Anda di halaman 1dari 56

OKSIGENASI Nimsi Melati

LO
1. Anfis terkait pernafasan
2. Tanda dan Gejala Ketidakcukupan O2
3. Keterampilan Terkait
ANFIS SISTEM RESPIRASI
SEGMEN BRONCHUS
Bronchus Bronchus Bronchus Bronchiolus Bronchilus
principalis
lobaris segmentalis Bronchiolus terminalis respiratoriu
(sekunder) (tertier) s
PROES INSPIRASI DAN EKSPIRASI
Ventilasi pulmonal  istilah teknis dari bernapas
Fase:
INSPIRASI  gerakan udara masuk kedalam paru-paru
EKSPIRASI  gerakan perpindahan udara meninggalkan paru-
paru. (Asih dan Effendi, 2003).
Tekanan atmosfir sebesar 760 mmHg
Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang
rendah.
INPIRASI
Diafragma kontraksi bergerak ke arah bawah +
otot intekosta eksternal menarik iga ke atas dan
keluar  pengembangan rongga dada  tekanan
intra pelural menjadi negatif  tekanan intra
pulmonal turun dibawah tekanan atmosfir (-
3mmHg) udara dari atmosfir masuk
EKSPIRASI

Diafragma dan otot interkosta rilex  rongga dada


menjadi sempit  paru-paru terdesak tekanan
intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir
(+3mmHg)  udara di dorong keluar dari paru-paru
hingga tekanan menjadi sama dengan atmosfir kembali
VENTILASI
Ventilasi yang sempurna memerlukan koordinasi organ
tubuh yang meliputi:
a. Saluran pernapasan
b. Rongga thorax
c. Otot pernapasan
d. Elastisitas jaringan paru
A. SALURAN PERNAPASAN
Dibagi menjadi 2 area
Zona konduksi  sebagai tempat lewatnya udara
pernapasan, membersihkan, melembabkan dan
menyesuaikan suhu udara dengan suhu tubuh. Zona ini
meliputi hidung, faring, trakea, bronkus, dan bronkiolus
terminalis.
Zona respirasi  berperan dalam proses pertukaran udara
dengan darah. Zona ini meliputi bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli (Tamsuri,
2008).
B. OTOT PERNAPASAN
Proses inspirasi dan ekspirasi dibantu oleh dinding
thorax dan otot-otot dada
Otot sternokleidomatoideus (mengangkat sternum)
M. Skalenus (iga 1 dan 2)
M. Trapezius (fixasi bahu)
C. COMPLIANCE

Paru harus dapat mengembang secara flexibel.


Kemampuan mengembang secara flexibel ini kita sebut
sebagai COMPLIANCE
D. ELASTIC RECOIL
Paru dan dada bersifat elastis, memerlukan energi untuk bergerak tetapi dapat
dengan cepat kembali ke bentuk awalnya bila tidak ada energi tidak efektif lagi.
ELASTIC RECOIL  kemampuan paru kembali ke bentuk semula dalam keadaan
istirahat.
2 faktor yang mempengaruhi
 Serabut elastik pada jaringan paru
 Tahanan permukaan dari cairan yang melapisi alveoli
CATATAN TAMBAHAN
Surfaktan  zat dalam paru yang sifatnya
berlawanan dengan tahanan permukaan
alveoli.
Zat ini membuat paru cenderung untuk
mengembang (melawan elastic recoil)
Kekurangan zat ini dapat berakibat paru
sukar mengembang dan kolaps paru.
SISTEM PERTUKARAN GAS
Oksigen dan karbondioksida mengalami pertukaran
dalam tubuh.
Hal ini melalui proses difusi.
Difusi adalah ketika terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida pada tempat pertemuan udara dengan
darah pada permukaan membran alveoli hingga kapiler
darah pulmonal.
DIFUSI

Proses difusi dipengaruhi oleh perbedaan tekanan


antara alveoli dan kapiler.
Secara normal perbedaan tekanannya adalah 40 mmHg.
Tekanan parsial O2 alveoli ± 100 mmHg dan PaO2 pulmonal ± 60
mmHg (O2 pindah dari alveoli ke kapiler pulmonal)
Tekanan parsial CO2 alveoli ±40 mmHg dan PaCO2 pulmonal ±45
mmHg (CO2 pindah dari kapiler pulmonal ke alveoli)
DIFUSI
TRANSPORTASI GAS
Oksgen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut
ke jaringan untuk digunakan dalam sel.
CO2 yang diproduksi dalam sel harus diangkut ke paru
untuk dikeluarkan.
OKSIGEN
Oksigen dalam darah dalam 2 bentuk yaitu:
Larut secara fisik
Berikatan dengan hemoglobin (oksihemglobin)
Gas Metode Transpor dala Darah %
O2 Larut secara fisik 1,5
Berikatan dengan Hb (oksihemoglobin) 98,5
CO2 Larut secara fisik 10
Berikatan dengan Hb (karbaminohemoglobin) 30
Sebagai bikarbonat 60
OKSIGEN
Oksigen yang terlarut dapat diukur dengan PO2 (merupakan faktor utama yang
menentukan persen saturasi hemoglobin).
Sedangkan oksigen yang terikat dalam hemoglobin akan dilepaskan jika oksigen
terlarut kadarnya menipis.

Catatan penting:
 Ikatan Hb dengan CO lebih kuat 240 kali dari pada ikatan Hb dengan O2  bisa menyebabkan sel
kurang oksigen tanpa dirasakan oleh penderita.
PENGKAJIAN
ANAMNESE
Perubahan pola nafas
Riwayat penyakit paru
Gaya hidup (merokok, aktivitas dan latihan)
Sputum
Riwayat pengobatan, faktor resiko, nyeri dada
INSPEKSI DAN PALPASI
Bentuk dada, pengembangan dada saat bernaafas
Frekuensi pernafasan
Irama pernafasan
Taktil fremitus
AUSKULTASI
SUARA NAFAS NORMAL
a) Bronchial (Tubular sound) karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua
fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.

b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular.


Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.

c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan. Terdengar di lapang paru
AUSKULTASI
SUARA NAFAS ABNORMAL
1. Crackles
Fine crackles / krekels halus  meletup, terpatah-patah (suara seperti rambut
yang digesekkan.)
Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles /
penutupan jalan napas kecil.
Krekels kasar  parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
2. Wheezing (mengi)  bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi.
AUSKULTASI
SUARA NAFAS ABNORMAL
3. Ronchi  suara rendah dan sonor, bunyi gaduh dan
dalam
4. Pleura friction rub  muncul akibat peradangan
pleura, terdengar sepeti gesekan jari tangan dengan
kuat di dekat telinga, jelas terdengar di akhir inspirasi
dan permulaan ekspirasi
TANDA KETIDAKCUKUPAN O2
HYPOKSEMIA
Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri

(PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai

normal.
NILAI PAO2 DAN SAO2 PADA ORANG DEWASA
PaO2 (mmHg) SaO2 (%)
Normal 85 - 100 95-100
Hipoksemia < 80 < 95
Hipoksemia Ringan 60 – 79 90 – 94
Hipoksemia Sedang 40 – 59 75 – 89
Hipoksemia Berat < 40 < 75
Hipoksemia Hipoksia
HYPOKSIA
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan

Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik)

Hipoksia anemik

Hipoksia stagnan

Hipoksia histotoksik
HIPOKSIA HIPOKSIK (ANOKSIA ANOKSIK)
Kondisi PO2 darah arteri berkurang

Kondisi ini bisa terjadi pada kasus pneumonia atau


karena tinggal di daerah dengan dataran tinggi
HIPOKSIA ANEMIK

PO2 darah arteri normal tetapi


Kondisi
jumlah hemoglobin yang tersedia untuk
mengangkut oksigen berkurang
HIPOKSIA STAGNANT (ISKEMIK)
Aliran darah ke jaringan sangat laambat sehingga
oksigen tidak adekuat di kirim kejaringan walaupun PO2
konsentrasi hemoglobin normal

Kondisi yang memungkinkan masalah ini terjadi misalnya:


gagal jantung (hipoksia seluruh tubuh), syok (hipoksia
perifer), trombosis (hipoksia pada satu organ)
HIPOKSIA HISTOTOKSIK
Kondisi saat jumlah oksigen yang dikirim ke suatu
jaringan adekuat tetapi karena adanya zat toksik di
sel jaringan, maka jaringan tidak dapat memakai oksigen
yang tersedia

Hal ini bisa terjadi misalnya karena keracunan sianida


atau racu metabolik yang lain
HIPOVENTILASI
Penyebabnya:
1) penurunan daya regang paru
2) Peningaatan tahanan jalan udara
3) Depresi SSP (menurunkan kecepatan dan kedalaman ventilasi
PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN :

Klien tidak sadar


Hipovolemia
Perdarahan
Anemia berat
Keracunan gas CO2
Asidosis
Selama dan sesudah pembedahan
INDIKASI TERAPI OKSIGENASI
Hipoksemia  AGD PaO2 atau SaO2 turun
Diduga hipoksemia syok, keracunan gas CO
Klien tidak sadar
Hipovolemia
Perdarahan
Anemia berat
Keracunan gas CO2
Asidosis
Selama dan sesudah pembedahan
RESIKO TERAPI OKSIGEN
Keracunan oksigen  bila diberikan dalam konsentrasi tinggi dengan waktu
lama maka akan dapat merusak jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan
surfactan yang berakibat terganggunya difusi.
Atelektasis  hilang pengaruh nitrogen
Depresi ventilasi  pemberian oksigen tanpa dosis yang tepat bisa berakibat
retensi oksigen dan menekan ventilasi. Perhatian pada penderita PPOM. Bila PaCO2
> 50 mmHg.
Fibroplasia Retrolental  PaO2 tinggi akan menyebabkan proses fibrosis
jaringan dibelakang lensa
Kongesti hidung
Nyeri tenggorokan
RESIKO TERAPI OKSIGEN
a. Keracunan oksigen
b. Retensi CO2
c. Atelektasis
d. Disstress substernal
e. Kongesti hidung
f. Nyeri tenggorokan
g. Batuk
h. Retinopati prematuritas
i. Kedutan otot
RUMUS PEMBERIAN OKSIGEN
MV = VT x RR
Keterangan:
MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR= Respiration Rate

Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit


MV= VTxRR
= (50 kg x 6-8 ml/Kg BB) x 30 x/mnt
= 9000 - 12000 ml/mnt
= 9 - 12 L/menit
PERALATAN OKSIGEN
Flowmeter dan regulator
TABUNG , MANOMATER DAN HUMIDIFIER
BINSAL CANULE
Kecepatan : 1-6 Liter/menit
Konsentrasi : 24-44%
SIMPLE MASK

Kecepatan : 5-8 liter/menit


Aliran tidak boleh kurang dari 5 liter 
menyebabkan pembentukan
karbondioksida di dalam masker
Konsesntrasi oksigen : 40-60%
NRM (NON REBREATING MASK)

Ciri: Katup diantara reservoir


dan masker serta dibagian
samping masker

Tujuan: meminimalkan hirupan


udara kembali dan kebocoran
udara dalam sistem
NRM (2)
Kecepatan : 8-12 liter/menit
Konsentrasi O2 = 99%
Indikasi : pasien dengan tekanan CO2 tinggi
RM (REBREATHING MASK)
Ciri: tidak ada katup di antara masker dan
reservoir
Kecepatan : 8-10 liter/menit
Konsentrasi oksigen : 60-80%
Udara insiprasi dan ekspirasi tercampur
Indikasi: klien dengan tekanan CO2 rendah.
MASKER VENTURI
Masker venturi mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi bervariasi dari 24% sampai
40% atau 50% pada aliran bervolume 4 –
10 liter per menit.
Masker venturi memiliki slang berukuran
besar dan jet adapter yang diberi kode
warna yang berespon terhadap konsentrasi
oksigen dan volume aliran yang tepat.
Misalnya adapter
FACE TENT
dapat menggantikan masker oksigen
jika masker kurang dapat ditoleransi
oleh klien.
Face tent menyediakan beragam
konsentrasi oksigen, misalnya 30%
sampai 50% konsentrasi oksigen pada 4
liter – 8 liter per menit
Tipe dan jumlah pemberian
Jenis Konsentrasi fi02 adalah fixed inhalation 02, yaitu jumlah O2
yang masuk ke paru-paru pada waktu terapi
LOW FLOW SYSTEM * nasal canule : 1 – 6 L/mt dengan fiO2 : 23 – 42%
Low flow low concentration
* nasal catheter : 1 – 6 L/mt dengan fiO2 :23 – 42%
Oksigen yg terisap tercampur * simple face mask dg 6 – 8 L/mt dg fiO2 40 – 60%
dengan udara sekitarnya Low flow high concentration
* mask with partial rebreathing dg 8 – 11 L/mt fiO2 50 –
75%
* mask with non rebreathing Dg 12 L/mt fiO2 80 – 100%
HIGH FLOW SYSTEM High flow low concentration * venturi mask dg 4 – 8 L/mt dg fiO2 24 – 40%
* mask aerosol 8 – 10 L/mt dg fiO2 30 – 100 %
oksigen yang terisap sesuai * t-piece 8 – 10 L/mt dg fi02 30 – 100%
dg oksigen yang diberikan * face tent 8 – 10 L/mt dg fiO2 30 – 100%
(tidak tercampur dg udara High flow high concentration * tracheostomy collar 8 – 10 L/mt dg fiO2 30 – 100
sekitar) %
* transtracheal catheter 1 – 4 L/mt dg fiO2 60 –
100%
EVALUASI PEMBERIAN OKSIGEN
Pemantauan pasien dapat dilakukan dengan melihat :
1. Warna kulit pasien.
2. Analisa gas darah
3. Oksimetri
4. Keadaan umum pasien

Anda mungkin juga menyukai