Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Oksigenasi

Gangguan Pertukaran Gas

Disusun oleh :

Fikri Baroya E.0105.19.014

Program Studi Diploma Keperawatan


Stikes Budi Luhur Cimahi
1. DEFINISI

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalamtubuh,
oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akanmenimbulkan
dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhidengan baik.Oksigenasi adalah
proses penambahan O₂ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam prosesmetabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akantetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikandampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas
sel.Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkunganyang
berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh danmengeluarkan CO₂
yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂ dari lingkungan untuk kemudian
diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah gunadilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa
pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkutoleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

2. ETIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses
penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan gangguan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
3. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan GejalaTanda-tanda pasti yang menunjukkan bahwa seseorang pasien


mempunyaimasalah dengan oksigenasi, diantaranya :

a. Cemas, binggung disonetasi


b. perubahan tanda-tanda vital
c. nafas pendek
d. chanosis ( tanda terlumbat)
e. Retraksi dindIng dada
f. suara nafas abnormal
g. batuk
h. cairan dalam paru-paru dan meningkatkan produksi spontan
i. sakit dada ( disebabkan pernafasan atau jantung)
j. desir jantung abrnormal
k. jari-jari dan tumit kesemutan ( dengan kekurangan oksigen kronis)
l. isi ulang kapiler < 3 detik
m. odema atau bengkak
n. perubahan warna kulit gelap dan alset ( kekurangan O2 pada jaringan perifel)
o. Kram otot
4. KLASIFIKASI

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,difusi
dan transportasi.

a. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer kedalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

- Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempatmaka tekanan
udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
- Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansiatau
kembang kempis.
- Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.Terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapatterjadi vasodilatasi, kemudian kerja
saraf parasimpatis dapat menyebabkankontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi
atau proses penyempitan.
- Adanya reflek batuk dan muntah. Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda
asing yang mengandunginterferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalahcomplience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk
meengembang dandipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan
alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara
yangmenyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat
terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksimenyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu makaco2 tidak dapat dikelurkan secara
maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulaoblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena c02 memilikikemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2
dalam batas 6 mmhgdapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang
dari samadengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi gas

Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2,di kapiler
dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

- Luasnya permukaan paru


- Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveolidan
intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan
- Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 darialveoli
masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebihtinggi dari tekanan o2
dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri
pulmonalis juga akan berdifusi ke dalamalveolid
- Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02, jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hbmembentuk
oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2akan berikatan dengan
hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya:
- Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5L/menit.
Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot
jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigenyang dikirim ke jaringan
umumnya jantung menkompensasi denganmenambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.
- Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruhterhadap transpor
oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkantransport o2 (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaano2 oleh sel.
5. PATHWAYS

PROSES PERTUKARAN GAS

Fungsi Pernapasan Terganggu

Perubahan volume preload dan


after load serta kontraaktifitas

Terganggunya difusi pertukaran


02 dan CO2 di alveoli

Gangguan Pertukaran Gas

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.

a. Pemeriksaan fungsi paru


Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui
masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup
volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital
(VC), kapasitas paru total (TLC).
b. Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR)

PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.

c. Pemeriksaan Gas Darah Arteri

Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen
(PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
d. Oksimetri

Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu persentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen.

e. Hitung Darah Lengkap

Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit,
leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah merah dan sel darah putih.

f. Pemeriksaan sinar X dada

Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan (pneumonia),
massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal (TBC).

g. Bronkoskopi

Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum dan
untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.

h. CT Scann

CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak
dapat mengidentifikasi tipe jaringan.

i. Kultur Tenggorok

Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap


antibiotik.

j. Spesimen Sputum

Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam
sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.

k. Skin Tes

Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru viral, dan
tuberkulosis.

l. Torasentesis

Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk
mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat
spesimen untuk biopsi.

7. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Medis
- Inhalasi oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam
paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009). Menurut Tarwoto
dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem
aliran tinggi.

i. Sistem aliran rendah

Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas
sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.

a) Nasal kanula/binasal kanula.

Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6
liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.

b) Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada
saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.

d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%.

ii. Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh
tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan
aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang
menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan
warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau
60%.

b. Keperawatan
i. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drainase,
clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat,
2009).
a) Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang
menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.

b) Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang kuat
dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam
bronkus.

c) Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru
dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi
berbeda pada stiap segmen paru.

ii. Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi
stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus,
dari sekret atau benda asing di jalan napas (Hidayat, 2009).

iii. Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009)

8. PENGKAJIAN
a. Identitas
- Nama : Ny.B
- Umur : 23th
- Jenis kelamin :P
- Alamat : Rancagoong
- Pendidikan : SMP
- Status perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Pekerjaan : IRT
- Tanggal masuk RS : 09 Maret 2021
b. Identitas Penanggung Jawab
- Nama : Tn.A
- Umur : 26th
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Butuh
- Hubungan dengan pasien : Suami
c. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas, batuk dan pusing.
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien baru dating ke IGD dengan keluhan batuk, sesak napas serta pusing.
- Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai rawat inapdi Rumah Sakit.
- Riwayat psikososial
Pasien terlihat cemas dan gelisah.

d. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
GCS :
Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh
TTV : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan
- Head To Toe
• Kepala
Inpeksi : bentuk kepala, distribusi, warna rambut, kulit kepala
Palpasi : nyeri tekan di kepala
• Wajah
Inpeksi : bentuk wajah, kulit wajah
Palpasi : nyeri tekan di wajah
• Mata
Inpeksi : bentuk mata, sclera, pupil, konjungtiva
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva
• Telinga
Inpeksi : bentuk, ukuran, warna, lesi
Palpasi : nyeri tekan
• Hidung
Inpeksi : amati bentuk tulang hidung, kebersihan hidung
Palpasi : nyeri tekan, apakah ada pembengkakan polip
• Mulut dan faring
Inpeksi : amati bibir, warna bibir, amati gusi, lidah, adakah caries, kebersihan mulut,
amati rongga mulut
• Leher
Inpeksi : bentuk leher,
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan posisi trakea
• Payudara dan ketiak
Inpeksi : ukuran payudara,bentuk, kesimetrisan,kulit payudara, warna, lesi,oedema,
areola, putting
Palpasi : secret putting, nyeri tekan, kekenyalan, adakah benjolan massa atau tidak
• Pemeriksaan tangan
Inpeksi : warna kulit, menglihat kelengkapan jari, memeriksa kuku
Palpasi : nyeri tekan
• Pemeriksaan torak dan paru-paru : inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
• Pemeriksaan jantung : inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
• Pemeriksaan abdomen/perut : inpeksi, auskultasi, palpasi
• Pemeriksaan kaki
Inpeksi : warna kulit, memeriksa kuku
Palpasi : nyeri tekan

Perhatikan tanda-tanda asma yang paling sering muncul, seperti mengi. Pada asma yang
sangat berat, mengi tidak terdengar, klien dalam keadaan sianosis, dan kondisi kesadaran
menurun. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
- Inspeksi : Klien terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidup,napas cepat,
retraksis ela iga,retraksi epigastrium,retraksi suprasternal), sianosis.
- Palpasi : Biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata(pada serangan berat,
dapat terjadi pulsus paradoksus)
- Perkusi : Biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata.
- Auskultasi : Ekspirasi memanjang, mengi(wheezing), ronchi.
e. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Mayor Proses pertukaran gas Gangguan Pertukaran Gas
Ds : 
1. Dispneu Fungsi pernapasan terganggu
Do: 
1. PCO2 menurun Perubahan volume preload dan
2. PO2 menurun afterload serta kontraaktifitas
3. Tarikardia 
4. Ph arteria menurun Terganggunya difusi
5. Bunyi napas tambahan pertukaran O2 dan CO2
Minor 
Ds: Gangguan pertukaran gas
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Do:
1. Sianosis
2. Gelisah
3. Pola napas abnormal
(lambat)
4. Kesadaran menurun

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya proses
difusi(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) sehungga menyebabkan gangguan
pertukaran gas.
10. INTERVENSI RASIONAL

Diagnosa Kriteria/hasil Intervensi Rasional


Gangguan 1.Mendemontrasikan Obesrvasi 1.Data dasar untuk
peningkatan ventilasi 1.Monitor frekuensi dan pengkajian lebih lanjut
Pertukaran Gas
dan oksigenasi kedalaman napas 2.Persiapan emergensi
yangadekuat 2.Monitor tanda dan gejala terjadinya masalah akut
hipoksia(mis.gelisah,penurunan pernafasan
2.Memelihara kesadaran) 3.Meningkatkan
kebersihan paru-paru 3.Monitor bunyi napas pertukaran gas
dan bebas dari tanda- tambahan(mis.wheezing, 4.Menjaga
tanda distres mengi) keseimbangan cairan
pernafasan. 4.Monitor saturasi oksigen 5.Melenggorkan
Terapeutik saluran pernafasan
3.Mendemontrasikan 5.Berikan posisi semi fowler 6.Mengurangi kesulitan
batuk efektif dan seuara 30-45º bernafas
nafas yang bersihtidaka 6.Pasang oksimetri nadi 7.Mengurangi tingkat
da dianosis dan dengan 7.Lakukan penghisapan lender kecemasan
spesial ( mampu jika perlu 8.Membantu
mengeluarkanspuktum, 8.Berikan oksigen 6-15 L via menghemat energi
mampu bernafas sungkup untuk 9.Dapat mengerjakan
dengan mudah. mempertahankan Sp02 >90% sendiri dirumah jika
9.Pasang jalur intravena untuk memungkinkan
4.tanda-tanda vital pemberian obat dan hidrasi
dalam rentang normal. 10.Ambil sampel darah untuk
pemerikasaan hitung darah
lengkap dan AGD

Edukasi
11.Anjurkan meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan
oksigen.
12.Anjurkan bernapas dalam
dan lambat.
13.Ajarkan mengidentifikasi
dan menghindari pemicu
(mis.debu, bulu hewan)

Kolaborasi :
14.Kolaborasi pemberian
bronkodilator sesuai indikasi
(mis.albuterol, metaproterenol)
15.Kolaborasi pemberian obat
tambahan jika tidak responsive
dengan bronkodilator
(mis.prednisolone,
methyprednisole)

11. DAFTAR PUSTAKA


PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan
III(Revisi).Jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta
https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi
https://id.scribd.com/doc/108901185/Lp-Oksigen
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi&ved=2a
hUKEwjdseDB2aDvAhXDeisKHd5jC4sQFjABegQIFhAC&usg=AOvVaw3kuv2EgudY6pw
mRrudHdmd

Anda mungkin juga menyukai