dinding sel
4. Penyampai kimia
Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat
penting dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut
nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai
pelarut berbagai vitamin.
a. LipidTerhidrolisis
Lipid terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam
lemak atau fosfat yang mengikat etanolamin atau serin
b. Steroid
Steroid merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak. Senyawa
yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen.
Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur
inti. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada
rantai samping (cabang) yang diikatnya.
c. Terpenoid
Seperti halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid.
Senyawa ini umumnya terdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak
sereh), geraniol (minyak mawar), limonen (jeruk).
Secara Kimia, Lemak terbagi tiga , yaitu:
1. Lemak Sederhana Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol,
biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling
banak ditemukan adalah Triasilgliserol yang disebut juga Trigliserida (TG), yang
ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam berbagai
minya lain yang berasal dari mahluk hidup. Yang dimaksud dengan minyak
adalah lemak yang dalam suhu ruang berada dalam bentuk cair , lemak yang
dalam suhu ruang masih berbentuk padat disebut lemak saja. Biasanya minyak
berasal dari tumbuhan dan lemak dari hewan. Konsistensi cair atau padat pada
suhu ruang ini biasanya ditentukan dari jumlah atom C yang menyusun asam
lemak dari TG. Makin panjang atom C, biasanya makin padat. Dilain pihak,
makin banyak ikatan rangkap, konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak
mengandung ikatan rangkap ini disebut asam lemak essensial, yang harus ada
dalam makanan. Lemak tumbuhan berupa minyak karena jumlah atom C-nya
lebih pendek dan ikatan rangkapnya relatif lebih banyak.
2. Lemak Majemuk Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol,
asam lemak dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino, basa organik, sepert
kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling tidak
mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih
mudah berinteraksi dengan air. Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel
dan juga selubung sel dan serat syaraf.
3. Turunan Lemak Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau
pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak,
dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh dan asam lemak tanpa ikatan rangkap
(jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormon steroid
(kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron).
Meskipun bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa vitamin-
vitamin A, D, E dan K sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan
digunakan tubuh. Karena vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut
dalam lemak atau pelarut lemak.
Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat fisiknya. Bloor
membagi lipida sebagai berikut:
1. Lipida Sederhana
Kelompok ini disebut juga homolipida yaitu suatu bentuk ester yang
mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Jika dihidrolisis, lipida yang
termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan alcohol. Lipida sederhana ini
dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a. Lemak, ester asam lemak dan gliserol
b. Lilin, ester asam lemak
2. Lipida Majemuk
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung
gugus lain, contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida), sulfolipida, amino,
lipida, dan lipoprotein.
3. Derivat Lipida
Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut
terdahulu. Termasuk ke dalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid,
alcohol, aldehida, dan keton.
Banyak lipida yang mempunyai sifat fisik amfipatik. Istilah amfipatik
yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun 1936, memberikan turunan
hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar) “bersimpati” dengan suasana air
dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang tidak bersimpati dengan suasana
air.
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester
dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Kita dapat membuat beberapa
penyamarataan mengenai asam lemak, walaupun ada perkecualian seperti yang
akan kita lihat.
1. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3. Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan tingkat yang lebih
tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan yang mono tak
jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam linoleat dan
linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih tinggi tidak dapat
dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu diistilahkan asam
lemak essensial.

III.) Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung reaksi, pengaduk gelas, stopwatch, thermostat, pipet
2. Corong dan kertas saring, alat sentrifuge klinik, tabung sentrifuga
3. Spektrofotometer.
Bahan
A. REAKSI UJI LIPIDA
Penyiapan bahan :
Pecahkan butir-demi butir telur, lalu pisahkan putih telur dari kuningnya,
kemudian ditempatkan di dalam botol satu liter dan tuangkan toluene ke
dalamnya sehingga melapisi permukaan putih tersebut. Simpan putih telur
di dalam lemari es untuk percobaan dengan protein. Sedangkan kuning
telur diaduk dengan campuran 50 ml alkohol dan 25 ml eter, diamkan
selama 10 menit dengan sewaktu-waktu di aduk. Saring ke dalam beker
kering melalui kertas saring yang telah dibasahi dengan alkohol. Cuci
residu diatas kertas saring dengan 20 ml larutan alkohol eter segar yang
dipakai untuk ekstraksi. Uapkan filtrat hingga kering di atas penangas air
didih. Lalu larutkan residu ke dalam 10 ml eter, dan perlahan-lahan
tuangkan larutan ini ke dalam 30 ml aseton sambil diaduk, endapan yang
terjadi adalah lesitin (fosfolipid) saring. Lesitin (fosfolipid) ini lalu
dilarutkan di dalam 20 ml alkohol. Tambah segera volume yang sama
larutan cadmium klorida alkoholis, aduk dan biarkan selama 10 menit.
Saring dengan penyaring buchner dan keringkan. Fosfolipid ini dipakai
untuk uji akrolein. Flitrat aseton (dari pengendapan lesitin) diuapkan
hingga menjadi pasta di atas penangas air didih. Dinginkan, tambahkan 15
ml larutan KOH alkoholis 10 %, aduk dan panaskan di atas penangas air
didih selama 30 menit dinginkan dan tambahkan 50 ml eter, saring
endapan dari sabun ini (simpan untuk uji pengendapan sabun). Filter
eternya yang mengandung kolesterol diuapkan hingga kering. Kolesterol
yang terjadi diekstraksi dengan 5 ml alkohol dan panaskan diatas air didih.
Pindahkan larutan alkohol panas ini ke dalam tabung sentrifus kering.
Ulangi ekstraksi dengan 3 ml alkohol dan tuangkan lagi ke dalam ke
dalam tabung sentrifus tadi, lalu sentrifus selama 2-3 menit. Pindahkan
supernatan larutan alkohol ke dalam tabung sentrifus kering lainnya
dengan bantuan pipet tetes. Tambahkan tetes demi tetes air ke dalam
larutan ini hingga tidak lagi terjadi endapan. Biarkan selama setengah jam.
Sentrifus lagi, dikantasi supernatan yang jernih. Residu kristal di dalam
tabung sentrifus dapat direkristalisasi dengan melarutkannya dalam sedikit
alkohol panas, biarkan dingin, beberapa tetes air akan menyempurnakan
kristalisasi. Sentrifus lagi dan setelah supernatan didekantasi keringkan
dalam eksikator vakum. Dengan cara ini dari sebuah kuning telur bisa
dihasilkan 50-70 mg kolesterol. Lihat bentuk kristal di bawah mikroskop
dan gambarkan. Simpan kristal untuk uji kolesterol.

Berdasarkan Uji – Uji yang di lakukan :


1. Uji Akrolein
Reagen dan bahan :
• KHSO, Gliserol
• Lesidin (fosfolipid) dari percobaan sebelumnya

2. Uji Penyabunan
Reagen dan bahan :
• KOH alkoholis 10%
• Lemak/minyak

3. Uji Salkowski untuk Kolesterol


Reagen dan Bahan :
• Kolesterol (dari percobaan sebelumnya)
• Kloroform anhidrous
• H2SO4 pekat

4. Uji Liebermman-Burchard untuk kolesterol


Reagen dan bahan :
• Larutan kolesterol dalam kloroform (dari percobaan sebelumnya)
asam asetat anhidridas
• H2SO4 pekat
5. Uji Fosfor
Reagen dan bahan :
• Logam natrium, fosfolipid (lesitin dari percobaan sebelumnya), HNO3
pekat • Larutan ammonium molibdat: larutan 100 g asam molibdat
dalam 144 ml ammonium pekat dan 271 ml air. Perlahan-lahan, sambil
diaduk, tuangkan larutan ini ke dalam 489 ml asam nitrat pekat dan
1148 ml air. Simpan dalam botol tertutup.

6. Uji Ke Tidak Jenuhan


Reagen dan bahan :
• Minyak olive
• Gajih/gemuk
• Lesitin
• Kloroform
• Etanol
• Larutan brom dalam kloraform: 1 ml Br2 diletakkan di dalam 20 ml
kloroform

7. Uji Peroksida
Reagen dan bahan :
• Minyak olive
• Minyak lemak tengik
• Asam asetat glasisal
• Larutan KI 10%

B. SIFAT-SIFAT KIMIA LIPID


1. Penentuan Angka Penyabunan
Reagen dan bahan :
Lemak/minyak “unknow”, HCl 0,5 N (harus ditentukan liternya),
KHSO4. H2SO4 pekat, HCl pekat, NaOH 0,5 N, Etanol 95%, KOH
alkoholis 5,6%, Fenolftalein 1% (dalam alkohol), gliserol. 13
Prosedur: Timbang dengan tepat 2,5 g lem.

2. Penentuan Netralisasi Ekuivalen Prosedur

3. Mendeteksi Gliserol

4. Test Akrolein
Pergunakan reaksi akrolein untuk menguji zat-zat berikut: 1,5 ml
ekstrak eter Larutan air (fasa air) Lipid yang telah disabunkan dan
dipekatkan dengan jalan memvakumkannya menjadi 0,5 ml beberapa
tetes lipid yang belum disabunkan. Beberapa tetes gliserol.

5. Test Kolometri

6. Penentuan angka Iod


Reagen dan bahan :
Lipid “unknown”
Kloroform KJ 15%
Larutan kanji 1%
Larutan Jodine Hanus : larutan 13,2 g iod dalam satu liter asetat glasial
(99,3). Tambahkan 3 ml bromin.
Na2S2O3 0,1 N : larutan 24,82 g Na2SO3 dalam air (yang telah
dididihkan sebelumnya dan telah dingin) hingga volume akhirnya satu
liter standarkan sebagai berikut: tempatkan 20 ml larutan K-bikromat
dan 10 ml larutan KJ 15% dalam erlenmeyer tertutup, lalu tambahkan
5 ml HCl, encerkan dengan 100 ml air lalu titrasi dengan tiosulfat
tersebut sampai warna kuning larutan hampir hilang, segera tambahkan
larutan larutan kanji sebagai indikator, sambil dikocok keras-keras
teruskan titrasi sampai titik akhir dicapai (warna biru hilang).
K-bikromat 0,1 N : larutkan 4,903 g K-bikromat dalam air sampai
volume akhir 1 liter. Larutan kanji 1%

IV.) Cara Kerja


A. REAKSI UJI LIPIDA
1. Uji Akrolein
Gerus kira-kira 0,5 g lemak dengan 0,5 g KHSO4 di dalam mortir.
Pindahkan ke dalam tabung reaksi kering lalu panaskan di atas api
Bunsen mula-mula dengan api kecil yang diteruskan dengan api yang
lebih besar. Perhatikan bau yang tercium. Ulangi percobaan dengan
menggunakan gliserol.

2. Uji Penyabunan
Tambahkan 10 ml KOH alkoholis ke dalam minyak yang hendak diuji
kocok dan panaskan di atas penangas air didih hingga satu tetes
daripada larutan ini larut semuanya di dalam air. Tambahkan 10 ml air
dan panaskan lagi di atas penangs air didih sampai semua alkohol
menguap. Lakukan uji busa.

3. Uji Salkowski untuk Kolesterol


Dalam tabung reaksi kering larutkan beberapa mg kolesterol di dalam
3 ml kloroform anhidrous. Tambahkan volume yang sama asam sulfat
pekat, kocok tabung perlahanlahan. Biarkan lapisan cair terpisah,
amati warnanya.

4. Uji Liebermman-Burchard untuk kolesterol


Ke dalam larutan kolesterol dalam kloroform (dari percobaan
Salkowski) tambahkan 10 tetes asam asetat anhidras dan 2 tetes asam
pekat. Kocok perlahan-lahan dan biarkan untuk beberapa menit.

5. Uji Fosfor
1) Peleburan : (dianjurkan untuk memakai kaca mata lab selama
percobaan ini dan di dalam lemari asam). Letakkan tabung dengan
ukuran 10 x 1,25 cm di atas kaca yang ditaruh di atas ring besi,
klem tabung ini pada sebuah statif. Masukkan ke dalam tabung ini
logam natrium sebesar 3 mm3 , panaskan tabung dengan api kecil
hingga uap natrium terlihat setinggi 1 cm. Api digeser dan segera
masukkan 10 mg fosfolipid ke dasar tabung reaksi, panaskan lagi
tabung dengan api sedang dan ulangi penggeseran api, dan
penambahan fosfolipid dua kali lagi. Lalu panaskan dengan api
kuat agar penguraian sempurna. Hentikan pemanasan dan sentuhan
tabung ke air yang ada di dalam beker beberapa kali, lalu pecahkan
dasar tabung dengan jalam mengetuknya pada beker (selama ini,
mulut tabung harus berada di atasdan beker harus ditutup dengan
asbes untuk mencegah pecahan-pecahan gelas dan natrium
mengenai saudara). Aduk, saring, didinginkan filtrat untuk dipakai
percobaan berikut (peleburan yang berhasil, ditunjukkan dengan
adanya lempengan-lempengan kecil karbon di atas kertas saring
filtrat yang jernih dan tidak berwarna).
2) Uji Fosfor Bau fosfing selama pembuatan larutan baku
menunjukkan adanya fosfor. Untuk membuktikannya, tambahkan
ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan tersebut dan 2 ml asam nitrat
pekat. Didihkan larutan hingga volumenya tinggal setengah (dalam
lemari asam). Lalu tambahkan 3 ml amonium molibdat dan
panaskan pada 60oC.

6. Uji Ke Tidak Jenuhan


Ke dalam tabung kering yang berbeda tambahkan 1 tetes minyak
olive, sedikit lesitin dan sedikit gemuk/gajih, lalu ke dalam ketiga
tabung ditambahkan 1 ml kloroform atau etanol untuk melarutkan
ketiga macam lipid tersebut. Pada tabung keempat tambahkan 1 ml
kloroform sebagai blanko. Teteskan larutan brom (dalam kloroform)
ke dalam semua tabung dengan menggunakan pipet Pasteur sampai
terlihat warna kuning yang permanen. Catat jumlah tets yang
diperlukan.
7. Uji Peroksida
Larutkan kira-kira 1 ml minyak olive di dalam 1 ml klorform,
tambahkan 2 ml asam glasial dan satu tetes 10 %, aduk dengan baik
dan biarkan selama 5 menit. Ulangi percobaan dengan menggunakan
minyak/lemak tengik. Adanya peroksida ditunjukkan dengan
pembebasan iodin.

B. SIFAT-SIFAT KIMIA LIPID


1. Penentuan Angka Penyabunan
Timbang dengan tepat 2,5 g lemak/minyak (dua angka dibelakang
koma) tempatkan dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 25 ml KOH
alkalis, lalu refluks di atas penangas uap (jangan sekali-kali
menggunakan api bebas) sampai penyabunan sempurna, ini dapat diuji
sebagai berikut: teteskan hasil refluks saudara ke dalam tabung yang
berisi air, bila campuran ini bening, berarti hanya satu fasa, maka
penyabunan yang saudara lakukan sudah sempurna (proses ini kira-kira
memerlukan 30 menit).

Buat juga blanko sebagai berikut : Refluks 25 ml KOH alkoholis seperti


cara yang diatas setelah campuran menjadi dingin, titrasi dengan HCl
standar. Gunakan 0,25 ml fenolftalein sebagai indikator. Percobaan di
atas dilakukan dengan duplo. Setelah titrasi selesai, semua ini dalam
erlenmeyernya jangan dibuang, sebab akan digunakan untuk percobaan
berikutnya.

2. Penentuan Netralisasi Ekuivalen


Uapkan alkohol pada erlenmeyer percobaan dahulu (erlenmeyer yang
berisi minyak, bukan blankonya) di atas penangas uap. Sampai semua
alkoholnya habis. Tambahkan kira-kira 10 ml air, atur pH-nya hingga
menunjukkan 1-2 (dengan menggunakan kertas pH) dengan 10
penambahan tetes demi tetes HCl pekat sambil dikocok. Ekstraksi
larutan tersebut dengan 10 ml eter sebanyak 3 kali (gunakan corong
pemisah). Tempatkan ekstrak eternya ke dalam erlenmeyer 100 ml (bila
pada airnya masih terlihat adanya padatan atau asam-asam lemak yang
terlihat “cly”, ekstraksi sekali lagi dengan eter). Fasa air yang di dapat
disimpan, untuk uji akrolein. Uapkan eter ini dalam ekstrak dengan
jalan mengurangi tekanan lalu timbang residu yang didapat. Cuci
permukaan residu dengan 10 ml air agar sisa-sisa HCl yang melekat
padanya hilang (lakukan 2 kali). Tambahkan 25 ml etanol 95% panas,
lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan fenolftalein sebagai indikator
(pemanas lemak akan membantu melarutnya padatan). Dengan jalan
yang sama tentukan jumlah NaOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk
mentitrasi blanko yang terisi hanya 25 ml etanool 95%.

3. Mendeteksi Gliserol
Untuk percobaan-percobaan berikut ini gunakanlah ekstrak air (fasa air)
dari percobaan sebelumnya.
4. Test Akrolein
Tambahkan kira-kira 0,5 g KHSO4 ke dalam sampel di dalam tabung
reaksi. Panaskan tabung tersebut dengan api kecil. Terciumnya bau
yang karekteristik menunjukkan adanya gliserol.
5. Test Kolometri
1 ml ekstrak eter (dari percobaan sebelumnya)
1 ml larutan air (fasa air dari percobaan sebelumnya)
1 ml lipida yang telah disabunkan (dari percobaan sebelumnya)
Blanko : 1 ml air
Standar : larutan gliserol; 1 ml larutan 10%
Tambahkan 1 ml larutan NaOCl
Setelah 2-3 menit tambahkan 3-4 tetes HCl pekat ke dalam tabung-
tabung tersebut, didihkan selama 1 menit untuk membuang
kelebihan asam tersebut. Tambahkan 0,2 ml α-naftol lalu 5% lalu
4,0 ml HaSO4 pekat. Aduk isi tabung dengan hati-hati.
Terbentuknya warna hijau-zambrut menunjukkan adanya gliserol.
6. Penentuan angka Iod
Lipid mengandung bermacam-macam asam lemak tak jenuh yang
beraksi dengan iod. Jumlah iod yang diabsorpsi menunjukkan dalam
tingkat kejenuhan dalam lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai
berikut: banyaknya gram iod yang diabsorpsi oleh 100 15 g lipid. Dua
metode yang umumnya dipakai, yaitu metode Hanus yang memakai
jodine bromida sebagai carrier dan metode Wifs yang memakai jodin
klorida. Disini akan ditunjukkan metode Hanus.
Timbang 0,25 gram lipida dan tempatkan dalam erlenmeyer 250
Ml yang bertutup. Larutkan sampel ini dalam kloroform 10 ml.
Tambahkan 30 ml larutan Iodine Hanus dan diamkan selama 30 menit
dengan sekali-kali dikocok.
Tambahkan 10 ml larutan KJ 15%, kocok dengan kuat, lalu
tambahkan dengan 100 mlo (yang telah dididihkan sebelumnya
dan telah dingin) sekalian untuk mencuci sisa iodine yang terdapat
pada tutup erlenmeyer.
Titrasi iodinenya dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning
hampir hilang segera tambahkan 2 ml larutan kanji 1 % (sebagai
indikator) dan teruskan titrasi tersebut sampai warna biru. Jika titik
akhir titrasi hampir tercapai, tutup erlenmeyer tersebut dan kocok kuat-
kuat, hingga semua iodine yang masih tertinggal dalam larutan, dalam
kloroform akan diambil oleh larutan KJ. Teruskan sampai titik akhir
tercapai. 16 Buat juga blankonya yang berisi semua zat seperti diatas,
hanya tanpa lipid. Banyaknya ml Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh
blanko dikurangi banyaknya ml Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan oleh
sampel menunjukkan banyaknya jodine yang diabsorpsi oleh lipid
tersebut. Hitung banyaknya gram jodine yang diabsorpsi oleh 100 g
lipid. Ini adalah angka jodine.

V.) Skema Analisis Lipid


Bahan yang mengandung lipid : kuning telur, kacang, kemiri, wijen, lemak
hewan, buah alpukat dan lain-lain.

Keterangan :
1. Ekstraksi etanol-eter (2:1)
2. Dipanaskan penangas air
3. Tambah eter teruskan dengan aseton
4. Dilakukan tes terhadap lesitin
5. Dipanaskan penangas air teruskan dengan + NaOH alkoholis, dipanaskan
penangas air teruskan dengan etil eter
6. Tambahkan air, terbentuk suspensi + NaCl jenuh
7. Diuapkan penangas air + alkohol 98 %
8. Tes asam lemak
9. Flitrat kolesterol, tes salkowski dan Lieberman-Burchard.

 METODE
Uji-uji yang dilakukan :
7. UJI KUALITATIF
1. Uji Akrolein
Reagen dan bahan:
1) Asam stearat
2) Gliserol
3) Minyak Kelapa

PROSEDUR :
Tabung reaksi disiapkan, kemudian dibubuhkan sedikit kristal KHSO4 dan ditetesi
4-5 tetes bahan percobaan. Setelah itu, dipanaskan diatas api bunsen kemudian
ditunggu hingga terbentuk asap putih dan bau akrolein dibandingkan dengan bau
SO2 yang dipanaskan. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, gliserol dan asam
stearat.

HASIL UJI AKROLEIN

Bahan Pengamatan Keterangan


Berbau dan
Minyak Kelapa Positif berasap
Berbau dan
Gliserol Positif berasap
Berbau dan
Asam Strearat Positif berasap
Keterangan : + : mengandung gliserol
- : tidak mengandung gliserol
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa lipida/lemak
adalah senyawa yang tidak larut dalam air. Lipid larut dalam zat
pelarut organik. Seperti alkohol, eter, benzol dan kloroform. Lipid
merupakan senyawa yang banyak terdapat di alam yang dapat
diperoleh dengan jalan ekstraksi bahan-bahan alam baik berupa
tumbuhan maupun hewan. Jika dilihat dari strukturnya, lipida
tersusun atas rantai hidrokarbon yang panjang. Lipid tersusun atas
satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam
lemak terdiri dari rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di
ujungnya. Molekul gliseol memiliki tiga gugus hidroksil dan tiap
gugus hidroksil ini dapat mengadakan interaksi dengan gugus
karboksil asam lemak. Dalam proses ini dilepaskan molekul air,
dan asam lemak menjadi terikat pada molekul gliserol.
Uji akrolein untuk gliserol merupakan uji terhadap gliserol
yang tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol sehingga
terbentuk senyawa akrolein dengan bantuan KHSO4. Apabila
gliserol dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan dengan hati-hati,
akan timbul bau khas yang tajam seperti bau lemak yang terbakar
yang disebabkan oleh terbentuknya akril aldehida. Oleh karena
timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi
ini telah dijadikan reaksi untuk menentukan adanya gliserol seperti
lemak dan minyak. Karena minyak juga banyak mengandung
gliserol.

2. Uji Penyabunan
Alat : Tabung reaksi, pipet ukur, alat pemanas, neraca analitis, rak
tabung reaksi dan erlenmeyer.
Bahan : Minyak kelapa, alkohol 95%, NaOH, larutan deterjen, asam
asetat encer (5 M), larutan sabun, larutan CaCl2
5%, dan larutan Pb- asetat 5%.
PROSEDUR :
 Hidrolisis Minyak Kelapa
C. Dimasukkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
D. Ditambahkan 1,5 g NaOH dan 25 ml alkohol 95%.
E. Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit
F. Untuk diketahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna,
diambil 3 tetes larutan, kemudian larutkan ke dalam air, bila larut,
maka ditunjukkan reaksi telah sempurna.
G. Setelah sempurna, diuapkan alkohol yang tersisa sampai habis.
H. Dinginkan, lalu ditambahkan sekitar 75 ml air dan dipanaskan
sampai semua sabun larut.
 Uji Sifat – Sifat Sabun
8. Diambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu di netralkan
dengan asam asetat encer.
9. Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi tiga bagian,
masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
10. Ke dalam tabung 1,2 dan 3 berturut-turut ditambahkan CaCl2,
MgSO4, dan Pb-asetat sebanyak 5 ml. Dikocok dengan kuat.
11. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
12. Diulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu dibandingkan
hasilnya

HASIL UJI PENYABUNAN


PEMBAHASAN
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak / minyak.
Sabun memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam
air bersifat basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun
dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.
Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses
kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk
mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyai gugus polar dan non polar.

Senyawa hasil uji penyabunan baerwarna putih keruh (seperti


sabun yang mengendap). Senyawa ini bertekstur licin dan sulit menyangat
(agak tengik). Senyawa yang dihasilkan tidak menutup seluruh
permukaan, mungkin ini dihasilkan oleh penambahan yang kurang
memadai. Senyawa dapat terjadi karena minyak ditambahkan dengan
KOH. Penambahan KOH untuk meningkatkan proses penyabunan, KOH
merupakan basa yang dapat menghidrolisis lemak sehingga terbentuk
gliserol dan sabun (Anonim A, 2014).

Pada larutan sabun ditambahkan Pb-asetat menghasilkan banyak


buih dan endapan sehingga larutan berwarna putih. Hal ini karena timbal
bukan unsur yang mendukung kesadahan air, dari uji ini maka diperoleh
bahwa sifat kesadahan larutan disebabkan oleh Ca2+ dan Mg2+ yang
bereaksi dengan air mengurangi jumlah buih pada sabun.
3. Uji Salkowski untuk Kolesterol

REAGEN DAN BAHAN :


 Minyak kelapa
 Minyak Ikan
 Kloroform anhidrat
 Asam sulfat

PROSEDUR :
Dalam tabung reaksi bersih dan kering dilarutkan beberapa miligram
minyak ikan dan minyak kelapa pada tabung yang berbedadi dalam 3 ml
kloroform anhidrat, setelah itu asam sulfat dengan volume yangg sama
ditambahkan dan dikocok secara perlahan-lahan. Lapisan cairan dibiarkan
terpisah dan warna yang terjadi diamati.

HASIL UJI SAKOWLSKI UNTUK KOLESTROL

NO UJI PEREAKSI HASIL


SAKOWLSKI
1. Minyak ikan Kloroform anhidrat Positif
+ asam sulfat
2. Minyak kelapa Kloroform anhidrat Negative
+ asam sulfat

PEMBAHASAN
Hasil percobaan uji Salkowski menunjukkan bahan uji terdapat
kolesterol, ditandai dengan terbentuknya warna merah. Hasil percobaan
uji Lieberman Buchard menunjukkan bahan uji terdapat kolesterol,
ditandai dengan terbentuknya warna hijau yang sesuai dengan prinsip
ujinya. Perekasi Lieberman Buchard merupakan campuran antara asam
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat
anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan
membentuk turunan asetil di dalam kloroform. Fungsi dari penambahan
asam sulfat pekat pada uji Salkowski dan Lieberman Buchard ialah
membentuk kompleks warna. Fungsi kloroform anhidrat pada uji
Salkowski ialah melarutkan kolesterol (Lehninger 1988).
Apabila pada pengujian Lieberman Buchard asam asetat anhidrat
diganti dengan asam asetat pekat maka akan didapatkan hasil yang sama
atau penggantian asam asetat anhidrat dengan asam asetat pekat tidak
berpengaruh terhadap hasil. Mekanismenya ialah ketika asam sulfat
ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air
berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini
menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan
adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi
biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua (Poedjiadi 1994).
Uji kolesterol selain kedua uji di atas ialah cara ekstraksi
menggunakan pelarut organik (untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol pada suatu bahan makanan); dengan alat fotometri yaitu suatu
alat yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kuantitatif
(Notoatmodjo 2005).

4. Uji Liebermman-Burchard untuk kolesterol


ALAT & BAHAN :
Alat : Tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, dan sikat
tabung.
Bahan : Kolestrol 0,5% dalam kloroform, minyak kelapa
murni, minyak ikan, asam asetat anhidrat,
kloroform, H2SO4 pekat, sabun cair, dan tissue roll.

.
PROSEDUR:
8. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung pertama diisi
dengan 1 ml minyak kelapa murni, tabung kedua dengan 5 tetes minyak
ikan, dan tabung ketiga dengan 5 tetes kolesterol 0,5%.
9. Pada setiap tabung, ditambahkan kloroform sebanyak 2 ml.
10. Ditambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
11. Melalui dinding tabung, ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
12. Dikocok dengan hati-hati dan didiamkan beberapa detik.
13. Diamati perubahan yang terjadi.

HASIL UJI LIEBERMMAN-BURCHARD UNTUK


KOLSTROL
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai uji pada lipid.
Yang pertama adalah uji kelarutan pada lipid. Bahan yang diujinya adalah
air, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin dan minyak. Pertama-tama,
pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan 2ml air, 2ml kloroform,
2ml alkohol panas dan 2ml alkohol dingin. Kemudian pada masing-
masing tabung tersebut dimasukan 0,2ml minyak, lalu dikocok hati-hati.
Setelah dikocok, diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung dan
diteteskan pada kertas saring. Ternyata didapatkan hasil bahwa minyak
larut dalam alkohol panas dan kloroform, tetapi tidak larut dalam air dan
alkohol dingin. Kelarutan ini dilihat dari ada atau tidaknya noda pada
kertas saring tersebut. Pada minyak+air dan minyak+alkohol dingin tidak
terdapat noda, sedangkan pada minyak+alkohol panas dan
minyak+kloroform terdapat noda. Tertinggalnya noda (minyak) pada
kertas saring tersebut dikarenakan minyak adalah suatu makromolekular,
maka minyak akan tertahan pada kertas saring.
Pada minyak+air dan minyak+alkohol dingin tidak terdapat noda,
sedangkan pada minyak+alkohol panas dan minyak+kloroform terdapat
noda. Tertinggalnya noda (minyak) pada kertas saring tersebut
dikarenakan minyak adalah suatu makromolekular, maka minyak akan
tertahan pada kertas saring.
Minyak tidak larut pada air dan alkohol dingin dikarenakan minyak
bersifat nonpolar sedangkan air dan alkohol dingin bersifat polar. Hasil
ini disesuaikan dengan teori like dissolve like, yaitu pelarut polar hanya
akan larut pada pelarut polar, sedangkan pelarut nonpolar hanya akan
larut pada pelarut nonpolar. Karena minyak dengan air dan alkohol dingin
memiliki beda kepolaran maka minyak tidak larut dalam air dan alkohol
dingin.
Sedangkan untuk kloroform dan alkohol panas bersifat nonpolar,
sehingga dapat melarutkan minyak yang sama-sama bersifat nonpolar
juga. Disini terdapat perbedaan hasil antara alkohol dingin dengan alkohol
panas. Minyak dapat larut pada alkohol panas tetapi tidak dapat larut pada
alkohol dingin. Ini dikarenakan alkohol bersifat semipolar. Memiliki sifat
polar dari gugus –OH dan nonpolar dari gugus alkil. Semakin tinggi suhu
alkohol, maka sifat kepolarannya semakin berkurang. Inilah yang
menyebabkan adanya perbedaan kelarutan minyak pada alkohol panas
dan alkohol dingin. Jadi pada suhu tinggi alhokol bersifat nonpolar
sehingga dapat melarutkan minyak yang bersifat nonpolar juga.

5. Uji Ke Tidak Jenuhan

REAGEN DAN BAHAN :

 Minyak Zaitun
 Margarin (Lemak gaji/gemuk)

 Lesitin

 Kloroform

 Iodin

PROSEDUR :
 Sediakan larutan iodium dalam kloroform
 Tuangkan iodium tersebut sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung reaksi.
 Masukan larutan yang akan diuji setetes demi setetes demi
setetes dan setiap penambahan selesai harus dikocok sampai
warna iodium hilang. Amati hilangnya warna iodium (kuning)
untuk setiap penetesan senyawa lemak yang akan di uji. (hitung
jumlah penetesan lemak sampai warna iodiumhilang)
HASIL UJI KETIDAK JENUHAN

Nama Bahan
Uji Uji Ketidak jenuhan

Minyak Zaitun (++) Kuning

(+++)Merah -
Margarin
jingga keruh

Lesitin (+) Merah - kuning

PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa asam lemak adalah
asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal tetapi dalam
bentuk terikat secara kovalen pada berbagai kelas lipid. Untuk mengetahui
atau menentukan adanya ikatan asam lemak yang jenuh yang terdapat pada
lipida dapat dilakukan dengan cara salah satunya memberikan larutan
iodin.
Praktikum uji ketidak jenuhan dilakukan untuk menyatakan adanya
ikatan tak jenuh dalam suatu lemak. Pada prinsipnya, asam lemak tak
jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak ini
dapat diadisi oleh ikatan halogen yaitu yang unsur-unsurnya Fluorin,
Clorin, Bromin, Iodin. Adisi maksudnya adalah mengikat salah satu
molekul halogen.
Pada percobaan uji sifat ketidakjenuhan minyak, 3 tetes minyak
kelapa dan 2 ml kloroform dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama
dan pada tabung kedua diisi dengan seujung spitel margarine dan 3 ml
kloroform. Kemudian diteteskan sedikit demi sedikit air brom lalu dikocok
sampai warna air brom (merah) tidak berubah. Lalu dihitung jumlah tetes
dan bandingkan jumlah tetesan antara kedua tabung. Pada tabung pertama
menghasilkan 5 tetes yang tidak jenuh dan pada keadaan tidak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena adisi brom pada satu ikatan rangkap.
Sedangkan pada tabung kedua menghasilkan >5 tetes dan pada margarin
asam jenuhnya tidak dapat menghilangkan air brom karena adisi brom
pada satu ikatan atau lebih ikatan rangkap. Sehingga minyak lebih tinggi
ketidak jenuhannya dibandingkan dengan margarin.

VII.) PERHITUNGAN

 Penentuan Angka Penyabunan

REAGEN DAN BAHAN :


Lemak/minyak “unknow”, HCl 0,5 N (harus ditentukan liternya), KHSO4.
H2SO4 pekat, HCl pekat, NaOH 0,5 N, Etanol 95%, KOH alkoholis 5,6%,
Fenolftalein 1% (dalam alkohol), gliserol.

PROSEDUR:
Timbang dengan tepat 2,5 g lemak/minyak (dua angka dibelakang koma)
tempatkan dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 25 ml KOH alkalis, lalu
refluks di atas penangas uap (jangan sekali-kali menggunakan api bebas)
sampai penyabunan sempurna, ini dapat diuji sebagai berikut: teteskan
hasil refluks saudara ke dalam tabung yang berisi air, bila campuran ini
bening, berarti hanya satu fasa, maka penyabunan yang saudara lakukan
sudah sempurna (proses ini kira-kira memerlukan 30 menit).
Buat juga blanko sebagai berikut:
Refluks 25 ml KOH alkoholis seperti cara yang diatas setelah campuran
menjadi dingin, titrasi dengan HCl standar. Gunakan 0,25 ml fenolftalein
sebagai indikator. Percobaan di atas dilakukan dengan duplo. Setelah
titrasi selesai, semua ini dalam erlenmeyernya jangan dibuang, sebab akan
digunakan untuk percobaan berikutnya.

Penentuan bilangan penyabunan


Dik :
VHCl blanko = 12,8 ml
VHcl sampel = 12 ml
NHcl = 0,5 N
Berat sampel = 2,5 g
Bilangan penyabunan = (VHcl blanko – VHcl sampel) x N HCl x 56,1
Berat sampel (g)
Bilangan penyabunan = (12,8ml – 12ml) x 0,5 N x 56,1
2,5 g
= 0,8 ml x 0,5 N x 56,1
2,5 g
= 22,44
2,5 g
= 8,976 mg/g
PEMBAHASAN
Metil ester akan bereaksi dengan KOH membentuk garam yang
umumnya dikenal sebagai sabun, maka proses ini dinamakan reaksi
penyabunan. Angka penyabunan menyatakan jumlah mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 g metil ester.
Alcohol yang ada pada koh berfungsi untuk melarutkan asam
lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga
membentuk sabun. Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa
yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur
berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya
soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang
terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua
produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
Penentuan angka penyabunan berbeda dengan penentuan kadar lemak,
sampel yang dipergunakan untuk penentuan angka penyabunan adalah
margarine. Penentuan bilangan penyabunan ini dapat dipergunakan untuk
mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dipergunakan
untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk
mengetahui sifat fisik lemak atau minyak, angka penyabunan juga dapat
dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara
kasar.
Apabila sampel yang akan diuji disabunkan dengan larutan KOH
berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida,
yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak.
Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan dengan titrasi
dengan menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi
dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan untuk melarutkan KOH adalah
Alkohol, penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak
hasil hidrolisis agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa
dalam pembentukan sabun. Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah
penentuan titik akhir, kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna
yang seharusnya yerjadi adalah dari coklat pekat, kemudian kuning, lalu
berubah menjadi putih pucat.
Perubahan warna dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu
kontras dan menyebabkan titik akhir sulit ditentukan. Untuk mengetahui
hasil pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan
titrasi blanko.
Pada saat melakukan percobaan untuk menguji angka penyabunan
sampel minyak direaksikandengan NaOH dalam alkohol berlebih,
seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga
digantikan fungsinya dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan
percobaan untuk menentukan angka penyabunan, asam lemak dan asam
lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunkan NaOH dalam
Alkohol dapat membentuk sabun, Angka penyabunan tersebut adalah
banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan secara
sempurnya 1g Lemak atau minyak.
Pada saat percobaan angaka penyabunan juga digunakan titrasi
blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk
mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan preaksi. Sehingga dalam
perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh preaksi.

KESIMPULAN
Lipid merupakan senyawa yang banyak terdapat di alam yang
dapat diperoleh dengan jalan ekstraksi bahan-bahan alam baik berupa
tumbuhan maupun hewan. Jika dilihat dari strukturnya, lipida tersusun atas
rantai hidrokarbon yang panjang.Lipid adalah senyawa organik yang tidak
larut dalam air. Namun larut dalam alkohol, eter, benzol dan kloroform.
Lipid terdiri atas satu molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Uji
akrolein adalah uji terhadap gliserol yang mengalami dehidrasi sehingga
terbentuk senyawa akrolein dengan bantuan KHSO4. Pengunaan KHSO4
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Minyak malinda dipanaskan dengan
api menimbulkan bau tengik dan semakin lama menjadi tajam serta
warnanya dari kuning keemasan berubah menjadi coklat tua. Minyak
kelapa dipanaskan dengan api menimbulkan bau tengik dan semakin lama
menjadi tajam serta warnanya dari keruh menjadi coklat muda. Gliserol
dipanaskan dengan api menimbulkan bau yang tidak terlalu tengik serta
warnanya dari bening menjadi keruh. Lemak yang terkandung didalam
minyak malinda lebih banyak dari pada lemak yang terkandung di dalam
minyak kelapa dan gliserol. Kandungan lemak juga mempengaruhi bau
yang akan ditimbulkan atau yang dihasilkan. Pada saat proses pemanasan
pada minyak kelapa dan minyak malinda terjadi pembentukan asam
lemak.
DAFTAR PUSTAKA

 Suhara. (2008). Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: Prisma Press


 Fessenden dan Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2,
Erlangga: Jakarta.
 Pudjiadi, Anna. 1999. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas
Indonesia.
 Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas
Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
 Campbell, Neil A, dkk. (2010). Biologi. Jakarta: Erlangga
 Lehninger, Albert, 1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai