DI SUSUN OLEH :
NPM :
2022
A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
3. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan
relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan.
Adanya refleks batuk dan muntah. Adanya peran mukus siliaris sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan
alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan
adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya
paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2
tidak dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu
medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena
CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan
CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
Luasnya permukaan paru.
Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana
O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena
pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian
menjadi HC03 berada pada darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya:
Kardiac output Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh
darah, normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi patologi
yang dapat menurunkan cardiac output (misal pada kerusakan
otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi
dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.
Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain. Secara langsung
berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatan transport O2 (20 x kondisi normal),
meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
4. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Pathway oksigenasi secara umum
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa
jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi
tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang
mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-
kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia
miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup
dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang
dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi
CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan
meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat
pada tingkat jaringan.
B. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung,
irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer
berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit,
kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran,
bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
2. Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas,
gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental,
tanda vital berubah saat beraktifitas.
Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
Eliminasi : Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat,
berkemih pada malam hari, diare / konstipasi
Makanana/cairan : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit
tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum,
dll
Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan
kurang.
Neurosensori : Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
Nyeri/kenyamanan : Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit
pada otot, gelisah.
Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak seimbangan ventilasi pervusi
Intervensi Pendukung
- Dukungan kepatuhan program pengobatan
- edukasi fisio terapi dada
- edukasi pengeukuran respirasi
- fisioterapi dada
- konsultasi via telepon
- manejemen alergi
- manejemen anefilaksi
- manejemen isolasi
- manajemen ventilasi mekanik
- manajemen jalan nafas buatan
- pemberian obat inhalasi
- pemberian obat inter pleura
- pemberian obat intra dermal
- pemberian obat nasal
- pencegahan aspirasi
- pengaturan posisi
- penghisapan jalan nafas
- penyapihan ventilasi mekanik
- perawatan trakeostomik
- stabilisasi jalan nafas
- terapi oksigen
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak Intervensi Utama
seimbangan ventilasi perfusi - pemantauan resoirasi
- terapi oksigen
Intervensi Pendukung
- dukung berhenti merokok
- dukungan ventilasi
- edukasi berhenti merokok
- edukasi mengukur respirasi
- edukasi fisio terapi dada
- fisio terapi dada
- insersi jalan nafas buatan
- konsultasi
- menejemen ventilasi mekanik
- menejemen jalan nafas
- menejemen jalan nafas buatan
- pencegahan aspirasi
- pemberian obat
- pemberian obat inhalasi
- pemberian obat inter pleura
- pemberian obat intra dermal
- pemberian obat intramuscular
- pemberian obat intravena
- pemberian obat oral
- pengaturan posisi
- perawatan selang dada
- reduksi ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Price S.A., Wilson L.M., 2010, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4, Buku II, EGC, Jakarta.