Di susun oleh:
AYNUN JARIAH
144 2021 2112
2. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun
kronis. Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah
mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan
membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah
penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi
dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit
paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru
seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian: postural drainage, perkusi,
dan vibrasi. Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak
seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan
masif, sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah
tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan
adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
3. Latihan Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif dan napas
dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi
maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan:
a. Merangsang terbukanya sistem kolateral
b. Meningkatkan distribusi ventilasi
c. Meningkatkan volume paru
d. Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Manfaat batuk efektif yaitu untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat
jalan nafas dan untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada
penderita jantung.
4. Postural Drainase
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk
melepaskan sekret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan
pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada
berbagai lokasi maka postural drainase dilakukan pada berbagai posisi
disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk
melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan
sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainase dapat
dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas
tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi
atelektasis. Pada penderita dengan produksi sekret yang banyak postural
drainase lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
5. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuannya untuk
melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
6. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping.
Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara
perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi
dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi
melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu
pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi
dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan
sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan
bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar
D. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dan rencana keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
keperawatan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana keperawatan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan keperawatan lain dapat dilaksanakan dengan baik jika pasien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan membandingkan
kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang diinginkan dari rencana asuhan
keperawatan. Harapan klien dapat membantu mengevaluasi pelayanan dari
perspektif klien.
Tanyakan klien tentan derajat sesak napasnya. Minta klien untuk menilai
sesak napas pada skala 0 sampai 10, dengan 0 tidak ada sesak napas dan 10 adalah
sesak napas berat. Tanyakan klien apakah intervensi membantu mengurangi
dyspnea.
Evaluasi kadar gas darah arteri, tes fungsi paru, tanda vital, pemeriksaan
EKG, dan data pemeriksaan fisik memberikan pengukuran yang objektif terhadap
keberhasilan terapi dan pengobatan. Ketika tindakan keperawatan ditujukan untuk
meningkatkan oksigenasi tidak berhasil, jangan ragu untuk memberitahu dokter
tentang perburukan status oksigenasi. Pemberitahuan segera membantu
menghindari situasi gawat darurat atau bahkan kebutuhan untuk dilakukan RJP.
Bandingkan hasil dengan hasil yang diinginkan untuk menentukan pakah terapi
baru atau yang diperbaharui diperlukan dan apakah terjadi diagnosis keperawatan
baru dan membutuhkan rencana pelayanan baru.
IV. Mind Mapping & Pathway
a. Pathway
A. Potter, Patricia. G.Perry, Anne. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3. Indonesia:
Salemba Medika
Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya: Kampus C
Unair Mulyorejo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.