0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan28 halaman
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan mengenai gangguan sistem muskuloskeletal yaitu fraktur tibia fibula. Fraktur terjadi akibat trauma seperti benturan yang menyebabkan tekanan berlebih pada tulang. Klien mengeluh nyeri akut dan mengalami deformitas, pemendekan ekstremitas, serta kesulitan bergerak. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peradangan dan gangguan fungsi otot di daerah luka. Diagn
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan mengenai gangguan sistem muskuloskeletal yaitu fraktur tibia fibula. Fraktur terjadi akibat trauma seperti benturan yang menyebabkan tekanan berlebih pada tulang. Klien mengeluh nyeri akut dan mengalami deformitas, pemendekan ekstremitas, serta kesulitan bergerak. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peradangan dan gangguan fungsi otot di daerah luka. Diagn
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan mengenai gangguan sistem muskuloskeletal yaitu fraktur tibia fibula. Fraktur terjadi akibat trauma seperti benturan yang menyebabkan tekanan berlebih pada tulang. Klien mengeluh nyeri akut dan mengalami deformitas, pemendekan ekstremitas, serta kesulitan bergerak. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peradangan dan gangguan fungsi otot di daerah luka. Diagn
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: FRAKTUR TIBIA FIBULA
Laporan ini Ditujukan Untuk Memenuhi Praktik Klinik KMB II
Di RSUD Bayu Asih Purwakarta Dosen Pembimbing: Ns. Sada Ukur,S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun oleh : Fikri Baroya E.0105.19.014
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI TAHUN AJARAN 2021-2022 1. DEFINISI Fraktur adalah retak atau patah yang utuh. Kebanyakan disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan tidak langsung (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion with Internal Fixation) (Doenges,2000). Fraktur adalah patah atau retak pada tulang yang utuh. Biasanya fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidayat & Jong, 2005) Fraktur Cruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup,masalah keperawatan yang muncul pada post op fraktur cruris adalah nyeri akut dikarenakan kerusakan jaringan yang tidak dapat dihindari dan mengakibatkan perubahan pada sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. 2. ETIOLOGI Etiologi dari fraktur menurut (Price & Wilson, 2006 dan Long, 1996) yaitu : a) Cidera atau benturan (jatuh pada kecelakaan) b) Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis c) Fraktur karena letih d) Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari. 3. PATOFISIOLOGI ( PATHWAYS) 4. MANIFESTASI KLINIS Menurut Hurst, (2015) klien yang mengalami fraktur cruris pada awalnya memiliki tanda dan gejala berikut: a) Nyeri yang kontinu dan meningkat saat bergerak, dan spasme otot terjadi segera setelah fraktur. b) Kehilangan fungsi : sokongan terhadap otot hilang ketika tulang patah. Nyeri juga berkontribusi terhadap kehilangan fungsi. c) Deformitas : ekstremitas atau bagiannya dapat membengkok atau berotasi secara abnormal karena pergeseran lokasi akibat spasme otot dan edema. d) Pemendekan ekstremitas : spasme otot menarik tulang dari posisi kesejajarannya dan fragmen tulang dapat menjadi dari sisi ke sisi, bukan sejajar ujung ke ujung. e) Krepitus : krepitus merupakan sensasi patahan atau suara yang berkaitan dengan pergerakan fragmen tulang ketika saling bergesekan, yang bahkan dapat menimbulkan trauma lebih besar pada jaringan, pembuluh darah, dan saraf. f) Edema dan diskolorasi : kondisi tersebut dapat terjadi sekunder akibat trauma jaringan pada cedera. 5. KLASIFIKASI Menurut Helmi (2012) secara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) Fraktur tertutup (close fracture) Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. b) Fraktur terbuka (open fracture) Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (from without) c) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) 7 Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya mal-union, delayed union, non-union, serta infeksi tulang. 6. PENGKAJIAN a) Keluhan utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. b) Riwayat kesehatan sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995). c) Riwayat kesehatan dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang. d) Riwayat kesehatan keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, 27 dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995). e) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995). 7. PEMERIKSAAN FISIK a) Sistem Muskuloskeletal Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan, darah merembes atau tidak. Inspeksi : Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari sehingga memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau keluarga .Pada area luka beresiko tinggi terhadap infeksi, sehingga tampak diperban / dibalut. Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, adanya perdarahan, adanya pembengkakan, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat pada area sekitar luka. Adanya nyeri , kekuatan otot pada area fraktur mengalami perubahan akibat kerusakan rangka neuromuscular, mengalami deformitas pada daerah trauma. b) Sistem Persyarafan - Saraf I : pada pasien fraktur cruris, fungsi saraf I tidak ada kelainan - Saraf II : tes ketajaman penglihatan dalam kondisi normal - Saraf III, IV, dan VI : biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor. - Saraf V : pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan - Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris - Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi - Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik - Saraf XI : tidak ada atrofi otot setrnokleidomastoideus dan trapezius - Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi (Muttaqin, 2008). c) Sistem Kardiovaskuler Inspeksi : Kulit dan membran mukosa pucat. Palpasi : Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik pada ekstermitas yang mengalami luka. Perkusi : Bunyi jantung pekak Auskultasi : tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur atau gallop. d) Sistem Integumen Terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. e) Sistem Perkemihan Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urin, termasuk berat jenis urine. Biasanya pasien fraktur cruris tidak mengalami kelainan pada sistem ini. f) Sistem Pencernaan Inspeksi abdomen : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : turgor baik, tidak ada defans muscular dan hepar tidak teraba. Perkusi : suara timpani, ada panyulan gelombang cairan. Auskultasi : peristaltik usus normal ±20 kali/menit. Inguinal-genitalis-anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB. g) Sistem pernapasan Inspeksi :Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronkhi. 8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostik menurut Muttaqin, (2008): a) Foto Rontgen Sinar-X menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk mengkaji secara paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X tekstur tulang menunjukkan adanya 12 pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar-X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi. b) CT Scan (Computed Tomography) Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen dan tendon. CT Scan digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan dapat dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam. c) Angiografi Suatu bahan kontras radiopaq diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri dan dapat digunakan untuk tingkat amputasi yang dilakukan. Perawatan yang dilakukan setelah prosedur ini adalah klien dibiarkan berbaring selama 12 jam sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri. Pantau tanda vital tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan, dan hematoma, dna mengkaji apakah sirkulasi ekstremitas bagian distal adekuat. d) Artografi Penyuntikan bahan radiopaq atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diposisikan dalam kisaran pergerakannya sambil dilakukan serial sinar-X. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan, bahan kontras akan merembes keluar dari sendi dan akan terlihat pada sinar-X. Setelah dilakukan pemeriksaan ini, sendi diimobilisasi selama 12 jam sampai 24 jam dan diberi balut tekan elastis. e) Artrosentesis (aspirasi sendi) Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau menghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial jernih, pucat 13 berwarna seperti jerami, dan volumenya sedikit. Cairan tersebut kemudian diperiksa secara makroskopis mengenai volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis untuk memeriksa jumlah, mengidentifikasi sel, melakukan pewarnaan Gram, dan mengetahui elemen penyusunnya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis artritis reumatoid dan atrofi inflamasi lainnya dan dapat memperlihatkan adanya hemartrosis (perdarahan di dalam rongga sendi), yang menyebabkan trauma atau kecenderungan perdarahan. f) Artroskopi Merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dalam kondisi steril dan perlu dilakukan injeksi anastesi lokal ataupun anastesi umum. g) Biopsi Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang oot, dan sinovial guna membantu menentukan penyakit tertentu. Tempat biopsi harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan, dan nyeri. Setelah melakukan prosedur ini mungkin perlu dikompres es untuk mengontrol edema dan perdarahan dan pasien diberi analgesik untuk mengurangi rasa tidak nyaman. h) Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan darah dan urine klien dapat memberi informasi mengenai masalah muskuloskeletal primer atau komplikasi yang terjadi seperti infeksi, sebagai dasar acuan untuk pemberian terapi. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin, biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan karena trauma dan hitung sel darah putih. Pemeriksaan kimia darah memberi data mengenai berbagai macam kondisi muskuloskeletal. Kadar kalsium serum berubah pada osteomalasia, fungsi paratiroid, penyakit paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama. 9. PENATALAKSANAAN KLINIS a) MEDIS - Pemasangan Gips Pemasangan gips bertujuan utama agar tulang yang patah dapat kembali pulih dan pada tulang yang bergeser dapat kembali pada posisi yang benar Setelah dipasang, gips tidak boleh dilepas secara sembarangan karena pemasangan harus tetap sampai patah tulang benar-benar pulih. - Traksi Traksi merupakan metode pengobatan fraktur yang cukup jarang, namun dokter akan memberikannya ketika memang benar-benar dibutuhkan oleh pasien.Bila area patah tulang memang perlu distabilisasi, maka traksi adalah metode yang tepat.Traksi bertujuan sebagai peregang otot serta tendong sekeliling tulang yang patah .Dalam hal ini dokter pun akan menggunakan pemberat atau sistem katrol untuk menarik perlahan tulang-tulang yang patah. - Operasi Bila fraktur yang terjadi tergolong kompleks, maka tindakan operasi adalah yang paling dianjurkan oleh dokter. External fixation atau internal fixation adalah yang kemungkinan besar direkomendasikan oleh dokter External fixation adalah prosedur pemasangan suatu perangkat pada bagian luar jaringan lunak tubuh supaya posisi tulang yang patah dapat stabil kembali melalui pelat yang dipasang dan dihubungkan dengan sejenis kabel. Namun bila kondisi tulang yang patah telah berhasil pulih, maka pasien dapat datang kembali ke dokter untuk mengecek dan melepaskan perangkat tersebut.Internal fixation adalah metode operasi untuk mengimplantasi suatu perangkat yang bertujuan menjaga posisi normal tulang yang patah agar tetap berada di tempatnya. Metode stabilisasi ini dilakukan dengan menanam pelat khusus, namun biasanya pelat ini bisa terlepas sendiri saat tulang sudah benar-benar pulih.Namun untuk jauh lebih amannya, periksakan ke dokter dan cek apakah pelat sudah bisa diangkat ketika tulang sudah sembuh. Penatalaksanaan pembedahan pada klien fraktur meliputi hal-hal sebagai berikut : Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K- Wire. Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-Wire perkutan (Muttaqin, 2008). Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang, yaitu ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi segera bisa dilakukan. Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang (Sjamsuhidajat, 2010). Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal OREF (Open Reduction External Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Pemasangan OREF akan memerlukan waktu yang lama dengan masa penyembuhan antara 6-8 bulan. Setelah dilakukan pembedahan dengan pemasangan OREF sering didapatkan komplikasi baik yang bersifat segera maupun komplikasi tahap lanjut (Muttaqin, 2008). - Obat-obatan Dokter kemungkinan besar akan memberikan obat pereda nyeri .Namun untuk penderita osteporosis, biasanya dokter akan memberikan obat sejenis bisphosphonate yang bisa mencegah sekaligus mengatasi osteoporosis. b) Non Medis - Mengonsumsi sumber vitamin D dan kalsium tinggi. - Mengonsumsi makanan-makanan dengan kandungan gizi seimbang. - Melakukan olahraga ringan secara rutin namun tidak secara berlebihan, dan sebisa mungkin dibantu oleh terapis yang ahli. - Menghindari melakukan aktivitas yang terlalu berat sampai tulang dipastikan pulih total. - Menjaga agar gips yang sudah dipasang atau area bekas operasi tidak basah. 10. ANALISA DATA NO Data Etiologi Masalah Keperawatan 1 DS : Trauma langsung Nyeri akut - Mengeluh nyeri ↓ DO : Fraktur - Tampak meringis ↓ - Bersikap protektif (mis. Diskontinuitas tulang Waspada posisi ↓ mengihindari nyeri) Pergeseran frakmen - Gelisah tulang - Frekuensi nadi meningkat ↓ - Sulit tidur Nyeri akut - Tekanan darah meningkat - Pola napas berubah - Nafsu makan berubah - Proses pikir terganggu - Menarik diri - Berfokus pada diri sendiri - Diaforesis 2 DS : Trauma langsung Gangguan mobilitas fisik - Mengeluh sulit menggerakan ↓ ekstrimitas Fraktur - Nyeri saat bergerak ↓ - Enggan melakukan Diskontinuitas tulang pergerakan ↓ - Merasa cemas saat bergerak Perubahan jaringan DO : sekitar - Pergeseran - Kekuatan otot menurun frakmen tulang - Rentang gerak (ROM) ↓ menurun Deformitas-Gangguan - Sendi kaku fungsi ekstremitas - Gerakan tidak terkoordinasi ↓ - Gerakan terbatas Gangguan mobilitas - Fisik lemah fisik 3 DS : Trauma langsung Gangguan integritas kulit - ↓ DO : Fraktur - Kerusakan jaringan atau ↓ lapisan kulit Diskontinuitas tulang - Nyeri Perubahan jaringan - Perdarahan sekitar - Kemerahan ↓ - Hematoma Laserasi kulit ↓ Gangguan integritas kulit 4 DS : Trauma langsung Perfusi perifer tidak efektif - Parastesia ↓ - Nyeri ekstremitas Fraktur (klaudikasi intermitten) ↓ DO : Diskontinuitas tulang - Pengisian kapiler >3 detik ↓ - Nadi perifer menurun atau Kerusakan frakmen tidak teraba tulang - Akral teraba dingin ↓ - Warna kulit pucat Tekanan sumsum tulang - Turgor kulit menurun lebih tinggi dari kapiler - Edema ↓ - Penyembuhan luka lambat Melepaskan ketekolamin - Indeks ankle-brachial <0,90 - Metabolisme asam - Bruit femoral lemak ↓ Bergabung dengan trombosit-Emboli ↓ Menyumbat pembuluh darah ↓ Perfusi perifer tidak efektif 5 Faktor risiko : Trauma langsung Risiko syok - Hipoksemia ↓ - Hipoksia Fraktur - Hipotensi ↓ - Kekurangan volume cairan Diskontinuitas tulang - Sepsis ↓ - SIRS Perubahan jaringan - Perdarahan sekitar - Trauma multiple ↓ - Pneumothoraks Laserasi kulit - Infark miokard ↓ - Kardiomiopati Putus vena/arteri - Cedera medula spinalis ↓ - Anafilaksis Perdarahan-Kehilangan - Koagulasi intravaskuler volume cairan diseminata ↓ Risiko Syok 6 Faktor risiko : Trauma langsung Risiko infeksi - Penyakit kronis ↓ - Efek prosedur invasif Fraktur - Malnutrisi ↓ - Peningkatan paparan Diskontinuitas tulang organisme lingkungan ↓ - Ketidakadekuatan Perubahan jaringan pertahanan tubuh primer sekitar - Ketidakadekuatan ↓ pertahanan tubuh sekunder Laserasi kulit ↓ Risiko infeksi 11. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma). Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada posisi mengihindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses pikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis. b) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali dan massa otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskualr, IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivias fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakanm gangguan sensoripersepsi d.d mengluh sulit menggerakkan ekstremitas, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, kekuatan otot menurun, ROM menurun, sendi kaku, geraka tidak terkordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah. c) Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis, efek samping radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati perifer, perubaha pigmentasi, perubahan hormonal, kurang terpapar informasi tenang upaya mempertahakan inegritas jaringan d.d kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma. d) Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia, penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan volume cairan, penurunan aliran arteri atau vena, kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. Diabetes melitus, hiperlipidemia), kurang aktivitas fisik d.d parastesia, nyeri ekstremitas (klaudiaksi intermiten), pengisian kapiler kurang daei 3 detik, nadi perfier menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgot kulit menurun, edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial kurang dari 0,90, bruit femoral. e) Risiko syok d.d hipoksemia, hipoksia, hipotensi, kekurangan volume cairan, sepsis, sindrom respon inflamasi sistemik (systemic inflamatory response syndrome [SIRS]), perdarahan, trauma mulipel, pneumothoraks, infark miokard, kardiomiopati, cedera medula spinalis, anafilaksis, sepsis, koagulasi intravaskuler diserminata. f) Risiko infeksi b.d luka akibat fraktur d.d Penyakit kronis, Efek prosedur invasive, Malnutrisi, Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.,Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer. 12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA NO INTERVENSI RASIONAL KEPERAWATAN HASIL (SMART) 1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Manajemen nyeri Intervensi utama : Manajemen nyeri keperawatan selama 1x24 Observasi Observesi jam maka, tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, - Untuk mengetahui lokasi, menurun dengan kriteria karakterisktik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, hasil: kualitas, intensitas nyeri kulaitas dan intensitas nyeri - Kemampuan - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui respon menuntaskan aktivitas - Identifikasi respon nyeri non verbal dan non verbal klien meningkat verbal - Untuk mengatahui apakah ada - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi faktor yang hal yang memperberat atau - Meringis menurun memperberat dan memperingan memperingan nyeri - Sikap protektif, gelisah, nyeri - Untuk mengetahui pengetahun, sulit tidur menurun - Identifikasi pengetahuan dan perngaruh budaya dan kualitas - Berfokus pada diri keyakinan tentang nyeri nyeri yang dialami klien sendiri, diaforesis - Identifikasi pengaruh budaya - Agar mengetahui efek samping menurun terhadap respon nyeri yang dirasakan oleh klien dari - Perasaan defresi - Identifikasi nyeri pada kualitas pengaruh obat analgetik (tertekan), perasaan takut hidup Terapeutik mengalami cedera - Monitor keberhasilan terapi - Agar klien dapat mengurangi berulang menurun komplementer yang sudah rasa nyerinya - Anoreksia, perineum diberikan - Untuk mengetahui dan terasa tertekan menurun - Monitor efek samping mengontrol lingkungan disekitar - Uterus terasa membulat penggunaan analgetik klien menurun Terapeutik - Agar klien nyaman dan terjaga - Ketegangan otot, pupil - Berikan teknik nonfarmakologis keselamatannya dilatasi menurun untuk mengurangi rasa nyeri Edukasi - Muntah, mual menurun (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi - Agar klien mampu mengetahui pijat, aromaterapi, teknik penyebab, periode dan pemicu imajinasi terbimbing, kompres nyeri yang dirasakan klien hangat/dingin, terapi bermain) - Agar klien mengetahui dan dapat - Kontrol lingkungan yang melakukan mandiri cara memperberat rasa nyeri meredakan nyeri - Fasilitasi istirihat dan tidur - Untuk mengurangi rasa nyeri - Pertimbangkan jenis dan sumber klien dan dilakukan secara tepat nyeri dalam pemilihan strategi Intervensi pendukung : meredakan nyeri Aromaterapi Edukasi Observasi - Jelaskan penyebab, periode, dan - Untuk mengurangi dan pemicu nyeri meminimalisir rasa nyeri yang - Jelaskan strategi meredakan dirasakan oleh klien nyeri - Untuk mengetahui dan - Anjurkan monitor nyeri secara mengidentifikasi tingkat nyeri mandiri pada klien - Anjurkan menggunakan analgeik - Agar mengetahui TTV klien secara tepat dalam rentang normal - Ajarkan teknik nonfarmakologis Terapeutik untuk mengurangi rasa nyeri - Untuk mengetahui apakah ada Kolaborasi reaksi atau ketidakcocokan - Kolaborasi pemberian aromaterapi pada kulit klien analgetik,jika perlu - Agar klien tidak mendapat Intervensi pendukung : Aromaterapi berlebihan aroma terapi yang Observasi dipakai - Identifikasi pilihan aroma yang Edukasi disukai dan tak disukai - Agar klien mampu menjaga dan menjauhkan minyak esensial - Identifikasi tingkat nyeri, stres, dari jangkauan anak-anak dan kecemasan dan alam perasaan hal yang tidak diinginkan juga sebelum dan sesudah aromaterapi - Monitor keidaknyamanan sebelum dan setelah pemberian - Monitro maslah yang terjadi saat pemberian aromaterapi - Monitor TTV sebelum dan sesudah aromaterapi Terapeutik - Pilih minyak esensial yang tepat sesuai dengan indikasi - Lakukan uji kepekaan klit dengan uji tempel/patch test dengan larutan 2% pada daerah lipatan lengan atau belakang leher - Berikan minyak esensial dengan metode yang tepat Edukasi - Ajarkan cara menyimpan minyak esensial dengan tepat - Anjurkan menggunakan minyak esensial secara bervariasi - Anjurkan menhindarkan kemasan inyak esensial dari jangkauan anak-anak Kolaborasi - Konsultasikan jenis dan dosis minyak esensial yang tepat dan aman 2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama : Dukungan Intervensi Utama : Dukungan fisik keperawatan selama 1x24 mobilisasi Mobilisasi jam maka, mobilitas fisik Observasi : Observasi meningkat dengan kriteria - Untuk mengetahui skala nyeri hasil: - Identifikasi adanya nyeri - Untuk membantu agar sendi - Pergerakan ekstremitas - Identifikasi toleransi fisik tidak terasa kaku meningkat - Untuk mengetahui perubahan - Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung dan sebelum dilakukan tindakan dan - Rentang gerak (ROM) tekanan darah sebelum memulai mobilisasi sesudah tindakan meningkat Terapeutik : - Nyeri menurun - Monitor kondisi umum selama - Untuk mempermudah upaya - Kecemasan menurun melakukan mobilisasi dan memperlancar aktivitas - Kaku sendi menurun Terapeutik - Untuk bertujuan membuat - Gerakan tidak terkoordinasi menurun tubuh tidak kaku - Fasilitasi aktivitas mobilisasi - Gerakan terbatas dengan alat bantu - Untuk membantu proses menurun pergerakan - Fasilitasi melakukan pergerakan Edukasi : - Kelemahan fisik menurun - Libatkan keluarga untuk - Untuk meningkatkan membantu pasien dalam pengetahuan pentingnya meningkatkan pergerakan melakukan ambulasi Edukasi - Agar tidak berkelanjut dikemudian hari - Jelaskan tujuan dan prosedur Intervensi pendukung : mobilisasi Pencegahan jatuh Observasi : - Anjurkan melakukan mobilisasi - Untuk mengetahui faktor yag dini dapat mempengaruhi jatuh - Ajarkan mobilisasi sederhana - Agar lingkungan klien aman yang harus dilakukan (mis. dan dpat meminimalisir resiko Duduk ditempat tidur, pindah jatuh dari tempat tidur ke kursi - Untuk mengatahui skala resiko jatuh yang di alami klien Intervensi pendukung : Pencegahan jatuh - Untuk dapat menilai sejauhmana kemampuan klien Observasi : berpindah tempat - Identifikasi faktor risiko jatuh Terapeutik (mis.usia >65 tahun, penurunan - Agar keluarga dan klien tingkat kesadaran, defisit mampu beradaptasi dengan kognitif, hipotensi ortostatik, ruangan yang disediakan gangguan keseimbangan, - Agar keamanan dan gangguan penglihatan, keselamatan klien mampu neuropati) terjaga - Identifikasi risiko jatuh - Untuk memudahkan klien setidaknya sekali setiap shift dalam berjalan dan menimalisir atau sesuai dengan kebijakan resiko jatuh institusi - Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis.lantai licin, penerangan kurang) Edukasi - Hitung risiko jatuh dengan - Agar klien dan keluarga dapat menggunakan skala (mis.Fall memanggil perawat jika ada hal yang dibutuhkan morse scale, humpty dumpty - Agar meminimalisir jatuh scale), jika perlu dengan menggunakan alas kaki - Monitor kemampuan berpindah - Agar klien terbiasa untuk dari tempat tidur ke kursi roda menjaga keseimbangannya dan sebaliknya Terapeutik - Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga - Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci - Pasang handrail tempat tidur - Atur tempat tidut mekanis pada posisi terendah - Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat dari nurse station - Gunakan alat bantu berjalan (mis.kursi roda, walker) - Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien Edukasi - Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah - Anjurkan menggunakan alas kaki yang tak licin - Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh - Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri - Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat 3 Gangguan Setelah dilakukannya Intervensi utama :Perawatan integritas Intervensi utama integritas kulit kulit Perawatan integritas kulit tindakan keperawatan 1x24 Observasi Observasi jam maka integritas kulit dan - Identifikasi penyebab gg - Identifikasi penyebab gg integritas kulit integritas kulit agar penanganan jaringan meningkat dengan Terapeutik tepat kriteria hasil: - Ubah posisi tiap 2 jam bila tirah Terapeutik baring - Ubah posisi tiap 2 jam bila tirah - Elastisitas meningkat - Lakukan pemijatan pada area baring agartidak terjadi penonjolan tulang dekubitus - Hidrasi meningkat - Bersihkan area perineal dengan - Lakukan pemijatan pada area - Perpusi jaringan air hangat penonjolan tulang agar aliran - Hindari produk berbahan alcohol darah lancar meningkat pada kulit - Bersihkan area perineal dengan - Kerusakan jaringan Edukasi air hangat agar terhindar dari - Anjurkan menggunakan penyakit menurun pelembab - Hindari produk berbahan alcohol - Nyeri menurun - Anjurkan minum air cukup pada kulit agar kulit tidak rusak Edukasi - Perdarahan menurun - Anjurkan meningkatkan asupan - Anjurkan menggunakan nutrisi pelembab agar kulit selalu - Kemerahan menurun lembab - Hematoma menurun Intervensi pendukung - Anjurkan minum air cukup agar Manajemen nyeri kulit tidak kering - Suhu kulit membaik Observasi - Anjurkan meningkatkan asupan - Sensasi membaik - Identifikasi lokasi, karakteristik, nutrisi agar kulit tidak durasi, frekuensi, kualitas, kekurangan - Tekstur membaik intensitas nyeri - Identifikasi skala nyeri Intervemsi pendukung - Identifikasi factor yang Manajemen nyeri memperberat dan memperingan Observasi nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Identifikasi factor yang durasi, frekuensi, kualitas, memperberat dan memperingan intensitas nyeri agar dapat nyeri ditangani dengan baik Terapeutik - Identifikasi skala nyeri agar - Berikan tekhnik memperingan perawat dapat menangani dengan nyeri baik - Control lingkungan yang - Identifikasi factor yang memperberat nyeri memperberat dan memperingan - Fasilitasi istirahat tidur nyeri agar perawat tau apa yang Edukasi harus dilakukan - Jelaskan penyebab, periode, dan - Identifikasi factor yang pemicu nyeri memperberat dan memperingan - Jelaskan strategi mempereda nyeri agar perawat tau untuk nyeri menangani nyeri tersebut - Anjurkan monitor nyeri mandiri Terapeutik - Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgesik - Berikan tekhnik memperingan nyeri agar pasien dapat mandiri - Control lingkungan yang memperberat nyeri agar pasien nyaman - Fasilitasi istirahat tidur agar pasien dapat tidur Edukasi - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri agar pasien mengetahui tentang nyeri - Jelaskan strategi mempereda nyeri agar pasien dapat meredakan nyeri - Anjurkan monitor nyeri mandiri agar pasien mandiri Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgesic agar nyeri yang dialami pasien berkurang 4 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Perawatan Sirkulasi Intervensi utama : Perawatan efektif keperawatan selama 1x24 Observasi Sirkulasi jam maka, perfusi perifer - Periksa sirkulasi perifer Observasi meningkat dengan kriteria - Identifikasi faktor risiko - Memeriksa sirkulasi perifer hasil: gangguan sirkulasi - Mengidentifikasi faktor risiko - Denyut nadi perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri gangguan sirkulasi meningkat atau bengkak pada ekstremitas - Memonitor panas, kemerahan, - Penyembuhan luka Terapeutik nyeri atau bengkak pada meningkat ekstremitas - Warna kulit pucat - Hindari pemasangan infus atau Terapeutik menurun pengambilan darah di area - Menghindari pemasangan infus - Edema perifer menurun keterbatasan perfusi atau pengambilan darah di area - Nyeri ekstremitas - Hindari pengukuran takanan keterbatasan perfusi menurun darah pada ekstremitas dengan - Menghindari pengukuran - Kelemehan otot keterbatasan perfusi takanan darah pada ekstremitas menurun - Hindari penekanan dan dengan keterbatasan perfusi - Kram otot menurun pemasangan tourniquet pada area - Menghindari penekanan dan - Nekrosis menurun cidera pemasangan tourniquet pada - Pengisian kapiler - Lakukan pencegahan infeksi area cidera membaik - Lakukan perawatn kaki dan kuku - Melakukan pencegahan infeksi - Akral membaik Edukasi - Melakukan perawatn kaki dan - Tekanan darah membaik - Anjurkan berhenti merokok kuku - Indeks ankle-brachial - Anjurkan olahraga rutin Edukasi membaik - Anjurkan mengecek air mandi - Menganjurkan berhenti untuk menghindari kulit terbakar merokok - Anjurkan minum obat pengontrol - Menganjurkan olahraga rutin tekanan darah - Menganjurkan mengecek air - Anjurkan melakukan perawatn mandi untuk menghindari kulit kulit yang tepat terbakar - Ajarkan program diet untuk - Menganjurkan minum obat memperbaiki sirkulasi pengontrol tekanan darah - Informasikan tanda dan gejala - Menganjurkan melakukan darurat yang harus dilaporkan perawatn kulit yang tepat Intervensi pendukung : Edukasi - Mengajarkan program diet berhenti merokok untuk memperbaiki sirkulasi Observasi : - Menginformasikan tanda dan - Identifikasi kesiapan dan gejala darurat yang harus kemampuan menerima informasi dilaporkan Intervensi pendukung : Edukasi Terapeutik : berhenti merokok - Sediakan matero dan media Observasi : edukasi - Mengidentifikasi kesiapan dan - Jadwalkan penkes sesuai kemampuan menerima kesepakatan informasi - Beri kesempatan pada keluarga Terapeutik : untuk bertanya - Menyediakan matero dan media Edukasi : edukasi - Jelaskan gejala fisik penarikan - Menjadwalkan penkes sesuai nikotin kesepakatan - Jelaskan gejala berhenti merokok - Memberi kesempatan pada - Jelaskan aspek psikososial yang keluarga untuk bertanya mempengaruhi perilaku merokok Edukasi : - Ajarkan cara berhenti merokok - Menjelaskan gejala fisik penarikan nikotin - Menjelaskan gejala berhenti merokok - Menjelaskan aspek psikososial yang mempengaruhi perilaku merokok - Mengajarkan cara berhenti merokok 5 Risiko Syok Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Pencegahan Syok Intervensi utama : Pencegahan Syok keperawatan selama 1x24 Observasi : Observasi : jam maka, tingkat syok - Monitor status kardiopulmonal - Memonitor status menurun dengan kriteria - Monitor status oksigenasi kardiopulmonal hasil: - Monitor status cairan - Memonitor status oksigenasi - Memonitor status cairan - Kekuatan nadi - Monitor tingkat kesadaran dan - Memonitor tingkat kesadaran meningkat respon pupil dan respon pupil - Output urine meningkat Terapeutik : Terapeutik : - Tingkat kesadaran - Berikan oksigen unuk - Memberikan oksigen unuk meningkat mempertahankan saturasi mempertahankan saturasi - Saturasi oksigen oksigen oksigen meningkat - Persiapkan inubasi dan ventilasi - Mempersiapkan inubasi dan - Akral dingin menurun mekanis ventilasi mekanis - Pucat menurun - Pasang jalur IV - Memasang jalur IV - Letargi menurun - Pasang kateter urine - Memasang kateter urine - Tekanan darah membaik - Lakukan skin test - Melakukan skin test - Tekanan nadi membaik Edukasi : Edukasi : - Pengisian kapiler - Jelaskan penyebab risiko syok - Menjelaskan penyebab risiko membaik - Jelaskan tanda dan gejala syok syok - Frekuensi nadi dan napas - Ajurkan melapor jika - Menjelaskan tanda dan gejala membaik menemukan tanda dan gejala syok syok - Menganjurkan melapor jika - Anjurkan perbanyak asupan menemukan tanda dan gejala cairan oral syok - Anjurkan menghindari alergen - Menganjurkan perbanyak Kolaborasi asupan cairan oral - Kolaborasi pemebrian IV,tranfusi - Menganjurkan menghindari darah dan antiinflamasi jika perlu alergen Intervensi pendukung : Manajemen Kolaborasi perdarahan - Kolaborasi pemebrian Observasi IV,tranfusi darah dan - Identifikasi penyebab perdarahan antiinflamasi jika perlu Intervensi pendukung : Manajemen perdarahan - Periksa adanya darah pada Observasi muntah, sputum, feses, urine, - Mengidentifikasi penyebab NGT, dan drainase luka perdarahan - Monitor terjadinya perdarahan - Memeriksa adanya darah pada - Monitor nilai hematokrit dan muntah, sputum, feses, urine, hemoglobin NGT, dan drainase luka - Monitor tekanan darah dan - Memonitor terjadinya parameter hemodinamik perdarahan - Monitor intake dan outpute - Memonitor nilai hematokrit dan cairan hemoglobin - Monitor koagulasi darah - Memonitor tekanan darah dan Terapeutik parameter hemodinamik - Istirahatkan area yang - Memonitor intake dan outpute mengalami perdarahan cairan - Berikan kompres dingin - Memonitor koagulasi darah - Lakukan balut tekan Terapeutik - Tinggikan ekstremitas - Mengistirahatkan area yang - Pertahankan akses IV mengalami perdarahan Edukasi - Memberikan kompres dingin - Jelaskan tanda perdarahan - Melakukan balut tekan - Anjurkan melapor jika - Meninggikan ekstremitas menemukan tanda perdarahan - Mempertahankan akses IV - Anjurkan membatasi aktivitas Edukasi Kolaborasi - Menjelaskan tanda perdarahan - Kolaborasi pemberian cairan - Menganjurkan melapor jika - Kolaborasi pemberian tranfusi menemukan tanda perdarahan darah - Menganjurkan membatasi aktivitas Kolaborasi - Berkolaborasi pemberian cairan - Berkolaborasi pemberian tranfusi darah 6 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama : (Pencegahan Intervensi Utama : (Pencegahan keperawatan selama 1x24 Infeksi) Infeksi) jam maka, tingkat infeksi Observasi Observasi menurun dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi hasil: local dan sistemik local dan sistemik agar terpatau - Kebersihan tangan Terapeutik oleh perawat meningkat - Batasi jumlah pengunjung Terapeutik - Nafsu makan meningkat - Berikan perawatan kulit pada - Batasi jumlah pengunjung agar - Demam. Kemerahan, area edema pasien tenang nyeri dan bengkak - Cuci tangan sebelum dan - Berikan perawatan kulit pada memnurun sesudah kontak dengan pasien area edema agar integritas kulit - Cairan berbau busuk dan lingkungan pasien meiningkat menurun - Pertahankan tekhnik aseptic - Cuci tangan sebelum dan - Sputum berwarna wijau pada pasien beresiko tinggi sesudah kontak dengan pasien menurun Edukasi dan lingkungan pasien agar - Periode malaise - Jelaskan tanda dan gejala infeksi tidak terjadi peyakit nosokomial menurun - Ajarkan cara mencuci tangan - Pertahankan tekhnik aseptic - Letargi menurun dengan benar pada pasien beresiko tinggi agar - Kadar sel darah putih - Ajarkan etika batuk selalu steril membaik - Ajarkan cara memeriksa kondisi Edukasi - Kultur darah, urine, luka atau luka operasi - Jelaskan tanda dan gejala sputum, area luka, feses - Anjurkan meningkatkan asupan infeksi agar pasie teredukasi membaik nutrisi - Ajarkan cara mencuci tangan - Anjurkan meningkatkan asupan dengan benar agar cuci tanganya cairan bear Kolaborasi - Kolaborasi pemberian imunisasi - Ajarkan etika batuk agar tidak meular pada orag lain Intervensi Pendukung : (Dukungan - Ajarkan cara memeriksa kondisi diri mandiri) luka atau luka operasi agar pasien mandiri Observasi - Anjurkan meningkatkan asupan - Identifikasi usia dan budaya nutrisi agar luka cepat tertutup dalam membantu kebersihan diri - Anjurkan meningkatkan asupan - Identifikasi jenis bantuan yang cairan agar luca cepat tertutup dibutuhkan Kolaborasi - Monitor kebersihan tubuh (mis. - Kolaborasi pemberia imunisasi Rambut, mulut, kulit, kuku agar imuitas meningkat - Monitor integritas kulit) Terapeutik Intervensi Pendukung : (Dukungan - Sediakan peralatan mandi (mis. diri mandiri Sabun, sikat gigi, shampoo, Observasi pelembab kulit) - Agar pasien dapat merawat - Sediakan lingkungan yang aman dirinya mandiri dan nyaman - Agar pasien terbantu - Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan - Agar termonitor - Fasilitasi mandi sesuai - Agar termonitor kebutuhan Terapeutik - Pertahankan kebiasaan - Agar pasien terbantu kebersihan diri - Agar pasien aman dan nyaman - Berikan bantuan sesuai tingkat - Agar pasien terbantu kemandirian - Agar pasien terbantu Edukasi - Agar pasien terbiasa - Agar pasien mandiri - Jelaskan manfaat mandi dan Edukasi dampak tidak mandi terhadap - Agar pasien tetap menjaga kesehatan kebersihannya - Ajarkan kepada keluarga cara - Agar pasien terbantu memandikan pasien, jika perlu 13. DAFTAR PUSTAKA PPNI, T . P . (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((Cetakan III) I ed,). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T . P . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((Cetakan II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI PPNI, T . P . (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetakan II) I ed,). Jakarta: DPP PPNI Nurarif,Amin Huda. Kusuma,Hardhi. 2015 NANDA NIC-NOC Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/177/1/KATI%20RETNO.pdf https://www.academia.edu/36265788/LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_ TIBIA_FIBULA http://scholar.unand.ac.id/59302/2/BAB%20I.pdf https://www.scribd.com/doc/299333255/Laporan-Pendahuluan-Fraktur-Tibia http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/59677