Anda di halaman 1dari 38

BAHAS TUNTAS :

OKSIGENASI

NOVA KRISTINA LT
Pengertian
 PENGERTIANmemberikan aliran O2 lebih dari 21% pada tekanan 1 atm sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh

 TUJUANMenyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida, dan Untuk


memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh & mengeliminasi CO2 yg dihasilkan oleh sel

 SISTEMNYA : Saluran nafas atas (hidung, laring, faring, epiglottispenyaring, penghangat,


pelembab) , saluran nafas bawah (trakea, bronkus, bronkiolusmengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan), paru (pertukaran O2 dan Co2), system kardiovaskuler

 PROSES : Ventilasi, Difusi, Transportasi


Ventilasi
 PENGERTIANproses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi)

 DIPENGARUHI Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru (semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya), Daya pengembangan dan
pengempisan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis,
jalan nafas dan pengaturan nafas (Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons.
Pusat nafas terangsang oleh peningkatan CO2 darah. Kenaikan CO2 inilah yang akan
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat
pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang penting untuk
mengatur konsentrasi CO2 seluruh tubuh)
Difusi
 PENGERTIANpertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli

 DIPENGARUHI luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas
epitel alveoli dan interstisial, Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, dan afinitas gas (kemampuan untuk
menembus dan saling mengikat HB)

Transportasi gas
 PENGERTIANproses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke
kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan
larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%)
dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%)

 DIPENGARUHI kardiak output, Jumlah eritrosit atau HB , latihan fisik, hematocrit, suhu lingkungan
Fisiologi pernafasan : eksternal
 PENGERTIANpertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh

 Ventilasi pulmoner Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga
terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus

 Pertukaran gas alveolardifusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi tinggi ke area berkonsentrasi rendah

 Transport O2 dan Co2oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari
jaringan kembali menuju paru

Internal
 proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah
yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Gangguan fungsi pernafasan
 Pernapasan Cheyne Stokessiklus pernapasan yang amplitudonya mula mula dangkal, makin naik, kemudian
menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru (CHF, Peningkatan TIK, OD Obat),
fisiologi : bayi tidur, ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut

 Pernapasan Biotpernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea (radang selaput otak)

 Pernapasan Kussmaul pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit (asisdosis metabolik, gagal ginjal)

 Takipneafrekuensinya meningkat lebih dari normal

 Bradipnea frekuensinya menurun, kurang dari normal

 Insufisiensi pernapasan

 Hipoksia kekurangan oksigen di dalam jaringan


Hipoksia
 Hipoksemia kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri. Hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik)
dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri
rendah karena CO2 dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal,
tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan
keracunan karbondioksida

 Hipoksia hipokinetikterjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi
menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.

 Overventilasi hipoksiaterjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan


oksigen lebih rendah dari penggunaannya

 Hipoksia histotoksikkeadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.
Metode pemenuhan kebutuhan O2
 Inhalasi O2
 Fisioterapi dada tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan
vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas
Terdiri dari :
 Perkusitindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan
kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus
sehingga pernapasan menjadi lancar
 vibrasimemberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien
secara mendatar, untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam
bronkus terlepas.
 Postural drainage pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi
dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap segmen paru
 Nafas dalam dan batuk efektifcara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Batuk efektif
untuk untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas
 Penghisapan lendirmembersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
Pengkajian
 Indentitas

 Riwayat kesehatan masalah pernafasan (dulu dan sekarang), riwayat penyakit (nyeri, paparan lingkungan, batuk,
bunyi nafas, factor resiko penyakti paru, infeksi pernafasan, penyakti paru masa lalu, penggunaan obat), Kebiasaan
promosi kesehatan(kebiasaan merokok, kebiasaan dalam bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi),
Stressor yang dialami, Status mental dan atau kondisi kesehatan

 Pemeriksaan fisik :

 inspeksi (kesadaran, KU, postur tubuh, turgor kulit dan membaran mukosa, Dada (kontur rongga interkosta,
diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), Pola napas (frekuensi dan kedalaman
pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi)

 Palpasi Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh”
secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi
konsolidasi. Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan sekret, atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis
paru. Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura, emfisema atau sumbatan bronkus
Pengkajian (Cont..)
 Palpasi Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta bandingkan perbedaan dinding
thorak bagian kanan dan kiri.

 Perkusi untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara
dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.

1. SonorSuara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru

2. RedupSuara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan); tumor, atalektasis, atau cairan

3. Hipersonorlebih keras dibandingkan dengan suara sonor; akibat udara berlebihan di paru-paru

4. Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri,
dimana terletak lambung dan usus besar. Namun jika terdengar di dinding thorak, artinya tidak normal; akibat
adanya udara
Pengkajian (Cont..)
 Auskultasi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.

 Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara
napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi

 Pemeriksaan diagnostic

 Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan
darah lengkap

 Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru

 Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji kulit
torakosintesis
Diagnosa
 Bersihan jalan nafas tidak efektif

 Pola nafas tidak efektif


TERAPI OKSIGEN  intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian O2 untuk mencegah atau
memerbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi
jaringan agar tetap adekuat, mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah
hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2
> 90 %.

INDIKASI :
• Dewasa dan anak, dan bayi >1 bulan (Pa O2 <60 mmHg,
SaO2 <90% saat istirahat dan bernafas dengan udara
ruangan)
• Neonatus (Pa O2 <50 mmHg, SaO2 <88% saat istirahat
dan bernafas dengan udara ruangan
• kecurigaan klinik hipoksia
• Pasien perioperative
• kondisi-kondisi yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan jaringan terhadap O2, seperti pada luka bakar,
trauma, infeksi berat, penyakit kega nasan, kejang demam
TERAPI O2 JANGKA PENDEKterapi yang dibutuhkan TERAPI O2 JANGKA PANJANGpasien hipoksemia
pada pesien-pasien dengan keadaan hipoksemia akut (PaO2 < 55 mmHg atau Sa O2 < 88%), terapi oksigen (O2)
(Pneumonia, PPOK eksaserbasi akut, asma bronkial, diberikan secara terus menerus selama 24 jam dalam satu
gangguan kardiovaskuler dan emboli paru). O2 harus hari. Mulai dari konsentrasi rendah (FiO2 24-28%) dan
adekuat, jika tidak menimbulkan kecacatan dan kematian. dapat ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil AGD untuk
FiO2 60-100% dalam jangka waktu pendek sampai kondisi mengoreksi hipoksemia dan menghindari penurunan pH
membaik <7,26

TERAPI O2 dosis tinggi pada px PPOK dengan gagal nafas


Tp II mengurangi efek hipoksik untuk pemicu gerakan
bernapas dan meningkatkan ketidaksesuaian venti lasi dan
perfusi. Hal ini akan menyebabkan retensi CO2 dan akan
menimbulkan asidosis respiratorik
KONTRAINDIKASI :
• Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat
dengan keluhan utama dispeneu tetapi dengan PaO2
lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronis
• Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan
prognosis yang buruk dan dapat meningkatkan risiko
kebakaran
KRITERIA TEKNIK DAN ALAT TERAPI O2 :
• Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen (O2) (FiO2) udara inspirasi
• Tidak menyebabkan akumulasi karbon dioksida (CO2)
• Tahanan terhadap pernapasan minimal
• Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen (O2).
• Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien

ARUS RENDAH : sebagian dari volume tidal berasal dari udara


kamar, fraksi oksigen (O2) (FiO2) 21%-90%, digunakan pada pasien
dengan kondisi stabil, volu me tidalnya berkisar antara 300-700 ml
pada orang dewasa dan pola na pasnya teratur.
CONTOH : nasal kanul, nasal kateter, sungkup muka tanpa atau
dengan kantong penampung dan oksigen (O2) transtrakeal

ARUS TINGGI : mempunyai kemampuan menarik udara kamar pada


perbandingan tetap dengan aliran oksigen sehingga mampu
memberikan aliran total gas yang tinggi dengan fraksi oksigen (O2)
(FiO2) yang tetap
CONTOH : Sungkup Venturi
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGATASI
GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGEN
Masker Venturi
PEDOMAN PEMBERIAN
• Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan
klinis, analisa gas darah dan oksimetri
• Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan
terapi oksi-gen (O2)
• Tentukan konsentrasi dikehendaki: rendah (di bawah
35%), sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas
60%).
• Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan
pemeriksaan fisik pada sistem respirasi dan
kardiovaskuler
• Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik
dengan selang waktu minimal 30 menit.
• Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan
terhadap cara pemberian terapi oksigen (O2)
• Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi
oksigen (O2) yang diberikan.
BAHAS TUNTAS :

ANALISA GAS DARAH

NOVA KRISTINA LT
PENGERTIAN :
Prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur
jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH
darah.

TUJUAN :
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.

INDIKASI :
Pasien PPOK, edema pulmo, ARDS, infark miokard, Pneumonia,
syok, Post pembedahan coronary arteri baypass, Resusitasi Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya
cardiac arrest, perubahan status respiratori, Anestesi terlalu lama. tidak digunakan jika masih ada alternatif
lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
LOKASI : kolateral yang cukup untuk mengatasi
Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s bila terjadi spasme atau trombosis.
test), Arteri brakialis , Arteri femoralis, Arteri tibialis posterior, Sedangkan arteri temporalis atau axillaris
Arteri dorsalis pedis sebaiknya tidak digunakan karena adanya
risiko emboli otak
KOMPLIKASI :
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan
menimbulkan nyeri, Perdarahan, Cidera syaraf, dan Spasme
arteri

CARA ALLEN TEST :


Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan
tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien
untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan
harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat,
menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
Faktor yang mempengaruhi hasil AGD
 GELEMBUNG UDARATekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel
darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari
158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

 ANTIKOAGULANAntikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian


heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin

 METABOLISMESebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena
itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung
diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam

 SUHUAda hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2.
Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Hal yang perlu diperhatikan
 Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
 Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah
membeku
 Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal
 Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri
 Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar,
apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
 Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak
membeku
 Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena)
 Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan
karet atau gabus
 Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
 Segera kirim ke laboratorium ( sito )
PARAMETER SAMPEL ARTERI SAMPEL VENA
Ph 7,35-7,45 7,32-7,38
PaCO2 35-45 mmHg 42-50 mmHg
PaO2 80-100mmHg 40 mmHg
Saturasi 95%-100% 75%
BE + atau -2 + atau -2
HCO3 22-26 mEq/L 23-27 mEq/L
Cara membaca
 Ketahui Nilai AGD Normal (PH, CO2, HCO3)

 Menentukan posisi setiap komponen (interpretasi PH sama dengan HCO3)

 Interpretasikan hasil IGD

 Menentukan tingkat kompensasi


Kompensasi
 Jika PH Normal, PaCO2 dan HCO3 ABNORMAL TERKOMPENSASI PENUH

 Jika PH ABNORMAL, PaCO2 dan HCO3 ABNORMALTERKOMPNESASI SEBAGIAN

 Jika PH ABNORMAL, PaCO2 atau HCO3 ABNORMALTIDAK TERKOMPENSASI


CONTOH SOAL
Cara membaca
 Pertama-tama,perhatikan pH, pH dapat tinggi, rendah atau normal sebagai berikut : pH > 7.4 (alkolisis), pH
< 7.4 (asidosis ), dan pH = 7.4 (normal)

 pH normal dapat menunjukan gas darah yang benar-benar normal atau pH yang normal ini mungkin suatu
indikasi ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu
ketidakseimbangan di mana tubuh sudah mampu memperbaiki pH, contohnya, seorang pasien dengan
asidosis metabolik primer dimulai dengan kadar bikarbonat yang rendah tetapi dengan kadar
karbondioksida yang normal. Segera sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi
ketidakseimbangan dengan mengeluarkan sejumlah besar karbondioksida (hiperventilasi).
Cara membaca
 menentukan penyebab primer gangguan. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi PaCO2 dan HCO3
dalam hubunganya dengan pH.
 pH > 7.4 (alkolisis)
 jika PaCO2 < 40 mmHgalkolisis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien mengalami hiperventilasi
dan blow’s off terlalu banyak CO2)
 jika HCO3 > 24 meq/Lalkolisis metabolik (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak
bikarbonat
 pH < 7.4 (asidosis)
 jika PaCO2 > 40 mmHgasidosis respiratorik (jika pasien mengalami hipoventilasi dan karenanya
menahan terlalu banyak karbondioksida suatu substansi asam)
 jika HCO3 < 24 meq/L asidosis metabolik (jika kadar bikarbonat tubuh turun baik karena kehilangan
langsung bikarbonat atau bikarbonat atau karena penambahan asam seperti asam laktat atau keton)
 Selanjutnya, tentukan apakah kompensasi telah terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain
gangguan primer. Jika nilai ini bergerak ke arah yang sama dengan nilai primer
 Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran)
Interpretasi
 pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis.

 PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak
bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan.

 PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya
oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan
metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik

 HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah
menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal
mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal

 Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus ditambahkan dalam mmol/l untuk
membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai
positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik, BE bernilai (-) menunjukkan kondisi asidosis metabolik.
Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi
 Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.

 Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada
penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru
terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan
kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak

 Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila
peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau
gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal,
seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

 Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan
keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.

 Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis metabolik telah
terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
Cont…
 Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik
ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan
muntah lama.

 Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.

 Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang
adekuat

 Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.

 Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi
normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran
darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.
Kondisi yang kerap ditemukan
 ASIDOSIS RESPIRATORIKpH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3- juga tinggi sebagai
kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut (kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan,
atau intoksikasi obat, hiperkatabolisme). Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+ dan
retensi bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat yang normal

 ALKALOSIS RESPIRATORIKmenurunnya PCO2, pH meningkat (nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik akibat
ventilator). Kompensasi ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+ jika proses sudah kronik.

 ASIDOSIS METABOLIKkadar HCO3- turun, pH menjadi turun. Biasanya disebabkan oleh kelainan metabolik
seperti meningkatnya kadar asam organik dalam darah atau ekskresi HCO3- berlebihan. Pada kondisi ini, paru-paru
akan memberi respon yang cepat dengan melakukan hiperventilasi sehingga kadar PCO2 turun (nafas kusmaul)

 ALKALOIS METABOLIKpH yang meningkat dengan HCO3- yang meningkat pula. Adanya peningkatan PCO2
menunjukkan terjadinya kompensasi dari paru-paru (penyebab pemberian furosemide, hipokalemia, atau
hipovolemia kronik )

Anda mungkin juga menyukai